Oleh kelompok v
Anggota : Rangga seiawan
Nina fariatin
Wiranti nur hidayah
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahamat dan hidayahnya
sehingga kami dapat meneyelesaikan tugas makalah yang berjudul sarana dan prasarana
pendidikan inklusi ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah pendidikan inklusi. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang pendidikan inklusi bagi para pembaca dan penulis. Kami mengucapkan terima kasih
kepada ibu,Saidah Ramadan M A, dan selaku dosen mata kuliah pendidikan inklusi yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan sesuai dengan mata
kuliah yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, bahwa
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
penyusun
1.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
2.
BAB 1
PEMBAHASAN
A. Latar belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Perbedaan sarana pendidikan dan prasarana pendidikan adalah pada fungsi masing-
masing, yaitu sarana pendidikan untuk memudahkan penyampean atau mempelajari materi
pembelajaran, sedangkan prasarana pendidikan untuk memudahkan penyelenggaraan
pendidikan.
B.Sarana Dan Prasarana umum dalam pendidikan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian sarana pendidikan adalah
fasilitas bisa berupa macam peralatan, bahan dan prabot yang digunakan guru untuk
memudahkan penyampaian materi pembelajaran.
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan di sekolah penyelenggara pendidikan inklusif
tidak berbeda dengan sarana dan parasarana yang dibutuhkan di sekolah regular pada umumnya,
yaitu:
1. Ruang kelas beserta perlengkapannya (perabot dan peralatan)
2. Ruang praktikum (laboratorium) beserta perangkatnya (perabot dan peralatan)
3. Ruang perpustakaan beserta perangkatnya (perabot dan peralatann)
5.
Penentuan sarana khusus untuk setiap jenis kelainan didasarkan pada skala prioritas
artinya mengacu pada kondisi dan kebutuhan peserta didik.
1. Anak Tunanetra
a. Alat Asesmen
6.
Untuk membantu penguasaan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung dapat
dilakukan dengan menggunakan alat-alat seperti berikut ini.
1) Peta Timbul (peta tiga dimensi bentuk relief)
2) Abacus (alat bantu berhitung)
3) Penggaris Braille (penggaris dengan skala ukur bentuk relief)
4) Blokies (sejumlah dadu dengan simbol Braille dengan papan berkotak)
5) Papan Baca (alat untuk melatih membaca)
Untuk melatih kepekaan pendengaran anak tunanetra dalam mengikuti pelajaran dapat
digunakan alat-alat seperti berikut ini:
1) Tape Rekorder Doble Dek (alat rekam/tampil suara model dua tempat kaset)
2) Alat Musik Pukul (alat-alat musik jenis pukul/perkusi)
3) Alat Musik Tiup (alat-alat musik jenis tiup.
7.
2. Tunarungu/Gangguan Komunikasi
a. Alat Asesmen
Bervariasinya tingkat kehilangan pendengaran pada anak tunarungu/gangguan
komunikasi menuntut adanya pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi kekurangan
dan kelebihan yang dimilikinya.
Asesmen kelainan pendengaran dilakukan untuk mengukur kemampuan pendengaran,
atau untuk menentukan tingkat kekuatan suara/sumber bunyi. Alat yang digunakan untuk
asesmen pendengaran anak tunarungu adalah seperti berikut:
1. Scan Test (alat untuk mendeteksi pendengaran tanpa memerlukan ruang khusus)
2. Bunyi-bunyian (alat yang dapat menimbulkan berbagai jenis bunyi)
3. Garputala (alat pengukur getar bunyi/suara atau tinggi nada)
4. Audiometer & Blanko Audiogram (alat kemampuan pendengaran dengan akurasi tinggi
melalui tes audiometri)
5. Mobile Sound Proof (kotak kedap suara sebagai perangkat tes audiometri)
3. Anak Tunagrahita
a. Alat asesmen
Bervariasinya tingkat intelegensi dan kognitif anak tunagrahita, menuntut adanya
pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya.
Asesmen pada anak tunagrahita dilakukan untuk mengukur tingkat intelegensi dan
kognitif, baik secara individual maupun kelompok. Alat untuk asesmen anak tunagrahita dapat
digunakan seperti berikut ini:
1) Tes Intelegensi WISC-R (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat kecerdasan
seseorang model WISC-R)
2) Tes Intelegensi Stanford Binet (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat kecerdasan
seseorang model Stanford Binet)
3) Cognitive Ability test (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat pengetahuan yang
dikuasai)
9.
b. Latihan Sensori Visual
Tingkat kecerdasan anak tunagrahita bervariasi dari yang ringan sampai yang berat.
