Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PROBLEMATIKA PAI PADA SEKOLAH 2

Mata kuliah : Materi PAI SMA/SMK


Dosen Pegampu : Semiana Hasibuan, M.Pd.I

Disusun Oleh : Kelompok 6

Rian Gunawan NPM : 2101010213

Azizah NPM : 2101010108

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS AL WASHLIYAH
T.A 2023/2024
KATA PEGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugerah dari-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Problematika PAI
Pada Sekolah 2” ini.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar


kita Nabi Muhammad SAW. yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang
lurus berupa ajaran Agama Islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi
seluruh alam semesta.

Kami sebagai penulis secara langsung atau tidak langsung telah mendapatkan
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu
mata kuliah Materi PAI SMA/SMK dan teman-teman sekalian yang sudah
mendukung penulis.

Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar
kedepannya dapat lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga
makalah ini dapat dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 6 November 2023

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................i

Daftar Isi ...........................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1


1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3. Tujuan ........................................................................................................... 1

BAB II. PEMBAHASAN .................................................................................2

2.1. Hakikat Sarana Prasarana ......................................................................2


2.2. Problematika Sarana Prasarana ..............................................................3
2.3. Solusi Sarana Prasarana .........................................................................5
2.4. Permasalahan Dalam Realisasi Pembiayaan Pendidikan Agama Islam Di
Lapangan dan Solusinya .......................................................................9
2.5. Problematika Mutu Pendidikan Agama Islam ........................................11

2.6. Problematika Guru PAI .........................................................................12

BAB III. PENUTUPAN ....................................................................................16

3.1. Kesimpulan ..........................................................................................16


3.2. Saran ....................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sarana dan prasarana pendidikan merupakan instrumen penting dalam
pendidikan dan menjadi satu dari delapan Standar Nasional Pendidikan. Begitu
pentingnya sarana dan prasarana pendidikan sehingga setiap institusi berlomba-
lomba untuk memenuhi standar sarana dan prasarana pendidikan demi
meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Sarana dan prasarana pendidikan di sekolah selama ini tidak dikelola dengan
pengetahuan yang cukup sehingga sering terjadi ketidaktepatan dalam pengelolaan.
Ketidaktepatan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan menyangkut cara
pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan. Bahkan, banyak pengelola yang kurang
memahami standar dari sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Beberapa kasus
membuktikan banyak sarana yang dibeli, padahal bukan menjadi skala prioritas
utama suatu lembaga pendidikan. Hal yang paling tragis dan sering terjadi dalam
budaya kita adalah mampu membeli tetapi tidak mampu merawat.
1.2. Rumusan masalah
A. Apa itu hakikat saraa prasarana?
B. Apa saja problematika dari sarana prasarana?
C. Bagaimana solusSi dan problematika sarana prasarana?
D. Apa Permasalahan Dalam Realisasi Pembiayaan Pendidikan Agama Islam
Di Lapangan dan Solusinya?
E. Apa Problematika Mutu Pendidikan Agama Islam?
F. Apa Problematika Guru PAI?
1.3. Tujuan
A. Untuk mengetahui hakikat sarana prasarana
B. Untuk mengetahui problematika dari sarana prasarana
C. Untuk mengetahui solusi dari problematika sarana prasarana
D. Untuk mengetahui Permasalahan Dalam Realisasi Pembiayaan
Pendidikan Agama Islam Di Lapangan dan Solusinya
E. Untuk mengetahui Problematika Mutu Pendidikan Agama Islam
F. Untuk mengetahui Problematika Guru PAI

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hakikat Sarana Prasarana

Standar Nasional Pendidikan merupakan acuan utama yang mengatur tentang


standar minimal yang harus terpenuhi dalam pengelolaan sekolah oleh segenap
penyelenggara sekolah, yaitu guru dan kepala sekolah. Tuntutan profesionalisme
seorang guru tidak hanya dari pihak pemerintah saja, melainkan juga diminta oleh
pihak masyarakat yang memanfaatkan tenaga guru dalam membimbing, mengajar,
dan mendidik peserta didik. Alasannya tanpa adanya profesionalisme guru maka
akan sangat mustahil siswa dapat mencapai kualitas hasil belajar yang maksimal.
Tentunya perlu secara seksama kita lakukan peninjauan kembali kepada Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Pengelolaan yang dilakukan sekolah terhadap standar sarana dan prasarana yang
dimiliki telah dapat disesuaikan dengan standar nasional pendidikan dan tidak
memiliki perbedaan yang mendasar pada sekolah swasta dan sekolah negeri.
Pelaksanaan pengelolaan yang dilakukan oleh manajemen sekolah merupakan
upaya yang maksimal dilakukan untuk memanfaatkan dan merawat segala sesuatu
yang bersifat milik sekolah dalam konteks sarana dan prasarana pendukung
penyelenggaraan pendidikan.

