Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Sarana dan
Prasarana Pendidikan
Dosen Pengampu :
Dr. Wahyu Sri Ambar Arum, MA
Disusun Oleh:
1. Veda Athifah (1103619003)
2. Miftah Huljanati (1103619024)
3. Dhia Amalia Putri Prinanto (1103619041)
4. Fathimah Az Zahra (1103619053)
5. Easyah Theoline (1103619079)
6. Hany Damar Mulya Putri (1103619084)
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I .............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan .........................................................................................2
BAB II ...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN ............................................................................................................3
2.1 Pengertian Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan ..............................3
2.2 Hakikat Pengadaan Sarana dan Prasarana Persekolahan .................................5
2.3 Etika Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ........................................6
2.4 Konsep Pengadaan Sarana Prasarana Pendidikan ............................................7
2.5 Fungsi Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ......................................9
2.6 Tujuan Pengadaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan .....................................9
2.7 Strategi Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan .................................. 10
2.8 Cara Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ....................................... 13
2.9 Metode Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ................................... 21
2.10 Prosedur Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan dan
Implementasinya ..................................................................................................... 21
2.11 Karakteristik Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana Sekolah ....... 28
2.12 Prinsip-prinsip Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ..................... 30
2.13 Jenis-Jenis Pengadaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan ....................... 35
2.14 Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikaan ...................... 37
2.15 Asas-Asas Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ............................. 46
2.16 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pengadaan Sarana dan
Prasarana Pendidikan ............................................................................................. 49
BAB III ........................................................................................................................ 49
PENUTUP ................................................................................................................... 49
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 49
3.1 Saran .................................................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 51
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
5. Apa saja fungsi dari pengadaan sarana dan prasarana pendidikan?
6. Apa tujuan dari pengadaan sarana dan prasarana pendidikan?
7. Apa saja strategi pengadaan sarana dan prasarana pendidikan?
8. Apa saja tata cara pengadaan sarana dan prasarana pendidikan?
9. Bagaimana metode pengadaan sarana dan prasarana pendidikan?
10. Bagaimana prosedur pengadaan sarana dan prasarana pendidikan?
11. Apa saja karakteristik dari pengadaan sarana dan prasarana pendidikan?
12. Apa saja prinsip pengadaan sarana dan prasarana pendidikan?
13. Apa saja jenis dari pengadaan sarana dan prasarana pendidikan?
14. Bagaimana perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan?
15. Apa saja asas yang perlu diketahui dalam pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dan hakikat dari pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan
2. Untuk mengetahui tujuan, konsep dan fungsi dari pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan
3. Untuk mengetahui etika dan karakteristik dari pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan
4. Untuk mengetahui prinsip, asas dan jenis dari pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan
5. Untuk mengetahui Perencanaan pengadaan, Strategi dan tata cara
pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
6. Untuk mengetahui metode dan prosedur pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan dalam makalah ini sebagai berikut :
Agar kami selaku kelompok 1 Manajemen sarana dan prasarana pendidikan dan
pembaca makalah ini dapat menambah wawasan dan memahami tentang
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sekolah merupakan semua komponen yang secara tidak langsung menunjang
jalannya proses belajar mengajar atau pendidikan di sekolah. Sebagai contoh:
jalan menuju sekolah, halaman sekolah, tata tertib sekolah, dan sebagainya.
Sedangkan menurut Piet Sahertian yang dimaksud dengan perlengkapan atau
sarana pendidikan adalah semua barang yang diperlukan baik yang bergerak
maupun yang tidak bergerak yang dianggap sebagai sarana penunjang
pelaksanaan tugas pendidikan diperangkat kelengkapan dasar yang secara tidak
langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Penekanan
pada pengertian tersebut ialah pada sifatnya, sarana bersifat langsung, dan
prasarana tidak didefinisikan sebagai segenap proses pengadaan dan
pendayagunaan komponen- komponen yang secara langsung maupun tidak
langsung menunjang proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan
secara efektif dan efisien. Berdasarkan definisi sederhana tersebut maka pada
hakikatnya manajemen sarana dan prasarana pendidikan di sekolah itu
merupakan proses pendayagunaan semua sarana dan prasarana yang sekolah.
Berkaitan dengan ini, prasarana pendidikian adalah semua bersifat
langsung dalam menunjang proses pendidikan. Dengan begitu, manajemen
sarana dan prasarana pendidikan dapat dimiliki sekolah.
Sedangkan, untuk pengertian pengadaan menurut Gunawan, (1996:135)
mengatakan bahwa pengadaan sarana dan prasarana adalah segala kegiatan
untuk menyediakan semua keperluan barang, benda dan jasa bagi keperluan
pelaksanaan tugas. Lainnya, menurut Daryanto, (2001:51) bahwa prasarana
berdasarkan etimologi berarti alat tidak langsung untuk mencapai tujuan
pendidikan. Dan menurut Nawawi, (1993:63) mengatakan bahwa usaha
pengadaan sarana prasarana yang dibutuhkan sehingga dapat digunakan secara
tepat, memerlukan dan mengembangkan sejumlah dana, komunikasi yang
cepat dan tepat dalan kebutuhan peralatan dapat memungkinkan disusunnya
perencanaan yang lengkap.
Secara ringkas maksud dari pengadaan itu sesuai dengan yang
dinyatakan dalam Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang pedoman
pengadaan barang dan jasa pemerintahan yakni menyatakan “Pengadaan
4
barang/jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang/jasa yang dibiayai
dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara sewa kelola maupun oleh
penyedia barang/jasa”.
Pengadaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan semua
jenis sarana dan prasarana pendidikan persekolahan yang sesuai dengan
kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
konteks persekolahan, pengadaan merupakan segala kegiatan yang dilakukan
dengan cara menyediakan semua keperluan barang atau jasa berdasarkan hasil
perencanaan dengan maksud untuk menunjang kegiatan pembelajaran agar
berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Begitu
pula dengan, pengadaan sarana dan prasarana merupakan fungsi operasional
pertama dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan persekolahan.
5
2.3 Etika Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
6
saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau patut diduga berkaitan
dengan pengadaan barang/jasa
7
a. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus melalui
perencanaan yang hati-hati.
b. Banyak cara dalam pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah.
c. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah harus
diadministrasikan dengan tertib sehingga semua pengeluaran uang yang
berkenaan dengan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
itu dapat dipertanggungjawabkan baik kepada pemerintah, yayasan
pembina, maupun masyarakat.
8
2.5 Fungsi Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
9
pendidikan di suatu sekolah menggantikan barang-barang yang rusak, hilang,
di hapuskan, atau sebab-sebab lain yang dapat di pertanggung jawabkan
sehingga memerlukan pergantian, dan untuk menjaga tingkat persediaan
barang setiap tahun dan anggaran mendatang. Pengadaan perlengkapan
pendidikan seharusnya di rencanakan dengan hati-hati sehingga semua
pengadaan perlengkapan sekolah itu selalu sesuai dengan pemenuhan
kebutuhan di sekolah.
