Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

MAKALAH

RUANG LINGKUP PERENCANAAN DAN PENGADAAN


SARANA DAN PRASARANA

Dosen Pengampu : Sumiyani, M.Pd.I

Disusun Oleh : Kelompok 2


1. Ade Fatimah (203210050)
2. Irma Juita (203210034)
3. Monica Febrina (203210033)

KELAS : MPI III B

PROGRAM STUDI
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Terima kasih kepada
ibu Sumiyani selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Sarana dan
Prasarana, tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 10 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL....................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah....................................................................................1


B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan................................................3


B. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan.................................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan perputaran modernisasi pendidikan saat ini, banyak sekali
hal yang berkaitan dengan dunia pendidikan, dunia pendidikan yang semakin
berkembang dengan berbagai metode serta strategi yang di kembangkan
dalam dunia pendidikan, hal yang mendukung untuk pengembangan dalam
suatu lembaga pendidikan tak lepas dari yang namanya sarana dan prasarana.
Sebagai lembaga pendidikan, sekolah memerlukan dukungan sarana dan
prasarana pendidikan. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan material
pendidikan yang sangat penting. Banyak sekolah yang memiliki sarana dan
prasarana yang lengkap sehingga menunjang proses pendidikan di sekolah.
Namun sayangnya, kondisi tersebut tidak berlangsung lama. Tingkat kualitas
maupun kuantitas sarana dan prasarana ini tidak dapat dipertahankan secara
terus menerus. Oleh karena itu di butuhkan upaya pengelolaan sarana dan
prasarana secara baik agar kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana dapat
di pertahankan dalam waktu yang relatif lama. Maka dari itu pentingnya
perencanaan sarana dan prasarana pendidikan.
Jika kita amati kondisi sarana dan prasana pendidikan di berbagai daerah
di Indonesia, kita akan mendapati disparitas (tidak merata) yang cukup tajam,
khususnya antara sekolah di kota besar dengan sekolah yang berada di
pedesaan. Disparitas sarana dan prasana inilah yang pada titik tertentu turut
mempengaruhi ketimpangan antar berbagai sekolah di tanah air, yang pada
akhirnya turut juga mempengaruhi mutu dan kualitas sebuah lembaga
pendidikan.
Pemerintah telah berupaya menjembatani ketimpangan unsur sarana dan
prasarana pendidikan dengan menetapkan kebijakan tentang standar minimal
ketersedian sarana dan prasarana pendidikan yang tertuang dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2007
tentang Standar Sarana dan Prasarana diperuntukan Sekolah Dasar/Madrasah

1
Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah MenengahPertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), dan Sekolah MenengahAtas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan bagimana perencanaan parana dan prasarana pendidikan!
2. Jelaskan bagimana pengadaan sarana dan prasarana pendidikan!

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu perencanaan parana dan prasarana pendidikan
2. Untuk mengetahui apa itu pengadaan sarana dan prasarana pendidikan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Perencanaan Sarana dan Prasarana Pendidikan Perencanaan berasal
dari kata dasar rencana yang memiliki arti rancangan atau kerangka dari suatu
yang akan dilakukan pada masa depan. Perencanaan sarana dan prasarana
pendidikan merupakan proses perencanaan upaya pembelian, penyewaan,
peminjaman, penukaran, daur ulang, rekondisi/rehabilitasi, distribusi atau
pembuatan peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan
sekolah. Proses ini hendaknya melibatkan unsur-unsur penting sekolah dan
wakilnya, dewan guru, kepala tata usaha, dan bendahara serta komite sekolah.
Hal ini perlu di lakukan untuk membuka masukan dari berbagai pihak dan
meningkatkan tingkat kematangan dari sebuah rencana. Perencanaan yang
matang dapat meminimalisir kemungkinan terjadi kesalahan dan
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengadaan sarana dan prasarana.
Hasil suatu perencanaan akan menjadi pedoman dalam pelaksanaan
dan pengendalian, bahkan perencanaan sarana dan prasarana harus di lakukan
dengan baik dengan memperhatikan persyaratan dari perencanaan yang baik.
Ada beberapa persyaratan yang harus di lakukan dalam kegiatan perencanaan
sarana dan prasarana pendidikan (Depdiknas, 2009: 8-9) yaitu :
1. Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan harus di pandang
sebagai bagian integral dari usaha peningkatan kualitas belajar mengajar.
2. Perencanaan harus jelas. Untuk hal tersebut, kejelasan suatu rencana dapat
dilihat pada hal-hal berikut :
a. Tujuan dan sasaran atau target yang harus di capai serta ada
penyusunan perkiraan biaya/harga keperluan pengadaan.
b. Jenis dan bentuk tindakan/kegiatan yang akan di laksanakan.
c. Petugas pelaksana, misalnya guru, karyawan, dll.
d. Bahan dan peralatan yang di butuhkan.
e. Kapan dan di mana kegiatan di laksanakan.

