Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugerah dari-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Problematika PAI
Pada Sekolah 2” ini.
Kami sebagai penulis secara langsung atau tidak langsung telah mendapatkan
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampu
mata kuliah Materi PAI SMA/SMK dan teman-teman sekalian yang sudah
mendukung penulis.
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar
kedepannya dapat lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga
makalah ini dapat dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Sarana dan prasarana yang dikelola oleh manajemen sekolah swasta dan
sekolah negeri terdapat perbedaan dalam prosedur memperolehnya, di mana
sekolah Swasta dapat meminta bantuan pada pemerintah melalui dana hibah dan
juga dapat memperoleh dari pihak yayasannya, sedangkan sekolah negeri hanya
bersumber dari dana pemerintah. Hal ini sesuai dengan Tilaar, (2004:3.18) bahwa
"faktor lain yang sangat berperan dalam penataan sekolah agar dapat mendukung
penyelenggaraan pendidikan secara maksimal adalah terpenuhinya standar sarana
dan prasarana sekolah, baik yang bersifat tetap maupun tidak tetap. Pendapat lain
juga dikemukakan oleh Ali, (2008:119) bahwa "sekolah hendaknya memiliki sarana
2
dan prasarana penunjang pendidikan secara baik dan mencukupi semua
kepentingan proses pembelajaran, sehingga kegiatan yang dilakukan akan
memberikan hasil yang maksimal serta dapat mencapai tujuan pendidikan di
sekolah maupun tujuan secara umum tentang kualitas lulusannya." Pendapat di atas
menunjukkan bahwa betapa pentingnya sarana dan prasarana yang dapat
mendukung penyelenggaraan sekolah, baik dalam pembelajaran maupun
keadminis-trasian. Standar sarana dan prasarana dalah kriteria minimal yang harus
dipenuhi berkaitan dengan tempat belajar, tempat berolahraga, tempat ibadah,
laboratorium, perpustakaan, bengkel kerja, tempat bermain, dan tempat lain di suatu
instansi pendidikan seperti sekolah. Secara umum yang dimaksud sarana dan
prasarana adalah seperangkat alat yang digunakan untu suatu kegiatan, alat tersebut
bisa berupa alat utama atau alat yang yang membantu proses kegiatan, sehingga
tujuan dari kegiatan tersebut dapat tercapai. Sebenarnya sarana dan prasarana bukan
hanya meliputi seperangkat alat atau barang saja, tapi bisa juga suatu tempat atau
ruangan untuk proses kegiatan.
3
dari perkotaan. Masalah sarana dan prasarana pendidikan yang kurang
memadai juga dapat disebabkan oleh ketidakpedulian sekolah terhadap
perawatan fasilitas yang ada yang akan menjadikan buruknya sarana dan
prasarana. Sikap acuh tak acuh dan tidak adanya pengawasan dari pemerintah
banyak fasilitas di sekolah yang terbengkalai.
Hal ini akan menimbulkan ketidaknyamanan dalam menggunakan
fasilitas yang ada karena keadaan sarana dan prasarana yang kurang memadai
dan fasilitas yang rusak. Dengan adanya ketidaknyamanan ini akan
mengakibatkan peserta didik enggan melaksanakan proses pembelajaran
dengan baik.
Kasus seperti ini dapat menimbulkan kesenjangan mutu pendidikan.
Banyak peserta didik yang berada di desa tidak bisa menikmati kenyamanan
dan kelengkapan fasilitas seperti peserta didik di Kota. Oleh karena itu,
kualitas pendidikan di desa semakin kalah bersaing dengan kualitas
pendidikan di kota. Selain itu masıh banyak fasilitas yang belum memenuhi
mutu standar pelayanan minimal. Hal seperti ini membuktikan bahwa
lembaga pendidikan kurang memfasilitasi bakat dan minat siswa dalam
mengembangkan diri. Akibat ketidak tersedianya fasilitas tersebut, para
pelajar mengalokasiakan kelebihan waktunya untuk hal-hal yang negatif.