Secara umum tujuan manajemen sarana dan prasarana pendidikan adalah
memberikan layanan secara profesional di bidang sarana dan prasarana
pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif
dan efisien. Secara rinci tujuannya adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama.
Melalui manajemen perlengkapan pendidikan diharapkan semua
perlengkapan yang didapatkan oleh sekolah adalah sarana dan prasarana
pendidikan yang berkualitas tinggi, sesuai dengan kebutuhan sekolah,
dan dengan dana yang efisien.
b. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah secara
tepat dan efisien.
c. Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah,
sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap
diperlukan oleh semua personil sekolah.
10
uang tertentu kepada penjual atau supplier untuk mendapatkan sejumlah
sarana dan prasarana sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak
(Martin dan Fuad,2016: 22-23). Dalam pembelian, termasuk di dalamnya
adalah pelelangan umum, pelelangan terbatas, penunjukan langsung, dan
pengadaan langsung, termasuk pekerjaan pemborongan. Besar nilai
pengadaan prasarana dan sarana pendidikan dengan cara ini diatur oleh
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1984.
2) Membuat Sendiri
Pembuatan sendiri merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan dengan jalan membuat sendiri yang biasanya
dilakukan oleh guru, siswa, atau pegawai. Pemilihan cara ini harus
mempertimbangkan tingkat efektivitas dan efesiensinya apabila
dibandingkan dengan cara pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
yang lain. Pembuatan sendiri biasanya dilakukan terhadap sarana dan
prasarana pendidikan yang sifatnya sederhana dan murah, misalnya alat-
alat peraga yang dibuat oleh guru atau murid.
3) Penerimaan Hibah atau Bantuan
Penerimaan hibah atau bantuan yaitu merupakan cara pemenuhan
sarana dan prasaran pendidikan dengan jalan pemberian secara Cuma-
cuma dari pihak lain. Pengadaan dengan cara menerima bantuan,
sumbangan, hibah, dan menerima hak pakai dapat dilaksanakan jika dalam
kegiatan itu telah terpenuhi syarat-syarat tertentu, misalnya bersifat lunak;
tidak mengikat, tidak bertentangan dengan politik pemerintah, tidak
membahayakan pelestarian pancasila, tidak membahayakan keamanan
nasional, dan lain-lain.
4) Penyewaan
Yang dimaksud dengan penyewaan adalah cara pemenuhan
kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan dengan jalan
pemanfaatan sementara barang milik pihak lain untuk kepentingan sekolah
dengan cara membayar berdasarkan perjanjian sewa-menyewa.
Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara ini
11
hendaknya dilakukan apabila kebutuhan sarana dan prasarana bersifat
sementara atau temporer.
5) Pinjaman
Yaitu penggunaan barang secara cuma-cuma untuk sementara waktu
dari pihak lain untuk kepentingan sekolah berdasarkan perjanjian pinjam
meminjam. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan
dengan cara ini hendaknya dilakukan apabila kebutuhan sarana dan
prasarana bersifat sementara dan temporer dan harus mempertimbangkan
citra baik sekolah yang bersangkutan.
6) Mendaur Ulang
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara mendaur
ulang adalah pengadaan sarana dan prasarana melalui aktivitas
pemanfaatan barang yang sudah tidak terpakai menjadi barang yang
berguna untuk kepentingan sekolah. Misalnya pembuatan alat pelajaran
dan media pendidikan dari limbah kayu atau limbah kertas, seperti
pembuatan kertas doorslag dari bubur kertas koran untuk membuat lukisan
dan peta timbul, pembuatan bangun ruang dari limbah kayu, pembuatan
hiasan dan bunga plastik dari limbah pipet, dan lain sebagainya.
7) Penukaran
Penukaran merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan dengan jalan menukarkan sarana dan prasarana yang
dimiliki dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan organisasi atau
instansi lain. Pemilihan cara pengadaan sarana dan prasarana jenis ini
harus mempertimbangkan adanya saling menguntungkan di antara kedua
belah pihak, dan sarana/prasarana yang dipertukarkan harus merupakan
sarana dan prasarana yang sifatnya berlebihan atau dipandang dan dinilai
sudah tidak berdaya guna lagi.
8) Perbaikan atau Rekonstruksi Kembali
Perbaikan merupakan cara pemenuhan sarana dan prasarana
pendidikan dengan jalan memperbaiki sarana dan prasarana yang telah
mengalami kerusakan, baik dengan perbaikan satu unit sarana dan
12
prasarana maupun dengan jalan penukaran instrumen yang baik di antara
instrumen sarana dan prasarana yang rusak sehingga instrumen-instrumen
yang baik tersebut dapat disatukan dalam satu unit atau beberapa unit, dan
pada akhirnya satu atau beberapa unit sarana dan prasarana tersebut dapat
dioperasikan atau difungsikan.
13
prasarana pendidikan yang sifatnya sederhana dan murah, misalnya alat-
alat peraga yang dibuat oleh guru peserta didik.
3) Penerimaan hibah atau bantuan
Penerimaan hibah atau bantuan merupakan cara pemenuhan sarana
dan prasarana pendidikan persekolahan dengan jalan pemberian secara
cuma-cuma dari pihak lain. Penerimaan hibah atau bantuan harus dilakukan
dengan membuat berita acara.
4) Penyewaan
Penyewaan adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan persekolahan dengan jalan pemanfaatan sementara barang milik
pihak lain untuk kepentingan sekolah dengan cara membayar berdasarkan
perjanjian sewa-menyewa. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan dengan cara ini hendaknya dilakukan apabila kebutuhan sarana
dan prasarana bersifat sementara dan temporer.
5) Pinjaman
Pinjaman merupakan penggunaaan barang secara cuma-cuma untuk
sementara waktu dari pihak lain untuk kepentingan sekolah berdasarkan
perjanjiam pinjam-meminjam. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
pendidikan dengan cara ini hendaknya dilakukan apabila kebutuhan sarana
dan prasarana bersifat sementara dan temporer dan harus
mempertimbangkan citra baik sekolah yang bersangkutan.
6) Pendaur-ulangan
Pendaur-ulangan adalah pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
dengan cara memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai menjadi
barang yang berguna untuk kepentingan sekolah.
7) Penukaran
Penukaran merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan dengan jalan menukarkan sarana dan prasara yang
dimiliki dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan organisasi atau
instansi lain. Pemilihan cara pengadaan sarana dan prasarana jenis ini harus
mempertimbangkan adanya saling menguntungkan di antara kedua belah
14
pihak dan sarana prasarana yang dipertukarkan harus merupakan sarana
prasaraba yang sifatnya berlebihan atau dipandang dan dinilai sudah tidak
berdaya guna lagi.
8) Perbaikan atau Rekondisi
Perbaikan merupakan cara pemenuhan sarana dan prasarana
pendidikan dengan jalan memperbaiki sarana dan prasarana yang telah
mengalami kerusakan, baik dengan perbaikan satu unit sarana dan prasarana
maupun dengan jalan penukaran instrument yang baik di antara instrumen
sarana dan prasarana yang rusak sehingga instrument-instrumen yang baik
tersebut dapat disatukan dalam satu unit atau beberapa unit, dan pada
akhirnya satu atau beberapa unit sarana dan prasarana tersebut dapat
dioperasikan atau difungsikan.
Berikut adalah jenis-jenis pengadaan jika dilihat dari jenis barang yang
dikemukakan oleh Sahertian (1985:176)
1) Pengadaan Buku-buku Pelajaran
Yang dimaksudkan dengan buku-buku pelajaran adalah buku-buku
yan diperlukan di sekolah. Buku-buku ini meliputi: buku pelajaran , buku
bacaan, buku bacaan pelajaran, buku perpustakaan, kamus, ensiklopedi,
dan majalah pendidikan.
2) Pengadaan Alat Kantor
Alat kantor adalah alat-alat yang biasanya digunakan dalam suatu
kegiatan kantor yang antara lain meliputi: mesin tik, mesin hitung, mesin
stansil, kertas, alat pembersih, dan lain-lainnya. Sedang yang dimaksudkan
dengan alat pendidikan adalah alat-alat yang secara fungsional digunakan
dalam proses belajar mengajar. Alat-alat ini meliputi: alat peraga, alat
praktek, alat laboratorium, alat kesenian, alat olah raga dan lain-lain.
3) Pengadaan Perabot
Perabot adalah barang-barang rumah tangga yang fungsinya sebagai
tempat penyimpanan atau pengamanan dari alat-alat atau bahan-bahan yang
15
antara lain meliputi: meja tulis, kursi, almari, rak, filing kabinet, brankas
dan lain-lain.
4) Pengadaan Bangunan
Pengadaan bangunan dapat dilakukan dengan cara membangun
bangunan baru, membeli bangunan, menyewa bangunan, menerima hibah
bangunan, atau menukar bangunan.
5) Pengadaan Tanah
Tanah yang dimiliki sekolah pada awalnya dapat diperoleh dengan
cara membeli, menerima hibah, menerima hak pakai, serta melakukan
pemekaran tanah.
16
2012. Kepres pembelian yaitu melalui lelang ( tender ), pemilihan
langsung, pertunjukan langsung, dan pengadaan langsung contohnya
tentang lelang Pelelangan Umum, Pelelangan Terbatas, Pelelangan
Sederhana, Penunjukan Langsung, Pengadaan Langsung, atau Kontes
(Pepres No. 70 tahun 2012).
Pembelian melalui lelang (umum dan terbatas) dilakukan untuk
pengadaan barang yang nilainya diatas 100 juta, lelang umum yaitu
metode pemilihan penyediaan barang dan jasa dilakukan secara terbuka
dengan pengumuman secara sekurang-kurangnya di satu surat kabar
nasional atau satu surat kabar provinsi, sedangkan lelang terbatas adalah
metode pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbatas
dengan pengumuman secara luas sekurang-kurangnya disatu surat kabar
nasional dan atau surat kabar provinsi dengan mencantumkan penyedia
barang dan jasa yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan
kepada penyedia barang dan jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.
Pembelian melalui pemilihan langsung dilakukan bila pengadaan
melalui lelang dianggap tidak efesien dari segi pembiayaan dan dilakukan
untuk pengadaan yang nilainya antara 50 sampai 100 juta. Pembelian
melalui penunjukan langsung dilakukan dalam keadaan tertentu seperti
dalam keadaan darurat untuk pertahanan, keamanan dan keselamatan
masyarakat yang pelaksanaanya tidak dapat ditunda-tunda atau bencana
alam, rahasia serta untuk pekerjaan skala kecil nilainya antara i5 sampai
50 juta.
Pembelian langsung dilakuakan secara langsung oleh intansi yang
membutuhkan barang dan nilai pengadaannya sangat kecil yaitu dibawah
15 juta. Proses dan prosedur pengadaan dengan cara pembelian harus
sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang ditetapkan pemerintah. Khusus
untuk pengadaan dengan cara pembelian melalui lelang harus mengikuti
prosedur berikut ini:
a. Pembentukan panitia lelang yang dilakukan oleh instansi yang akan
mengadakan barang. Panitia lelang haruslah orang yang betul-betul
17
memahami tata cara pengadaan, substansi pekerjaan dan hukum
perjanjian/kontrak. Masa kerja panitia mulai dari masa persiapan
sampai dengan dokumen kontrak siap ditandatangani (secara formal)
bahkan sampai dengan pelaksanaan audit oleh pemeriksa
internal/eksternal (informal). Tugas panitia antara lain, menyususn
jadwal, dan menetapkan cara pelaksanaan serta lokasi pengadaan,
menyusun, dan menyiapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS),
menyiapkan dokumen lelang, mengumumkan pengadaan, mengadakan
penjelasan lelang, melakukan evaluasi terhadap dokumen penawaran,
mengusulkan calon pemenang lelang, membuat laporan proses dan
hasil pelelangan.
b. Penyusunan dokumen lelang oleh panitia yang bercirikan antara lain,
syarat umum (keterangan mengenai pembagian tugas, keterangan
mengenai perencana, keterangan mengenai direksi, syarat-syarat
peserta lelang, bentuk surat penawaran dan cara penyampaiannya),
syarat administratif (jangka waktu pelaksanaan pekerjaan, tanggal
penyerahan pekerjaan, syarat pembayaran, denda keterlambatan, besar
jaminan pelanggan dan pelaksanaan pekerjaan), syarat teknis (jenis dan
uraian pekerjaan yang harus dilaksanakan, jenis dan mutu bahan),
spesifikasi teknis dan gambar (detail dan konstruktif).
c. Pengumuman pengambilan dokumen lelang yang dilakukan melalui
media resmi, surat kabar kabupaten/kota untuk paket kecil atau papan
pengumuman resmi dan surat kabar provinsi atau nasional untuk
pekerjaan paket besar.
d. Undangan pemberian penjelasan (Aanwijzing) kepada peserta lelang
yang dilakukan oleh panitia lelang pada tempat dan waktu yang telah
ditetapkan.
e. Penyusunan kriteria penilaian untuk menetukan atau menetapkan calon
pemenang lelang
18
f. Pelaksanaan kegiatan lelang dengan cara memasukan penawaran pada
waktu, tempat dan prosedur yang ditetapkan (metode dua sampul dan
metode dua tahap)
g. Pelaksanaan penilaian terhadap dokumen penawaran yang dimasukan
oleh peserta lelang.
h. Penentuan calon pemenang lelang oleh panitia lelang dan penunjukkan
pemenang lelang oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku.
i. Pengumuman dan penetapan pemenang lelang oleh panitia lelang.
j. Penetapan surat pesanan/membutuhkan barang dengan pihak pemenang
lelang.
k. Pembuatan dan penandatanganan surat perjanjian atau kontrak kerja
antara pihak yang mengadakan barang dengan pihak pemenang lelang.
19
Yang dimaksud dengan penyewaan adalah cara pemenuhan
kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan dengan jalan
pemanfaatan sementara barang milik pihak lain untuk kepentingan sekolah
dengan cara membayar berdasarkan perjanjian sewa-menyewa. Pemenuhan
kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara ini hendaknya
dilakukan apabila kebutuhan sarana dan prasarana bersifat sementara dan
temporer.
6) Pinjaman
Yaitu penggunaan barang secara cuma-cuma untuk sementara waktu
dari pihak lain untuk kepentingan sekolah berdasarkan perjanjian pinjam
meminjam. Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan
cara ini hendaknya dilakukan apabila kebutuhan sarana dan prasarana
bersifat sementara dan temporer dan harus mempertimbangkan citra baik
sekolah yang bersangkutan
7) Pendaurulangan
Yaitu pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara
memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai menjadi barang yang
berguna untuk kepentingan sekolah.
8) Penukaran
Penukaran merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan dengan jalan menukarkan sarana dan prasarana yang
dimiliki dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan organisasi atau
instansi lain. Pemilihan cara pengadaan sarana dan prasarana jenis ini harus
mempertimbangkan adanya saling menguntungkan di antara kedua belah
pihak, dan sarana/prasarana yang dipertukarkan harus merupakan sarana
dan prasarana yang sifatnya berlebihan atau dipandang dan dinilai sudah
tidak berdaya guna lagi.
9) Perbaikan atau Rekondisi
Perbaikan merupakan cara pemenuhan sarana dan prasarana
pendidikan dengan jalan memperbaiki sarana dan prasarana yang telah
mengalami kerusakan, baik dengan perbaikan satu unit sarana dan prasarana
20
maupun dengan jalan penukaran instrumen yang baik di antara instrumen
sarana dan prasarana yang rusak sehingga instrumen-instrumen yang baik
tersebut dapat disatukan dalam satu unit atau beberapa unit, dan pada
akhirnya satu atau beberapa unit sarana dan prasarana tersebut dapat
dioperasikan atau difungsikan.
Prosedur pengadaan barang dan jasa harus mengacu kepada Kepres No.
80 tahun 2003 yang telah disempurnakan dengan Permen No. 24 tahun 2007.
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah umumnya melalui
prosedur sebagai berikut:
a. Menganalisis kebutuhan dan fungsi sarana dan prasarana.
b. Mengklasifikasikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
c. Membuat proposal pengadaan sarana dan prasarana yang ditujuakan
kepada pemerintah bagi sekolah negeri dan pihak yayasan bagi sekolah
swasta.
d. Bila disetujui maka akan ditinjau dan dinilai kelayakannya untuk
mendapat persetujuan dari pihak yang dituju.
21
e. Setelah dikunjungi dan disetujui maka sarana dan prasarana akan dikirim
ke sekolah yang mengajukan permohonan pengadaan sarana dan prasarana
tersebut.
Selain itu, terdapat juga prosedur pengadaan sarana dan prasarana pendidikan.
Prosedur pengadaan barang dan jasa harus mengacu kepada Keppres No. 80/2003
yang telah disempurnakan dengan Permen No. 24/2007. Pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah umumnya melalui prosedur sebagai berikut
(Martin dan Fuad, 2016: 28) :
a. Menganalisis kebutuhan dan fungsi sarana dan prasarana;
b. Mengklasifikasikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan;
c. Membuat proposal pengadaan sarana dan prasarana yang ditujukan kepada
pemerintah bagi sekolah negeri dan pihak yayasan bagi sekolah swasta;
d. Bila disetujui maka akan ditinjau dan dinilai kelayakannya untuk mendapat
persetujuan dari pihak yang dituju;
e. Setelah dikunjungi dan disetujui maka sarana dan prasarana akan dikirim ke
sekolah yang mengajukan permohonan pengadaan sarana dan prasarana
tersebut.
f. Proses pengadaan sarana dan prasarana pendidikan memiliki beragam cara
tergantung dari jenis barang yang akan diadakan. Jenis-jenis sarana dan
prasarana pendidikan dapat digolongkan ke dalam buku, alat, perabot,
bangunan, dan tanah. Berikut merupakan proses pengadaan berdasarkan jenis
sarana dan prasarana pendidikan :
1. Pengadaan Buku
Mengingat arti penting dan sifat buku yang khusus, maka pengadaan
buku diatur dengan prosedur yang khusus pula. Buku-buku atau majalah
yang akan disajikan kepada pembaca terlebih dahulu harus diseleksi agar
bahan bacaan tersebut sesuai dengan usia dan tingkat pendidikan
pembaca, ideologi negara, dan lain sebagainya. Pelaksanaan seleksi
dilakukan oleh Tim Seleksi yang dibentuk oleh Pimpinan Proyek atau
kepala satuan kerja berdasarkan pertimbangan atasan langsungnya.
Kriteria penilaian memerhatikan:
22
a. Isi buku menunjang pendidikan berpikir dan humaniora sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional;
b. Tidak bertentangan dengan ideologi negara pancasila dan undang-
undang dasar 1945;
c. Memerhatikan ketentuan larangan peredaran judul buku tertentu
dari kejaksaan agung, kejaksaan tinggi;
d. Menghindari pembelian buku dari penerbit yang termasuk dalam
daftar hitam;
e. Ditentukan skala prioritas sesuai dengan keperluan dan dana yang
tersedia.
Yang dimaksud dengan buku disini ialah buku pelajaran, buku bacaan,
buku perpustakaan dan buku-buku lainnya. Buku yang dapat dipakai oleh
sekolah meliputi buku teks utama, buku teks pelengkap, buku bacaan baik fiksi
maupun non fiksi, buku sumber dan sebagainya. Tentang jenis-jenis buku yang
diadakan harus mengacu pada standar di atas yang antara lain meliputi (Martin
dan Fuad, 2016: 31) :
1. Buku teks utama adalah buku pokok yang menjadi pegangan guru dan
murid yang subtansinya mengacu pada kurikulum yang berlaku;
2. Buku teks pelengkap adalah buku yang sifatnya membantu atau
merupakan tambahan buku teks utama yang digunakan oleh murid dan
guru yang seluruh isinya menunjang kurikulum;
3. Buku bacaan non fiksi adalah buku bacaan yang ditulis berdasarkan fakta
atau kenyataan. Pada umumnya buku bacaan non fiksi menunjang salah
satu bidang studi. Sistematika penyusunannya tidak seperti buku teks
pelengkap tetapi disajikan secara popular;
4. Buku bacaan fiksi adalah buku bacaan yang ditulis tidak berdasarkan fakta
atau kenyataan, melainkan berdasarkan khayalan penulis. Isi buku bacaan
fiksi biasanya berbentuk cerita yang tidak benar-benar terjadi.
Untuk pengadaan buku dapat dilakukan dengan 4 (empat) cara, yaitu:
a. Membeli
b. Menerbitkan sendiri
23
c. Menerima bantuan/hadiah
d. Menukar.
Dalam hal ini yang biasa dilakukan oleh sekolah adalah membeli dan
menerima bantuan/hibah. Sebab jika menerbitkan sendiri akan sangat
membutuhkan waktu yang lama, sedangkan jika menukar tidak semua materi akan
sesuai dengan materi yang diajarkan atau dengan kurikulum.