3
f. Harus di ingat bahwa suatu perencanaan yang baik adalah yang realistis,
artinya rencana tersebut dapat dilaksanakan.

3. Berdasarkan atas kesepakatan dan keputusan bersama dengan pihak-pihak


yang terlibat dalam perencanaan.
4. Mengikuti pedoman (standar) jenis, kuantitas, dan kualitas sesuai dengan
skala prioritas.
5. Perencanaan pengadaan sesuai dengan platform anggaran yang di sediakan.
6. Mengikuti prosedur yang berlaku.
7. Mengikutsertakan unsur orangtua murid.
8. Fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan keadaan, perubahan situasi, dan
kondisi yang tidak di sangka-sangka.
9. Dapat di dasarkan pada jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang.

Untuk mengadakan perencanaan kebutuhan alat pelajaran dilalui tahap-tahap


tertentu:
1. Menganalisis terhadap materi pelajaran mana yang membutuhkan alat atau
media dalam penyampaiannya. Dari analisis materi ini dapat didaftar alat-
alat/media apa yang di butuhkan. Ini di lakukan oleh guru bidang studi.
2. Apabila kebutuhan yang diajukan oleh guru-guru ternyata melampaui
kemampuan daya beli atau daya pembuatan, maka harus diadakan seleksi
menurut skala prioritas terhadap alat-alat yang mendesak pengadaannya.
3. Mengadakan inventaris terhadap alat atau media yang telah ada. Alat yang
sudah ada ini perlu dilihat kembali, lalu mengadakan re-inventaris. Alat
yang perlu dipernaiki atau diubah disendirikan untuk di serahkan kepada
orang yang dapat memperbaikinya.
4. Mengadakan seleksi terhadap alat pelajaran/ media yang masih bisa di
manfaatkan, baik dengan reparasi atau modifikasi maupun tidak.

4
5. Mencari dana (bila belum ada). Kegiatan dalam tahap ini adalah
mengadakan tentang perencanaan bagaimana caranya memperoleh dana,
baik dari dana rutin maupun non rutin.
6. Menunjuk seseorang (bagian pembekalan) untuk melaksanakan pengadaan
alat. Petunjuk ini sebaiknya mengingat beberapa hal: keahlian, kelincahan
berkomunikasi, kejujuran, dan sebagainya dan tidak hanya satu orang.

1. Perencanaan Pengadaan Barang Bergerak


Barang-barang yang bergerak dapat berupa berbagai macam perlengkapan dan
perabot sekolah. Menurut Endang Herawan dan Sukarti Nasihin (2001: 118-
119) perlengkapan dan perabot yang di buat harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
a. Syarat perabot sekolah
1) Ukuran fisik pemakai/murid agar pemakainya fungsional dan efektif.
2) Bentuk dasar yang memenuhi syarat-syarat antara lain :
 Sesuai dengan aktivitas murid dalam KBM,
 kuat, mudah pemeliharaannya, dan mudah di bersihkan,
 memiliki pola dasar yang sederhana,
 mudah dan ringan untuk disimpan/disusun, dan
 fleksibel sehingga mudah di gunakan dan dapat pula berdiri sendiri.
3) Konstruksi perabot hendaknya :
 kuat dan tahan lama,
 mudah di kerjakan secara masal,
 tidak tergantung keamanan pemakainya, dan
 bahan yang mudah didapat di pasaran dan disesuaikan dengan
keadaan setempat.

b. Syarat perlengkapan sekolah


1) Keadaan bahan baku/material harus kuat, tetapi ringan, tidak
membahayakan keselamatan peserta didik.