Sarana dan prasarana yang dikelola oleh manajemen sekolah swasta dan
sekolah negeri terdapat perbedaan dalam prosedur memperolehnya, di mana
sekolah Swasta dapat meminta bantuan pada pemerintah melalui dana hibah dan
juga dapat memperoleh dari pihak yayasannya, sedangkan sekolah negeri hanya
bersumber dari dana pemerintah. Hal ini sesuai dengan Tilaar, (2004:3.18) bahwa
"faktor lain yang sangat berperan dalam penataan sekolah agar dapat mendukung
penyelenggaraan pendidikan secara maksimal adalah terpenuhinya standar sarana
dan prasarana sekolah, baik yang bersifat tetap maupun tidak tetap. Pendapat lain
juga dikemukakan oleh Ali, (2008:119) bahwa "sekolah hendaknya memiliki sarana

2
dan prasarana penunjang pendidikan secara baik dan mencukupi semua
kepentingan proses pembelajaran, sehingga kegiatan yang dilakukan akan
memberikan hasil yang maksimal serta dapat mencapai tujuan pendidikan di
sekolah maupun tujuan secara umum tentang kualitas lulusannya." Pendapat di atas
menunjukkan bahwa betapa pentingnya sarana dan prasarana yang dapat
mendukung penyelenggaraan sekolah, baik dalam pembelajaran maupun
keadminis-trasian. Standar sarana dan prasarana dalah kriteria minimal yang harus
dipenuhi berkaitan dengan tempat belajar, tempat berolahraga, tempat ibadah,
laboratorium, perpustakaan, bengkel kerja, tempat bermain, dan tempat lain di suatu
instansi pendidikan seperti sekolah. Secara umum yang dimaksud sarana dan
prasarana adalah seperangkat alat yang digunakan untu suatu kegiatan, alat tersebut
bisa berupa alat utama atau alat yang yang membantu proses kegiatan, sehingga
tujuan dari kegiatan tersebut dapat tercapai. Sebenarnya sarana dan prasarana bukan
hanya meliputi seperangkat alat atau barang saja, tapi bisa juga suatu tempat atau
ruangan untuk proses kegiatan.

2.2. Problematika Sarana Prasarana

Pemasalahan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Sarana dan prasarana


pendidikan merupakan salah satu komponen yang menunjang keberhasilan atau
ketercapaian tujuan pendidikan. Segala bentuk permasalahan yang berkaitan
dengan sarana dan prasarana hendaknya segela diselesaikan. Hal ini dilakukan
untuk menciptakan suasana belajar yang efisien dan berjalan lancar. Proses
pebelajaran dapat dikatakan baik atau buruk tergantung pada kinerja fungsi dari
sarana dan prasarana yang ada. Kurangnya sarana dan prasarana di setiap sekolah
menjadi masalah yang sangat penting. Kurangnya sarana dan prasarana ini
membuat pembelajaran di sekolah berjalan kurang optimal dan tidak mencapai
tujuan yang diinginkan. Untuk itu perlu adanya tindak lanjut dari pemerintah,
sekolah, lembaga pendidikan, maupun orangtua peserta didik. Berikut adalah
beberapa permasalahan sarana dan prasarana Pendidikan di Indonesia yaitu :

A. Fasilitas yang minim


Volume sarana dan prasarana yang minim masih mejadi pemasalahan
utama disetiap sekolah di Indonesia. Terutama di daerah pedesaan yang jauh

3
dari perkotaan. Masalah sarana dan prasarana pendidikan yang kurang
memadai juga dapat disebabkan oleh ketidakpedulian sekolah terhadap
perawatan fasilitas yang ada yang akan menjadikan buruknya sarana dan
prasarana. Sikap acuh tak acuh dan tidak adanya pengawasan dari pemerintah
banyak fasilitas di sekolah yang terbengkalai.
Hal ini akan menimbulkan ketidaknyamanan dalam menggunakan
fasilitas yang ada karena keadaan sarana dan prasarana yang kurang memadai
dan fasilitas yang rusak. Dengan adanya ketidaknyamanan ini akan
mengakibatkan peserta didik enggan melaksanakan proses pembelajaran
dengan baik.
Kasus seperti ini dapat menimbulkan kesenjangan mutu pendidikan.
Banyak peserta didik yang berada di desa tidak bisa menikmati kenyamanan
dan kelengkapan fasilitas seperti peserta didik di Kota. Oleh karena itu,
kualitas pendidikan di desa semakin kalah bersaing dengan kualitas
pendidikan di kota. Selain itu masıh banyak fasilitas yang belum memenuhi
mutu standar pelayanan minimal. Hal seperti ini membuktikan bahwa
lembaga pendidikan kurang memfasilitasi bakat dan minat siswa dalam
mengembangkan diri. Akibat ketidak tersedianya fasilitas tersebut, para
pelajar mengalokasiakan kelebihan waktunya untuk hal-hal yang negatif.

