Anda di halaman 1dari 19

INVENTARISASI MANAJEMEN SARANA

DAN PRASARANA PENDIDIKAN

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Sarana dan Prasarana


Yang diampu oleh Ahmad Nurabadi, S.Pd, M.Pd

OLEH:
KELOMPOK VI

AULIA SAVIRA MARSHANDA NIM 220131601676 / 06


DIVA OLIVIA WULANSARI NIM 220131610262 / 14
SALSABILA DYAH AYU RETNO NINGTYAS NIM 220131601155 / 22
SHOFA ASHIERA HAFIIZH NIM 220131609747 / 30
WIDYA RAHMASARI NIM 220131611105 / 38

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

DEPARTEMEN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEPTEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Manajemen Sarana dan Prasarana dengan judul “ Inventarisasi Sarana dan
Prasarana Pendidikan”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan yang dapat dijumpai, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan
pengetahuan dan kurangnya pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan dari berbagai pihak,
sehingga hal itu bisa menjadi evaluasi dan membantu kami dalam pembuatan
karya tulis kedepannya.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Malang, 13 September 2023

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….........ii
DAFTAR ISI………………………………………………………….………………..iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………1
A. Latar Belakang………………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………....….2
C. Tujuan………..…………………………………………………………………….…2
BAB II PEMBAHASAN ……………………..…………………………………….….4
A. Konsep Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan…………………..…………4
B. Tujuan Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan.…………………….……….4
C. Manfaat Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan………………...……..........5
D. Tata Cara Pelaksanaan Inventarisasi…………...…………………………...………..5
E. Klasifikasi Barang Inventaris…………………………………………………………8
F. Kodifikasi Barang Inventaris…………………………………………………………9
G. Kodifikasi Pemilikan Barang Inventaris…………………....………………………10
H. Klasifikasi dan Kodifikasi Barang Inventaris Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan…………………………………………………………………………10
I. Klasifikasi dan Kodifikasi Sarana dan Prasarana Sekolah…………………………..12
J. Pelaporan Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan………………………….12
BAB III PENUTUP……………………………...……………………………..……..14
A. Kesimpulan……………………………………………………………….…………14
DAFTAR RUJUKAN………………………………………………………...……….15

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut Siswanto dan Khambali (2018) Inventarisasi adalah proses
pencatatan yang dilakukan dengan cermat terhadap barang-barang yang masuk
dan keluar, serta pengaturannya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
Ini umumnya diterapkan pada barang-barang yang bersifat tidak habis pakai dan
dimiliki oleh negara dalam konteks sekolah negeri. Barang-barang ini diperoleh
atau dibeli menggunakan dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), baik secara penuh maupun sebagian.
Menurut Sutisna (1985) Prasarana adalah istilah yang merujuk pada
unsur-unsur tidak langsung yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam
pendidikan, seperti lokasi, bangunan sekolah, dan fasilitas olahraga. Di sisi lain,
sarana mengacu pada perangkat langsung yang digunakan dalam pencapaian
tujuan pendidikan, seperti ruang kelas, buku, perpustakaan, laboratorium, dan
lain sebagainya. Kebutuhan akan sarana dan prasarana di sekolah tidak selalu
sama, dan setiap sekolah bisa berbeda tergantung pada tingkat pendidikan,
seperti sekolah dasar, sekolah menengah, atau sekolah lanjutan atas. Selain itu,
visi, misi, dan kebijakan sekolah juga memainkan peran penting dalam
pengembangan serta peningkatan sarana dan prasarana sekolah .
Pendidikan merupakan seluruh proses pembelajaran yang terjadi
sepanjang kehidupan individu di berbagai tempat dan situasi, yang memberikan
dampak positif pada perkembangan setiap individu. Konsep ini mencakup ide
bahwa pendidikan berlangsung sepanjang hidup (long life education). Dalam
konteks ini, setiap tingkat pendidikan harus menjalankan perannya dan memiliki
hubungan yang saling mendukung untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pendidikan merupakan upaya dalam kerangka pendidikan berorientasi manusia
yang bertujuan untuk mendukung perkembangan potensi kemanusiaan individu.
2

