Disusun oleh:
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, atas terselesaikannya makalah ini. Tak lupa
sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Baginda Nabi
Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, para sahabat, dan para pengikut beliau
yang setia hingga akhir zaman.
Kami menyadari selaku manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, karena
memang salah datangnya dari kami manusia dan kebenaran hanya milik-Nya Allah
SWT. Maka dari itu kami selaku penyusun makalah memohon maaf apabila ada
kekurangan dalam makalah ini, dan tentunya kami menerima apabila ada kritik dan
saran. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan ...........................................................................................................2
A. Kesimpulan .................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya, karena
pendidikan merupakan usaha agar dapat mengembangkan potensi dirinya
melalui proses pembelajaran yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Seperti
halnya yang tercantum pada Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945)
tercantum cita-cita bangsa, salah satunya adalah ikut mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan UUD 1945 pasal 31 ayat 1 menyatakan “Tiap warga negara berhak
mendapat pengajaran". Undang Undang Nomor 4 tahun 1997 pasal 5
menyebutkan “setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang
sama dalam aspek kehidupan dan penghidupan”.
1
keterampilan profesional dalam proses belajar mengajar di kelas inklusi.
Kehadiran anak berkebutuhan khusus di kelas reguler dimana jumlah siswa
setiap kelasnya 40-45 orang berimplikasi pada masalah-masalah proses
pembelajaran. yang harus dilakukan oleh guru, penyesuaian-penyesuaian
layanan-layanan pendidikan dengan keberagaman kebutuhan khusus siswa.
Kegiatan pembelajaran yang berkualitas akan muncul dalam suasana dan iklim
kelas yang kondusif, aktif, efektif, kreatif dan menyenangkan. Oleh karena itu,
untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, maka diperlukan dukungan
mulai dari sarana dan prasana yang memadai.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebijakan pelaksanaan pendidikan inklusi?
2. Apa yang dimaksud dengan sarana dan prasarana?
3. Apa saja jenis sarana pendidikan berdasarkan fungsinya?
4. Apa saja jenis prasarana pendidikan?
5. Apa yang dimaksud dengan sarana dan prasarana pendidikan inklusif ?
6. Bagaimana pengelolaan sarana dan prasarana dalam pendidikan inklusif ?
7. Apa saja sarana dan prasarana pendidikan inklusi ?
C. Tujuan
1. Mengetahui kebijakan pelaksanaan pendidikan inklusi
2. Mengetahui pengertian sarana dan prasarana
3. Mengetahui jenis sarana pendidikan berdasarkan fungsinya
4. Mengetahui jenis prasarana pendidikan
5. Mengetahui pengertian sarana dan prasarna pendidikan inklusif
6. Mengetahui manajemen sarana dan prasarana dalam pendidikan inklusif
7. Mengetahui sarana dan prasaran pendidikan inklusi
2
BAB I
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan
Menurut Soetopo Sarana pendidikan adalah “segala sesuatu yang
meliputi peralatan dan perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses
pendidikan di sekolah seperti gedung, ruangan, meja, kursi, alat peraga, buku
pelajaran dan lain-lain”. Sedangkan prasarana merupakan “semua komponen
yang secara tidak langsung menunjang jalanya proses belajar mengajar
disebuah lembaga pendidikan seperti jalan menuju sekolah, halaman sekolah,
tata tertib sekolah dan lain-lain”.
Ada tiga jenis sarana pendidikan yang diduga secara langsung akan
mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dan pada gilirannya akan
mempengaruhi prestasi pembelajaran dan pada gilirannya akan mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Ketiga jenis sarana pendidikan itu adalah dukungan
penggunaan sumber-sumber belajar yang memadai, dukungan peralatan
1
Miptah Parid dan Afifah Laili Sofi Alif, “Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan,” Tafhim
Al-’Ilmi, 11.2 (2020), 266–75.
3
pendidikan dan pembelajaran termasuk peralatan laboratorium dan bengkel
kerja, serta dukungan penggunaan media pembelajaran. Ketiga sarana
pendidikan ini memang mempunyai hubungan langsung dengan kepentingan
proses belajar dan pembelajaran yang kurang menggunakan dukungan ketiga
jenis sarana ini akan mengakibatkan proses belajar siswa menjadi kurang
bermakna dan powerful.2
1. Alat Pelajaran
Alat pelajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam proses
belajar mengajar. Alat ini mungkin berwujud buku tulis, gambar-
gambar, alat tulis menulis lain seperti kapur, penghapusan dan papan
tulis maupun alat-alat praktek, semuanya termasuk ke dalam lingkup
alat pelajaran.
