Anda di halaman 1dari 11

BAB 2.

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Rumah Sakit

1.1.1 Definisi Rumah Sakit


Rumah Sakit menurut PERMENKES RI Nomor 4 Tahun 2018, adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Menurut WHO (World Health Organization), “Rumah Sakit adalah bagian
integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat”.
Tugas rumah sakit menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang rumah sakit, yaitu memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
1.1.2 Fungsi Rumah Sakit

Menurut UU No. 44 tahun 2009 Pasal 1 tentang Rumah Sakit, “Rumah


Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna”. Untuk menjalankan tugasnya Rumah Sakit mempunyai fungsi sebagai
berikut:
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui


pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai
kebutuhan medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
1.2 Sistem Informasi Manajemen

1.2.1 Definisi Sistem

Pengertian Sistem Menurut Para Ahli – Konsep Dasar Sistem dalam


Hutahaean (2015) adalah sebagai berikut.
1. Menurut Fat pengertian sistem adalah sebagai berikut: “Sistem adalah
suatu himpunan suatu “benda” nyata atau abstrak (a set of thing) yang
terdiri dari bagian-bagian atau komponen-komponen yang saling
berkaitan, berhubungan, berketergantungan, saling mendukung, yang
secara keseluruhan bersatu dalam satu kesatuan (Unity) untuk mencapai
tujuan tertentu secara efisien dan efektif”.

2. Pengertian Sistem Menurut Jogianto (2005: 2) mengemukakan bahwa


“sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu kejadian-
kejadian dan kesatuan yang nyata adalah suatu objek nyata, seperti tempat,
benda, dan orang-orang yang betul-betul ada dan terjadi”.
3. Pengertian Sistem Menurut Jerry FutzGerald, (1981: 5) “Sistem adalah
suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan,
berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk
menyelesaikan suatu sasaran yang tertentu.”
1.2.2 Definisi Informasi
Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan
lebih berarti bagi penerimanya. Sumber informasi adalah data. Data kenyataan
yang menggambarkan suatu kejadian- kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian-
kejadian (event) adalah kejadian yang terjadi pada saat tertentu. (Hutahaean,
2015)
Dengan demikian informasi dengan jumlah dan mutu yang memadai
adalah suatu kebutuhan demi kelangsungan hidup organisasi yang harus dilakukan
melalui proses pengolahan data menjadi informasi”. (Nafiudin, 2019)

1.2.3 Definisi Sistem Informasi

“Sistem Informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang


mempertemukan kebutuhan pengelolaan transaksi harian, mendukung operasi,
bersifat manajerial, dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan
pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang dibutuhkan”. (Hutahaean, 2015)
1.2.4 Definisi Manajemen
Manajemen adalah proses kerja sama antara dua orang atau lebih untuk
mencapai tujuan-tujuan yang sudah ditetapkan. Manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengawasan dalam rangka
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen adalah mendapatkan
sesuatu melalui kegiatan-kegiatan orang lain. (Gaol, 2008)

2.4.5 Sistem Informasi Manajemen (SIM)

Sistem Informasi Manajamen adalah sebuah sistem informasi yang selain


melakukan pengolahan transaksi yang sangat berguna untuk kepentingan organisasi, juga
banyak memberikan dukungan informasi dan pengolahan untuk fungsi manajamen dalam
pengambilan keputusan. Sistem informasi manajamen secara umum dapat dikatakan
sebagai sebuah sistem manusia dan mesin yang terintegrasi dalam meyediakan informasi
guna mendukung fungsi operasi manajamen dan penentuan alternatif tindakan dalam
sebuah organisasi sistem tersebut. Dalam operasinya, sistem informasi manajamen
mengggunakan perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), prosedur, model
manajamen, dan keputusan serta sebuah terminal data. Sistem informasi manajamen
sebagai suatu kumpulan manusia dan sumber modal didalam suatu organisasi bertanggung
jawab untuk pengumpulan dan pengolahan data sewaktu menghasilkan informasi yang
berguna untuk setiap hierarki manajemen dalam perencanaan dan pengendalian kegiatan-
kegiatan organisasi (Gaol, 2008).