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, adapun yang menjadi
rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa konsep dasar dari inventarisasi Manajemen Sarana dan Prasarana
Pendidikan?
2. Apa saja tujuan-tujuan Inventarisasi Manajemen Sarana dan Prasarana
Pendidikan?
3. Apa saja manfaat-manfaat Inventarisasi Manajemen Sarana dan Prasarana
Pendidikan?
4. Bagaimana Tata Cara Pelaksanaan Inventarisasi?
5. Bagaimana Klasifikasi Barang Inventaris?
6. Bagaimana Kodifikasi Barang Inventaris?
7. Bagaimana Kodifikasi Kepemilikan Barang Inventaris?
8. Bagaimana Klasifikasi dan Kodifikasi Barang Inventaris Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan?
9. Bagaimana Klasifikasi dan Kodifikasi Sarana dan Prasarana Sekolah?
10. Bagaimana Pelaporan Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dipaparkan
sebelumya, maka tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep dasar dari Inventarisasi Manajemen Sarana dan Prasarana
Pendidikan
2. Mengetahui tujuan-tujuan Inventarisasi Manajemen Sarana dan Prasarana
Pendidikan
3. Mengetahui manfaat-manfaat Inventarisasi Manajemen Sarana dan Prasarana
Pendidikan
4. Mengetahui Tata Cara Pelaksanaan Inventarisasi
5. Mengetahui Klasifikasi Barang Inventaris
6. Mengetahui Kodifikasi Barang Inventaris
7. Mengetahui Kodifikasi Kepemilikan Barang Inventaris
8. Mengetahui Klasifikasi dan Kodifikasi Barang Inventaris Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
3

9. Mengetahui Klasifikasi dan Kondifikasi Sarana dan Prasarana Sekolah


10. Mengetahui Pelaporan Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Inventarisasi Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan


Inventaris berasal dari bahasa latin “inventarium” yang berarti daftar
barang-barang, bahan dan sebagainya. Inventarisasi Sarana dan Prasarana
Pendidikan merupakan kegiatan yang mencatat dan mendaftar seluruh barang-
barang atau aset milik lembaga pendidikan (sekolah) yang akan dimasukan dan
didata kedalam buku inventaris secara tertib dan sesuai menurut aturan yang
berlaku. barang inventaris merupakan seluruh barang milik negara yang dimiliki
oleh lembaga pendidikan yang diadakan atau dibeli menggunakan dana yang
berasal dari pemerintah., komite sekolah dan masyarakat, ataupun sebagai
pertukaran, hadiah atau hibah serta hasil usaha pembuatan oleh sekolah itu
sendiri untuk menunjang proses kelancaran kegiatan belajar dan pembelajaran.
lembaga pendidikan wajib melakukan kegiatan inventarisasi barang-barang yang
mereka miliki. kepala sekolah bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan
inventaris tersebut baik inventaris secara fisik maupun pengisian data inventaris
yang ada di sekolah tersebut.

B. Tujuan Inventarisasi Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan


Inventarisasi sarana pendidikan adalah kegiatan pencatatan atau
pendaftaran barang-barang milik lembaga (sekolah) ke dalam suatu daftar
inventaris barang secara tertib dan teratur menurut ketentuan dan tata cara yang
berlaku (Nuraini et al., n.d.).
Menurut Huda, M. N. (2020) Tujuan Inventarisasi dapat terbagi menjadi
2 kelompok yakni secara umum dan secara khusus. Secara umum, inventarisasi
dilakukan dalam rangka usaha penyempurnaan pengurusan dan pengawasan
yang efektif terhadap sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu sekolah.
Secara khusus, inventarisasi dilakukan dengan tujuan-tujuan sebagai berikut :
a. Untuk menjaga dan menciptakan tertib administrasi sarana dan prasarana
yang dimiliki oleh suatu sekolah.
b. Untuk menghemat keuangan sekolah baik dalam pengadaan maupun untuk
pemeliharaan dan penghapusan sarana dan prasarana sekolah.
5

c. Sebagai pedoman untuk menghitung kekayaan suatu sekolah dalam bentuk


materil yang dapat dinilai dengan uang.
d. Untuk memudahkan pengawasan dan pengendalian sarana dan prasarana
yang dimiliki oleh suatu sekolah.

C. Manfaat Inventarisasi Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan.


Menurut Huda, M. N. (2020) daftar inventarisasi sarana dan prasarana
pendidikan yang disusun dalam suatu organisasi yang lengkap, teratur dan
berkelanjutan dapat memberikan manfaat, yakni sebagai berikut:
a. Menyediakan data dan informasi dalam rangka menentukan kebutuhan dan
menyusun rencana kebutuhan barang.
b. Memberikan data dan informasi untuk dijadikan bahan pedoman / pedoman
dalam pengarahan pengadaan barang.
c. Memberikan data dan informasi untuk dijadikan sebagai bahan / pedoman
dalam penyaluran barang.
d. Memberikan data dan informasi dalam rangka memudahkan pengawasan
dan pengendalian barang.