B. Rendahnya Sumber daya manusia


SDM pun juga memicu permasalahan sarana dan prasarana, dalam hal
ini dalam permasalahan Sumber Daya Manusia (SDM) kurangnya tenaga
pendidik menjadi salah satu faktor problematika yang terjadi dalam sarana
prasarana pendidikan. kualitas pendidikan tergantung dari kualitas pendidik,
banyaknya jumlah pendidik tidak menjamin bahwa kualitas pendidikan
meningkat, namun yang sangat diperlukan adalah bagaimana seorang
pendidik mengajarkan suatu pengajar dengan kemampuannya yang sudah
terlatih atau sudah profesional dan bisa menciptakan peserta didik yang
kompoten dalam segala hal, kreatif serta inovatif. Dalam soal pendidikan,
belajar bukan lah sebuah proses untuk menjadikan siswa sebagai "ahli" pada
mata pelajaran tertentu. Siswa lebih membutuhkan "pengalaman" dalam

4
belajar, bukan "pengetahuan". Adanya pengetahuan tidak menjamin bahwa
peserta didik mampu untuk berekplorasi lebih jauh apabila tidak didukung
oleh sebuah pengalaman dasar, pengalaman dasar dapat menuntun dan
mengarahkan peserta didik untuk mencapai sesuatu yang ingin dicapainya.
Karena itu, kualitas pendidik menjadi syarat utama tercapainya kualitas
belajar yang baik.

C. Alokasi dana yang terhambat


Banyaknya kasus penyalahgunaan dana adminitrasi sekolah, membuat
sarana dan prasarana sekolah tidak terwujud sesuai dengan harapan, banyak
sekali kasus penyalahgunaan dana sekolah yang seharusnya digunakan untuk
membuat sarana prasarana malah digunakan untuk kepentingan oknum
tertentu.

D. Perawatan yang Buruk


Ketidak pedulian dari sekolah terhadap perawatan fasilitas yang ada
menjadikan buruknya sarana dan prasarana. karena pihak sekolah tidak terlalu
memperhatikan bagaimana merawat sarana prasarana yang telah diberikan
dan bersikap acuh tak acuh dan tidak adanya pengawasan dari pemerintah,
membuat banyak fasilitas sekolah yang terbengkalai. Ketidaknyamanan
menggunakan fasilitas yang ada, akibat kondisi yang banyak rusak, membuat
para pelajar enggan menggunakannya. Kasus seperti ini biasanya terjadi
karena tidak adanya kesadaran dari setiap guru, siswa, dan pengurus sekolah.

2.3. Solusi Sarana Prasarana


Solusi Saran dan Prasarana Menurut Suci Rahmiga Pendidikan di indonesia
itu sangat minim sekali terutama dalam sarana dan prasarana, seperti hal nya sarana
prasarana pendidikan di sekolah rusak di berbagai di indonesia dan banyak
memprihatinkan terutama di dacrah terpencil. Ketika sarana dan prasarana sckolah
tidak memadai maka akan berakibat dalam masalah minimnya pendidikan, di
sebabkan karena keterbatasan fasilitas sekolah dan pembelajaran yang tidak
memadai. Setiap pendi di kan itu wajib memi liki saran a seperti pera bot pe ra latan

5
pendidikan,media pendidikan,buku dan sumber belajar terscbut agar dapat
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan teroktimal.apabila kelengkapan
fasilitas di atas memadai dan di kelola dengan baik baik maka sarana dan prasarana
berjalan dengan optimal sebaik mungkin.
A. Fasilitas Yang Minim
Kurangnya sarana dan prasarana di setiap sekolah menjadi masalah
yang sangat penting. Kurangnya sarana dan prasarana ini membuat
pembelajaran di sekolah berjalan kurang optimal dan tidak mencapai tujuan
yang diinginkan. Untuk itu perlu tindak lanjut dari pemerintah, sekolah,
lembaga pendidikan, maupun orang tua peserta didik.
1) Upaya yang pemerintah
Menurut saya pemerintah harus meningkatkan anggaran dana
pendidikan dan juga bisa menanggung biaya pendidikan bagi warga yang
kurang mampu, baik untuk sekolah negeri maupun swasta. Pemerintah harus
memperhatikan sarana dan prasarana yang ada di daerah masing-masing
apakah ada kekurangan atau kerusakan. Pemerintah juga harus memperluas
dan memeratakan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan bagi
masyarakat kurang mampu, adapun strategi yang dapat dilakukan, yaitu
pemantapan prioritas pendidikan dasar sembilan tahun, pemberian beasiswa
dengan sasaran yang strategis, pemberian insentif kepada guru yang bertugas
di wilayah terpencil, pemantapan sistem pendidikan terpadu untuk anak yang
memiliki kelainan, serta meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam
menunjang pendidikan yang berkualitas. (Suci Rahmiga)
2) Upaya Sekolah dan Orang tua
Upaya yang bisa dilakukan yaitu seperti sekolah pandai-
pandaimengolah dana dan juga harus meminta dana kepada pemerintah sesuai
dengankeadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan di sekolah tersebut.
Jika adakekurangan, guru juga meningkatkan kreativitasnya untuk mengajar
dengan alatseadanya. Untuk orangtua mungkin bisa memberikan sumbangan-
sumbanganyang dapat membantu proses belajar mengajar di sekolah dengan
membayar sppdan komite dengan tepat waktu. (Suci Rahmiga)
3) Upaya lembaga pendidikan

6
Menurut saya lembaga pendidikan disetiap daerah harus mendata
sekolah-sekolah yang ada disektitar untuk mengetahui sarana dan prasarana
yang kurang dan perlu ditambah atau diperbaiki lagi. (Suci Rahmiga)

B. Sumber Daya Manusia


Menurut Krismiyati (2017) ada 3 indikator pengembangan sumber daya
manusia :
1) Motivasi
Motivasi adalah dorongan hati atau jiwa yang menjadi dasar atau alasan
untuk melakukan sesuatu kegiatan pekerjaan. Dalam pengkajian ini motivasi
diukur dengan menggunakan konsep yang dikembangkan oleh Mc Clelland.
Menurut Mc Clelland ada tiga hal yang mendorong seseorang untuk
melakukansesuatu yaitu: motivasi terhadap prestasi (dorongan hati untuk
memberikansumbangan/kontribusi nyata dalam setiap kegiatan), motivasi
terhadapkekuasaan (dorongan hati untuk mempengaruhi perilaku orang lain
sertamengontrol dan memanipulasi lingkungan), dan motivasi berafiliasi
(doronganhati untuk berhubungan dengan orang lain serta untuk disenangi
orang lain)(Puspitarini & Kusumawati, 2011).
2) Kepribadian
Kepribadian mencakup kebiasaan, sikap, sifat, yang dimiliki seseorang
yang berkembang ketika seseorang berhubungan dengan orang lain.
Kepribadian sangat kaitannya dengan nilai dan norma, dan perilaku.
Kepribadian merupakan konsep luas yang, sehingga pengertian kepribadian
banyak ditanggapi berbeda-beda oleh para ahli Sosiologi. Namun dari definisi
pengertian kepribadian saling melengkapi dan memperkata konsep
kepribadian.(Krismiyati, 2017).
3) Keterampilan
Menurut Ariani (2013) terampil adalah cakap dalam menyelesaikan
tugas, mampu dan cekatan. Keterampilan adalah kecakapan untuk
menyelesaikan tugas. atau kecakapan yang disyaratkan. Dalam pengertian
luas, jelas bahwa setiap cara yang digunakan untuk mengembangkan

7
manusia, bermutu dan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
sebagaimana diisyaratkan (Suparno, 2001).

C. Alokasi Dana yang Terhambat


Untuk mengurangi penyalahgunaan dana admnisitrasi sekolah
dibutuhkan pengelolaan pengalokasian dana sekolah.
Menurut Mujayaroh & Rohmat (2020) ada 3 tahap pengelolaan
pengalokasian dana sekolaha.
1) Perencanaan Pengelolaan Dana Pendidikan
Perencanaan dalam manajemen keuangan adalah kegiatan
merencanakansumber dana untuk menunjang kegiatan pendidikan dan
tercapainya tujuan pendidikan. (Mujayaroh & Rohmat, 2020)
2) Pengalokasian Dana Pendidikan
Pengalokasian atau distribusi anggaran pendidikan adalah suatu
rencana penetapan jumlah dan prioritas uang yang akan digunakan
dalam pelaksanaan pendidikan disekolah. (Depdiknas: 2009).
3) Evaluasi
Kegiatan evaluasi merupakan tahapan terakhir setelah tahap
perencanaan, pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi.
Evaluasididefinisikan oleh Nanang Fattah sebagai proses pembuatan
pertimbanganmenurut suatu perangkat kriteria yang disepakati dan
dapatdipertanggungjawabkan. (Mujayaroh & Rohmat, 2020)