5
2) Konstruksi barus di atur agar sesuai dengan kondisi peserta didik.
3) Dipilih dan direncanakan dengan teliti dan baik serta benar-benar di
sesuaikan dengan usia, minat, dan taraf perkembangan peserta didik.
4) Pengadaan pengaturan harus sedemikian rupa sehingga benar-benar
berfungsi bagi penanaman, pemupukan, serta pembinaan hal-hal
yang berguna bagi perkembangan anak.

Dalam proses perencanaan barang bergerak hendaknya melewati tahap-tahap


meliputi : penyusunan daftar kebutuhan. estimasi biaya, penyusunan skala
prioritas, penyusunan rencana pengadaan.

Langkah pertama ialah menyusun daftar kebutuhan sekolah, dibuat dengan


cara mengidentifikasi dan menganalisis seluruh kebutuhan, baik untuk masa
sekarang, maupun untuk masa yang akan datang. Tentunya dengan tetap
memperhatikan rencana kegiatan sekolah, baik bulanan, tahunan, ataupun yang
lima tahunan.
Hal-hal yang terkait dengan identifikasi dan menganalisis kebutuhan
sarana dan prasarana di sekolah ( Depdiknas, 2007: 10), sebegai berikut :
1) Adanya kebutuhan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan di
sekolah.
2) Adanya sarana dan prasarana yang rusak, dihapuskan, hilang, atau sebab
lain yang dapat di pertanggungjawabkan sehingga memerlukan
penggantian.
3) Adanya kebutuhan sarana dan prasarana yang dirasakan pada jatah
perorangan jika terjadi mutasi guru atau pegawai sehingga turut
mempengaruhi kebutuhan sarana dan prasarana.
4) Adanya persediaan sarana dan prasarana untuk tahun anggaran mendatang.

Langkah kedua ialah estimasi biaya, yaitu penaksiran biaya yang di


butuhkan. Pada barang yang habis pakai, perlu di taksir atau di perkirakan
biaya untuk satu bulan, triwulan, dan biaya untuk satu tahun.

6
Langkah ketiga yaitu menetapkan skala prioritas yang ditetapkan
berdasarkan dana yang tersedia dan urgensi kebutuhan. Jangan sampai sekolah
menggunakan dana untuk pengadaan perlengkapan yang sebenarnya tidak
terlalu di butuhkan. Langkah keempat ialah menyusun rencana pengadaan.
Rencana pengadaan dibuat per triwulan dan kemudian per tahunan.

2. Perencanaan Pengadaan Barang Bergerak


a. Tanah
Tanah yang di pilih untuk mendirikan sekolah hendaknya memiliki
kelebihan tertentu. Kelebihan yang di maksud ialah kelebihan yang dapat
mendukung proses pendidikan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemilihan
tanah secara cermat. Tanah harus strategis, bebas bencana, subur, dan
memiliki pemandangan yang indah. Menurut J. Mamusung dalam Endang
Herawan & Sukarti Nasihin, (2001: 115), syarat-syarat yang harus di
perhatikan dalam pemilihan tanah untuk bangunan sekolah meliputi hal-hal
berikut :
1) Mudah di capai dengan berjalan kaki maupun kendaraan.
2) Terletak di suatu lingkungan yang memiliki banyak hubungan dengan
kepentingan pendidikan (sekolah)
3) Cukup luas bentuk maupun topografinya akan memenuhi kebutuhan.
4) Mudah kering jika di genangi air, bebas dari pembusukan, dan tidak
merupakan tanah yang konstruksinya adalah hasil
buatan/timbangan/urugan.
5) Tanahnya yang subur sehingga mudah di tanami dan indah
pemandangan alam sekitarnya.
6) Cukup air ataupun mudah dan tidak tinggi biaya jika harus menggali
sumur atau pipa-pipa perairan.
7) Di samping persediaan air cukup, harus pula merupakan air yang
bersih (berkualitas).

7
8) Memperoleh sinar matahari yang cukup selama waktu sekolah
berlangsung sehingga kelancaran dan kesehatan terjamin.
9) Tidak terletak di tepi jalan/persimpangan jalan yang ramai dan
berbahaya dan tidak berdekatan dengan rumah sakit, kuburan, pabrik-
pabrik yang membisingkan, pasar dan tempat-tempat lain yang dapat
memberikan pengaruh-pengaruh yang negatif.
10) Harganya tidak terlalu mahal (murah). Sementara itu, dalam kegiatan
perencanaan pengadaan tanah sebaiknya melewati langkah-langkah
menganalisis kebutuhan tanah, melakukan survei kondisi tanah, dan
mengadakan survei harga tanah.
Langkah-langkah perencanaan pengadaan tanah dijelaskan dalam poin-poin
berikut:
1) Menganalisis kebutuhan tanah. Tanah yang di pilih hendaknya
mengacu pada syarat-syarat pemilihan tanah dan hasil analisis
kebutuhan bangunan yang akan didirikan serta lokasi yang di tentukan
berdasarkan pemetaan sekolah.
2) Mengadakan survei kondisi tanah. Saat melakukan survei tanah harus
memmerhatikan aspek apakah di lokasi tersebut terdapat fasilitas
(seperti jalan, listrik, air, telepon, dan alat transportasi) atau tidak.
3) Mengadakan survei harga tanah. Harga tanah perlu di cek, apakah
harga tanah yang di tawarkan terlalu mahal atau tidak.

b. Bangunan
Sebagai sarana atau tempat yang akan di bangun untuk kegiatan belajar
mengajar, gedung sekolah yang akan di bangun selain harus
memperhatikan kualitas juga memperhatikan kurikulum pendidikan
sekolah. Oleh sebab itu, dalam membangun gedung sekolah menuntut
adanya perencanaan dengan prosedur sebagai berikut:
1) Menyusun rencana bangunan yang di butuhkan berdasarkan analisis
kebutuhan secara lengkap dan teliti. Misalnya, fungsi bangunan,
jumlah pemakai (guru, karyawan, dan siswa), kurikulum sekolah, dan

8
jenis serta jumlah perlengkapan yang akan di tempatkan pada
bangunan tersebut.
2) Melakukan survei terhadap tanah.
3) Menyusun atau mengecek rencana konstruksi dan arsitektur bangunan
berdasarkan kebutuhan dan hasil survei.
4) Menyusun rencana anggaran biaya sesuai harga standar di daerah
yang bersangkutan.
5) Menyusun pentahapan rencana anggaran biaya (RAB) yang di
sesuaikan dengan pelaksanaan secara teknis, serta memperkirakan
anggaran yang akan di sediakan setiap tahun, dengan memperhatikan
skala prioritas yang telah di tetapkan sebelumnya.
6) Endang Herawan dan Sukarti Nasihin mengutip pernyataan J.
Mamusung yang mengemukakan bahwa syarat bangunan sekolah
yang ideal harus memenuhi kebutuhan dan syarat pedagogis.
Pemenuhan dan syarat pedagogis artinya yaitu :
7) Ukuran dan bentuk setiap bangunan di sesuaikan dengan kebutuhan.
8) Datangnya/masuknya sinar matahari harus di perhatikan, yaitu dari
sebelah kiri.
9) Tinggi rendahnya tembok, letak jendela, dan kusen di sesuaikan
dengan kondisi anak-anak.
10) penggunaan warna yang cocok.
11) Aman, artinya material dan konstruksi bangunannya benar-benar
dapat di pertanggung jawabkan, baik kekuatan/kekukuhan bangunan
itu sendiri, maupun pengaruh erosi, angin, getaran, petir, dan pohon
yang berbahaya.
12) Menurut syarat kesehatan, sinar matahari cukup bagi setiap ruangan,
memungkinkan adanya pergantian udara yang segar selalu.
13) Menyenangkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan pendidikan dan
tak saling mengganggu.
14) Dapat memungkinkan untuk memperluas tanpa memakan biaya lagi
yang besar.

