Anda di halaman 1dari 29

Perbedaan Pria dengan Wanita

Kelompok 11
Perbedaan biologis antara genitalia pria dan wanita
menentukan “seks” seseorang, dan dipelajari dengan
istilah “perbedaan seks”. Namun kini kebanyakan
psikolog lebih memilih untuk menggunakan istilah
“perbedaan gender” yaitu maskulinitas dan feminitas
karena itu melibatkan karakteristik psikologis.
01
Apakah Pria
dan Wanita
Berbeda?
Apakah Pria dan Wanita Berbeda?
Ditinjau dari perkembangan fisik, terdapat perbedaan yang jelas antara
pria dan wanita. Selain itu, pria dan wanita memiliki perbedaan fisiologis
yang bersifat internal dan substansional. Sebagai contoh, pria dan wanita
memiliki perbedaan tingkat hormonal yang mempengaruhi variasi ciri-ciri
biologis seperti fertilitas. Meskipun secara fisik pria lebih kuat
dibandingkan wanita, wanita—sejak bayi hingga dewasa—memiliki daya
tahan yang lebih tangguh dibandingkan pria. Perubahan perspektif
mengenai perbedaan gender dimulai pada waktu yang sama ketika
wanita memperoleh lebih banyak hak di dalam masyarakat, selama
dekade 1970-an. Selain itu, terdapat beberapa bukti mengenai
perbedaan gender dalam mengekspresikan karakteristik bidang sosial.
Dibandingkan wanita, pria secara verbal dan fisik lebih agresif.
Dibandingkan pria, wanita lebih baik dalam melakukan komunikasi
nonverbal, lebih sensitif terhadap tanda-tanda nonverbal, dan lebih
ekspresif secara nonverbal.
02
Sejarah Singkat mengenai
Perbedaan Gender
dalam Kepribadian
Bukti yang Berasal dari Peradaban Kuno

Para peneliti yang melakukan penggalian arkeologis


menemukan sejumlah petroglyphs, hieroglyphs, dan patung
yang mendeskripsikan wanita dengan ciri-ciri fertilitas dan
pengasuhan. Di lain pihak, dalam bukti-bukti prasejarah
tersebut, sosok pria ditampilkan dalam kegiatan berburu atau
berkelahi. Sejumlah keyakinan religius kuno di Asia
melakukan dikotomi humanitas ke dalam komponen pria dan
wanita, Yin dan Yang. Yin merepresentasikan wanita—pasif,
misterius, dan dingin—sedangkan Yang menggambarkan
pria—aktif, terang., dan panas.
Pandangan Abad Kesembilanbelas

Menurut para fungsionalis (pria), sebagian besar energi wanita


dicurahkan untuk hamil, melahirkan, menyusui, dan sebagai akibatnya
wanita tetap tidak memiliki sumber daya untuk mengembangkan
kemampuan lainnya. Para penganut teori ini juga menjelaskan bahwa
insting maternal ditunjukkan dalam domain-domain lain, di mana
wanita merawat orang lain, seperti ketika menjalin hubungan dengan
pasangan dan kawan-kawan dekatnya. Konsep-konsep ini digunakan
untuk menjelaskan dan membenarkan posisi dominan pria dan posisi
submisif wanita dalam masyarakat kontemporer.
03
Pengaruh Biologis
terhadap Perbedaan
Gender
Hormon Seks dalam Perkembangan
Pranatal yang Normal
Genetika seks ditemukan pada saat konsepsi, ketika sel telur wanita yang
mengandung kromosom X bergabung dengan sperma pria yang mengandung
kromosom X atau Y, dan menghasilkan seorang anak perempuan (XX) atau seorang
anak laki-laki (XY). Yang menarik ialah, meskipun setiap embrio struktur fisiologis
yang kemudian dapat berkembang sebagai genitalia pria dan wanita pada sekitar
minggu ke-6 masa kehamilan. Ketika embrio memiliki kromosom seks XX, pada usia
20 minggu masa kehamilan, bagian organ seks yang menghasilkan telur dan
kelenjar gonad mulai berkembang menjadi indung telur. Tampaknya, ketiadaan
testis yang menghasilkan sejumlah besar androgen membentuk perkembangan
genitalia eksternal dan internal wanita. Dengan demikian, pada embryo pria,
androgen memegang peranan penting dalam perkembangan genitalia pria dan
dalam taraf tertentu bahkan mempengaruhi organisasi otak.
Hormon Seks dalam Perkembangan Pranatal yang Normal