Kondisi tersebut dapat mengakibatkan anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk berpikir
abstrak dan mengalami kesulitan dalam membedakan warna dan mengenali bentuk. Untuk
membantu sensori visual anak tunagrahita dapat menggunakan alat sebagai berikut:
1) Gradasi Kubus (bentuk-bentuk kubus dengan ukuran yang bervariasi untuk melatih
kemampuan/pemahaman volume kubus)
2) Gradasi Balok 1 (bentuk-bentuk balok dengan ukuran yang bervariasi satu warna)
3) Gradasi Balok 2 (bentuk-bentuk balok dengan ukuran yang bervariasi berbagai warna)
4) Silinder 1 (bentuk-bentuk silinder untuk melatih motorik mata-tangan untuk usia dini)
5) Silinder 2 (bentuk-bentuk silinder dengan ukuran yang bervariasi )
e. Latihan Bina Diri
Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk merawat diri sendiri. Untuk itu anak
tunagrahita perlu latihan bina diri. Alat yang digunakan latihan bina diri dapat berupa:
1) Berpakaian 1 (bentuk kancing)
2) Berpakaian 2 (bentuk resleting)
3) Berpakaian 3 (bentuk tali)
4) Dressing Frame Sets (rangka pemasangan pakaian-kancing, resleting dan tali dikemas dalam
satu bingkai)
5) Pasta Gigi dan lain sebagainya.
10.
f. Konsep dan Simbol Bilangan
Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk memahami konsep dan simbul
bilangan. Untuk itu anak tunagrahita perlu latihan memahami konsep dan simbul bilangan. Alat
yang digunakan melatih konsep dan simbul bilangan dapat berupa:
1) Keping Pecahan (peraga bentuk lingkaran menunjukan bagian benda, ½, ¼, 1/3, dst)
2) Balok Bilangan 1 (alat mengenal prinsip bilangan basis bilangan satuan)
3) Balok Bilangan 2 (alat mengenal prinsip bilangan basis bilangan puluhan)
4) Geometri Tiga Dimensi (berupa bentuk-bentuk geometri tiga dimensi yaitu: bulat, lonjong,
segitiga, segiempat, limas, piramid).
5) Papan Bilangan (Cukes) (berfungsi untuk melatih kemampuan memahami bilangan dan dasar-
dasar operasi hitung
11.
4. Anak Tunadaksa
12.
d. Alat Orthotic dan Prosthetic
Anak tunadaksa mengalami hambatan dalam pindah diri (ambulasi), dan
koordinasi/keseimbangan tubuh, karena kondisi tubuh mengalami kelainan. Agar anak tuna
daksa dapat melakukan ambulasi dan kegiatan hidup sehari-hari (activity of daily living), maka
perlu alat bantu (orthonic dan prosthetic). Alat-alat yang dapat digunakan meliputi:
1) Cock-Up Resting Splint (meluruskan permukaan tangan dan jari)
2) Rigid Immobilitation Elbow Brace (untuk mengatsi gerakan siku pada posisi fleksi 90 derajat)
3) Flexion Extention (untuk membantu gerakan sendi siku)
4) Back Splint (untuk menahan sendi lutut agar tidak melinting kebelakang dan sebagi penguat
kaki pada saat berjalan)
5) Night Splint (untuk mengistirahatkan kaki dalam posisi normal dan mencegah salah bentuk)
5. Tunalaras
a. Asesmen Gangguan Perilaku
Anak tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan penyimpangan perilaku yang
merugikan diri sendiri maupun orang lain. Terganggunya perilaku anak tunalaras, menuntut
adanya pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang
dimilikinya. Hal ini penting dalam upaya menentukan apa yang dibutuhkan dapat mendapatkan
pelayanan pendidikan sesuai dengan kemampuan dan keadaannya.
Asesmen dilakukan pada anak tunalaras untuk mengetahui penyimpangan perilaku anak.
Alat yang digunakan untuk assesmen anak tunalaras seperti berikut ini:
1) Adaptive Behavior Inventory for Children
2) AAMD Adaptive Behavior Scale
13.
b. Alat Terapi Perilaku
Perilaku menyimpang yang dilakukan anak tunalaras cenderung untuk merugikan diri
sendiri dan orang lain. Untuk mereduksi perilaku yang menyimpang, maka dibutuhkan peralatan
khusus. Alat-alat tersebut dapat berupa:
1) Pretend Game (untuk membantu anak dalam bersosialisasi dengan orang lain)
2) Hide-Way (untuk bermain sembunyi-sembunyian)
3) Put me a tune (untuk latihan menuangkan air ke cangkir)
4) Copy cats (untuk menjalin interaksi dengan orang lain)
5) Jig-saw puzzle (teka-teki untuk melatih memecahkan masalah)
6. Anak Berbakat
a. Alat Asesmen
Anak berbakat mempunyai kemampuan yang istimewa dibanding teman sebayanya.