9
15) Fleksibel artinya melihat kebutuhan hari depannya dan pula dapat di
ubah-ubah setiap saat di perlukan.
16) Memenuhi syarat keindahan
17) Ekonomis.

Selain harus memenuhi kebutuhan dan syarat pedagogis, bangunan


sekolah juga harus memenuhi kebutuhan jumlah ruang belajar. Jumlah
ruang belajar dibuat berdasarkan perkiraan jumlah siswa yang akan masuk
di tahun yang akan datang. Selain itu, diperhatikan pula perkiraan jumlah
siswa yang keluar, baik karena putus sekolah, pindah sekolah, ataupun
karena sudah lulus. Perhitungan kebutuhan ruang belajar/guru tergantung
dari jumlah tambahan siswa, jumlah rata-rata murid untuk setiap
rombongan belajar atau kelas, dan efisiensi penggunaan ruang belajar.

B. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan


1. Konsep Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengadaan sarana Prasarana adalah segala kegiatan
untukmenyediakan semua keperluan barang, benda dan jasa bagi
keperluan pelaksanaan tugas.
Sedangkan pengadaan prasarana berdasarkan etimologi berarti
alattidak langsung untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam usaha
pengadaan sarana prasarana yang dibutuhkan sehinggadapat digunakan
secara tepat, memerlukan dan mengembangkan sejumlahdana,
komunikasi yang cepat dan tepat dalan kebutuhan peralatan
dapatmemungkinkan disusunnya perencanaan yang lengkap.
Secara ringkas maksud dari pengadaan itu sesuai dengan
yangdinyatakan dalam Keputusan Presiden Nomor 80 tahun 2003 tentang
pedoman pengadaan barang dan jasa pemerintahan yakni menyatakan
“Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan
barang/jasa yang dibiayai dengan APBN/APBD, baik yangdilaksanakan
secara sewa kelola maupun oleh penyedia barang/jasa”.

10
Perencaaan dengan maksud untuk menunjang kegiatan
pembelajaran agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara efektif
dan efisien sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan fungsi
Operasional kedua dalam manajemen sarana dan prasarana pendidikan
Setelah perencanaan. Fungsi ini pada hakikatnya merupakan serangkaian
kegiatan untuk menyediakan sarana dan prasarana pendidikan
persekolahan sesuai dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis dan
Spesifikasi, jumlah, waktu maupun tempat, dengan harga dan sumber
yang dapat dipertanggung jawabkan.

2. Strategi Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Ada beberapa altermatif cara dalam pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan persekolahan. Beberapa alternatif cara pengadaan
sarana dan prasarana pendidikan persekolahan tersebut adalah melalui
membeli; membuat sendiri; bantuan atau hibah; menyewa; meminjam;
mendaur ulang; menukar; dan memperbaiki atau merekonstruksi kembali.
Berikut penjelasan 8 alternatif tersebut :
a. Pengadaan sarana dan prasarana dengan cara membeli.
Membeli adalah merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan yang lazim ditempuh yaitu dengan jalan
membayar sejumlah uang tertentu kepada penjual atau supplier untuk
mendapatkan sejumlah sarana dan prasarana sesuai dengan
kesepakatan kedua belah pihak.

b. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui membuat


sendidri.
Pembuatan sendiri merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana
dan prasarana pendidikan dengan jalan membuat sendiri yang
biasanya di lakukan oleh guru, siswa, atau pegawai. Pemilihan cara
ini harus mempertimbangkan tingkat efektivitas dan efesiensinya

11
apabila di bandingkan dengan cara pengadan sarana dan prasarana
pendidikan yang lain.

c. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui penerimaan


Hibah atau Bantuan.
Penerimaan hibah atau bantuan yaitu merupakan cara pemenuhan
sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan pemberian secara Cuma
-Cuma dari pihak lain. Penerimaan hibah atau bantuan harus
dilakukan dengan membuat berita acara. Pengadaan dengan cara
menerima bantuan sumbangan, hibah, dan menerima hak pakai dapat
dilaksanakan jika dalam kegiatan itu telah terpenuhi syarat-syarat
tertentu, misalnya bersifat lunak, tidak mengikat, tidak bertentangan
dengan politik pemerintah, tidak membahayakan pelestarian pancasila,
tidak membahayakan keamanan nasional, dan lain-lain.

d. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui penyewaan.


