Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA


SEKOLAH INKLUSI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan Inklusi
Dosen Pengampu: Bapak Dr. Rohmat, M. Ag, M. Pd

Disusun oleh:

Veny Dwi Utami (214110401120)

Silvia Rifa Aziza (214110401121)

Muhammad Hasbie Ashiediq (214110401054)

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K. H. SAIFUDDIN
ZUHRI PUWOKERTO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, atas terselesaikannya makalah ini. Tak lupa
sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Baginda Nabi
Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, para sahabat, dan para pengikut beliau
yang setia hingga akhir zaman.

Alhamdulillah wa Syukurillah atas berkat Rahmat, Inayah dan Hidayah-


Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah Manajemen Pendidikan Inklusi
dengan tema “Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah Inklusi”. Dengan
terselesaikannya penyusunan makalah ini tak lupa kami dari kelompok 7
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Rohmat, M. Ag. M. Pd selaku dosen
yang telah memberikan pengajaran dan pengarahan sehingga makalah ini dapat
diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan. Kami juga sangat berterimakasih
kepada teman-teman kelas yang telah berpartisipasi dan memberikan motivasinya
hingga terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari selaku manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, karena
memang salah datangnya dari kami manusia dan kebenaran hanya milik-Nya Allah
SWT. Maka dari itu kami selaku penyusun makalah memohon maaf apabila ada
kekurangan dalam makalah ini, dan tentunya kami menerima apabila ada kritik dan
saran. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Purwokerto, 07 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah .........................................................................................2

C. Tujuan ...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

A. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan ...............................................3

B. Sarana Pendidikan Berdasarkan Fungsinya ..................................................3

C. Prasarana Pendidikan ....................................................................................5

D. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan Inklusif ..................................5

E. Pengelolaan Sarana dan Prasarana dalam Pendidikan Inklusif .....................5

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 17

A. Kesimpulan .................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya, karena
pendidikan merupakan usaha agar dapat mengembangkan potensi dirinya
melalui proses pembelajaran yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Seperti
halnya yang tercantum pada Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945)
tercantum cita-cita bangsa, salah satunya adalah ikut mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan UUD 1945 pasal 31 ayat 1 menyatakan “Tiap warga negara berhak
mendapat pengajaran". Undang Undang Nomor 4 tahun 1997 pasal 5
menyebutkan “setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang
sama dalam aspek kehidupan dan penghidupan”.

Pendidikan inklusi dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan


yang mengikutsertakan semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus belajar
bersama di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Semua
anak belajar bersama-sama, baik di kelas/sekolah yang berada di tempat
tinggalnya yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing
anak. Prinsip pendidikan yang disesuaikan dalam sekolah reguler (sekolah
biasa) dalam setting pendidikan inkusi menyebabkan adanya tuntutan yang
besar terhadap guru sekolah reguler/biasa maupun sekolah khusus (sekolah luar
biasa). Mengajarkan materi yang sama kepada siswa di kelas menjadi mengajar
setiap anak sesuai dengan kebutuhan individualnya dalam pengelolaan kelas.

Implementasi pendidikan inklusi menuntut penyelenggaraan sekolah


yang ramah terhadap anak, kelas yang tidak diskriminatif dan adanya
pengakuan dan penghargaam pada semua hak anak. Sedangkan dalam proses
pembelajaraan perlu dikembangkan sebuah kegiatan belajar mengajar yang
dapat mengakomodir semua kebutuhan anak, termasuk anak berkebutuhan
khusus. Hal ini mengandung konsekuensi guru dituntut untuk memiliki

1
keterampilan profesional dalam proses belajar mengajar di kelas inklusi.
Kehadiran anak berkebutuhan khusus di kelas reguler dimana jumlah siswa
setiap kelasnya 40-45 orang berimplikasi pada masalah-masalah proses
pembelajaran. yang harus dilakukan oleh guru, penyesuaian-penyesuaian
layanan-layanan pendidikan dengan keberagaman kebutuhan khusus siswa.
Kegiatan pembelajaran yang berkualitas akan muncul dalam suasana dan iklim
kelas yang kondusif, aktif, efektif, kreatif dan menyenangkan. Oleh karena itu,
untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, maka diperlukan dukungan
mulai dari sarana dan prasana yang memadai.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebijakan pelaksanaan pendidikan inklusi?
2. Apa yang dimaksud dengan sarana dan prasarana?
3. Apa saja jenis sarana pendidikan berdasarkan fungsinya?
4. Apa saja jenis prasarana pendidikan?
5. Apa yang dimaksud dengan sarana dan prasarana pendidikan inklusif ?
6. Bagaimana pengelolaan sarana dan prasarana dalam pendidikan inklusif ?
7. Apa saja sarana dan prasarana pendidikan inklusi ?