2. Pengadaan Alat
Alat yang dimaksud dalam hal ini terdiri atas alat-alat kantor dan alat-
alat pendidikan. Adapun yang termasuk alat kantor ialah alat-alat , yang
biasa digunakan di kantor seperti: mesin tulis, mesin hitung, mesin stensil,
komputer, alat-alat pembersih dan sebagainya. Sedangkan yang termasuk
dalam alat pendidikan ialah alat-alat yang secara fungsional digunakan
dalam proses belajar mengajar seperti alat peraga, alat Praktik alat
laboratorium. alat kesenian, alat olahraga dan sebagainya. Pengadaan alat
kantor dan alat pendidikan dapat dilaksanakan dengan cara (Martin dan
Fuad, 2016: 22-31-32) :
a. Membeli;
b. Membuat sendiri;
c. Menerima bantuan/hibah/hadiah.
3. Pengadaan Perabot
Perabot ialah barang-barang yang berfungsi sebagai tempat untuk
menulis, istirahat, tempat penyimpanan alat atau bahan. Contoh: meja, kursi,
lemari, rak, filling kabinet dan sebagainya. Dalam pengadaan perabot
sekolah, maka ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu sebagai
berikut (Martin dan Fuad, 2016: 32):
a. Antropometri, artinya pengadaan perabot dengan memperhitungkan
tinggi badan atau ukuran penggal-penggal tubuh pemakai (misalnya
siswa dan tenaga kependidikan lainnya);
b. Ergonomis, maksudnya perabot yang akan diadakan tersebut
memerhatikan segi kenyamanan, kesehatan, dan keamanan pemakai;
24
b. Estetis, yaitu perabot tersebut hendaknya menyenangkan untuk dipakai
karena bentuk dan warnanya menarik;
c. Ekonomis, maksudnya perabot bukan hanya berkaitan dengan harganya
tetapi merupakan transformasi wujud efisiensi dan efektivitas dalam
pengadaan dan pendayagunaannya.
4. Pengadaan Bangunan
Pengadaan bangunan dapat dilaksanakan dengan beberapa cara yaitu
sebagai berikut:
a. Membangun Bangunan Baru
Pengadaan bangunan dengan membangun bangunan baru dapat
meliputi sebagai berikut:
1) Mendirikan, memperbaharui (rehabilitasi/renovasi), memperluas,
mengubah dengan cara membongkar seluruh atau sebagian
bangunan gedung;
2) Pembuatan pagar halaman, jalan, pengerasan halaman,
pemasangan pompa/menara air, pengadaan listrik;
3) Kegiatan pekerjaan tanah yang meliputi ; pengurukan tanah,
perbaikan tanah dan penyelidikan tanah.
b. Membeli Bangunan
Pengadaan bangunan melalui membeli bangunan yang sudah jadi
mengikuti ketentuan sebagai berikut:
1) Pada prinsipnya membeli bangunan yang sudah jadi termasuk
tanahnya tidak diperbolehkan. Tetapi dalam hal-hal luar biasa,
dapat diusulkan kepada Menteri Keuangan dan Ketua Bappenas
25
dengan disertai alasan-alasan yang kuat melalui Menteri
Pendidikan Nasional;
2) Setelah ada persetujuan dan dananya sudah tersedia, selanjutnya
dilakukan penawaran harga dari pemiliknya melalui Panitia
Pembebasan Tanah setempat yang dibentuk berdasarkan Keppres
No. 80/2003;
3) Apabila antara harga penawaran dan harga penaksiran Panitia
sudah ada kecocokan, maka dapat langsung diselesaikan akta jual
beli di depan Notaris/Pejabat Pembuat Akta Tanah dan selanjutnya
diselesaikan balik nama sertifikat tanah.
c. Menyewa Bangunan
Pengadaan bangunan melalui menyewa bangunan mengikuti ketentuan
sebagai berikut:
1) Apabila diperlukan untuk keperluan gedung sekolah, gudang dan
sebagainya, maka suatu instansi diperkenankan untuk menyewa
bangunan, dengan syarat anggaran untuk membayar sewa itu harus
sudah tersedia lebih dahulu;
2) Untuk menetapkan besarnya sewa, pemilik bangunan perlu
dimintakan pengesahan/penetapan lebih dahulu kepada Panitia Sewa
Menyewa atau Kantor Urusan Perumahan setempat;
3) Setelah ditetapkan sewanya, dibuat Surat Perjanjian (kontrak) antara
pihak penjual dan pihak yang menyewakan, jika dianggap perlu
dilakukan dengan akta notaris;
4) Gedung sekolah milik swasta (bersubsidi) dahulu pernah mendapat
subsidi dari Pemerintah cq Departemen Pendidikan Nasional, apabila
dipakai oleh sekolah negeri, berdasarkan peraturan subsidi yang
sekarang masih berlaku tidak perlu dibayar sewanya, tetapi Pemakai
wajib memelihara bangunan tersebut sebagaimana mestinya.
d. Menerima Hibah Bangunan
Pengadaan bangunan melalui menerima hibah bangunan mengikuti
ketentuan sebagai berikut:
26
1) Departemen Pendidikan Nasional dapat menerima hibah bangunan
berikut tanah dari pihak lain (Pemerintah Daerah/ Swasta);
2) Agar ada dasar hukumnya, sebaiknya pelaksanaannya dilakukan
dengan Akta N otaris Pejabat Pembuat Akta Tanah setempat.
e. Menukar Bangunan
Pengadaan bangunan melalui menukar bangunan mengikuti ketentuan
sebagai berikut:
1) Penukaran bangunan atau pemindahtanganan barang tidak bergerak
milik negara pada umumnya diatur dalam Keputusan Presiden tentang
pelaksanaan APBN, yaitu segala sesuatu harus mendapat persetujuan
Menteri Keuangan terlebih dahulu;
2) Bangunan milik negara yang tidak memenuhi fungsinya lagi, lokasinya
terlalu ramai atau tanahnya terlalu sempit untuk diadakan perluasan
bangunan, dapat diusulkan untuk ditukarkan dengan bangunan milik
pihak lain yang sudah jadi atau masih akan dibangun di lokasi lain. Usul
penukaran diajukan kepada Menteri Pendidikan Nasional;
3) Setelah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan, maka perlu
dibentuk Panitia Penaksir yang terdiri atas wakil-wakil dari
Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Keuangan, Departeman
Kimpraswil, Departemen Dalam Negeri, BPN dan pemerintah Daerah,
untuk menetapkan penaksiran harga tanah/ bangunan yang lama dan
harga tanah/bangunan baru;
4) Apabila kedua penaksiran itu sudah disepakati, maka dapat diselesaikan
Surat Perjanjian Penukaran di depan Notaris Pejabat Pembuat Akta
Tanah. Penyerahan tanah/bangunan lama, baru boleh dilakukan setelah
tanah/bangunan baru selesai dibangun menurut Surat Perjanjian dan
diterima baik oleh Departemen Pendidikan Nasional;
5) Selanjutnya diselesaikan balik nama sertifikat tanah/bangunan baru,
dan diselesaikan pula penghapusan tanah/bangunan lama dari daftar
inventaris dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional.