Istimewanya kondisi anak berbakat menuntut adanya pengelolaan yang cermat dalam
mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Hal ini penting dalam upaya
menentukan apa yang dibutuhkan dapat memperoleh pelayanan pendidikan sesuai dengan
kemampuannya.
Asesmen dilakukan pada anak berbakat untuk mengetahui. Keberbakatan dan menilai
tentang kebutuhannya untuk menempatkan dalam program-program pendidikan sesuai dengan
dan dalam rangka mengembangkan potensinya. Alat yang digunakan untuk assesmen anak
berbakat seperti berikut ini:
1) Tes Intelegensi WISC-R (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat kecerdasan
seseorang model WISC-R)
2) Tes Intelegensi Stanford Binet (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat kecerdasan
seseorang model Stanford Binet)
3) Cognitive Ability Tes (alat atau instrumen isian untuk mengukur tingkat pengetahuan yang
dikuasai)
14.
b. Alat Bantu Ajar/Akademik
Anak berbakat memiliki sifat selalu haus pengetahuan dan tidak puas bila hanya
mendapat penjelasan dari orang lain, mereka ingin menemukan sendiri dengan cara trial and
error (mengadakan percobaan/praktikum) di laboraturium atau di masyarakat.
Untuk itu sekolah inklusif hendaknya perlu mengusahakan sarana yang lengkap. Sarana-
sarana belajar tersebut meliputi:
1) Sumber belajar:
a) Buku paket
b) Buku Pelengkap
c) Buku referensi
d) Buku bacaan
e) Majalah
i) Dan sebagainya
2) Media pembelajaran
a) Radio
b) Cassette recorder
c) TV
15.
b. Alat Bantu Ajar/Akademik
1) Kesulitan Belajar Membaca (Disleksi)
Sarana khusus yang diperlukan oleh anak yang mengalami kesulitan belajar membaca
(remedial membaca) meliputi:
a) Kartu Abjad
b) Kartu Kata
c) Kartu Kalimat
d) Kesulitan Belajar Bahasa
Sarana khusus yang diperlukan oleh anak yang mengalami kesulitan belajar bahasa
(remedial bahasa) meliputi:
a) Kartu Abjad
b) Kartu Kata
c) Kartu Kalimat
3) Kesulitan Belajar Menulis (Disgrafia)
Sarana khusus yang diperlukan oleh anak yang mengalami kesulitan belajar menulis
(remedial menulis) meliputi:
a) Kartu Abjad
b) Kartu Kata
c) Kartu Kalimat
d) Balok bilangan 1
e) Balok bilangan 2
16.
C. Prasarana Khusus
1. Anak Tunanetra
17.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sarana dan prasarana adalah kegiatan yang bertujuan untuk mempermudah proses
pembelajaran di bidang akademik maupun di bidang non akademik dan untuk menghindari terjadinya
suatu kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran yang di sampaikan oleh pendidik. Maka dari itu
sarana dan prasarana adalah analisis kebutuhan dan penentu skala prioritas kegiatan untuk dilaksanakan
dalam bentuk nyata.
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang penting dan
utama dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah. Untuk itu, perlu dilakukan peningkatan dalam
pendayagunakan dan pengelolaannya, hal ini disebut dengan menejemen sarana dan prasrana
pendidikan yang merupakan proses kerja sama dalam mengatur, mengelola, dan mendayagunakan
srana prasarana yang ada agar tujuan yang di harapkan dapat tercapai secara efisien dan efektif.
Macam-macam alat yang dibutuhkan bagi tiap-tiap anak berkebutuhan khusus adalah:
b. Alat asesmen
c. Alat bantu fisik
d. Alat bantu akademik
e. Orientasi dan mobilitas bagi tiap-tiap kebutuhan khusus
f. Sarana dan prasarana khusus yang diperlukan masing-masing siswa berkebutuhan khusus.
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Abdul salim choiri, dkk. 2009.pendidikan anak berkebutuhan khusus secara inklusif.
http://monaliasakwati.blogspot.com/2011/12/makalahmakalahpendidikan-kluarbiasaan.html.
01 maret 2012
19.