C. Tujuan
1. Mengetahui kebijakan pelaksanaan pendidikan inklusi
2. Mengetahui pengertian sarana dan prasarana
3. Mengetahui jenis sarana pendidikan berdasarkan fungsinya
4. Mengetahui jenis prasarana pendidikan
5. Mengetahui pengertian sarana dan prasarna pendidikan inklusif
6. Mengetahui manajemen sarana dan prasarana dalam pendidikan inklusif
7. Mengetahui sarana dan prasaran pendidikan inklusi

2
BAB I

PEMBAHASAN
A. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan
Menurut Soetopo Sarana pendidikan adalah “segala sesuatu yang
meliputi peralatan dan perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses
pendidikan di sekolah seperti gedung, ruangan, meja, kursi, alat peraga, buku
pelajaran dan lain-lain”. Sedangkan prasarana merupakan “semua komponen
yang secara tidak langsung menunjang jalanya proses belajar mengajar
disebuah lembaga pendidikan seperti jalan menuju sekolah, halaman sekolah,
tata tertib sekolah dan lain-lain”.

Secara bahasa prasarana merupakan alat yang tidak langsung untuk


mencapai tujuan dalam pendidikan seperti bangunan sekolah, lapangan
olahraga, uang dan lain-lain, sedangkan sarana merupakan alat yang langsung
untuk mencapai tujuan pendidikan seperti buku, perpustakaan, lab dan lain
sebagainya. 1

B. Sarana Pendidikan Berdasarkan Fungsinya


Dalam bab VII, PP No. 19 Tahun 2003, secara khusus ditegaskan
mengenai standar sarana dan prasarana. Dalam pasal 12 bab ini dinyatakan
bahwa sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan,
buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan.

Ada tiga jenis sarana pendidikan yang diduga secara langsung akan
mempengaruhi kualitas proses pembelajaran dan pada gilirannya akan
mempengaruhi prestasi pembelajaran dan pada gilirannya akan mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Ketiga jenis sarana pendidikan itu adalah dukungan
penggunaan sumber-sumber belajar yang memadai, dukungan peralatan

1
Miptah Parid dan Afifah Laili Sofi Alif, “Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan,” Tafhim
Al-’Ilmi, 11.2 (2020), 266–75.

3
pendidikan dan pembelajaran termasuk peralatan laboratorium dan bengkel
kerja, serta dukungan penggunaan media pembelajaran. Ketiga sarana
pendidikan ini memang mempunyai hubungan langsung dengan kepentingan
proses belajar dan pembelajaran yang kurang menggunakan dukungan ketiga
jenis sarana ini akan mengakibatkan proses belajar siswa menjadi kurang
bermakna dan powerful.2

Menurut Arikunto (1998: 28) secara singkat ketiga macam sarana


pendidikan dijelaskan sebagai berikut :

1. Alat Pelajaran

Alat pelajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam proses
belajar mengajar. Alat ini mungkin berwujud buku tulis, gambar-
gambar, alat tulis menulis lain seperti kapur, penghapusan dan papan
tulis maupun alat-alat praktek, semuanya termasuk ke dalam lingkup
alat pelajaran.

2. Alat Peraga

Alat Peraga mempunyai arti yang luas. Alat Peraga adalah semua alat
pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa benda ataupun perbuatan
dari yang tingkatannya paling konkrit sampai ke yang paling abstrak yang dapat
mempermudah pemberian pengertian (penyampaian konsep) kepada murid.

3. Media pengajaran

Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur
pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Media merupakan sesuatu yang
bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan
kemauan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar
pada dirinya.3

2
Yustikia Ni Wayan Sri, “Pentingnya Sarana Pendidikan dalam Menunjang Kualitas Pendidikan di
Sekolah,” Guna Widya: Jurnal Pendidikan Hindu, 4.2 (2017), 1–12.
3
Zohriah Anis, “Analisis Standar Sarana dan Prasarana,” Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen
Pendidikan, 1.2 (2015), 53–62.

4
C. Prasarana Pendidikan
Prasarana pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu bangunan sekolah
dan perabot sekolah. Bangunan sekolah terdiri dari Ruang Teori, Ruang
Administrasi atau Kantor, Ruang Penunjang, Prasarana Lingkungan atau
Infrastruktur, Perabot Sekolah atau Madrasah. Sedangkan perabot adalah sarana
pengisi ruang. Segala perlengkapan yang tidak berhubungan langsung dengan
proses belajar-mengajar. Artinya bukan alat yang dipakai oleh pengajar/siswa
untuk menjelaskan konsep.4

D. Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan Inklusif


Sarana dan prasarana pendidikan inklusif adalah perangkat keras
maupun perangkat lunak yang dipergunakan untuk menunjang keberhasilan
pelaksanaan pendidikan inklusif pada satuan pendidikan tertentu. Pada
hakekatnya semua sarana dan prasarana pendidikan pada satuan pendidikan
tertentu itu dapat dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi,
tetapi untuk mengoptimalkan proses pembelajaran perlu dilengkapi asesibilitas
bagi kelancaran mobilisasi anak berkebutuhan khusus, serta media
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus.

E. Pengelolaan Sarana dan Prasarana dalam Pendidikan Inklusif


Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif menyediakan sarana
prasarana pendidikan yang memadai dan menjamin kelancaran program
pendidikan. Sarana dan prasarana di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif
harus aksesibel bagi semua peserta didik khususnya peserta didik yang
berkebutuhan khusus. Menurut Undang-Undang No. 4 tahun 1997 tentang
penyandang cacat, aksebilitas adalah kemudahan yang disediakan bagi
penyandang cacat guna mewujudkan kesamaan kesempatan dalam segala aspek
kehidupan.

4
Ellong TD Abeng, “Manajemen Sarana dan Prasarana di Lembaga Pendidikan Islam,” Jurnal
Ilmiah Iqra’, 11.1 (2018).

5
Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif sarana prasarana yang
dibutuhkan akan lebih bervariasi, karena siswa berkebutuhan khusus juga
memerlukan beberapa sarana prasarana khusus penunjang proses pembelajaran,
yang menyesuaikan dengan jenis kebutuhan khusus siswa. Sekolah inklusif
harus menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang bagi siswa
berkebutuhan khusus, misalnya buku-buku pelajaran dalam bentuk braille, buku
audio atau talking-books untuk siswa tunanetra, dan peralatan khusus yang
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus. Selain sarana
prasarana yang menunjang, perlu adanya akomodasi yang layak dan
aksesibilitas bagi ABK.

Akomodasi yang layak dan aksesibilitas yang dapat diberikan oleh


sekolah berdasarkan hasil identifikasi dan asesmen peserta didik dengan
disablitas. Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas, akomodasi yang layak adalah modifikasi dan penyesuaian yang
tepat dan diperlukan untuk menjamin penikmatan atau pelaksanaan semua hak
asasi manusia dan kebebasan fundamental untuk penyandang disabilitas
berdasarkan kesetaraan, sedangkan aksesibilitas adalah kemudahan yang
disediakan untuk penyandang disabilitas guna mewujudkan kesamaan
kesempatan. Sarana pendidikan diusahakan untuk tercapainya tujuan
pendidikan. Dengan demikian perencanaan, pengadaan, penyimpanan, dan
pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan menjadi penting.5

F. Sarana dan Prasarana dalam Pendidikan Inklusif


Sarana Pendidikan Inklusif atau untuk anak berkebutuhan khusus.
Untuk setiap jenis kelainan didasarkan pada skala prioritas artinya mengacu
pada kondisi dan kebutuhan peserta didik.

a. Anak Tunanetra

1) Alat asesmen kelainan penglihatan. Dilakukan untuk mengukur


kemampuan penglihatan dalam bentuk geometri, mengukur

5
Sumarni, “Pengelolaan Pendidikan Inklusif di Madrasah,” Edukasi, 17.2 (2019), 294–355.

6
kemampuan penglihatan dalam mengenal warna, serta mengukur
ketajaman. Penglihatan alat yang digunakan untuk assesmen
penglihatan anak tunanetra, antara lain snellen chart, SVR(trial lens
set), dan snellen chart electronic. Anak tunanetra pada umumnya
mengalami gangguan orientasi mobilitas baik sebagian maupun secara
keseluruhan. Untuk pengembangan orientasi mobilitas dapat di
lakukan dengan menggunakan alat-alat seperti tongkat, tongkat lipat,
tongkat elektrik (tongkat yang berbunyi apabila ada benda di
dekatnya), bola bunyi (bola sepak yang mengeluarkan bunyi),
pelindung kepala.

2) Alat bantu pembelajaran atau akademik layanan pendidikan untuk


anak tunanetra selain membaca, menulis, berhitung juga
mengembangkan sikap, pengetahuan dankreativitas. Untuk membantu
penguasaan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung dapat
dilakukan dengan menggunakan alat-alat seperti; peta timbul, abacus,
penggaris Braille, blokies, papan baca, meteran Braille, kompas
Braille, kompas bicara, talking watch, gelasrasa, botol aroma, Braille
kit, mesin tik Braille, jam tangan Braille, puzzle ball, model anatomi,
globe timbul, bentuk - bentuk geometri, dancollor sorting box. Alat
Bantu Visual (alat bantu penglihatan). Kelainan penglihatan anak
tunanetra bervariasi dari yang ringan (low vision) sampai yang total
(total blind). Untuk membantu memperjelas penglihatannya pada anak
tunanetra jenis low vision dapat digunakan alat bantu magnifier lens
set, CCTV, view scan, televisi, prism monocular.

3) Alat Bantu Auditif (alat bantu pendengaran) Untuk melatih kepekaan


pendengaran anak tunanetra dalam mengikuti pelajaran dapat
digunakan tape rekorder double dek, alat musik pukul, alat musik tiup

4) Alat Latihan Fisik pada umumnya untuk anak tunanetra yang


mengalami kesulitan dan kelambanan dalam melakukan aktivitas
fisik atau motorik. Hal ini akan berpengaruh terhadap kekuatan

7
fisiknya yang dapat menimbulkan kerentanan terhadap kesehatannya.
Untuk mengembangkan kemampuan fisik, alat yang dapat digunakan
untuk anak tuna netra adalah catur tunanetra, bridge tunanetra, sepak
bola dengan bola berbunyi, papan keseimbangan, power rider, static
bycicle.

b. Tunarungu atau Gangguan Komunikasi

1) Alat asesmen kelainan pendengaran dilakukan untuk mengukur


kemampuan pendengaran, atau untuk menentukan tingkat kekuatan
suara/sumber bunyi. Alat yang digunakan untuk asesmen
pendengaran anak tunarungu adalah scan test, bunyi-bunyian,
garputala, audiometer & blanko audiogram, mobile sound proof,
sound levelmeter, hearing aids. Anak tuna rungu mengalami
gangguan pendengaran baik dari ringan sampai berat atau total. Untuk
membantu pendengarannya dapat dilakukan menggunakan alat bantu
dengar (hearing aid) model saku, model belakang, model dalam
telinga. Untuk membantu pendengaran dalam proses pembelajaran
dapat digunakan alat-alat hearing group, loop induction system.

2) Latihan bina komunikasi persepsi bunyi dan irama. Pada umumnya


anak tuna rungu mengalami gangguan pendengaran baik ringan
maupun secara keseluruhan atau total, sehingga mengakibatkan
gangguan atau hambatan komunikasi dan bahasa. Untuk
pengembangan kemampuan berkomunikasi dan bahasa dapat
dilakukan dengan menggunakan cermin, alat latihan meniup,
alatmusik perkusi, sikat getar, lampu aksen, meja latihan wicara,
speechand sound simulation, spatel, TV atau VCD.

3) Alat Bantu Belajar atau Akademik, untuk membantu penguasaan


kemampuan di bidang akademik, maka dibutuhkan layanan alat-alat
yang dapat membantu mengembangkan kemampuan akademik anak
tunarungu antara lain miniatur benda, finger alphabet, silinder, kartu

8
kata/ kalimat, menarasegitiga, menara lingkaran, menara segi empat,
peta dinding, model geometri, anatomi dan model telinga, torso
setengah badan, puzzle buah-buahan atau binatang , atlas, globe,
miniatur rumah adat atau rumah ibadah.

4) Alat Latihan Fisik, untuk mengembangkan kemampuan motorik atau


fisik anak tuna rungu, alat-alat yang dipergunakan adalah bola dan
net volley, bola sepak, meja pingpong, raket, net bulutangkis dan
suttle cock, power rider (alat untuk melatih kecekatan motorik).

c. Anak Tuna Grahita

1) Alat asesmen, untuk asesmen anak tuna grahita dapat digunakan


tesintelegensi WISC-R dan atau stanford binet, cognitive ability
test.

2) Latihan Sensori Visual, untuk membantu sensori visual anak tuna


grahita dapat menggunakan alat gradasi kubus, gradasi balok 1,
gradasi balok 2, silinder 1, silinder 2, silinder 3, menara segitiga,
menara lingkaran, menara segi empat, kotak silinder, multi sensori,
puzzle binatang, puzzle konstruksi, puzzle bola, boks sortir warna,
geometri tiga dimensi, papan geometri, box shape, konsentrasi
mekanis, formmen stockbox mit, formmen stockbox, scheiben-
stepel puzzle, formstec-stepel puzzle, fadeldreicke, schmettering
puzzle, streckspiel, geo-streckbrett, rogenbugentorte.

3) Latihan Sensori Perabaan,Anak tuna grahita mengalami kesulitan


untuk membedakan dan mengenali bentuk. Untuk membantu sensori
perabaan anak tuna grahita dapat digunakan alat keping raba 1, 2,
dan 3, alas raba, fub and hand, puzzle pubtastplatten, tactila,
balance labirinth spirale,balancelabirinth maander.

4) Sensori Pengecap dan Perasa, untuk anak tuna grahita perlu latihan
sensori pengecap dan perasa, alat yang digunakan adalah gelas rasa,
botol aroma, tactile perception, aesthesiometer.

9
5) Latihan Bina Diri, untuk anak tuna grahita perlu latihan bina diri.
Alat yang digunakan latihan bina diri dapat berupa berpakaian 1
(bentukkancing), berpakaian 2 (bentuk resleting), berpakaian 3
(bentuk tali), dressing frame set, pasta gigi dan lain sebagainya.

6) Konsep dan Simbol Bilangan, untuk anak tuna grahita perlu latihan
memahami konsep dan simbol bilangan. Alat yang digunakan
melatih konsep dan simbol bilangan dapat berupa keping pecahan,
balok bilangan 1 dan 2, geometri tiga dimensi, abacus, papan
bilangan (cukes), tiang bilangan, kotak bilangan.

7) Kreativitas, Daya Pikir dan Konsentrasi,untuk anak tuna grahita


perlu latihan memahami kreativitas, daya pikir dan konsentrasi. Alat
yang digunakan dapat berupa box konsentrasi mekanis, puzzle
konstruksi, rantai persegi, rantai bulat, lego/lazi.

8) Alat Pengajaran Bahasa, untuk anak tuna grahita perlu latihan


berbahasa. Alat yang digunakan melatih berbahasa dapat berupa
alphabet, alphabet fibre box, pias kata dan kalimat.

9) Latihan Perseptual Motor, keterbatasan intelegensi dan kognitif


mengakibatkan anak tuna grahita mengalami kesulitan dalam
perseptual motornya. Untuk itu anak tuna grahita perlu latihan
perseptual motor. Alat yang digunakan melatih perseptual motor
dapat berupa bak pasir, papan keseimbangan, gradasi papan titian,
keping keseimbangan, power rider, balancierzehner, balamcierbrett,
balancierwippe balancier steg.

d. Anak Tuna Daksa

1) Alat Asesmen, Asesmen dilakukan pada anak tuna daksa dilakukan


untuk mengetahui keadaan postur tubuh, keseimbangan tubuh,
kekuatan otot, mobilitas, intelegensi, serta perabaan. Alat yang
digunakan untuk assesmen anak tuna daksa seperti finger
goniometer (alat ukur sendi-daerah gerak), flexiomete (alat ukur

10
kelenturan), plastic goniometer (alat ukur sendi), reflex hammer
(pengukur gerak reflex kaki), posture evaluation set (pengukur
postur tubuh mengukur kelainan posisi tulang belakang), TPD
aesthesiometer (mengukur rasa permukaan kulit pada tubuh),
ground rhytem tibre instrument, cabinetgeometric insert, color
sorting box, tactile board sets.