27
5. Pengadaan Tanah
Pengadaan tanah dapat dilaksanakan dengan cara membeli, menerima
bantuan atau hadiah, dan dengan menukar. Hal-hal yang perlu diperhatikan
sebelum melakukan pengadaan tanah adalah (Martin dan Fuad, 2016: 39) :
a. Menyusun rencana pengadaan tanah yang lokasi dan luasnya sesua-l
dengan keperluan;
b. Mengadakan survei untuk menentukan lokasi tanah yang baik sesuai
dengan maksud serta memerhatikan perencanaan tata bangunan;
c. Mengadakan survei terhadap adanya sarana jalan, listrik, telepon, air,
dan alat pengangkutan;
d. Mengadakan survei harga tanah di lokasi yang telah ditentukan untuk
bahan pengajuan rencana anggaran dari hasil survey;
b. Mengajukan rencana anggaran kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/
Kota dengan melampirkan data yang telah disusun.
28
b. Objek pikir dalam perencanaan perlengkapan sekolah adalah upaya
memenuhi sarana prasarana pendidikan yang di butuhkan sekolah.
c. Tujuan perencanaan perlengkapan sekolah adalah efektifitas dan
efisiensi dalam pengadaan perlengkapan sekolah.
d. Perencanaan perlengkapan sekolah seherusnya memenuhi prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1) Merupakan proses intelektual;
2) Di dasarkan pada analisis kebutuhan melalui studi komprehensif
menganai masyarakat sekolah dan kemungkinan pertumbuhannya,
serta prediksi populasi sekolah;
3) Harus realistis, sesuai dengan kenyataan anggaran;
4) Visualisasi hasil perencanaan perlengkapan sekolah harus jelas dan
rinci, baik jumlah, jenis, merek, dan harganya
29
a. Merupakan proses menetapkan dan memikirkan.
b. Objek pikir dalam perencanaan perlengkapan sekolah adalah upaya
memenuhi sarana prasarana pendidikan yang di butuhkan sekolah.
c. Tujuan perencanaan perlengkapan sekolah adalah efektifitas dan
efisiensi dalam pengadaan perlengkapan sekolah.
30
( misanya untuk Sekolah Dasar berbeda dengan Sekola Menengah
Pertama.
f. Kemungkinan dengan peralatan yang akan dibeli harsulah perhatian
Hendra dan Wasty (1982)
Disamping itu ada juga beberapa prinsip yang berlaku secara umum
untuk proses pengadaan ini yakni sesuai dengan Kepres No.80 tahun 2003,
Pengadaan barang/jasa wajib menerapkan prinsip-prinsip :
a. Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan
menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang
ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat
dipertanggungjawabkan. Selain itu, efisien adalah pengadaan barang/jasa
harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya seminimal
mungkin untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu
sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan. Istilah efisiensi
dalam pelaksanaannya tidak selalu diwujudkan dengan memperoleh
harga barang/jasa yang termurah karena di samping harga murah, perlu
dipertimbangkan ketersediaan suku cadang, panjang umur dari barang
yang dibeli serta besarnya biaya operasional dan biaya pemeliharaan
yang harus disediakan di kemudian hari. Langkah-langkah yang perlu
dilakukan agar pengadaan barang/jasa supaya efisien adalah:
1. Penilaian metode pengadaan harus dilakukan secara tepat sesuai
kondisi yang ada. Kesalahan pemilihan metode pengadaan dapat
mengakibatkan pemborosan biaya dan waktu.
2. Survey harga pasar sehingga dapat dihasilkan HPS (Harga Perkiraan
Sendiri) dengan harga yang wajar.
3. Evaluasi dan penilaian terhadap seluruh penawaran dengan memilih
nilai value for money yang terbaik.
4. Penyerahan tepat waktu.
b. Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan
yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-
31
besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. Selain itu, Efektif
artinya memberikan hasil, pengaruh, dan daya guna. Sehingga dapat
diartikan prinsip efektif dalam proses pengadaan barang/jasa adalah
bagaimana proses pengadaan tersebut menghasilkan barang/jasa yang
akan benar-benar bermanfaat dan berpengaruh bagi pemenuhan
kebutuhan barang/jasa pemerintah. Selain adanya manfaat yang
diberikan oleh barang/jasa tersebut, kriteria lain yang tak kalah penting
di antaranya:
1. Kualitas terbaik dari barang/jasa yang dibutuhkan.
2. Penilaian kebutuhan, apakah suatu barang/jasa benar-benar
diperlukan oleh suatu instansi pemerintah.
3. Mampu bersinergi dengan barang/jasa lainnya.
4. Terwujudnya dampak optimal terhadap keseluruhan pencapaian
kebijakan atau program.
c. Terbuka dan Bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi
penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui
persaingan yang sehat di antara penyedia barang/jasa yang setara dan
memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur
yang jelas dan transparan. Selain itu, pengadaan barang/jasa harus
terbuka bagi penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan yang jelas
dan transparan agar tercipta persaingan yang sehat. Dengan prinsip
terbuka ini, setiap penyedia yang kompeten akan mendapatkan
kesempatan yang sama besar untuk mengikuti bahkan memenangkan
lelang. Faktor keterbukaan yang penting diterapkan untuk menjamin
persaingan sehat antara lain:
1. Proses pengadaan harus transparan dan dapat diakses oleh seluruh
calon peserta.
2. Panitia pengadaan harus mampu menjaga kondisi tetap kondusif
bagi semua pihak, termasuk bagi penyedia yang berkompetisi.
3. Tiap tahapan dalam proses pengadaan barang/jasa harus selalu
mengutamakan persaingan sehat.
32
4. Pengelola Pengadaan Barang/Jasa harus secara aktif menindak hal-
hal yang dapat menghambat persaingan sehat.
5. Proses pengadaan harus dapat terhindar dari adanya konflik
kepentingan.
d. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan
barang/jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara
evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya
terbuka bagi peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi
masyarakat luas pada umumnya.
f. Adil/Tidak Diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi
semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi
keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun.
g. Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun
manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan
pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang
berlaku dalam pengadaan barang/jasa.
Selain itu, secara umum tujuan pengadaan sarana dan prasarana sekolah
adalah memberikan layanan secara profesional di bidang pendidikan dalam
rangka terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Agar
tujuan tersebut tercapai, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
mengelola sarana dan prasarana pendidikan di sekolah. Prinsip prinsip yang
dimaksud adalah:
33
(1) Prinsip pencapaian tujuan
Tujuan pada dasarnya pengadaan sarana dan prasarana sekolah
dilakukan dengan maksud agar semua fasilitas sekolah dalam keadaan
kondisi siap pakai. Oleh sebab itu, sarana dan prasarana sekolah dapat
dikatakan efektif bilamana fasilitas sekolah itu selalu siap pakai setiap
saat, pada setiap ada seorang personel sekolah akan menggunakannya.