D. Perawatan yang Buruk


Menurut Riri Suliyarti (2019)
Manajemen pemeliharaan sarana prasarana pendidikan terbagi atas
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
1) Perencanaan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Perencanaan adalah tindakan yang akan dilakukan untuk
mendapatkanhasil yang ditentukan dalam jangka dan ruang waktu
tertentu. Perencanaanmerupakan proses pemikiran, baik secara garis
besar maupun secara mendetaildari sutu kegiatan atau pekerjaan yang

8
dilakukan untuk mencapai kepastian yang paling baik dan ekonomis.
Perencanaan juga dapat disebut sebagai antisipasi darisuatu yang akan
terjadi, karena harus merupakan proses yang sebaik-baiknya. (Riri
Suliyarti, 2019)
2) Pengorganisasian Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
PrasaranaPengorganisasian adalah kegiatan dasar dari
manajemen dilaksanakanuntuk mengelola dan menhatur unsure
manusia, sehingga pekerjaan dapatdiselesaikan dengan sukses. (Riri
Suliyarti, 2019)
3) Pelaksanaan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Pelaksanaan akan berjalan dengan baik apabila semua anggota
berkomitmen tinggi, dan berpartisipasi dalam mencapai tujuan lembaga
peniddikan semampu dan semaksimal mungkin.
4) Pengawasan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Pengawasan adalah suatu usaha untuk meneliti kegiatan-kegiatan
yangtelah akan dilaksanakan. Pengendalian berorientasi pada objek
yang dituju danmerupakan alat untuk menyuruh orang-orang bekerja
menuju sasaran yang ingin dicapai. (Terry, 2003)

2.4. Permasalahan Dalam Realisasi Pembiayaan Pendidikan Agama Islam


Di Lapangan dan Solusinya
Pada umumnya, masalah yang dihadapi madrasah, dalam hal ini sekolah yang
berbasiskan agama, adalah persoalan pembiayaan pendidikan. Apabila dilihat dari
aspek penyebabnya, hasil penelitian Puslitbang Pendidikan Agama Dan
Keagamaan tahun 2006 tentang pembiayaan pendidikan di madrasah menyebutkan
bahwa kesulitan yang dihadapi dalam pengelolaan pembiayaan pendidikan ternyata
berawal dari persoalan penggalian dana itu sendiri.
Masalah lain yang biasanya muncul ialah daya dukung masyarakat sekitar
yang rendah. Padahal, hal ini sangat penting mengingat masyarakat sebagai
partisipan dan pendorong ke arah suksesi program lembaga pendidikan.
Keberadaannya sangat penting
guna menunjang pembiayaan pendidikan. Kenapa hal ini terjadi? Karena

9
masyarakat tidak dilibatkan langsung dalam proses penganggaran, sehingga tingkat
perhatian mereka terhadap lembaga berhenti pada wilayah memasrahkan anak
didiknya saja (Hamidah et al., 2019).
Selanjutnya untuk solusi Perbaikan Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan
Islam adalah menelaah problem yang cukup dilematis di atas, maka diperlukan
langkahlangkah satrategis dalam pemecahannya. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan.
Pertama, persolan pembiayaan adalah hal yang sangat sensitif keberadaannya.
Hal ini karena bisa membawa kemajuan lembaga jika dikelola dengan baik,
sebaliknya akan membawa lembaga menjadi terpuruk, apabila komponen/pihak di
lembaga tidak mengelola secara professional, tidak berprinsip pada keterbukaan,
tidak berorientasi pada perbaikan, kepentingan yang sifatnya personal untuk
membangun lembaga sehingga mencari peluang hanya untuk personal dirinya
(Masyfu, 2017).
Oleh karena itu, seluruh komponen yang ada dalam lembaga pendidikan,
kaitannya dengan proses penyusunan pembiayaan pendidikan, harus dilibatkan. Hal
ini dilakukan sebagai wujud asas keterbukaan, kebersamaan, serta bertanggung
jawab atas amanah kelembagaan yang harus dipikul bersama. Baik dan buruknya
lembaga menjadi akuntabilitas bersama (Dewanggi H.P. & Sawitri, 2017).
Kedua, terkait dengan penempatan alokasi dana, pihak di dalamnya
diupayakan mampu menyusun dan mengelola dengan baik, berapa anggaran yang
ada, bagaimana anggaran itu dibelanjakan atau dialokasikan, serta bagaimana
sistem pelaporannya. Apabila komponen di dalamnya ada yang kurang mengerti,
perlu dilakukan Diklat tentang bagaimana menyusun anggaran yang baik. Bisa
dengan pelatihan penyusunan anggaran atau hal lain yang sejenis.
Ketiga, kepala sekolah sebagai motor penggerak, diharapkan mempunyai
keterampilan entrepreneurship (keterampilan kewirausahaan) dan kemampuan
manajerial serta kesupervisian (Munhayati, 2020).
Keempat, madrasah hendaknya melibatkan masyarakat dalam pengangaran
pembiayaan pendidikan, melalui rapat rutin ataupun bisa diselipkan pada rapat
musyawarah kenaikan sekolah/kelulusan. Hal demikan dilakukan sebagai wujud
asas keterbukaan.