Sistem Informasi Manajamen adalah jenis awal dari sistem informasi yang
dikembangkan untuk mendukung pengambilan keputusan menajerial. Sistem informasi
menghasilkan produk informasi yang mendukung banyak kebutuhan pengambilan
keputusan harian dari para manajer dan praktisi bisnis. Laporan, tampilan, dan respon yang
dihasilkan oleh sistem informasi manajemen menyediakan informasi yang telah ditetapkan
oleh para pengambil keputusan mencukupi kebutuhan informasi (O’Brien. 2010).
Sistem Informasi Manajemen merupakan sebuah sistem mesin pemakai yang
terintegrasi yang menyediakan informasi untuk menunjang operasi manajemen dan fungsi-
fungsi pengambilan keputusan di dalam sebuah organisasi. Sistem tersebut memanfaatkan
perangkat keras dan lunak komputer, dan prosedur-prosedur manual;model-model untuk
analisis, perencanaan, pengawasan, dan pengambilan keputusan; dan suatu “database”
(Gordon B.Davis dan Margareth H.Olson).
Sistem Informasi Manajemen (SIM) dapat didefinisikan sebagai suatu alat untuk
menyajikan informasi dengan cara sedemikian rupa, sehingga bermanfaat bagi
penerimanya (Kertahadi, 1995). Tujuannya adalah untuk menyajikan informasi guna
pengambilan keputusan pada perencanaan, pemrakarsaan, pengorganisasian, pengendalian
kegiatn operasi subsistem suatu perusahaan, dan menyajikan sinergi organisasi pada proses
(Murdick dan Ross, 1993). Dengan demikian sistem informasi berdasarkan konsep (input,
processing, output - IPO).

Gambar 2.1 Konsep Sistem Informasi

a. Input data
Segala sesuatu yang di entry kedalam komputer untuk diolah menjadi sebuah informasi.
b. Pemrosesan
Suatu proses yang terjadi untuk mengubah data yang di entry menjadi sebuah
informasi.
c. Output data
Segala sesuatu yang dihasilkan dari pemrosesan. Pada sistem informasi menghasilkan
output berupa informasi, dan laporan yang hasilnya dapat digunakan untuk mengambil
keputusan.

1.3 Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)


Menurut Permenkes No. 82 tahun 2013 tentang Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit,Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang
disingkat dengan SIMRS adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi
yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah
Sakit dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi
untuk memperoleh informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari
Sistem Informasi Kesehatan”. Sistem Informasi Kesehatan adalah seperangkat
tatanan yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur, teknologi, perangkat,
dan sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk
mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam mendukung
pembangunan kesehatan.