(2) Prinsip efisiensi
Dengan prinsip efisiensi berarti semua kegiatan pengadaan sarana
dan prasarana sekolah dilakukan dengan perencanaan yang hati hati,
sehingga bisa memperoleh fasilitas yang berkualitas baik dengan harga
yang relatif murah. Dalam rangka itu maka perlengkapan sekolah
hendaknya dilengkapi dengan petunjuk teknis penggunaan dan
pemeliharaannya. Petunjuk teknis tersebut dikomunikasikan kepada
semua personel sekolah yang diperkirakan akan menggunakannya.
Selanjutnya, bilamana dipandang perlu, dilakukan pembinaan terhadap
semua personel.
(3) Prinsip administratif
Di Indonesia terdapat sejumlah peraturan perundang undangan
yang berkenaan dengan sarana dan prasarana pendidikan. Sebagai
contohnya adalah peraturan tentang inventarisasi dan penghapusan
perlengkapan milik negara. Dengan prinsip administratif berarti semua
perilaku pengelolaan perlengkapan pendidikan di sekolah itu
hendaknya selalu memperhatikan undang undang, peraturan, instruksi,
dan pedoman yang telah diberlakukan oleh pemerintah. Sebagai upaya
penerapannya, tiap penanggung jawab pengelolaan perlengkapan
pendidikan hendaknya memahami semua peraturan perundang
undangan tersebut dan menginformasikan pada semua personel sekolah
yang diperkirakan akan berpartisipasi dalam pengelolaan perlengkapan
pendidikan.
(4) Prinsip kejelasan tanggung jawab
34
Di Indonesia tidak sedikit adanya lembaga pendidikan yang
sangat besar dan maju. Oleh karena besar, sarana dan prasarananya
sangat banyak sehingga manaje¬mennya melibatkan banyak orang.
Bilamana hal itu terjadi maka perlu adanya pengorganisasian kerja
pengelolaan perlengkapan pendidikan. Dalam pengorgasasiannya,
semua tugas dan tanggung jawab semua orang yang terlibat itu perlu
deskripsikan dengan jelas.
(5) Prinsip kekohesifan
Dengan prinsip kekohesifan berarti pengelolaan sarana dana
prasarana pendidikan di sekolah hendaknya terealisasikan dalam
bentuk proses kerja sekolah yang sangat kompak. Oleh karena itu,
walaupun semua orang yang terlibat dalam pengelolaan sarana dan
prasarana itu telah memiliki tugas dan tanggungjawab masing masing,
namun antara yang satu dengan yang lainnya harus selalu bekerja sama
dengan baik.
Apabila kelima prinsip tersebut diterapkan, manajemen perlengkapan
pendidikan bisa menyokong tercapainya tujuan pendidikan.
a. Tanah
Pengadaan tanah dapat dilakukan dengan cara membeli, menerima
hibah dan menukar. Dalam melakukan pengadaan tanah ada beberapa hal
yang dilakukan yakni membentuk panitia pengadaan, melakukan
pembebasan tanah, pengurusan akte jual beli, pembayaran, dan
pengurusan sertifikat.
b. Bangunan
Pengadaan bangunan dapat dilakukan dengan cara membangun
bangunan baru, membeli bangunan, menyewa bangunan, menerima hibah
35
bangunan dan menukar bangunan. Dalam membangun bangunan baru
meliputi :
1. Mendirikan, merenovasi, memperluas dan mengubah seluruh atau
sebagian bangunan gedung
2. Membuat pagar, jalan, pengaspalan halaman, pemasangan pompa dan
pengadaan listrik
c. Perabotan
Perabotan merupakan sarana pengisian ruangan misalnya meja, kursi,
lemari, rak dan lain-lain. Dalam pengadaan perabotan sekolah (Depdiknas
2007), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seperti segi
antropomentri, ergonomis, estetika, dan segi ekonomi.
1. Antropometri, artinya pengadaan perabot dengan memperhitungkan
tinggi badan atau ukuran penggal-penggal tubuh pemakai (misalnya
siswa dan tenaga kependidikan)
2. Ergonomis, maksudnya perabot yang akan diadakan tersebut
memperhatikan segi kenyamanan, kesehatan, dan keamanan pemakai
3. Estetis, yaitu perabot tersebut hendaknya menyenangkan untuk dipakai
karena bentuk dan warnanya menarik.
4. Ekonomis, maksudnya perabot bukan hanya berkaitan dengan harganya
tetapi merupakn transformasi wujud efisiensi dan efektifitas dalam
pengadaan dan pendayagunaannya.
d. Buku
Pengadaan buku dapat dilakukan dengan cara membeli, menerbitkan
sendiri, menerima hibah dan menukarnya. Agar dapat menerbitkan buku
sendiri tanpa biaya pencetakan maka sekolah dapat membentuk tim
penyususnan buku dan hasilnya dapat diterbitkan dengan cara membuat
kerja sama dengan pihak penerbit buku.
e. Alat
Pengadaan alat-alat sekolah dapat dilakukan dengan cara membeli.
Membuat sendiri dan menerima bantuan. Alat-alat yang dilakukan sekolah
berupa alat kantor dan alat pendidikan. Contohnya seperti computer, alat
36
hitung, alat penyimpan uang, alat pendeteksi uang palsu dan alat
pembersih. sementara alat pendidikan seperti alat peraga, alat praktik, alat
kesenian dan alat olahraga.
2.14 Perencanaan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikaan
37
B. Perencanaan Pengadaan Prasarana/Barang tidak Bergerak Sekolah
Dasar sekurang-kurangnya memiliki prasarana Ruang Kelas, Ruang
Perpustakaan, Laboratorium IPA, Ruang Pimpinan, Ruang Guru,
Tempat Ibadah, Ruang UKS, Jamban/ wc/ toilet, gudang, Ruang
sirkulasi, Tempat bermain.Sedangkan untuk SMP dan untuk SMA
Sebagai contoh langkah – langkah perencanaan pengadaan adalah sbb:
1) Ruang kelas
a) Mengadakan survey terhadap tanah dan lokasi, dimana ruang
kelas akan di bangun.
b) Mengadakan survey harga peralatan bangunan dan kelengkapan
ruang kelas
c) Menyusun rencana anggaran d) Mengajukan proposal
/permohonan pengadaan ruang kelas berdasarkan analisis
kebutuhan ruangan kelas yang akan dibangun.
2) Ruang UKS
a) Analisis kebutuhan ruang UKS yang akan didirikan dan
merencanakan letak dan luas ruang UKS
b) Mengadakan survey terhadap tanah dan lokasi, dimana
laboratorium akan dibangun.
c) Mengadakan survey harga peralatan ruang UKS
d) Menyusun rencana anggaran
e) Mengajukan proposal /permohonan pengadaan ruang UKS
berdasarkan analisis kebutuhan ruang UKS yang akan didirikan .