Maka, selama tahapan pranatal, perbedaan seks yang bersifat fisiologis


yang akan tampil pada kehidupan selanjutnya ditentukan oleh pengaruh
hormon. berbagai efeknya terhadap otak belum dipahami sepenuhnya.
Meskipun demikian, telah diketahui bahwa hormon-hormon pranatal
bisa mempengaruhi otak dengan cara mempengaruhi kerja hipotalamus
dalam mengatur kelenjar pituitari, berhubung kelenjar ini
mengendalikan sekresi hormon gonad setelah masa pubertas.
Efek Hormon Seks Pranatal
terhadap Perilaku Gender
Fakta bahwa androgen mempengaruhi perkembangan fisik janin
memperlihatkan bahwa keberadaan androgen selama masa pranatal
dapat mempengaruhi kepribadian yang menyangkut ciri khas gender.
Perkembangan genetis janin pria atau wanita dapat dipengaruhi oleh
ketidakteraturan dalam keterpaparan hormon yang dihadapi pada masa
pranatal. Secara keseluruhan, meskipun pemaparan hormon seksual
terhadap janin pada fase pranatal dapat mempengaruhi perkembangan
perilaku maskulin/feminim sampai pada batas tertentu, gender juga cukup
banyak dipengaruhi oleh ekspektasi orangtua dan sosialisasi gender.
Pengaruh Hormon pada Masa Puber
dan Setelah Puber

Pengaruh faktor-faktor biologis dan hormonal tidak terbatas pada


periode pranatal. Sejak masa puber, terdapat perbedaan utama yang
menyangkut proporsi hormon yang dihasilkan oleh pria dan wanita.
Selain itu, sifat dasar dari fluktuasi hormonal siklus dan non-siklus
memiliki implikasi psikologis yang berbeda antargender, khususnya
menyangkut aspek emosionalitas dan mood. Pada wanita, puber dan
menstruasi menimbulkan proses siklus pelepasan hormon yang
berkaitan dengan perubahan perasaan dan perilakunya pada saat-saat
tertentu sepanjang periode siklus bulanan.
04
Perbedaan Gender dalam
Kepribadian Ditinjau dari
Delapan Perspektif
Perbedaan Gender dalam Kepribadian
Ditinjau dari Delapan Perspektif
Pendekatan Psikoanalisis
Beranggapan bahwa perbedaan variasi trait yang mencakup agresi, iri, rasionalitas,
dan ketergantungan, muncul sebagai akibat dari respons emosional terhadap
perbedaan struktur fisik anak laki-laki dan anak perempuan.

Pendekatan Neo-Analisis
Mendeskripsikan trait pria sebagai aktif, eksploratif, dan gemar berperang. Sedangkan
karakteristik wanita dilukiskan sebagai berwatak pengasuh, lembut, dan cinta damai.
Perbedaan Gender dalam Kepribadian
Ditinjau dari Delapan Perspektif
Pendekatan Biologis/Evolusioner
Menyatakan bahwa keberhasilan reproduksi menuntut perilaku seksual
yang berbeda antara wanita dan pria.

Pendekatan Behavioris: Belajar Sosial


Berpendapat bahwa karakteristik kepribadian yang terkait dengan
gender diperoleh melalui proses yang sama seperti ketika berbagai
perilaku lain dipelajari, yakni melalui penguatan, pemodelan,
pengkondisian, generalisasi, dan berbagai proses belajar semacam itu.
Perbedaan Gender dalam Kepribadian
Ditinjau dari Delapan Perspektif
Pendekatan Kognitif: Teori Skema Gender
Menyatakan bahwa budaya dan sosialisasi peran gender dalam kebudayaan
memberikan skema gender—yaitu berbagai struktur mental yang terorganisasi, yang
menggambarkan pemahaman mengenai sejumlah kemampuan, perilaku yang sesuai,
serta situasi yang tepat bagi pria dan wanita, anak laki-laki dan perempuan.