Yang dimaksud dengan penyewaan adalah cara pemenuhan
kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan persekolahan dengan jalan
pemanfaatan sementara barang milik pihak lain untuk kepentingan
sekolah dengan cara membayar berdasarkan perjanjian sewa-
menyewa.

e. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui pinjaman.


Yaitu penggunaan barang secara Cuma-Cuma untuk sementara
waktu dari pihak lain untuk kepentingan sekolah berdasarkan
perjanjian pinjam meminjam. Pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan dengan cara ini hendaknya dilakukan apabila
kebutuhan sarana dan prasarana bersifatsementara dan temporer dan
harus mempertimbangkan citra baik sekolah yang bersangkutan.

12
f. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui Mendaur Ulang.
Mendaur ulang adalah kegiatan mengolah barang-barang bekas
yang kegunaannya sudah berkurang dengan cara peleburan atau
perakitan kembali agar barang-barang tersebut berguna kembali dan
memiliki nilai tambah. Pengadaan sarana danprasarana pendidikan
dengan cara mendaur ulang adalah pengadaan sarana dan prasarana
melalui aktivitas pemanfaatan barang yang sudah tidak terpakai
menjadi barang yang berguna untuk kepentingan sekolah.

g. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui penukaran.


Penukaran merupakan cra pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan dengan jalan menukarkan sarana dan prasarana
yang dimiliki dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan organisasi
ataau instansi lain.

h. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara melakukan


perbaikan atau rekonstruksi kembali.
Perbaikan merupakan cara pemenuhsn sarana dan prasarana
pendidikan dengan jalan memperbaiki sarana dan prasarana yang telah
mengalami kerusakan, baik dengan perbaikan satu unit sarana dan
prasarana maupun dengan jalann penukaran instrumen yang baik di
antara instrumen sarana dan prasarana yang rusak sehingga instrumen
–instrumen yang baik tersebut dapat disatukan dalam satu unit atau
beberapaunit, dan pada akhirnya satu atau beberapa unit sarana dan
prasarana tersebut dapat dioperasikan atau difungsikan.

13
BAB III

PENUTUP
1. Kesimpulan
Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan proses
perencanaan upaya pembelian, penyewaan, peminjaman, penukaran, daur
ulang, rekondisi / rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan
perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.
Pengadaan sarana Prasarana adalah segala kegiatan untukmenyediakan
semua keperluan barang, benda dan jasa bagi keperluan pelaksanaan tugas.
Sedangkan pengadaan prasarana berdasarkan etimologi berarti alattidak
langsung untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam usaha pengadaan sarana
prasarana yang dibutuhkan sehinggadapat digunakan secara tepat, memerlukan
dan mengembangkan sejumlahdana, komunikasi yang cepat dan tepat dalan
kebutuhan peralatan dapatmemungkinkan disusunnya perencanaan yang
lengkap.
Ada beberapa altermatif cara dalam pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan persekolahan. Beberapa alternatif cara pengadaan sarana dan
prasarana pendidikan persekolahan tersebut adalah melalui membeli; membuat
sendiri; bantuan atau hibah; menyewa; meminjam; mendaur ulang; menukar;
dan memperbaiki atau merekonstruksi kembali.

14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/13130995/Syaefy_Pendistribusian_dan_Pendayagunaa
n_Sarpras_Pak_Nur_Kamid
Matin dan Fuad, Nurhattati.2016.Manajemen SaranaDan PrasaranaPendidikan.
Jakarta:PT Rajagrafindo Persada
Arikunto, Suharsimi & Lia Yuliana.2009. Manajemen Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Aditya Media dan FIP UNY
Bernawi & M. Arifin.2014. Manajemen Saranadan Prasaranasekolah.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Hartani A.L. Manajemen Penddikan. Yogyakarta: LaksBang PRESSindo

15

Anda mungkin juga menyukai