2. Alat Peraga
Alat Peraga mempunyai arti yang luas. Alat Peraga adalah semua alat
pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa benda ataupun perbuatan
dari yang tingkatannya paling konkrit sampai ke yang paling abstrak yang dapat
mempermudah pemberian pengertian (penyampaian konsep) kepada murid.
3. Media pengajaran
Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur
pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Media merupakan sesuatu yang
bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan
kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar
pada dirinya.3
2
Yustikia Ni Wayan Sri, “Pentingnya Sarana Pendidikan dalam Menunjang Kualitas Pendidikan di
Sekolah,” Guna Widya: Jurnal Pendidikan Hindu, 4.2 (2017), 1–12.
3
Zohriah Anis, “Analisis Standar Sarana dan Prasarana,” Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen
Pendidikan, 1.2 (2015), 53–62.
4
C. Prasarana Pendidikan
Prasarana pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu bangunan sekolah
dan perabot sekolah. Bangunan sekolah terdiri dari Ruang Teori, Ruang
Administrasi atau Kantor, Ruang Penunjang, Prasarana Lingkungan atau
Infrastruktur, Perabot Sekolah atau Madrasah. Sedangkan perabot adalah sarana
pengisi ruang. Segala perlengkapan yang tidak berhubungan langsung dengan
proses belajar-mengajar. Artinya bukan alat yang dipakai oleh pengajar/siswa
untuk menjelaskan konsep.4
4
Ellong TD Abeng, “Manajemen Sarana dan Prasarana di Lembaga Pendidikan Islam,” Jurnal
Ilmiah Iqra’, 11.1 (2018).
5
Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif sarana prasarana yang
dibutuhkan akan lebih bervariasi, karena siswa berkebutuhan khusus juga
memerlukan beberapa sarana prasarana khusus penunjang proses pembelajaran,
yang menyesuaikan dengan jenis kebutuhan khusus siswa. Sekolah inklusif
harus menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang bagi siswa
berkebutuhan khusus, misalnya buku-buku pelajaran dalam bentuk braille, buku
audio atau talking-books untuk siswa tunanetra, dan peralatan khusus yang
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus. Selain sarana
prasarana yang menunjang, perlu adanya akomodasi yang layak dan
aksesibilitas bagi ABK.
a. Anak Tunanetra
5
Sumarni, “Pengelolaan Pendidikan Inklusif di Madrasah,” Edukasi, 17.2 (2019), 294–355.
6
kemampuan penglihatan dalam mengenal warna, serta mengukur
ketajaman. Penglihatan alat yang digunakan untuk assesmen
penglihatan anak tunanetra, antara lain snellen chart, SVR(trial lens
set), dan snellen chart electronic. Anak tunanetra pada umumnya
mengalami gangguan orientasi mobilitas baik sebagian maupun secara
keseluruhan. Untuk pengembangan orientasi mobilitas dapat di
lakukan dengan menggunakan alat-alat seperti tongkat, tongkat lipat,
tongkat elektrik (tongkat yang berbunyi apabila ada benda di
dekatnya), bola bunyi (bola sepak yang mengeluarkan bunyi),
pelindung kepala.
7
fisiknya yang dapat menimbulkan kerentanan terhadap kesehatannya.
Untuk mengembangkan kemampuan fisik, alat yang dapat digunakan
untuk anak tuna netra adalah catur tunanetra, bridge tunanetra, sepak
bola dengan bola berbunyi, papan keseimbangan, power rider, static
bycicle.
8
kata/ kalimat, menarasegitiga, menara lingkaran, menara segi empat,
peta dinding, model geometri, anatomi dan model telinga, torso
setengah badan, puzzle buah-buahan atau binatang , atlas, globe,
miniatur rumah adat atau rumah ibadah.
4) Sensori Pengecap dan Perasa, untuk anak tuna grahita perlu latihan
sensori pengecap dan perasa, alat yang digunakan adalah gelas rasa,
botol aroma, tactile perception, aesthesiometer.
9
5) Latihan Bina Diri, untuk anak tuna grahita perlu latihan bina diri.
Alat yang digunakan latihan bina diri dapat berupa berpakaian 1
(bentukkancing), berpakaian 2 (bentuk resleting), berpakaian 3
(bentuk tali), dressing frame set, pasta gigi dan lain sebagainya.
6) Konsep dan Simbol Bilangan, untuk anak tuna grahita perlu latihan
memahami konsep dan simbol bilangan. Alat yang digunakan
melatih konsep dan simbol bilangan dapat berupa keping pecahan,
balok bilangan 1 dan 2, geometri tiga dimensi, abacus, papan
bilangan (cukes), tiang bilangan, kotak bilangan.
10
kelenturan), plastic goniometer (alat ukur sendi), reflex hammer
(pengukur gerak reflex kaki), posture evaluation set (pengukur
postur tubuh mengukur kelainan posisi tulang belakang), TPD
aesthesiometer (mengukur rasa permukaan kulit pada tubuh),
ground rhytem tibre instrument, cabinetgeometric insert, color
sorting box, tactile board sets.
2) Alat Latihan Fisik atau Bina Gerak. Pada umumnya anak tuna daksa
mengalami hambatan dalam pindah diri (ambulasi), dan koordinasi
atau keseimbangan tubuh. Agar anak tuna daksa dapat melakukan
kegiatan hidup sehari-hari diperlukan latihan. Alat-alat yang dapat
digunakan dapat berupa pulley weight (untuk menguatkan otot
tangan dan perut), kanavel table (untuk menguatkan otot tangan,
pergelangan dan jari tangan), squeez ball (untuk latihan daya remas
tangan), restorator hand (untuk menguatkan otot lengan), restorator
leg (untuk menguatkan otot kaki, tungkai), treadmill jogger (untuk
menguatkan otot kaki, tungkai dan jantung), safety walking strap
(sabuk pengaman ketika berlatih jalan), straight (alat latih
memanjat), sand-bag (pemberat beban pada latihan gerak sendi),
exercise mat (latihan mobilisasi gerak tidur, berguling), inclinemat
(latihan untuk merangkak), neuro development rolls (latihan untuk
merangkak dan keseimbangan dalam posisi duduk), height
adjustablecrowler (latihan untuk merangkak), floor sitter (untuk
latihan duduk tegak di lantai), kursi CP (untuk latihan duduk tegak
posisi normal), individual stand-in table (untuk latihan berdiri tegak
dan aktivitas tangan), walking paralel (untuk latihan jalan dengan
pegangan memajang kiri dan kanan, walker khusus CP (untuk
latihan mobilitas berjalan), vestibular board (meja goyang untuk
latihan keseimbangan), balance beam set (papan titian untuk
latihan keseimbangan), dynamic body and balance (latihan
keseimbangan dan meloncat), kolam bola- bola (untuk latihan
koordinasi mata, kaki dan tangan), vibrator (untuk mengatasi
11
kekakuan otot), infra-red lamp (melancarkan peredaran darah dan
relaksasi otot) , dual speed massager (alat pijatdouble kecepatan),
speed training devices (alat latih kecepatan gerakan mulut pada saat
bicara), bola karet (untuk latihan motorik), balok berganda (papan
untuk melatih keseimbangan tubuh dalam bentuk bertingkat),
balok titian (papan untuk melatih keseimbangan tubuh).
3) Alat Bina Diri. Agar anak tuna daksa dapat melakukan perawatan
diri dan kegiatan hidup sehari-hari (activity of daily living), maka
perlu latihan. Alat-alat yang dapat digunakan dapat berupa swivel
utensil, dressingframe set, lacing shoes, deluxe mobile commade,
alat orthotic dan prosthetic. Agar anak tuna daksa dapat melakukan
ambulasi dan kegiatan hidup sehari-hari (activity of daily living),
maka perlu alat bantu (orthonic dan prosthetic). Alat-alat yang
dapat digunakan meliputi cock-up resting splint, rigid
immobilitation elbow brace, flexionextention, back splint, night
splint, denish browns splint, x splint, osplint, long leg brace set,
ankle or short leg brace, original thomascollar, simple cervical
brace, corsett, crutch, clubfoot walker shoes,thomas heel shoes,
wheel chair, kaki palsu sebatas lutut, kaki palsusampai paha.
12
maupun oranglain. Terganggunya perilaku anak tuna laras,
menuntut adanya pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi
kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Asesmen dilakukan
pada anak tuna laras untuk mengetahui penyimpangan perilaku
anak. Alat yang digunakanuntuk assesmen anak tuna laras seperti
Adaptive Behavior Inventory for Children dan Adaptive Behavior
Scale. Alat terapi perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan
anak tuna laras cenderung untuk merugikan diri sendiri dan orang
lain. Untuk mereduksi perilaku yang menyimpang, maka
dibutuhkan peralatan khusus. Alat-alat tersebut dapat berupa
pretend game, hide-way, put me a tune, copycats, jig-saw puzzle,
puppen house, hunt the timble, sarung tinju, hoopla, sand pits,
animal matching games, organ, tambur dengan stick dan tripod,
rebana, flute, torso, puzzle.
f. Anak Berbakat
2) Alat Bantu Ajar atau Akademik. Anak berbakat memiliki sifat selalu
haus pengetahuan dan tidak puas bila hanya mendapat penjelasan dari
13
orang lain, mereka ingin menemukan sendiri dengan cara trial and
error (mengadakan percobaan atau praktikum) di laboraturium atau
dimasyarakat. Untuk itu sekolah inklusif hendaknya perlu
mengusahakan sarana yang lengkap. Sarana-sarana belajar tersebut
meliputi sumber belajar (buku paket, buku pelengkap, buku referensi,
buku bacaan, majalah, koran,internet), media pembelajaran (radio,
cassette recorder, tv, ohp, wireless, slide projector, LD/VCD/DVD.
14
khusus yang diperlukan oleh anak yang mengalami kesulitan
belajar matematika (remedial matematika) meliputi balok
bilangan, balok bilangan, pias angka, kotak bilangan, papan
bilangan.
a. Anak Tunanetra
Untuk peserta didik tunanetra diperlukan ruang untuk melaksanakan
kegiatan asesmen, konsultasi, orientasi dan mobilitas, remedial teaching,
latihan menulis braille, latihan mendengar, latihanfisik, keterampilan, dan
penyimpanan alat.
b. Anak Tunarungu/Gangguan Komunikasi
Untuk peserta didik tunarungu/Gangguan Komunikasi diperlukan ruang
untuk melaksanakan kegiatan, asesmen, konsultasi, latihan bina wicara, bina
persepsi bunyi dan irama, remedial teaching, latihan fisik, keterampilan, dan
penyimpanan alat.
c. Anak Tuna grahita
Untuk peserta didik Tuna grahita/Anak Lamban Belajar diperlukanruang
untuk melaksanakan kegiatan assesmen, konsultasi, latihan sensori, bina
diri, remedial teaching, latihan perseptual, keterampilan, dan penyimpanan
alat.
d. Anak Tuna daksa
Untuk peserta didik Tuna daksa diperlukan ruang untuk melaksanakan
kegiatan assesmen, konsultasi, latihan fisik, bina diri, remedial teaching,
keterampilan, dan penyimpanan alat.
e. Anak Tuna laras
Untuk peserta didik Tuna laras diperlukan ruang untuk melaksanakan
kegiatan assesmen, konsultasi, latihan perilaku, terapi permainan, terapi
fisik, remedial teaching, dan penyimpanan alat.
15
f. Anak Cerdas Istimewa
Di samping memberdayakan atau mengoptimalkan penggunaan prasarana
yang ada apabila di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif peserta
didiknya ada yang berkecerdasan istimewa, prasarana khusus yang perlu
disediakan adalah ruang assesmen.
g. Anak Berbakat Istimewa
Untuk anak berbakat istimewa di samping memberdayakan atau
mengoptimalkan penggunaan prasarana yang ada apabila di sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif peserta didiknya ada yang berbakat,
prasarana khusus yang perlu disediakan adalah ruang assesmen.
h. Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar
Untuk peserta didik yang mengalami kesulitan belajar diperlukan ruang
untuk melaksanakan kegiatan assesmen, dan remedial. sebagaicatatan, pada
dasarnya di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif cukup disiapkan satu
unit ruang sebagai ”resource room” atau ruang sumber.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Soetopo Sarana pendidikan adalah “segala sesuatu yang
meliputi peralatan dan perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses
pendidikan di sekolah seperti gedung, ruangan, meja, kursi, alat peraga, buku
pelajaran dan lain-lain”. Sedangkan prasarana merupakan “semua komponen
yang secara tidak langsung menunjang jalanya proses belajar mengajar disebuah
lembaga pendidikan seperti jalan menuju sekolah, halaman sekolah, tata tertib
sekolah dan lain-lain”.
Alat pelajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam proses
belajar mengajar. Alat Peraga mempunyai arti yang luas. Alat Peraga adalah
semua alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa benda ataupun
perbuatan dari yang tingkatannya paling konkrit sampai ke yang paling abstrak
yang dapat mempermudah pemberian pengertian (penyampaian konsep) kepada
murid.
Media pengajaran adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai
penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.
17
DAFTAR PUSTAKA
Parid, Miptah, dan Afifah Laili Sofi Alif, “Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Pendidikan,” Tafhim Al-’Ilmi, 11.2 (2020), 266–75
18