Di dalam Permenkes No. 82 tahun 2013 tentang Sistem Informasi


Manajemen Rumah Sakit. Setiap Rumah Sakit wajib menyelenggarakan SIMRS.
Penyelenggaraan SIMRS dapat menggunakan aplikasi dengan kode sumber
terbuka (open source) yang disediakan oleh Kementerian Kesehatan atau
menggunakan aplikasi yang dibuat oleh Rumah Sakit itu sendiri. Setiap Rumah
Sakit juga harus melaksanakan pengelolaan dan pengembangan SIMRS yang
harus mampu meningkatkan dan mendukung proses pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit yang meliputi:
a. Kecepatan, akurasi, integrasi, peningkatan pelayanan,
peningkatan efisiensi, kemudahan pelaporan dalam
pelaksanaan operasional.
b. Kecepatan mengambil keputusan, akurasi dan kecepatan
identifikasi masalah dan kemudahan dalam penyusunan
strategi dalam pelaksanaan manajerial.
c. Budaya kerja, transparansi, koordinasi antar unit,
pemahaman sistem dan pengurangan biaya administrasi
dalam pelaksanaan organisasi.
Arsitektur SIMRS paling sedikit terdiri atas:
a. Kegiatan pelayanan utama (front office)
Setiap Rumah Sakit memiliki prosedur yang unik (berbeda
satu dengan lainnya), tetapi secara umum/generik memiliki
prosedur pelayanan terintegrasi yang sama yaitu proses
pendaftaran, proses rawat (jalan atau inap) dan proses
pulang (seperti pada gambar berikut).
b. Kegiatan administratif (back office)
Rumah Sakit merupakan unit yang mengelola sumber daya
fisik (manusia, uang, mesin/alat kesehatan/aset, material
seperti obat, reagen, alat tulis kantor, barang habis pakai
dan sejenisnya). Walaupun proses bisnis setiap Rumah
Sakit unik tapi tetap terdapat proses umum, diantaranya
perencanaan, pembelian/pengadaan, pemeliharaan
stok/inventory, pengelolaan Aset, pengelolaan SDM,
pengelolaan uang (hutang, piutang, kas, buku besar dan
lainnya).
c. Komunikasi dan kolaborasi
SIMRS yang diselenggarakan oleh Rumah Sakit harus memenuhi 3
(tiga) unsur yaitu:
a. Keamanan secara fisik
1) Kebijakan hak akses pada ruang data center/server
2) Kebijakan penggunaan hak akses komputer untuk user
pengguna
b. Keamanan jaringan
1) Keamanan jaringan (network security) dalam jaringan
komputer sangat penting dilakukan untuk memonitor
akses jaringan dan mencegah penyalahgunaan sumber
daya jaringan yang tidak sah. Tugas keamanan jaringan
dikontrol oleh administrator jaringan.
2) Segi-segi keamanan didefinisikan sebagai berikut:
a) Informasi (data) hanya bisa diakses oleh pihak yang
memiliki wewenang.
b) Informasi hanya dapat diubah oleh pihak yang
memiliki wewenang.
c) Informasi tersedia untuk pihak yang memiliki
wewenang ketika dibutuhkan.
d) Pengirim suatu informasi dapat diidentifikasi
dengan benar dan ada jaminan bahwa identitas yang
didapat tidak palsu.
e) Pengirim maupun penerima informasi tidak dapat
menyangkal pengiriman dan penerimaan pesan.
c. Keamanan sistem aplikasi.
Untuk memenuhi syarat keamanan sebuah, maka sistem
harus memenui syarat-syarat sebagai berikut:
1) Keamanan aplikasi harus mendukung dan
mengimplementasikan protokol keamanan dalam
melakukan transfer data (seperti: SSL, TLS)
2) Aplikasi harus memungkinkan masing-masing user
dapat didentifikasikan secara unik, baik dari segi nama
dan perannya.
3) Akses melalui metode akses remote dapat berfungsi
dengan baik melalui aplikasi client (yaitu melalui VPN,
modem, wireless, dan sejenisnya).
4) Aplikasi dapat berfungsi dengan baik pada software
anti- virus yang digunakan saat ini.
Secara umum sistem informasi Rumah Sakit harus selaras dengan bisnis
utama (core business) dari Rumah Sakit itu sendiri, terutama untuk informasi
riwayat kesehatan pasien atau rekam medis (tentang indentitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada
pasien), informasi kegiatan operasional (termasuk informasi sumber daya
manusia, material, alat kesehatan, penelitian serta bank data.
“Keberhasilan implementasi sistem informasi bukan hanya ditentukan oleh
teknologi informasi tetapi juga oleh faktor lain, seperti proses bisnis, perubahan
manajemen, tata kelola IT dan lain-lainnya. Karena itu bukan hanya teknologi
tetapi juga kerangka kerja secara komprehensif sistem informasi Rumah Sakit”.
(Permenkes No. 82, 2013)