4
belajar, bukan "pengetahuan". Adanya pengetahuan tidak menjamin bahwa
peserta didik mampu untuk berekplorasi lebih jauh apabila tidak didukung
oleh sebuah pengalaman dasar, pengalaman dasar dapat menuntun dan
mengarahkan peserta didik untuk mencapai sesuatu yang ingin dicapainya.
Karena itu, kualitas pendidik menjadi syarat utama tercapainya kualitas
belajar yang baik.
5
pendidikan,media pendidikan,buku dan sumber belajar terscbut agar dapat
menunjang proses pembelajaran yang teratur dan teroktimal.apabila kelengkapan
fasilitas di atas memadai dan di kelola dengan baik baik maka sarana dan prasarana
berjalan dengan optimal sebaik mungkin.
A. Fasilitas Yang Minim
Kurangnya sarana dan prasarana di setiap sekolah menjadi masalah
yang sangat penting. Kurangnya sarana dan prasarana ini membuat
pembelajaran di sekolah berjalan kurang optimal dan tidak mencapai tujuan
yang diinginkan. Untuk itu perlu tindak lanjut dari pemerintah, sekolah,
lembaga pendidikan, maupun orang tua peserta didik.
1) Upaya yang pemerintah
Menurut saya pemerintah harus meningkatkan anggaran dana
pendidikan dan juga bisa menanggung biaya pendidikan bagi warga yang
kurang mampu, baik untuk sekolah negeri maupun swasta. Pemerintah harus
memperhatikan sarana dan prasarana yang ada di daerah masing-masing
apakah ada kekurangan atau kerusakan. Pemerintah juga harus memperluas
dan memeratakan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan bagi
masyarakat kurang mampu, adapun strategi yang dapat dilakukan, yaitu
pemantapan prioritas pendidikan dasar sembilan tahun, pemberian beasiswa
dengan sasaran yang strategis, pemberian insentif kepada guru yang bertugas
di wilayah terpencil, pemantapan sistem pendidikan terpadu untuk anak yang
memiliki kelainan, serta meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam
menunjang pendidikan yang berkualitas. (Suci Rahmiga)
2) Upaya Sekolah dan Orang tua
Upaya yang bisa dilakukan yaitu seperti sekolah pandai-
pandaimengolah dana dan juga harus meminta dana kepada pemerintah sesuai
dengankeadaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan di sekolah tersebut.
Jika adakekurangan, guru juga meningkatkan kreativitasnya untuk mengajar
dengan alatseadanya. Untuk orangtua mungkin bisa memberikan sumbangan-
sumbanganyang dapat membantu proses belajar mengajar di sekolah dengan
membayar sppdan komite dengan tepat waktu. (Suci Rahmiga)
3) Upaya lembaga pendidikan
6
Menurut saya lembaga pendidikan disetiap daerah harus mendata
sekolah-sekolah yang ada disektitar untuk mengetahui sarana dan prasarana
yang kurang dan perlu ditambah atau diperbaiki lagi. (Suci Rahmiga)
7
manusia, bermutu dan memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
sebagaimana diisyaratkan (Suparno, 2001).
8
dilakukan untuk mencapai kepastian yang paling baik dan ekonomis.
Perencanaan juga dapat disebut sebagai antisipasi darisuatu yang akan
terjadi, karena harus merupakan proses yang sebaik-baiknya. (Riri
Suliyarti, 2019)
2) Pengorganisasian Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
PrasaranaPengorganisasian adalah kegiatan dasar dari
manajemen dilaksanakanuntuk mengelola dan menhatur unsure
manusia, sehingga pekerjaan dapatdiselesaikan dengan sukses. (Riri
Suliyarti, 2019)
3) Pelaksanaan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Pelaksanaan akan berjalan dengan baik apabila semua anggota
berkomitmen tinggi, dan berpartisipasi dalam mencapai tujuan lembaga
peniddikan semampu dan semaksimal mungkin.
4) Pengawasan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
Pengawasan adalah suatu usaha untuk meneliti kegiatan-kegiatan
yangtelah akan dilaksanakan. Pengendalian berorientasi pada objek
yang dituju danmerupakan alat untuk menyuruh orang-orang bekerja
menuju sasaran yang ingin dicapai. (Terry, 2003)
9
masyarakat tidak dilibatkan langsung dalam proses penganggaran, sehingga tingkat
perhatian mereka terhadap lembaga berhenti pada wilayah memasrahkan anak
didiknya saja (Hamidah et al., 2019).
Selanjutnya untuk solusi Perbaikan Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan
Islam adalah menelaah problem yang cukup dilematis di atas, maka diperlukan
langkahlangkah satrategis dalam pemecahannya. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan.
Pertama, persolan pembiayaan adalah hal yang sangat sensitif keberadaannya.
Hal ini karena bisa membawa kemajuan lembaga jika dikelola dengan baik,
sebaliknya akan membawa lembaga menjadi terpuruk, apabila komponen/pihak di
lembaga tidak mengelola secara professional, tidak berprinsip pada keterbukaan,
tidak berorientasi pada perbaikan, kepentingan yang sifatnya personal untuk
membangun lembaga sehingga mencari peluang hanya untuk personal dirinya
(Masyfu, 2017).
Oleh karena itu, seluruh komponen yang ada dalam lembaga pendidikan,
kaitannya dengan proses penyusunan pembiayaan pendidikan, harus dilibatkan. Hal
ini dilakukan sebagai wujud asas keterbukaan, kebersamaan, serta bertanggung
jawab atas amanah kelembagaan yang harus dipikul bersama. Baik dan buruknya
lembaga menjadi akuntabilitas bersama (Dewanggi H.P. & Sawitri, 2017).
Kedua, terkait dengan penempatan alokasi dana, pihak di dalamnya
diupayakan mampu menyusun dan mengelola dengan baik, berapa anggaran yang
ada, bagaimana anggaran itu dibelanjakan atau dialokasikan, serta bagaimana
sistem pelaporannya. Apabila komponen di dalamnya ada yang kurang mengerti,
perlu dilakukan Diklat tentang bagaimana menyusun anggaran yang baik. Bisa
dengan pelatihan penyusunan anggaran atau hal lain yang sejenis.
Ketiga, kepala sekolah sebagai motor penggerak, diharapkan mempunyai
keterampilan entrepreneurship (keterampilan kewirausahaan) dan kemampuan
manajerial serta kesupervisian (Munhayati, 2020).
Keempat, madrasah hendaknya melibatkan masyarakat dalam pengangaran
pembiayaan pendidikan, melalui rapat rutin ataupun bisa diselipkan pada rapat
musyawarah kenaikan sekolah/kelulusan. Hal demikan dilakukan sebagai wujud
asas keterbukaan.
10
Kelima, lembaga pendidikan Agama Islam, dalam hal ini sekolah sebagai
lembaga yang berbasiskan agama yang di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur,
diharapkan memegang teguh prinsip keadilan, prinsip amanah, kejujuran,
musyawarah, keterbukaan, kedisiplinan, dan sebagainya. Prinsip-prinsip tersebut
harus dipegang teguh oleh seluruh elemen lembaga.
Dengan demikan, diharapkan ada solusi manajemen pembiayaan pendidikan
Agama Islam, sehingga akan persoalan pembiayaan pendidikannya yang baik.
11
peserta didik dan kurikulum. Adapula faktor lain seperti sarana dan prasarana serta
sistem manajemen dan lingkungan.
Dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah, ditemukan beberapa
masalah yang timbul dari diri pendidik atau guru itu sendiri. Di antara problematika
guru Pendidikan Agama Islam adalah (1) Kurang optimalnya kinerja guru PAI baik
disiplin kerja maupun penerapan perencanaan pembelajaran; (2) Rendahnya gaji
guru PAI terutama guru honorer menyebabkan tingkat kesejahteraan guru kurang;
(3) ketidak mampuan mengendalikan situasi kelas terutama pada kelas yang
memiliki peserta didik kurang baik dalam akhlak; (4) di sebagian sekolah masih
terdapat pendidik yang belum memenuhi kualifikasi guru minimal sarjana.
(Jadidah, 2021)
Beberapa solusi diharapkkan mampu mendorong upaya perbaikan atas
permasalahan yang dihadapi pendidik tersebut yaitu (1) peningkatan disiplin kerja
guru dan penerapan perencanaan pembelajaran yang baik dengan adanya
pembinaan, latihan maupun work shop; (Siti Khadijah, Murniati AR, 2017) (2)
pemerintah maupun yayasan tempat guru mengabdi sepatutnya memperhatikan
kesejahteraan guru, hal tersebut tentu membantu guru untuk meningkatkan
kesejahteraannya dan berdampak pada peningkatan kualitas didik guru; (3) guru
patutnya belajar dan berlatih untuk meningkatkan kemampuan mengendalikan
situasi kelas supaya suasana kelas menjadi nyaman dan kondusif; (4) guru PAI
seharusnya adalah guru yang telah memenuhi kualifikasi minimal sebagai seorang
guru yaitu telah menuntaskan program sarjana.
12
bangsa Indonesia pada umumnya dalam menjaga eksistensi guru
dimasa depan.
2) Rendahnya kesejahteraan guru
Hal lain yang juga merupakan problem yang harus dihadapi oleh
guru adalah rendahnya gaji guru sehingga tidak dapat memenuhi
kebutuhan pokoknya secara memadai. Seringkali orientasi kerja
guru dituntut hanya semata-mata mengabdikan dirinya untuk
kepentingan profesi dan mengabaikan kebutuhan dasar tersebut.
Akibatnya kesejahteraan guru rendah dan timbulah keinginan
memperbaiki kesejahteraan itu. Dalam keadaan seperti ini, tenaga
dan pikiran guru akan lebih tersita untuk memenuhi kebutuhannya
daripada tuntutan profesinya.
Kurangnya minat guru dalam meningkatkan kualitas keilmuannya
dengan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam
hal ini seharusnya semua pihak memberi kelonggaran dan dukungan
sepenuhnya supaya guru mendapatkan kesempatan seluas-luasnya.
3) Rendahnya minat baca
Dengan cara menyadari tentang pentingnya pengembangan
wawasan keilmuan dan pengetahuan serta kemajuan dalam dunia
pendidikan sehingga guru bisa memiliki tingkat intelektual yang
matang.
4) Guru seharusnya menyadari bahwa tugasnya yang utama adalah
mengajar dalam pengertian menata lingkungan agar terjadi kegiatan
belajar pada peserta didik. Berbagai kasus menunjukkan bahwa
diantara para guru banyak yang merasa dirinya sudah dapat
mengajar dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukkan alasan
yang mendasari asumsi itu. Asumsi keliru tersebut seringkali
menyesatkan dan menurunkan kreatifitas sehingga banyak guru
yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran baik dalam
perencanaan pelaksanaan maupun dalam evaluasi pembelajaran.
5) Aspek psikologi menunjukkan pada kenyataan bahwa peserta didik
yang belajar pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang
13
berbeda satu dengan lainnya sehingga menuntut materi yang
berbeda pula.
6) Tidak semua guru memiliki kemampuan untuk memahami peserta
didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka
dalam menghadapi kesulitan belajar. Dalam hal ini, guru dituntut
memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar dapat
membimbing peserta didik secara optimal.
7) Dalam kaitannya dengan perencanaan, guru dituntut untuk membuat
persiapan mengajar yang efektif dan efisien. Namun dalam
kenyataannya dalam berbagai alasan, banyak guru mengambil jalan
pintas dengan tidak membuat persiapan ketika melakukan
pembelajaran, sehingga guru mengajar tanpa persiapan.
8) Sering terjadi persiapan pembelajaran (Mall Educative). Banyak
guru yang memberikan hukuman kepada peserta didik tidak sesuai
dengan jenis kesalahan. Dalam pada itu seringkali guru memberikan
tugas yang harus dikerjakan peserta didik diluar kelas (pekerjaan
rumah) namun jarang sekali guru yang mengoreksi pekerjaan siswa
dan mengabaikannya tanpa memberi komentar, kritik, dan saran
untuk kemajuan peserta didik. Seharusnya guru menerapkan
kedisiplinan secara tepat waktu dan tepat sasaran.
9) Guru sering mengabaikan perbedaan individu peserta didik.
Sebagaimana diketahui bahwa peserta didik memiliki perbedaan
individual yang sangat mendasar yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran. Peserta didik memiliki emosi yang sangat variatif dan
sering memperlihatkan sejumlah perilaku tampak aneh. Setiap
peserta didik memiliki perbedaan yang unik, memiliki kekuatan,
kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Latar belakang
keluarga, latar belakang sosial ekonomi dan lingkungan, membuat
peserta didik berbeda dalam aktivitas, inteligensi, dan daya
kompetensinya.
Dalam hal ini tidak sesuai dengan apa yang harus menjadi hak dan
kewajiban seorang guru, bahwa hak seorang guru adalah :
14
1) Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan
jaminan kesejahteraan social;
2) Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan
prestasi kerja;
3) Memperoleh perlindungan dalam melaksanaan tugas dan hak atas
kekayaan intelektual;
4) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;
5) Memperoleh dan memanfaatjkan sarana dan prasarana pembelajaran
untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;
6) Memiliki kebebasan dalam penilaian dan ikut menentukan kelulusan,
penghargaan dan/sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah
pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan;
7) Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan
tugas;
8) Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi;
9) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan
pendidikan;
10) Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau
11) Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa sarana pendidikan adalah peralatan dan
perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses
pendidikan,khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruangan kelas,
meja, kursi, sertaalat-alat dan media pengajaran. Dengan demikian sarana
pendidikan akan berperan baik ketika penggunaan sarana tersebut dilakukan oleh
tenaga pendidik yang bersangkutan secara optimal. Adapun problematika sarana
prasarana pendidikanmerupakan salah satu komponen yang menunjang
keberhasilan atau ketercapaiantujuan pendidikan. Segala bentuk permasalahan
yang berkaitan dengan sarana dan prasarana hendaknya segela diselesaikan.
Hal ini dilakukan untuk menciptakansuasana belajar yang efisien dan berjalan
lancar. Proses pebelajaran dapat dikatakan baik atau buruk tergantung pada kinerja
fungsi dari sarana dan prasarana yangada.Solusinya meningkatkan anggaran dana
pendidikan dan juga bisa menanggung biaya pendidikan bagi warga yang kurang
mampu, baik untuk sekolah negeri maupunswasta, pandai-pandai mengolah dana
dan juga harus meminta dana kepada pemerintah sesuai dengan keadaan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan di sekolahtersebut, lembaga pendidikan disetiap daerah
harus mendata sekolah-sekolah yang adadisektitar untuk mengetahui sarana dan
prasarana yang kurang dan perlu ditambahatau diperbaiki lagi.
Biaya pendidikan agama islam merupakan salah satu komponen masukan
instrumental (instrument input) yang sangat penting dalam pengelenggaraan
pendidikan.
3.2. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalahini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu
penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh
karena itukritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat penulis
harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Baharuddin, Profesi Keguruan, (Malang: IKIP Malang.1995).hlm.156
18