D. Tata Cara Pelaksanaan Inventarisasi


Tata cara pelaksanaan inventarisasi yaitu mendata seluruh barang-barang
yang ada di sekolah kemudian dimasukan ke dalam buku inventaris yang
dilakukan secara tertib kemudian hasil laporannya dipertanggungjawabkan
kepada pihak yang terkait. buku yang digunakan dalam kegiatan inventaris yaitu
berupa buku induk barang inventaris, buku golongan barang inventaris, buku
catatan non inventaris, dan berupa kartu inventaris barang.
6

Gambar 2.1 Buku Induk Barang Inventaris

Gambar 2.2 Buku Golongan Barang Inventaris

Gambar 4.2 Buku Golongan Barang Inventaris

Gambar 2.3 Buku Catatan Barang Non Inventaris


7

Gambar 2.4 Laporan Triwulan Mutasi Barang Inventaris

Gambar 4.5 Kartu Inventaris Barang

Gambar 2.5 Kartu Inventaris Barang


8

Adapun tata cara inventaris barang di sekolah yaitu :


1. Pencatatan atau pendaftaran barang yang ada di sekolah ke dalam daftar
inventaris barang secara tertib dan teratur sesuai menurut aturan yang
berlaku.
2. Setiap lembaga pendidikan wajib melakukan kegiatan inventaris barang
milik negara yang berada di sekolah tersebut secara tertib dan teratur.
3. Kepala sekolah selaku pihak yang bertanggung jawab atas terlaksananya
inventaris fisik dan pengisian daftar barang inventaris barang yang berada di
sekolahnya.
4. Pelaksanaan barang inventaris di tingkat sekolah dasar dilakukan oleh
Kepala Sekolah sendiri namun pada pelaksanaan sehari-hari kepala sekolah
bertindak sebagai administrator yang dapat menunjuk staff nya untuk
mengerjakan tugas tersebut.
5. Kegiatan inventaris terdiri dari 2 kegiatan yaitu pencatatan dan pengawasan.
6. Pencatatan meliputi pengumpulan data, pengolahan data, dan penyusunan
daftar inventaris.
7. Pengawasan meliputi kegiatan mengawasi penggunaan terhadap sarana dan
prasarana yang digunakan serta pemeliharaan sarana dan prasarana tersebut.

E. Klasifikasi Barang Inventaris


Pengklasifikasian barang inventaris merujuk pada tindakan
mengategorikan atau mengelompokkan barang-barang inventaris ke dalam
kategori yang sesuai dengan aturan yang berlaku yaitu Surat Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 225/Kep/V/4/71. Objektifnya adalah untuk menyederhanakan
proses pencatatan dan mempermudah pengambilan kembali barang inventaris
tersebut saat diperlukan, baik dalam bentuk fisik maupun melalui catatan.
Barang inventaris dikelompokkan dalam 4 golongan besar yaitu:
1. Barang tidak bergerak, yaitu: tanah, bangunan bukan tempat tinggal,
bangunan tempat tinggal, dan monumen.
2. Barang bergerak, yaitu: alat-alat besar, peralatan (laboratorium, bengkel,
studio, percetakan, pabrik dan instalasi pembangkit tenaga listrik), peralatan
kantor, buku perpustakaan dan benda bercorak kebudayaan, alat
pengangkutan, dan peralatan rumah sakit/poliklinik/kesegaran jasmani.
9