1.4 Evaluasi Sistem Informasi

1.4.1 Definisi Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian secara sistematik untuk menentukan atau menilai


kegunaan, keefektifan sesuatu yang didasarkan pada kriteria tertentu dari program.
Evaluasi harus memiliki tujuan yang jelas, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam
program ata tiga elemen penting dalam evaluasi yauru (1) kriteria atau pembanding yaitu
merupakan ciri ideal dari situasi yang diinginkan yang dapat dirumuskan melalui tujuan
operasional, (2) bukti atau kejadian adalah kenyataan yang ada yang diperoleh melalui hasil
penelitian, dan (3) penilaian (judgement) yang dibentuk dengan membandingkan kriteria
dengan kejadian (Sutjipto, 2009 dalam Arisandi, 2013).
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memberikan nilai pada suatu
permasalahan yang terjadi disuatu objek penelitian. Hasil dari nilai tersebut akan digunakan
untuk tolak ukur pengambilan keputusan atas permasalahan tersebut.
1.4.2 Tujuan Evaluasi

Menurut Arikunto dan Jabar (2009:18) dalam Munthe (2015) mengatakan


bahwa “tujuan diadakannya evaluasi program adalah untuk mengetahui
pencapaian tujuan program dengan langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan
program”.

Tujuan evaluasi program seperti yang diuraikan oleh Roswati (2008:66-


67) dalam Munthe (2015) adalah sebagai berikut:
1. Menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang tindak lanjut suatu program
di masa depan
2. Penundaan pengambilan keputusan
3. Penggeseran tanggung jawab
4. Pembenaran/justifikasi program
5. Memenuhi kebutuhan akreditasi
6. Laporan akutansi untuk pendanaan
7. Menjawab atas permintaan pemberi tugas, informasi yang diperlukan
8. Membantu staf mengembangkan program
9. Mempelajari dampak/akibat yang tidak sesuai dengan rencana
10. Mengadakan usaha perbaikan bagi program yang sedang berjalan
11. Menilai manfaat dari program yang sedang berjalan
12. Memberikan masukan bagi program baru

1.4.3 Pengertian evaluasi Sistem Informasi

“Evaluasi sistem informasi adalah suatu kegiatan terencana yang bertujuan


untuk memeriksa dan menilai sumber daya dalam organisasi untuk mendapatkan
hasil yang dibandingkan dengan menggunakan tolok ukur tertentu untuk
memperoleh hasil mengenai kinerja sumber daya organisasi tersebut” (Josephine,
Woelan dan Septiana, 2010).

1.5 Metode Technology Acceptance Model (TAM)


Mengetahui tingkat penerimaan sistem informasi yang digunakan di
Pukesmas Mojoagung dapat dianalisis dengan menggunakan model TAM, untuk
mengetahui sikap penerimaan pengguna terhadap hadirnya teknologi. Menurut
(Endang Fatmawati, 2015) TAM adalah salah satu jenis teori yang menggunakan
pendekatan teori perilaku (behavioral theory) yang banyak digunakan untuk
mengkaji proses adopsi teknologi informasi. Bagaimanapun yang namanya model
yang bagus itu tidak hanya memprediksi, namun idealnya juga harus bisa
menjelaskan. Model TAM dan indikatornya memang sudah teruji dapat mengukur
penerimaan teknologi, sehingga TAM akan mampu menjelaskan mengapa sistem
informasi Puskesmas Mojoagung yang digunakan bisa diterima atau tidak oleh
pengguna. Selain itu, penerimaan pengguna adalah faktor keberhasilan penting
untuk adopsi TI dan cukup menjelaskan, memprediksi secara akurat, dan efektif
dikelola dengan cara sejumlah faktor yang relevan. Di antaranya, ΤΑΜ ditemukan
sebagai salah satu yang paling berpengaruh dibandingkan dengan kerangka/model
lain (Hu et al., 2012).