3) Laboratorium IPA
a) Analisis kebutuhan laboratorium yang akan didirikan dan
merencanakan letak dan luas Lab IPA
b) Mengadakan survey terhadap tanah dan lokasi, dimana
laboratorium akan dibangun.
38
c) Mengadakan survey harga peralatan Laboratorium IPA
d) Menyusun rencana anggaran
e) Mengajukan proposal /permohonan pengadaan Laboratorium
IPA berdasarkan analisis kebutuhan laboratorium yang
akandidirikan.
4) Laboratorium komputer
a) Analisis kebutuhan laboratorium yang akan didirikan dan
merencanakan letak dan luas Lab komputer
b) Mengadakan survey terhadap tanah dan lokasi, dimana
laboratorium akan dibangun.
c) Mengadakan survey harga peralatan Laboratorium komputer
d) Menyusun rencana anggaran
e) Mengajukan proposal /permohonan pengadaan Laboratorium
komputer berdasarkan analisis kebutuhan laboratorium yang
akan didirikan.
5) Ruang Perpustakaan
a. Analisis kebutuhan dan merencanakan letak dan Desain
perpustakaan
b. Mengadakan survey terhadap tanah dan lokasi Perpustakaan
yang akandibangun.
c. Mengadakan survey harga peralatan dan mebelair ruang
perpustakaan
d. Menyusunrencanatermasukrencanaanggaran
e. Menyusun dan mengajukan proposal /permohonan pengadaan
Ruang Perpustakaan berdasarkan analisis kebutuhan ruang
perpustakaan yang akan didirikan. Contoh Format Proposal:
1) Uraian kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi latar
belakang, tujuan, sasaran serta sumber pendanaan.
2) Waktu pelaksanaan pekerjaan yang diperlukan.
39
3) Kebutuhan
4) Rincian biaya
5) Produk yang dihasilkan dan
6) Gambar rencana kerja dan spesifikasi teknis (apabila
diperlukan). Lampiran: Profil Sekolah Denah sekolah
2) Bangunan
a) Menyusun rencana pendirian bangunan yang akan didirikan
berdasarkan analisis kebutuhan secara lengkap dan teliti.
b) Mengadakan survei terhadap tanah dimana bangunan akan
didirikan,hal luasnya,kondisi,situasi,status,perizinan dan
sebagainya.
c) Menyusun rencana kontruksi dan arsitektur bangunan sesuai
pesanan.
d) Menyusun rencana anggaran biaya sesuai dengan harga standar.
e) Menyusun pertahapan rencana anggaran secara teknik dan
memperhatikan skala prioritas yang telah ditetapkan
berdasarkan kebijakan pemerintah.
40
Bagi sekolah dasar negeri umumnya pendirian bangunan
sekolah mendapatkan subsidi dari pemerintah pusat, pemerintah
daerah melalui hibah,seleksi, matchinggrant atau blockgrant dan ada
aturan/panduan khusus dalam pengelolaannya. Beberapa aspek yang
bertalian dengan perencanaan dan pengembangan bangunan, yakni:
41
memperhatikan penempatan/tata letak, pencahayaan dan
udara atau penghawaan.
b) Rencana Rehabilitasi
42
Rencana rehabilitasi hendaknya dibuat sehemat
mungkin.Rehabilitasi dilakukan agar siswa dapat
menjalankan proses belajar dengan baik dan mengurangi
kemungkinan anak putus sekolah. Rencana pengembangan
sekolah melalui rehabilitasi dapat dilakukan dengan
melakukan beberapa kegiatan diantaranya:
3. Survei terhadap bangunan dan perlengkapan yang
sudah ada
4. Mencatat secara terperinci perbaikan-perbaikan yang
diperlukan
5. Kepala sekolah dengan stafnya dapat mengusulkan
perbaikanperbaikan untuk kepentingan efektivitas
pelaksanaan program sekolah.
Perbaikan-perbaikan ini diantaranya mencakup
mengecat dan melabur, mengganti bahan-bahan atau
bagian-bagian yang sudah usang atau lapuk,
menyempurnakan akustik ruangan belajar, menambah
tempat ruang buang air, memperbaiki fasilitas mencuci
tangan dan kaki dan pekerjaan-pekerjaan perbaikan
lainnya yang bertalian dengan pelaksanaan inovasi
pendidikan.
Dalam perencanaan hendaknya memperhatikan
Kondisi Sanitasi agar kebutuhan akan kesehatan dan
pendidikan pada peserta didik dan seluruh anggota
terpenuhi. Sanitasi berdampak pada kelancaran
pelaksanaan program pengajaran di sekolah. Oleh karena
itu kepala sekolah hendaknya menyadari tanggung
jawabnya untuk senantiasa mengawasi ruangan-ruangan
sekolah agar selalu bersih,teratur sehingga kondisinya
memberikan pengaruh yang optimal dalam proses belajar
dan terhadap perkembangan kesehatan.
43
D. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan yang Efektif
Suatu perencanaan sarana dan prasarana pendidikan
dikatakan efektif apabila mampu menyediakan jawaban atas
pertanyaan yang memuat kata tanya 5W + 1H sebagai berikut:
44
tenaga, penempatannya, pembiayaannya, pengupahan dan
penggajian, pemberhentian, pemecatan, dan pemensiunannya.
45
2.15 Asas-Asas Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
46
Kegunaan suatu alat tidak hanya untuk suatu kegiatan (pekerjaan),
tetapi juga dipergunakan untuk beberapa jenis kegiatan. Dengan
demikian akan berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan misalnya:
Dengan membeli peralatan yang dapat digunakan untuk beberapa
pekerjaan akan lebih murah daripada membeli dua buah peralatan yang
digunakan untuk tiap keperluan.
Demikian pula maksud fasilitas disini, mempunyai arti apabila
dimasa yang akan datang terjadi perubahan-perubahan dapat
diseesuaikan dan masih dapat digunakan.
5) Standarisasi
Hal ini menunjukkan kepada pengguna peralatan dan perabot kantor
harus dengan ukuran, bentuk, warna, dan buatanya sama diseluruh
organisasi. Standarisasi ini akan menguntungkan penggunaan perabot
kantor yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan organisasi yang
bersangkutan, dapat menciptakan keseragaman dan efisiensi kantor,
serta mengurangi perselisihan di antara pegawai karena perebutan
peralatan yang paling bagus.
47
Penggunaan peralatan dan perabot kantor harus efisien. Kemampuan
dari alat-alat perabot harus menjadi pertimbangan dalam pembelian
barang-barang tersebut, karena jika kemampuannya kurang maka tidak
akan menunjang terhadap pekerjaan kantor, sehingga kurang efisien.
Kemampuan dari peralatan itu dapat diketahui dan ditentukan oleh
pengalaman dari pemakai. Oleh karena itu karyawan yang ada harus
dipertimbangkan ketika pembelian peralatan kantor. Pertimbangan ini
sangat penting, karena unsur manusia (karyawan) menentukan apakan
peralatan dan perabotan banyak dipakai atau tidak.
48
2.16 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pengadaan Sarana dan
Prasarana Pendidikan
49
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
49
DAFTAR PUSTAKA
51