3. Hewan.
4. Barang persediaan.
F. Kodifikasi Barang Inventaris
Kodifikasi barang inventaris adalah upaya untuk memberikan tanda atau
kode tertentu pada barang inventaris, yang bisa berupa angka, huruf, gambar,
simbol, atau elemen lainnya. Pemberian kode ini cenderung menggunakan
angka (numerik) karena dianggap lebih fleksibel dan dapat mengikuti
perkembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kodifikasi barang inventaris bertujuan untuk mempermudah identifikasi
jenis barang tertentu dengan mengatur penyusunan daftar laporan inventaris
secara seragam. Caranya adalah nomor kode barang inventaris ditentukan 7
buah angka yang tersusun menjadi 3 angka dan 4 angka yang dipisahkan oleh
sebuah titik, seperti contoh berikut ini. xxx . xxxx dimana angka pertama dari
susunan tiga angka yang ada di depan adalah menyatakan kelompok besarnya
atau formulir yang digunakan, dua angka berikutnya merupakan kode untuk
kelompok barang. Dua angka sesudah titik menunjukkan kode untuk sub
kelompok barang dan dua angka di belakangnya adalah kode untuk jenis barang.
Misalnya:
200.0000 = barang bergerak (kelompok besar)
250.0000 = alat pengangkutan (kelompok barang)
250.0300 = alat angkutan darat motor (sub kelompok barang)
250.0301 = sepeda motor (jenis barang)
Pemberian kode untuk kelompok besar barang inventaris adalah sebagai
berikut:
100.0000 = barang tidak bergerak
200.0000 = barang bergerak
300.0000 = hewan
400.0000 = barang persediaan
Pemberian kode untuk barang persediaan ialah dengan cara mengganti
angka pertama dari sandi barang dengan angka 4 (barang persediaan). Misalnya:
kode sepeda motor 250.0301, jika sepeda motor tersebut adalah merupakan
barang persediaan, maka kodenya diubah menjadi 450.0301.
10

G. Kodifikasi Kepemilikan Barang Inventaris


Menurut Astari (2013) manajemen inventaris mempengaruhi semua
peran metode yang bekerja. untuk mengetahui tingkat dan mutu barang secara
berkala harus memahami langkah-langkah pengaturan setiap barang yang ada
dan setiap bulan. Inventarisasi barang dibatasi hanya pada tiga langkah
termasuk mencatat saat menerima barang, pergantian atau pemindahan, sampai
akhir tahun pelaporan. Maksud dari kodifikasi kepemilikan barang adalah
menetapkan kode tertentu ke item inventaris. Tujuannya adalah membuatnya
lebih mudah untuk mengidentifikasi pemilik dan menemukan item inventaris
(Dermawan 2020).
Menurut Dermawan (2020) kode pemilik item harus disertakan di satu
tempat yang mudah terlihat, ukuran sesuai bendanya (tidak terlalu besar atau
tidak terlalu kecil) dan menghindari kemungkinan kerusakan yang cepat. Kode
kepemilikan benda terdiri atas maksimal 9 digit, yaitu empat digit dalam satu
titik di depan dan lima angka di belakangnya. Kode untuk menunjukkan bahwa
barang tersebut adalah milik kementrian pendidikan dan kebudayaan ditandai
dengan angka 13 yang tertulis di bagian depan, lalu berikutnya adalah kode
barang dan kode pemilik barang. Menurut Dermawan(2020) 2 digit pertama
digunakan untuk kode satuan utama khususnya Sekretaris Jenderal,
direktoratjendra (Ditjen), badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) dan
pusat. Dua angka selanjutnya untuk kode unit satuan organisasi di unit utama
sendiri.

H. Klasifikasi dan Kodifikasi Barang Inventaris Kementerian Pendidikan dan


Kebudayaan
Menurut Dermawan (2020) tujuan mengadakan klasifikasi dan
pengkodean barang inventaris sekolah ialah sekaligus mencari dan menemukan
kembali barang tertentu milik sekolah, baik secara fisik maupun melalui daftar
catat maupun didalam ingatan orang.
Sandi atau kode yang digunakan melambangkan nama atau uraian jenis
barang berbentuk angka bilangan yang tersusun menurut pola tertentu. Pada
umumnya nomor kode barang terdiri dari 7 angka yang tersusun menjadi tiga
dan empat angka yang dipisahkan oleh sebuah tanda titik. Tiga angka pertama
menyatakan jenis formulir yang digunakan,dan empat angka berikutnya
11

merupakan sandi pokok untuk kelompok barang tersebut dalam masing-masing


formulir. Contohnya adalah sebagai berikut:
110.0000 Tanah
110.0300 Tanah Lapangan olahraga
110.0400 Tanah untuk jalan dan tempat parkir
110.0500 Tanah pertanian
110.0600 Tanah Peternakan
110.0700 Tanah Perkebunan
110.0800 Tanah Kehutanan
110.9900 Tanah untuk keperluan lain.
Dari contoh diatas,sandi/kode barang inventaris Kementerian Pendidikan
nasional seluruhnya terdiri dari angka 1 sampai 99. Baik untuk barang tak
bergerak pada umumnya digunakan nomor kode yang terbentuk dari tujuan buah
angka bilangan seperti itu. Ini berarti bahwa tiap kelompok dan sub kelompok
menyediakan angka 1 sampai dengan 99 wadah untuk menampung spesifikasi
yang digunakan oleh kelompok atau sub kelompok yang bersangkutan. Begitu
Pula Dengan Kode barang,nomor ini menyediakan wadah untuk spesifikasi jenis
barang sebanyak 99 tempat dikemukakan sebagai berikut:
200.000 Sandi untuk kelompok barang-barang bergerak
210.000 Sandi untuk alat-alat besar
220.000 Sandi untuk peralatan laboratorium, peralatan bengkel/
workshop, studio, percetakan, pabrik dan instalasi pembangkitan tenaga
listrik.
221.000 Sandi untuk kelompok “besar”: peralatan laboratorium.
222.000 Sandi untuk kelompok “besar”: peralatan bengkel/ workshop
224.0100 Sandi untuk subkelompok: alat penyusun huruf/setting (PHT)
intertype, IBM, kompugrafi.
224.0200 Sandi untuk kelompok alat acuan/mesin fotokopi.
224.0300 Sandi untuk subkelompok mesin cetak.
224.0301 Sandi untuk jenis barang mesin cetak offset.
224.0303 Sandi untuk mesin cetak fotografi.
Dalam prakteknya, barang yang dilaporkan tidaklah begitu rinci, tetapi
hanya sampai pada penyebutan nama subkelompok barangnya saja. Misalnya,
mengenai peralatan percetakan hanya disebutkan alat penyusunan pola cetak,
12

mesin cetak, alat pelipat kertas, alat pemotong kertas dan lain sebagainya. Jadi
nomor kodenya hanya 224.0100, 224.0200, 224.030, dan seterusnya. Tambahan
dua buah angka 0 dibelakang disediakan,selain untuk spesifikasi lanjutan yang
bersangkutan, juga untuk keperluan persiapan komputerisasi pengolahan data
dikemudian hari.
Perlu diketahui bahwa Sekolah Dasar dikelola dan diselenggarakan
bukan hanya oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan saja, tetapi juga oleh
kementrian seperti Kementrian Dalam negeri dan Kementerian agama.
Disamping itu, sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah dasar berasal dari
berbagai sumber pengadaan,sehingga sistem pengkodean barang inventaris
Sekolah Dasar dimungkinkan berbeda-beda sesuai dengan kebijakan pemerintah
daerah masing-masing.

I. Klasifikasi dan Kodifikasi Sarana dan Prasarana Sekolah


Menurut Dermawan (2020) tujuan mengadakan klasifikasi dan
pengkodean barang inventaris sekolah ialah sekaligus mencari dan menemukan
kembali barang tertentu milik sekolah, baik secara fisik maupun melalui daftar
catat maupun didalam ingatan orang.
Sandi atau kode yang digunakan melambangkan nama atau uraian jenis
barang berbentuk angka bilangan yang tersusun menurut pola tertentu. Pada
umumnya nomor kode barang terdiri dari 7 angka yang tersusun menjadi tiga
dan empat angka yang dipisahkan oleh sebuah tanda titik. Tiga angka pertama
menyatakan jenis formulir yang digunakan,dan empat angka berikutnya
merupakan sandi pokok untuk kelompok barang tersebut dalam masing-masing
formulir.

J. Pelaporan Inventarisasi Sarana dan Prasarana Pendidikan.


Menurut Dermawan (2020) sekolah menyerahkan laporan penggunaan
semesteran dan tahunan, 5 tahun untuk daerah melalui pengelola. Buku
ringkasan inventaris adalah saldo awal dalam daftar pengalihan aset untuk tahun
berikutnya, kemudian pada tahun-tahun berikutnya pengguna dan pengelola
hanya mengerjakan daftar mutasi barang telah bertambah atau berkurang.
beberntuk rekap.
13

1. Laporan Triwulan Mutasi Barang Inventaris (Dermawan, 2020):


a. Daftar Laporan triwulanan perputaran persediaan sebanyak 2 (dua)
rangkap harus dibuat oleh setiap sekolah dan unit penyelenggara teknis ,
untuk Menyerahkan 1 (satu) set (asli) kepada Kepala Dinas Pendidikan
Dinas Setempat/Kota dan 1 set dokumen milik sendiri. Maksimal
pengumpulan laporan 7 hari setelahnya pada akhir triwulan tahun
anggaran berjalan.
b. Laporan triwulanan sekolah/UPT/Dinas Pendidikan Kecamatan dibuat
oleh Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten. Berikutnya adalah kantor
Departemen Pendidikan kabupaten/kota, Mengajukan kepada dinas
pendidikan provinsi sekitar kepala divisi perlengkapan.
2. Laporan Tahunan Investasi (Dermawan, 2020):
a. Setiap sekolah harus melengkapi daftar inventarisasi dan rekap benda
Inventaris sebanyak 2 (dua) rangkap. Laporan inventaris tahunan
(membuat daftar inventaris dan ringkasan barang inventaris) diserahkan
1 set (asli) kepada kepala dinas pendidikan kabupaten/Kota sekitar.
Daftar inventaris harus diisi oleh dinas pendidikan kabupaten/kota serta
ringkasan laporan inventaris tahunan dari sekolah/UPT yang ada di
lingkungannya.
14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Inventarisasi sarana pendidikan adalah kegiatan pencatatan atau

pendaftaran barang-barang milik lembaga (sekolah) ke dalam suatu daftar

inventaris barang secara tertib dan teratur. Tujuan Inventarisasi dapat terbagi

menjadi 2 kelompok yakni secara umum dan secara khusus. Buku yang

digunakan dalam kegiatan inventaris yaitu berupa buku induk barang

inventaris, buku golongan barang inventaris, buku catatan non inventaris,

dan berupa kartu inventaris barang. Klasifikasi barang inventaris sebagai

kegiatan mengelompokkan barang inventaris ke dalam suatu kelompok

tertentu. Kodifikasi barang inventaris sebagai kegiatan pemberian kode atau

tanda tertentu pada barang inventaris. Tujuan mengadakan klasifikasi dan

pengkodean barang inventaris sekolah ialah untuk menemukan kembali

barang tertentu milik sekolah, baik secara fisik maupun melalui daftar catat

maupun didalam ingatan orang. Sekolah menyerahkan laporan penggunaan

semesteran dan tahunan, 5 tahun untuk daerah melalui pengelola.


DAFTAR RUJUKAN

Huda, M. N. 2020. Inventarisasi dan penghapusan sarana prasarana pendidikan. Ta'dibi:


Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 8(2), 25-25. (Online) (http://www.e-
jurnal.stail.ac.id/index.php/tadibi/article/view/164, Diakses Tanggal 09 September 2023)

Nuraini, N., Syaifuddin, M., & Andriani, T. (n.d.). Analisis Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Penerapan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) di RSU
Mamami Kupang. 1(4). https://doi.org/10.38035/jim.v1i4

Matin, & Fuad, N. 2016. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Konsep dan
Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Astari, R. 2013. Manajemen Pengelolaan Inventarisasi Guna Menunjang Aktivitas


Pembelajaran di Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Semarang. (Online)
(http://lib.unnes.ac.id/17616/1/7101409095.pdf, diakses Tanggal 09 September 2023)

Zuhrotun Nisa, S. (n.d.). ADMINISTRASI SARANA DAN PRASARANA DI LEMBAGA


PENDIDIKAN.

Larasati, Q. I. 2019. PENGELOLAAN INVENTARISASI SARANA DAN PRASARANA


SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN AKREDITASI SEKOLAH. Revitalisasi
Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Era Revolusi Industri 4.0.
(http://conference.um.ac.id/index.php/apfip2/article/view/383, diakses Tanggal 09
September 2023)

Kinaswara, T. A. 2019. Rancang Bangun Aplikasi Inventaris Berbasis Website pada


Kelurahan Bantengan. In Prosiding Seminar Nasional Teknologi Informasi
dan Komunikasi (SENATIK) (Vol. 2, No. 1, pp. 71-75).
(http://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SENATIK/article/view/1073, diakses
Tanggal 09 September 2023)

Khambali, A., & Siswanto, A. 2018. Sistem Informasi Inventaris Alat dan Barang
Berbasis Web Pada SMA Kandangserang. Jurnal Surya Informatika:
Membangun Informasi dan Profesionalisme, 5(1), 44-49.
(https://jurnal.umpp.ac.id/index.php/surya_informatika/article/view/330,
diakses Tanggal 09 September 2023)

15
Kartika, S., Husni, H., & Millah, S. 2019. Pengaruh kualitas sarana dan prasarana
terhadap minat belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.
Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 7(1), 113. (https://riset-
iaid.net/index.php/jppi/article/view/360, diakses Tanggal 09 September
2023)

16

Anda mungkin juga menyukai