10
Kelima, lembaga pendidikan Agama Islam, dalam hal ini sekolah sebagai
lembaga yang berbasiskan agama yang di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur,
diharapkan memegang teguh prinsip keadilan, prinsip amanah, kejujuran,
musyawarah, keterbukaan, kedisiplinan, dan sebagainya. Prinsip-prinsip tersebut
harus dipegang teguh oleh seluruh elemen lembaga.
Dengan demikan, diharapkan ada solusi manajemen pembiayaan pendidikan
Agama Islam, sehingga akan persoalan pembiayaan pendidikannya yang baik.

2.5. Problematika Mutu Pendidikan Agama Islam


Mutu pendidikan terbagi kedalam dua perspektif yaitu mikro dan makro.
Perspektif mikro menyatakan mutu pendidikan adalah mutu layanan pembelajaran.
Fokus perhatian perspektif ini ialah adanya jaminan untuk peserta didik supaya
mendapatkan kegiatan pembelajaran yang bermutu. Dengan demikian
profesionalitas guru sebagai pendidik menjadi perhatian utama dalam proses
pengajaran dan pembelajaran kepada peserta didik. Adapun perspektif makro, mutu
pendidikan merupakan dukungan dalam penyediaan sarana dan prasarana yang
memadai serta pembiayaan yang mencukupi kegiatan pembelajaran yang bermutu.
(Satori, 2016, p. 135)
Bagi pendidikan tingkat dasar dan menengah capaian mutu pendidikan
ditinjau berdasarkan Standar Nasional Pendidikan. Standar capaian tersebut
meliputi konten, proses, kompetensi lulusan, penilaian, guru dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, manajerial dan pembiayaan. Selanjutnya
prosedur pelaksanaan penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan bagi tingkat
dasar dan menengah di antaranya ialah pengkajian, analisis, pelaporan mutu
pendidikan. Kemudian menumbuhkan budaya peningkatan mutu secara
berkelanjutan sehingga tercapai peningkatan mutu sesuai standar. (Satori, 2016, p.
127)
Mutu Pembelajaran PAI merupakan pencetak kader muslim berkualitas
melalui keseimbangan input, proses dan output pembelajaran. Maksudnya peserta
didik dapat mengamalkan nilai, sikap dan keterampilan hidup sesuai Islam. (Subhi,
2016) Mutu pembelajaran PAI dipengaruhi beberapa faktor seperti pendidik,

11
peserta didik dan kurikulum. Adapula faktor lain seperti sarana dan prasarana serta
sistem manajemen dan lingkungan.
Dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah, ditemukan beberapa
masalah yang timbul dari diri pendidik atau guru itu sendiri. Di antara problematika
guru Pendidikan Agama Islam adalah (1) Kurang optimalnya kinerja guru PAI baik
disiplin kerja maupun penerapan perencanaan pembelajaran; (2) Rendahnya gaji
guru PAI terutama guru honorer menyebabkan tingkat kesejahteraan guru kurang;
(3) ketidak mampuan mengendalikan situasi kelas terutama pada kelas yang
memiliki peserta didik kurang baik dalam akhlak; (4) di sebagian sekolah masih
terdapat pendidik yang belum memenuhi kualifikasi guru minimal sarjana.
(Jadidah, 2021)
Beberapa solusi diharapkkan mampu mendorong upaya perbaikan atas
permasalahan yang dihadapi pendidik tersebut yaitu (1) peningkatan disiplin kerja
guru dan penerapan perencanaan pembelajaran yang baik dengan adanya
pembinaan, latihan maupun work shop; (Siti Khadijah, Murniati AR, 2017) (2)
pemerintah maupun yayasan tempat guru mengabdi sepatutnya memperhatikan
kesejahteraan guru, hal tersebut tentu membantu guru untuk meningkatkan
kesejahteraannya dan berdampak pada peningkatan kualitas didik guru; (3) guru
patutnya belajar dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan mengendalikan
situasi kelas supaya suasana kelas menjadi nyaman dan kondusif; (4) guru PAI
seharusnya adalah guru yang telah memenuhi kualifikasi minimal sebagai seorang
guru yaitu telah menuntaskan program sarjana.

2.6. Problematika Guru PAI


A. Problematika Guru Secara Umum
Ada beragam problem yang dihadapi oleh guru, yang secara umum dapat
diuraikan sebagai berikut :
1) Rendahnya penguasaan IPTEK
Memasuki era persaingan global sekarang ini, penguasaan IPTEK
menyebabkan rendahnya kualitas nilai SDM. Hal ini merupakan
ancaman sekaligus tantangan yang nyata bagi guru khususnya dan

12
bangsa Indonesia pada umumnya dalam menjaga eksistensi guru
dimasa depan.
2) Rendahnya kesejahteraan guru
Hal lain yang juga merupakan problem yang harus dihadapi oleh
guru adalah rendahnya gaji guru sehingga tidak dapat memenuhi
kebutuhan pokoknya secara memadai. Seringkali orientasi kerja
guru dituntut hanya semata-mata mengabdikan dirinya untuk
kepentingan profesi dan mengabaikan kebutuhan dasar tersebut.
Akibatnya kesejahteraan guru rendah dan timbulah keinginan
memperbaiki kesejahteraan itu. Dalam keadaan seperti ini, tenaga
dan pikiran guru akan lebih tersita untuk memenuhi kebutuhannya
daripada tuntutan profesinya.
Kurangnya minat guru dalam meningkatkan kualitas keilmuannya
dengan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam
hal ini seharusnya semua pihak memberi kelonggaran dan dukungan
sepenuhnya supaya guru mendapatkan kesempatan seluas-luasnya.
3) Rendahnya minat baca
Dengan cara menyadari tentang pentingnya pengembangan
wawasan keilmuan dan pengetahuan serta kemajuan dalam dunia
pendidikan sehingga guru bisa memiliki tingkat intelektual yang
matang.
4) Guru seharusnya menyadari bahwa tugasnya yang utama adalah
mengajar dalam pengertian menata lingkungan agar terjadi kegiatan
belajar pada peserta didik. Berbagai kasus menunjukkan bahwa
diantara para guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat
mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukkan alasan
yang mendasari asumsi itu. Asumsi keliru tersebut seringkali
menyesatkan dan menurunkan kreatifitas sehingga banyak guru
yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran baik dalam
perencanaan pelaksanaan maupun dalam evaluasi pembelajaran.
5) Aspek psikologi menunjukkan pada kenyataan bahwa peserta didik
yang belajar pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang

13
berbeda satu dengan lainnya sehingga menuntut materi yang
berbeda pula.
6) Tidak semua guru memiliki kemampuan untuk memahami peserta
didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka
dalam menghadapi kesulitan belajar. Dalam hal ini, guru dituntut
memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar dapat
membimbing peserta didik secara optimal.
7) Dalam kaitannya dengan perencanaan, guru dituntut untuk membuat
persiapan mengajar yang efektif dan efisien. Namun dalam
kenyataannya dalam berbagai alasan, banyak guru mengambil jalan
pintas dengan tidak membuat persiapan ketika melakukan
pembelajaran, sehingga guru mengajar tanpa persiapan.
8) Sering terjadi persiapan pembelajaran (Mall Educative). Banyak
guru yang memberikan hukuman kepada peserta didik tidak sesuai
dengan jenis kesalahan. Dalam pada itu seringkali guru memberikan
tugas yang harus dikerjakan peserta didik diluar kelas (pekerjaan
rumah) namun jarang sekali guru yang mengoreksi pekerjaan siswa
dan mengabaikannya tanpa memberi komentar, kritik, dan saran
untuk kemajuan peserta didik. Seharusnya guru menerapkan
kedisiplinan secara tepat waktu dan tepat sasaran.
9) Guru sering mengabaikan perbedaan individu peserta didik.
Sebagaimana diketahui bahwa peserta didik memiliki perbedaan
individual yang sangat mendasar yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran. Peserta didik memiliki emosi yang sangat variatif dan
sering memperlihatkan sejumlah perilaku tampak aneh. Setiap
peserta didik memiliki perbedaan yang unik, memiliki kekuatan,
kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang
keluarga, latar belakang sosial ekonomi dan lingkungan, membuat
peserta didik berbeda dalam aktivitas, inteligensi, dan daya
kompetensinya.

Dalam hal ini tidak sesuai dengan apa yang harus menjadi hak dan
kewajiban seorang guru, bahwa hak seorang guru adalah :

14
1) Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan
jaminan kesejahteraan social;
2) Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan
prestasi kerja;
3) Memperoleh perlindungan dalam melaksanaan tugas dan hak atas
kekayaan intelektual;
4) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;
5) Memperoleh dan memanfaatjkan sarana dan prasarana pembelajaran
untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;
6) Memiliki kebebasan dalam penilaian dan ikut menentukan kelulusan,
penghargaan dan/sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah
pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan;
7) Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan
tugas;
8) Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;
9) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan
pendidikan;
10) Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau
11) Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya

15
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan adalah peralatan dan
perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses
pendidikan,khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruangan kelas,
meja, kursi, sertaalat-alat dan media pengajaran. Dengan demikian sarana
pendidikan akan berperan baik ketika penggunaan sarana tersebut dilakukan oleh
tenaga pendidik yang bersangkutan secara optimal. Adapun problematika sarana
prasarana pendidikanmerupakan salah satu komponen yang menunjang
keberhasilan atau ketercapaiantujuan pendidikan. Segala bentuk permasalahan
yang berkaitan dengan sarana dan prasarana hendaknya segela diselesaikan.
Hal ini dilakukan untuk menciptakansuasana belajar yang efisien dan berjalan
lancar. Proses pebelajaran dapat dikatakan baik atau buruk tergantung pada kinerja
fungsi dari sarana dan prasarana yangada.Solusinya meningkatkan anggaran dana
pendidikan dan juga bisa menanggung biaya pendidikan bagi warga yang kurang
mampu, baik untuk sekolah negeri maupunswasta, pandai-pandai mengolah dana
dan juga harus meminta dana kepada pemerintah sesuai dengan keadaan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan di sekolahtersebut, lembaga pendidikan disetiap daerah
harus mendata sekolah-sekolah yang adadisektitar untuk mengetahui sarana dan
prasarana yang kurang dan perlu ditambahatau diperbaiki lagi.
Biaya pendidikan agama islam merupakan salah satu komponen masukan
instrumental (instrument input) yang sangat penting dalam pengelenggaraan
pendidikan.

3.2. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalahini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu
penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh
karena itukritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis
harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. & Barnawi. 2012. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah.


Jogjakarta. Ar-Ruzz.Rahmiga S. 2019.

Kurangnya Sarana Dan Prasarana Belajar Di Sekolah. Jurusan Teknologi


PendidikanPoppy amarita wardatul jannah. 2019.

Kurang sarana dan prasarana problematika dalam pendidikan.


https://beradabdanberilmu.blogspot.com/2019/10/kurang-sarana-dan-
prasarana.htmlRahmiga, Suci.

Kurangnya Sarana Dan Prasarana Belajar Di Sekolah. Teknologi


Pendidikan. Krismiyati. (2017).

Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Meningkatkan Kualitas


Pendidikan di SD Negeri Inpres Angkasa Biak. Institut Ilmu Sosial dan Ilmu
PolitikYapis Biak. Jurnal Office, Vol.3, No.1.Puspitarini, D., & Kusumawati, F.
(2011).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Mengikuti


Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). InFestasi, 7(1), 46–63.Suparno, P.
(2001).

Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Kanisius. Mujayaroh & Rohmat.


(2020).

Pengelolaan Dan Pengalokasian Dana Pendidikan Di Lembaga Pendidikan.


Journal of Islamic Education Volume 1, Nomor 1.Depdiknas. (2009).

Pengalokasian Dana Sekolah Suliyarti, Riri. (2019) Manajemen


Pemeliharaan Sarana Dan Prasarana Pendidikan Untuk Meningkatkan
Kualitas Pendidikan.

Budi, M. H. S. (2020). Analisis Sistem Pembiayaan Pendidikan yang dikelola


Kementrian Agama. SALIMIYA: Jurnal Studi Ilmu Keagamaan Islam, 4(02),
259-278. https//ejournal.iaifa.ac.ia/index.php/salimiya%0AAccepted:

17
Baharuddin, Profesi Keguruan, (Malang: IKIP Malang.1995).hlm.156

Undang – undang Republik Indonesia No 14. Tahun 2005 Diakses dari;


http://www.Slide share.net/srijadi/ uu-no-14-2005-guru-dan-dosen. pada
tanggal 10 Februari 2014 pukul 23:11 WIB

Jadidah, A. (2021). Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam:


Problematika dan Solusi. Tarbiyatuna : Jurnal Pendidikan Ilmiah, 6, 65-82.

18

Anda mungkin juga menyukai