Widodo dan Maimunah (2009) mengatakan bahwa model TAM dapat


menjelaskan tentang penerimaan teknologi informasi (TI) yang bisa
mempengaruhi penerimaan teknologi oleh pengguna dengan variable-variabel
tertentu. TAM memiliki variabel kebermanfaatan dan kemudahan mempengaruhi
penggunaan sistem (actual system use) melalui sebuah variabel intervening yakni
intensitas penggunaan (behavioural intention to use). Namun menurut Al-gahtani
and Arabia (2011) menyatakan bahwa intensitas penggunaan dan penggunaan
sistem dapat digantikan oleh variabel penerimaan terhadap TI (Acceptance of IT).
Sehingga model yang akan digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
bagan berikut ini:
Gambar 2.2 Technologi Acceptance Model (TAM) (Model Davis (1989) & Oktavianti
(2007))

Skema tersebut memperlihatkan bahwa 2 faktor utama yang mempengaruhi


penerimaan terhadap Technology adalah faktor kebermanfaatan dan faktor kemudahan.
Model skema tersebut di atas, diadopsi dari model TAM Davis (1989) dan Oktavianti
(2007).
2.1.1 Perceived Usefulness (PU) atau Persepsi Kemanfaatan
Persepsi kemanfaatan penggunaan dapat diartikan sebagai kepercayaan pengguna
bahwa dengan menggunakan teknologi tersebut akan membantu meningkatkan performa
dalam bekerja (Davis, 1989). Jika seseorang merasa percaya bahwa sistem informasi
berguna maka dia akan menggunakannya. Sebaliknya jika seseorang merasa percaya
bahwa sistem informasi kurang beguna maka dia tidak akan menggunakannya. Pengukuran
kontruksi kemanfaatan terdiri dari:
a Menjadikan pekerjaan lebih cepat
b Bermanfaat
c Menambah produktifitas
d Mempertinggi efektifitas
e Mengembangkan kinerja pekerja
f Manfaat
2.1.2 Perceived easy of use (PEOU) atau Persepsi Kemudahan Pengguna
Persepsi kemudahan penggunan dari suatu teknologi mengacu pada kepercayaan
pengguna bahwa menggunakan teknologi tersebut tidak akan membutuhkan usaha yang
banyak (mudah digunakan). Meskipun usaha menurut setiap orang berbeda-beda tetapi
pada umumnya untuk menghindari penolakan dari pengguna sistem atas sistem yang
dikembangkan, maka sistem harus mudah diaplikasikan oleh pengguna tanpa
mengeluarkan usaha yang dianggap memberatkan. Berikut ini beberapa indicator
konstruksi kemudahan yaitu:

a Kemudahan untuk dipelajari

b Kemudahan mencapai tujuan


c Jelas dan mudah dipahami

d Fleksibel

e Bebas dari kesulitan


Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi penggunaan sebuah sistem sesuai
yang diusulkan oleh Fred Davis, yaitu:
1. Perceived Usefulness (Persepsi Kebermanfaatan), dimana seseorang
percaya bahwa menggunakan sistem tersebut dapat meningkatkan kinerja
dalam bekerja.
2. Perceived Ease of Use (Persepsi Kemudahan), dimana seseorang percaya
bahwa menggunakan sistem tersebut tidak perlu bersusah payah atau
mengeluarkan banyak tenaga.
3. Behavioral Intention to Use (Minat perilaku), kecenderungan perilaku
untuk menggunakan suatu sistem.
Tiga faktor di atas dapat digunakan sebagai variabel dalam sebuah penelitian
untuk menentukan penerimaan suatu sistem informasi oleh pengguna (Trisnio,
2016)

2.8 Kerangka Konsep

Perceived ease of Perceived


use usefulness
(persepsi (persepsi
kemudahan) kebermanfaatan)
Behavioral
intention to
use
(minat
perilaku)

Gambar 2. 3 Kerangka Konsep

Kerangka konsep di atas menggambarkan bahwa penerimaan suatu sistem


dapat diukur menggunakan dua variabel utama yaitu perceived ease of use
(persepsi kemudahan) dan perceived usefulness (persepsi kebermanfaatan).
Kemudahan pada sistem dan penggunaanya akan memberikan efek yang
bermanfaat bagi pengguna ketika menggunakan sistem informasi tersebut. Kedua
variabel tersebut akan menimbulkan behavioral intention to use (minat perilaku)
bagi pengguna jika dirasa sebuah sistem yang digunakan dapat mempermudah
pekerjaan dan terasa bermanfaat sehingga sistem bisa diterima dengan baik oleh
pengguna.

Anda mungkin juga menyukai