Pendekatan Humanistik
Meminimalkan pentingnya trait kepribadian maskulin dan feminim, namun menyoroti
pentingnya aktualisasi diri. Maslow mencatat bahwa baik pria maupun wanita yang
telah berhasil menjadikan dirinya yang terbaik sesuai yang mereka mampu, memiliki
sebuah variasi trait yang umum, termasuk empati dan keterbukaan, serta kreativitas
dan otonomi (yang diklasifikasikan sebagai karakteristik pria).
Perbedaan Gender dalam Kepribadian
Ditinjau dari Delapan Perspektif
Pendekatan Trait terhadap Maskulinitas dan Feminitas
Dengan menggunakan Bem Sex Role Inventory, Sandra Bem
mengklasifikasikan individu sebagai (1) feminim—lebih banyak
karakteristik feminim; (2) maskulin—lebih banyak karakteristik maskulin;
(3) androgin—tingg baik untuk trait maskulin maupun feminim; (4) tidak
terdiferensiasi—rendah untuk kedua kategori. Karena individu
menghadapi berbagai lingkungan hidup yang menuntut berbagai respons
dan perilaku yang sesuai, Bem menyatakan bahwa seorang androginlah
yang akan paling dapat berfungsi di beberapa situasi, mampu mengasuh,
bersikap asertif, mengekspresikan emosinya secara tepat, dapat bersikap
rasional dan mandiri jika cocok.
Pendekatan Trait terhadap
Maskulinitas dan Feminitas
Agresivitas dan Dominasi:
Umumnya pria dianggap lebih kasar dan lebih asertif dibandingkan wanita;
anak laki-laki lebih suka berkelahi dibandingkan anak perempuan. Adanya
fakta bahwa kebanyakan perang dan kejahatan yang bengis dilakukan oleh
pria, tidak dapat digunakan sebagai bukti bahwa agresivitas merupakan trait
kepribadian maskulin. Hal ini disebabkan adanya berbagai motif lain yang
dapat mengilhami aktivitas ini, seperti strategi politik, sejarah, dan kebutuhan
ekonomi.Apakah pria memiliki kepribadian yang lebih dominan dibandingkan
wanita? Seandainya perilaku agresif didefinisikan sebagai dominasi, maka
jawabannya adalah ya. Namun, seandainya kualitas kepemimpinan, atau
perilaku yang menolak untuk dikendalikan juga dimasukkan dalam deskripsi
tersebut, maka perbedaan gender dalam hal dominasi tidak begitu jelas.
Pendekatan Trait terhadap
Maskulinitas dan Feminitas

Emosionalitas:
Keyakinan populer, yang diekspresikan dalam lagu dan cerita, kerap
mendefinisikan wanita sebagai makhluk emosional, diombang-ambing
oleh kegairahan, dan emosionalitas mereka yang menjadi sifat dasarnya.
Selanjutnya, keyakinan ini direpresentasikan dalam berbagai deskripsi
mengenai wanita sebagai makhluk yang memiliki sifat subjektif,
sentimental, dan tidak logis. Di sisi lain, pria diharapkan bersikap dengan
penuh kontrol—rasional, logis, dan tidak emosional.
Pendekatan Trait terhadap
Maskulinitas dan Feminitas

Motivasi Berprestasi:
Bukan hal yang luar biasa jika para pengarang mengatakan bahwa
kecilnya jumlah wanita dalam berbagai bidang mulai dari bidang
ekonomi hingga arkeologi, dari fisika hingga psikologi, adalah sebuah
demonstrasi dari kurangnya keinginan dan kemampuan wanita untuk
berprestasi. Diasumsikan juga bahwa wanita memperoleh penghargaan
dari orang lain, sedangkan pria memperoleh penghargaan dari prestasi.
Singkatnya, perbedaan gender dalam keberhasilan pekerjaan dan
profesional tampaknya disimpulkan dari sesuatu yang bukan didasarkan
pada perbedaan kepribadian gender.
Perbedaan Gender dalam Kepribadian
Ditinjau dari Delapan Perspektif
Pendekatan Interaksionis: Karakteristik Sosial dan Interpersonal
- Menolong
Merupakan hal yang umum bahwa atribusi yang lebih tinggi ditujukan
terhadap wanita sehubung dengan perilaku komunal, pengasuhan, dan sosial.
Meskipun demikian, penentu dari perbedaan gender dalam menolong
mungkin dicampur-adukkan dengan sifat dari pertolongan yang diberikan, di
mana bentuk pertolongan yang diberikan pria memiliki sifat lebih konkret
atau bersifat instrumental sementara bentuk pertolongan yang diberikan
wanita lebih bersifat pemberian dukungan emosional atau interpersonal.
Akhirnya, banyak perilaku menolong wanita mungkin dilakukan dalam
lingkungan yang biasanya tidak ditelaah peneliti, seperti di rumah dan peran
pekerjaan yang melibatkan perilaku menolong lainnya.
Pendekatan Interaksionis:
Karakteristik Sosial dan Interpersonal
- Mengasuh dan Merawat
Stereotip masyarakat Amerika menyatakan bahwa anak perempuan dan
wanita lebih memiliki sifat mengasuh dan merawat dibandingkan anak
laki-laki dan pria.