2) Alat Latihan Fisik atau Bina Gerak. Pada umumnya anak tuna daksa
mengalami hambatan dalam pindah diri (ambulasi), dan koordinasi
atau keseimbangan tubuh. Agar anak tuna daksa dapat melakukan
kegiatan hidup sehari-hari diperlukan latihan. Alat-alat yang dapat
digunakan dapat berupa pulley weight (untuk menguatkan otot
tangan dan perut), kanavel table (untuk menguatkan otot tangan,
pergelangan dan jari tangan), squeez ball (untuk latihan daya remas
tangan), restorator hand (untuk menguatkan otot lengan), restorator
leg (untuk menguatkan otot kaki, tungkai), treadmill jogger (untuk
menguatkan otot kaki, tungkai dan jantung), safety walking strap
(sabuk pengaman ketika berlatih jalan), straight (alat latih
memanjat), sand-bag (pemberat beban pada latihan gerak sendi),
exercise mat (latihan mobilisasi gerak tidur, berguling), inclinemat
(latihan untuk merangkak), neuro development rolls (latihan untuk
merangkak dan keseimbangan dalam posisi duduk), height
adjustablecrowler (latihan untuk merangkak), floor sitter (untuk
latihan duduk tegak di lantai), kursi CP (untuk latihan duduk tegak
posisi normal), individual stand-in table (untuk latihan berdiri tegak
dan aktivitas tangan), walking paralel (untuk latihan jalan dengan
pegangan memajang kiri dan kanan, walker khusus CP (untuk
latihan mobilitas berjalan), vestibular board (meja goyang untuk
latihan keseimbangan), balance beam set (papan titian untuk
latihan keseimbangan), dynamic body and balance (latihan
keseimbangan dan meloncat), kolam bola- bola (untuk latihan
koordinasi mata, kaki dan tangan), vibrator (untuk mengatasi

11
kekakuan otot), infra-red lamp (melancarkan peredaran darah dan
relaksasi otot) , dual speed massager (alat pijatdouble kecepatan),
speed training devices (alat latih kecepatan gerakan mulut pada saat
bicara), bola karet (untuk latihan motorik), balok berganda (papan
untuk melatih keseimbangan tubuh dalam bentuk bertingkat),
balok titian (papan untuk melatih keseimbangan tubuh).

3) Alat Bina Diri. Agar anak tuna daksa dapat melakukan perawatan
diri dan kegiatan hidup sehari-hari (activity of daily living), maka
perlu latihan. Alat-alat yang dapat digunakan dapat berupa swivel
utensil, dressingframe set, lacing shoes, deluxe mobile commade,
alat orthotic dan prosthetic. Agar anak tuna daksa dapat melakukan
ambulasi dan kegiatan hidup sehari-hari (activity of daily living),
maka perlu alat bantu (orthonic dan prosthetic). Alat-alat yang
dapat digunakan meliputi cock-up resting splint, rigid
immobilitation elbow brace, flexionextention, back splint, night
splint, denish browns splint, x splint, osplint, long leg brace set,
ankle or short leg brace, original thomascollar, simple cervical
brace, corsett, crutch, clubfoot walker shoes,thomas heel shoes,
wheel chair, kaki palsu sebatas lutut, kaki palsusampai paha.

4) Alat Bantu Belajar atau Akademik. Untuk membantu penguasaan


kemampuan di bidang akademik, maka dibutuhkan layanan dan
peralatan khusus. Alat-alat yang dapat membantu mengembangkan
kemampuan akademik pada anak tuna daksa dapat berupa kartu
abjad, kartu kata atau kalimat, torso seluruh badan, geometri sharpe,
menara gelang, menara segitiga, menara segiempat, gelas rasa,
botol aroma, abacus dan washer, papan pasak, kotak bilangan.

e. Tuna Laras (Gangguan Perilaku).

1) Asesmen alat. Anak tuna laras adalah anak yang mengalami


gangguan penyimpangan perilaku yang merugikan diri sendiri

12
maupun oranglain. Terganggunya perilaku anak tuna laras,
menuntut adanya pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi
kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Asesmen dilakukan
pada anak tuna laras untuk mengetahui penyimpangan perilaku
anak. Alat yang digunakanuntuk assesmen anak tuna laras seperti
Adaptive Behavior Inventory for Children dan Adaptive Behavior
Scale. Alat terapi perilaku-perilaku menyimpang yang dilakukan
anak tuna laras cenderung untuk merugikan diri sendiri dan orang
lain. Untuk mereduksi perilaku yang menyimpang, maka
dibutuhkan peralatan khusus. Alat-alat tersebut dapat berupa
pretend game, hide-way, put me a tune, copycats, jig-saw puzzle,
puppen house, hunt the timble, sarung tinju, hoopla, sand pits,
animal matching games, organ, tambur dengan stick dan tripod,
rebana, flute, torso, puzzle.

2) Alat Terapi Fisik. Untuk mengembangkan kemampuan motorik


atau fisik anak tuna laras, alat yang dapat digunakan matras,
straight-type staircase, bola sepak, bola, net volley, power rider,
strickleiter , trecketsando (5flat), rope lader.

f. Anak Berbakat

1) Alat Asesmen. Anak berbakat mempunyai kemampuan yang istimewa


dibanding teman sebayanya. Asesmen dilakukan pada anak berbakat
untuk mengetahui. Keberbakatan dan menilai tentang kebutuhannya
untuk menempatkan dalam program-program pendidikan sesuai
dengan dan dalam rangka mengembangkan potensinya. Alat yang
digunakan untuk assesmen anak berbakat seperti tes intelegensi
WISC-R, tes intelegensi stanford binet, cognitive ability test,
differential aptitude test.

2) Alat Bantu Ajar atau Akademik. Anak berbakat memiliki sifat selalu
haus pengetahuan dan tidak puas bila hanya mendapat penjelasan dari

13
orang lain, mereka ingin menemukan sendiri dengan cara trial and
error (mengadakan percobaan atau praktikum) di laboraturium atau
dimasyarakat. Untuk itu sekolah inklusif hendaknya perlu
mengusahakan sarana yang lengkap. Sarana-sarana belajar tersebut
meliputi sumber belajar (buku paket, buku pelengkap, buku referensi,
buku bacaan, majalah, koran,internet), media pembelajaran (radio,
cassette recorder, tv, ohp, wireless, slide projector, LD/VCD/DVD.

g. Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar

1) Alat Asesmen. Anak yang mengalami kesulitan belajar merupakan


kondisikronis yang diduga bersumber neurologis yang secara
selektif menggangu perkembangan, integrasi, dan atau kemampuan
verbal dan atau non verbal. Kesulitan belajar dapat berupa kesulitan
berbahasa, membaca, menulis dan atau matematika. Asesmen pada
anak yang mengalami kesulitan belajar dilakukan untuk mengetahui
bentuk kesulitan belajar dan untuk memperoleh informasi yang
dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan
program pembelajarannya. Alat yang digunakan untuk assesmen
anak yang mengalami kesulitan belajar seperti instrumen ungkap
riwayat kelainan dan tes inteligensi WISC.

2) Alat Bantu Ajar atau Akademik. Kesulitan Belajar Membaca


(Disleksi) sarana khusus yang diperlukan oleh anak yang
mengalami kesulitan belajar membaca (remedial membaca)
meliputi kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat, kesulitan belajar
bahasa. Kesulitan berbahasa sarana khusus yang diperlukan oleh
anak yang mengalami kesulitan belajar bahasa (remedial bahasa)
meliputi kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat. Kesulitan Belajar
Menulis (Disgrafia) sarana khusus yang diperlukan oleh anak yang
mengalami kesulitan belajar menulis (remedial menulis) meliputi
kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat, balok bilangan 1, balok
bilangan 2. Kesulitan Belajar Matematika (Diskalkulia) sarana

14
khusus yang diperlukan oleh anak yang mengalami kesulitan
belajar matematika (remedial matematika) meliputi balok
bilangan, balok bilangan, pias angka, kotak bilangan, papan
bilangan.

Prasarana Khusus yang dibutuhkan untuk anak berkebutuhan khusus antara


lain sebagai berikut :

a. Anak Tunanetra
Untuk peserta didik tunanetra diperlukan ruang untuk melaksanakan
kegiatan asesmen, konsultasi, orientasi dan mobilitas, remedial teaching,
latihan menulis braille, latihan mendengar, latihanfisik, keterampilan, dan
penyimpanan alat.
b. Anak Tunarungu/Gangguan Komunikasi
Untuk peserta didik tunarungu/Gangguan Komunikasi diperlukan ruang
untuk melaksanakan kegiatan, asesmen, konsultasi, latihan bina wicara, bina
persepsi bunyi dan irama, remedial teaching, latihan fisik, keterampilan, dan
penyimpanan alat.
c. Anak Tuna grahita
Untuk peserta didik Tuna grahita/Anak Lamban Belajar diperlukanruang
untuk melaksanakan kegiatan assesmen, konsultasi, latihan sensori, bina
diri, remedial teaching, latihan perseptual, keterampilan, dan penyimpanan
alat.
d. Anak Tuna daksa
Untuk peserta didik Tuna daksa diperlukan ruang untuk melaksanakan
kegiatan assesmen, konsultasi, latihan fisik, bina diri, remedial teaching,
keterampilan, dan penyimpanan alat.
e. Anak Tuna laras
Untuk peserta didik Tuna laras diperlukan ruang untuk melaksanakan
kegiatan assesmen, konsultasi, latihan perilaku, terapi permainan, terapi
fisik, remedial teaching, dan penyimpanan alat.

15
f. Anak Cerdas Istimewa
Di samping memberdayakan atau mengoptimalkan penggunaan prasarana
yang ada apabila di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif peserta
didiknya ada yang berkecerdasan istimewa, prasarana khusus yang perlu
disediakan adalah ruang assesmen.
g. Anak Berbakat Istimewa
Untuk anak berbakat istimewa di samping memberdayakan atau
mengoptimalkan penggunaan prasarana yang ada apabila di sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif peserta didiknya ada yang berbakat,
prasarana khusus yang perlu disediakan adalah ruang assesmen.
h. Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar
Untuk peserta didik yang mengalami kesulitan belajar diperlukan ruang
untuk melaksanakan kegiatan assesmen, dan remedial. sebagaicatatan, pada
dasarnya di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif cukup disiapkan satu
unit ruang sebagai ”resource room” atau ruang sumber.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut Soetopo Sarana pendidikan adalah “segala sesuatu yang
meliputi peralatan dan perlengkapan yang langsung digunakan dalam proses
pendidikan di sekolah seperti gedung, ruangan, meja, kursi, alat peraga, buku
pelajaran dan lain-lain”. Sedangkan prasarana merupakan “semua komponen
yang secara tidak langsung menunjang jalanya proses belajar mengajar disebuah
lembaga pendidikan seperti jalan menuju sekolah, halaman sekolah, tata tertib
sekolah dan lain-lain”.

Alat pelajaran adalah alat yang digunakan secara langsung dalam proses
belajar mengajar. Alat Peraga mempunyai arti yang luas. Alat Peraga adalah
semua alat pembantu pendidikan dan pengajaran, dapat berupa benda ataupun
perbuatan dari yang tingkatannya paling konkrit sampai ke yang paling abstrak
yang dapat mempermudah pemberian pengertian (penyampaian konsep) kepada
murid.
Media pengajaran adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai
penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.

Prasarana pendidikan dibedakan menjadi dua yaitu bangunan sekolah


dan perabot sekolah. Sarana dan prasarana pendidikan inklusif adalah perangkat
keras maupun perangkat lunak yang dipergunakan untuk menunjang
keberhasilan pelaksanaan pendidikan inklusif pada satuan pendidikan tertentu.

Sekolah pendidikan inklusif harus menyediakan sarana prasarana yang


memadai dan aksesibel bagi semua peserta didik, khususnya yang berkebutuhan
khusus. Sarana prasarana yang dibutuhkan akan lebih bervariasi, tergantung
pada jenis kebutuhan khusus siswa. Sarana dan prasarana yang harus disediakan
di antaranya buku pelajaran braille, buku audio, peralatan khusus yang sesuai
dengan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anis, Zohriah, “Analisis Standar Sarana dan Prasarana,” Tarbawi: Jurnal


Keilmuan Manajemen Pendidikan, 1.2 (2015), 53–62

Ni Wayan Sri, Yustikia, “Pentingnya Sarana Pendidikan dalam Menunjang


Kualitas Pendidikan di Sekolah,” Guna Widya: Jurnal Pendidikan Hindu, 4.2
(2017), 1–12

Parid, Miptah, dan Afifah Laili Sofi Alif, “Pengelolaan Sarana dan Prasarana
Pendidikan,” Tafhim Al-’Ilmi, 11.2 (2020), 266–75

Sumarni, “Pengelolaan Pendidikan Inklusif di Madrasah,” Edukasi, 17.2 (2019),


294–355

TD Abeng, Ellong, “Manajemen Sarana dan Prasarana di Lembaga Pendidikan


Islam,” Jurnal Ilmiah Iqra’, 11.1 (2018)

18

Anda mungkin juga menyukai