- Sosiabilitas
Tinjauan mengenai perbedaan gender tidak didukung oleh kedua
perbedaan (stereotip) gender yang disebut sebagai keinginan mencari
teman (gadis tidak lagi terlihat mencari teman, begitupun dengan anak
laki-laki), atau sensitivitas terhadap situasi sosial.
Pendekatan Interaksionis:
Karakteristik Sosial dan Interpersonal
- Perilaku Nonverbal
Dalam hal perilaku nonverbal sosial tertentu, seperti tersenyum dan
melakukan kontak mata, wanita lebih banyak tersenyum dan melakukan
kontak mata dibandingkan pria.

- Kemudahan Dipengaruhi
Dalam situasi yang kurang lebih serupa antargender, di mana tidak ada
kontak langsung dengan pembujuk, ternyata wanita lebih bersedia
menyesuaikan diri dibandingkan pria.
Pendekatan Interaksionis:
Karakteristik Sosial dan Interpersonal
- Instrumentalitas versus Ekspresivitas
Umumnya, wanita diidentifikasi sebagai makhluk yang terlibat dalam
berbagai tindakan yang lebih ekspresif, sedangkan pria terlibat dalam
berbagai tindakan yang lebih instrumental, meskipun kedua kualitas
tersebut diharapkan ada pada semua individu dalam taraf tertentu.
Penting untuk diketahui bahwa baik perilaku instrumental maupun
perilaku ekspresif menuntut adanya keterampilan. Dan keduanya berguna
dan menguntungkan. Menjadi ekspresif tidak berarti didorong oleh emosi
dan tidak kompeten; demikian pula secara instrumental intim tidak dapat
serta merta diartikan sebagai kurangnya keterampilan interpersonal.
05
Studi Lintas-Budaya Mengenai
Perbedaan Gender
Studi Lintas-Budaya Mengenai Perbedaan Gender

Para antropolog dan mereka yang mempelajari peran pria dan wanita di berbagai
budaya berpendapat bahwa perbedaan gender yang terdapat di berbagai budaya
merupakan hasil dari budaya melalui proses sosialisasi. Secara konsisten,
ditemukan perbedaan gender dalam egoistic dominance, yang didefinisikan sebagai
usaha mengontrol perilaku orang lain dalam usaha memenuhi kebutuhannya
sendiri. Meskipun demikian, penelitian juga menemukan tidak-adanya perbedaan
gender yang dapat dipercaya/diandalkan dalam sejumlah area lain. Sampai sejauh
ini kiranya sudah cukup jelas bahwa efek gender tidak hanya sekedar bersifat
biologis, hasil proses belajar, ataupun pengaruh budaya.
06
Percintaan dan Perilaku Seksual
Percintaan dan Perilaku Seksual

Pria dideskripsikan sebagai sosok yang mendominasi wanita dalam relasi


seksual dan lebih menikmati seks dibandingkan wanita. Sementara wanita
dikatakan memberikan seks kepada pria dalam rangka pertukaran untuk
memperoleh apa yang mereka (wanita) inginkan di dalam domain lain. Secara
stereotip, wanita dipandang tertarik pada cinta, sementara pria pada seks.
Pria dilihat sebagai yang memiliki dorongan seks lebih besar, lebih mudah
tergugah, dan secara seksual lebih agresif dibandingkan wanita. Wanita
diharapkan bersikap pasif, menolak, malu-malu, dan kurang berminat untuk
tergugah secara fisik. Namun ketika diperiksa secara empiris, tampaknya
ketergugahan wanita dan pria secara seksual ternyata berimbang.
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai