SHK Dan PJB
SHK Dan PJB
C. Tes Formatif 34
D. Kunci Jawaban 35
E. Referensi 37
F. Daftar Istilah 38
A Tentang Modul Ini
1
DESKRIPSI SINGKAT
Anak yang sehat dan cerdas merupakan suatu modal dasar dan
aset yang sangat penting bagi pembangunan bangsa. Namun tidak
semua anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi anak sehat
dan cerdas seperti yang diharapkan, bahkan pada awal kehidupan
dapat terjadi kematian karena berbagai faktor, seperti anak yang
lahir dengan penyakit jantung bawaan (PJB) dan kelainan
hipotiroid kongenital (HK).
2
Sayangnya, bayi baru lahir penderita HK sedikit yang memberikan
gejala pada saat baru dilahirkan. Gejala yang tampak biasanya
tidak khas, dan ketika memberikan gejala sudah ada gangguan
pertumbuhan dan perkembangan yang irreversible. Gejala dan
tanda yang dapat diamati setelah usianya satu bulan antara lain
tumbuh pendek, lunglai, kurang aktif, bayi kuning, mudah tersedak,
pusar bodong, dan ubun ubun melebar. Akibat retardasi mental,
maka akan menjadi beban baik bagi keluarga maupun bagi negara.
Hal ini dapat dicegah dengan pengobatan sedini mungkin, idealnya
sebelum bayi berusia 1 bulan.
3
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu menjelaskan
Kebijakan Program Skrining Bayi Baru Lahir.
4
MATERI POKOK
Materi pokok dan Sub materi pokok pada mata pelatihan ini
adalah:
1. Latar Belakang Program Skrining Bayi Baru Lahir
2. Tujuan Program Skrining Bayi Baru Lahir
3. Strategi Kebijakan Program Skrining Bayi Baru Lahir
5
B Kegiatan Belajar
6
Materi Pokok 1:
Latar Belakang
Program Skrining Bayi Baru Lahir
Pendahuluan
Berdasarkan Survei Dasar Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
dan Long Form Sensus Penduduk (LFSP) tahun 2020, Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia menurun sejak tahun 2012, namun
masih belum mencapai target RPJMN (16/1000 KH) dan SDGs
(12/1000 KH). Pada tahun 2020, AKB sebesar 16,85 per 1.000 KH
(LFSP 2020). Kematian bayi terbanyak adalah pada masa neonatal,
salah satunya adalah penyakit jantung bawaan kritis. Belum ada
angka PJB di Indonesia, namun diperkiraan sekitar 9000 per tahun.
Data WHO tahun 2015 menunjukkan sekitar 15% dari populasi dunia
memiliki cacat mental yang signifikan, termasuk sekitar 5% dari anak-
anak. Prevalensi anak retardasi mental di Indonesia diperkirakan 1 –
3% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 6,6 juta jiwa. Angka
ini mungkin dianggap kecil, namun anak dengan retardasi mental
membutuhkan perhatian khusus untuk tetap mendapatkan hak
mereka seperti anak normal lainnya. Insidens sulit diketahui karena
retardasi mental kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia
pertengahan.
8
Uraian Materi Pokok 1
10
Itu tadi Analisis situasi PJB Kritis dan gangguan Hipotiroid
Kongenital bayi baru lahir pastinya dapat menambah dan
melengkapi informasi tentang Kebijakan program Skrining bayi baru
lahir
11
2. Kebijakan Nasional Terkait PJB Kritis dan Gangguan
Hipotiroid Kongenital
Untuk menurunkan kematian bayi baru lahir akibat PJB kritis dan
gangguan hipotiroid kongenital, Kementerian Kesehatan telah
memiliki kebijakan nasional dalam penanganan PJB kritis dan
gangguan hipotiroid kongenital termasuk deteksi dini kedua kasus
tersebut.
Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk melakukan
transformasi sistem kesehatan. Skrining bayi baru lahir merupakan
tranformasi layanan primer dalam rangka pencegahan sekunder
yaitu skrining 14 penyakit penyebab kematian tertinggi di tiap
sasaran usia, skrining stunting dan peningkatan ANC untuk
kesehatan ibu dan bayi. Program skrining bayi baru lahir
merupakan program prioritas dalam penurunan angka kematian
bayi yang dilakukan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama
(FKTP) dengan sasaran seluruh bayi baru lahir, meliputi pelayanan
manajemen terpadu bayi muda (MTBM), skrining hipotiroid
kongenital dan skrining penyakit jantung bawaan (PJB) kritis.
13
Medis
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 411/Menkes/PER/III/2010
tentang Laboratorium Klinik
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 tahun 2013 tentang
cara penyelenggaran laboratorium klinik yang baik
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 tahun 2014 tentang
upaya kesehatan anak
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 78 tahun 2014 tentang
skrining hipotiroid kongenital
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 15 tahun 2023 tentang
pemeliharaan alat kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 370/Menkes/SK/III/2007
tentang standar profesi ahli teknologi laboratorium kesehatan
14. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 605/Menkes/SK/VII/2008
tentang standar Balai Laboratorium Kesehatan dan Balai Besar
Laboratorium Kesehatan
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun
2022 Tentang Akreditasi Pusat Kesehatan Masyarakat, Klinik,
Laboratorium Kesehatan, Unit Transfusi Darah, Tempat Praktik
Mandiri Dokter, Dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi
16. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes
/1511/2023 tentang juknis pelayanan kebidanan dan neonatal
dalam rangka implementasi peraturan menteri kesehatan
nomor 3 tahun 2023 tentang standar tarif pelayanan kesehatan
dalam penyelenggaraan program jaminan kesehatan
17. Kepmenkes RI No. HK.01.07/MENKES/1186/2022 tentang
Panduan Praktek Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Tingkat pertama
18. Kepmenkes RI No. HK 01.07/MENKES/85/2023tentang Tata
Laksana Gagal Jantung pada Anak
Itu tadi beberapa latar belakang program skrining bayi baru lahir yang
pastinya dapat menambah dan melengkapi informasi tentang Kebijakan
program Skrining bayi baru lahir
15
SEKARANG SAYA TAHU
16
Materi Pokok 2:
Tujuan Program Skrining Bayi Baru Lahir
Pendahuluan
Tujuan Program Skrining Bayi Baru Lahir
Skrining pada bayi baru lahir adalah istilah yang menggambarkan
berbagai cara tes yang dilakukan pada bayi baru lahir untuk
mengetahui kelainan sedini mungkin agar dapat dilakukan
penanganan untuk mencegah kecacatan atau kematian bayi serta
mengoptimalkan pertumbuhan anak jangka panjang. Setiap skrining
memiliki tujuan spesifik sesuai dengan apa yang akan diketahui
kelainannya.
17
Uraian Materi Pokok 2
Tujuan khusus:
a. Mendeteksi dini kelainan penyakit jantung bawaan kritis yang
dilakukan pada bayi baru lahir sehat usia 24 – 48 jam pertama
setelah lahir dengan menggunakan alat infant pulse oximeter
b. Memberikan tata laksana yang cepat dan tepat berdasarkan
hasil skrining sehingga bayi baru lahir tetap sehat dan
berkualitas
Tujuan dari program skrining PJB Kritis ini perlu dipahami oleh
semua pihak, baik petugas kesehatan maupun masyarakat,
khususnya bagi ibu hamil atau keluarga dari ibu hamil. Mengapa?
Karena hal ini perlu dipahami oleh petugas kesehatan (termasuk
di fasilitas kesehatan layanan primer). Pertimbangannya agar
bisa menjelaskan kepada masyarakat secara benar tentang
18
program skrining PJB Kritis ini, mengingat program skrining ini
akan dilaksanakan bagi masyarakat. Demikian juga apa bila
petugas kesehatan yang bertugas memberikan pertolongan
kelahiran bisa mengetahui tentang program skrining ini. Ibu hamil
dan keluarganya juga perlu mendapatkan informasi secara
lengkap dan sejak dari awal tentang program skrining PJB Kritis
ini, dengan harapan saat melahirkan, ibunya dan/atau
keluarganya sudah memahami pentingnya program skrining PJB
Kritis bagi bayi umur 24 - 48 jam sejak dilahirkan. Bila petugas
kesehatan di lapangan, ibu hamil dan keluarganya mengetahui
sejak awal, maka diharapkan bila ada bayi yang mengalami PJB
Kritis, bisa segera ditemukan dan dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut dan/atau tindakan yang sesuai.
19
2. Skrining Hipotiroid Kongenital
Tujuan umum
Menurunkan prevalensi hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir
sehingga diharapkan dapat menurunkan angka kejadian retardasi
mental dan gangguan tumbuh kembang, yang dapat
meningkatkan kualitas hidup anak.
Tujuan khusus
a. Mendeteksi kelainan bawaan hipotiroid yang dilakukan pada
bayi baru lahir usia 48 – 72 jam melalui pemeriksaan sampel
darah kering (dry blood)
b. Memberikan pengobatan dini sehingga dapat mencegah
dampak terjadinya gangguan tumbuh kembang atau
kecacatan
Tujuan dari program skrining HK, juga perlu dipahami oleh semua
pihak seperti halnya skrining PJB Kritis; yakni (perlu diketahui
petugas kesehatan maupun masyarakat, khususnya bagi ibu
hamil atau keluarga dari ibu hamil). Alasan dan pertimbangannya
sama dengan alasan dan pertimbangan saat membahas skrining
PJB Kritis; yakni agar petugas kesehatan bisa menjelaskan
substansi program skrining HK kepada masyarakat secara benar
dan menganjurkannya kepada masyarakat, karena hal tersebut
sangat penting bagi kesehatan anaknya. Oleh karena itu Ibu
hamil sangat penting untuk mendapatkan informasi skrining HK
ini secara lengkap dan sejak masa kehamilan. Dengan
20
mendapatkan informasi secara utuh dan lengkap tentang skrining
HK ini, sejak dari awal kehamilan, maka ibu yang melahirkan
dan/atau keluarganya, diharapkan menyambut dengan baik
program skrining HK bagi bayinya pada usia 48 - 72 jam sejak
dilahirkan. Bila petugas kesehatan di lapangan dan ibu hamil
serta keluarganya mengetahui sejak awal, maka diharapkan
program skrining HK bisa berjalan lancar, sehingga bila ada bayi
yang mengalami HK, bisa segera ditemukan dan dilakukan
pengobatan. Hal ini sangatlah penting bahwa kasus HK perlu
ditemukan sejak dari awal, karena akibat dari HK yang tidak
dilakukan pengobatan bisa mengakibatkan gangguan
pertumbuhan, dan retardasi mental.
21
SEKARANG SAYA TAHU
22
Materi Pokok 3:
Strategi Kebijakan Program Skrining
Bayi Baru Lahir
Pendahuluan
24
Uraian Materi Pokok 3
26
d. Meningkatkan pengetahuan keluarga dan masyarakat
terkait skrining penyakit jantung bawaan kritis
Edukasi pada masyarakat penting dilakukan dalam
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
penyakit jantung bawaan kritis. Peningkatan cakupan dan
kualitas pelayanan skrining penyakit jantung bawaan kritis
tidak akan tercapai apabila masyarakat tidak mau atau
menolak mendapatkan pelayanan skrining tersebut.
27
2. Strategi Kebijakan Program Skrining Hipotiroid Kongenital
29
profesi, penanggung jawab program setempat, atau
laboratorium rujukan.
4) Pemantapan mutu internal dan eksternal laboratorium
pemeriksaan SHK dilakukan secara berkala baik dari
tingkat Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemantapan mutu
internal bertujuan untuk menjaga mutu metode
pemeriksaan dengan mempertimbangkan aspek
analitik dan klinis serta mempertinggi kesiagaan tenaga
sehingga pengeluaran hasil yang salah tidak terjadi
dan kesalahan dapat dilakukan segera.
Pemeliharaan dan kalibrasi alat merupakan kegiatan
yang harus dilakukan secara rutin oleh penanggung
jawab laboratorium.
5) Dokumentasi data dan pelaporan hasil pemeriksaan
perlu dilakukan untuk digunakan sebagai bahan
analisis mutu pelayanan skrining
30
3) Koordinasi dapat sebagai upaya peningkatan
aksesibilitas dan cakupan program SHK dengan
meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas
sektor, masyarakat dan mitra (organisasi profesi, LSM,
donor agency).
31
SEKARANG SAYA TAHU
32
Nah, sekarang Anda telah mengetahui strategi kebijakan
program skrining bayi baru lahir.
33
C TES FORMATIF
34
1. Adanya kebijakan tentang program skrining sangat di
butuhkan dalam implementasi program skrining PJB kritis
maupun program skrining HK, agar pelaksanaan program
tersebut bisa berjalan dengan baik dan lancar. Karena
melalui kebijakan yang dikeluarkan oleh penanggung jawab
program (Kementerian Kesehatan), maka akan memberikan
acuan bagi para stakeholder terkait, baik dalam kordinasi
maupun dalam alokasi sumber daya.
2. Tujuan program skrining PJB kritis adalah untuk mendeteksi
secara dini adanya PJB kritis pada bayi baru lahir (umur 24-
48 jam), sedangkan tujuan program skrining HK adalah untuk
mendeteksi hipotiroid kongenital pada bayi baru lahir (usia 48
– 72 jam)
3. Rumusan kebijakan yang menjadi acuan pelaksanaan
program skrining Bayi Baru Lahir, adalah :
a. Meningkatkan cakupan dan akses/ketersediaan
pelayanan skrining PJB kritis dan/atau HK
b. Meningkatkan kualitas pelayanan skrining PJB kritis
dan/atau HK
c. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan pihak
terkait pelaksanaan skrining PJB kritis dan/atau skrining
HK
35
d. Meningkatkan pengetahuan keluarga dan masyarakat
terkait skrining PJB kritis dan/atau skrining HK
36
E REFERENSI
37
F DAFTAR ISTILAH
38
MATA PELATIHAN INTI 1
Daftar Pustaka……………………………………………….. 59
i
A Tentang Modul Ini
1
DESKRIPSI SINGKAT
Skrining PJB Kritis
2
generasi berkualitas untuk kemajuan bangsa agar dapat bersaing
dalam persaingan global.
3
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
4
MATERI POKOK
5
B Kegiatan Belajar
6
MATERI POKOK 1
Konsep skrining PJB dan PJB
Kritis
Pendahuluan
Penyakit jantung bawaan (PJB) kritis merupakan bagian dari
penyakit jantung bawaan yang menyebabkan gejala yang berat
dan mengancam jiwa yang memerlukan intervensi dalam tahun
pertama kehidupan. Insidensi penyakit jantung bawaan di Amerika
Serikat dan Eropa berkisar antara 7 hingga 9 kasus tiap 1.000
kelahiran hidup. Dua puluh lima hingga 30% diantaranya
merupakan penyakit jantung bawaan kritis. Penyakit jantung
bawaan merupakan penyebab kematian terbanyak pada tahun
pertama kehidupan, dengan prevalensi 3% dari total kematian
pada bayi dan lebih dari 40% total kematian akibat malformasi
kongenital.
Penyakit jantung bawaan kritis memiliki onset gejala dan
derajat keparahan yang beragam. Gejala dapat timbul beberapa
jam, hari bahkan minggu setelah kelahiran dengan gambaran klinis
yang tidak begitu jelas, sementara pada keadaan lain dapat
menimbulkan kebiruan, penurunan perfusi jaringan, serta sesak
secara mendadak. Keadaan ini disebabkan sirkulasi transisi pada
6−8 minggu pertama kehidupan serta mekanisme kompensasi
tubuh untuk mempertahankan keseimbangan normal. Gejala baru
jelas muncul setelah tubuh gagal mengompensasi proses
7
kegawatan yang terus berlanjut atau pada kelainan yang sangat
berat.
2. Epidemiologi
8
Uraian Materi Pokok 1
Apa yang Anda ketahui tentang Konsep skrining PJB dan PJB Kritis?
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang konsep skrining, silahkan kita
simak bersama materi dibawah ini ya, yuk semangat !
a. Pengertian PJB
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) merupakan salah satu kelainan
kongenital pada bayi baru lahir (BBL) yang berkontribusi pada
morbiditas dan mortalitas bayi dan anak di seluruh dunia. Penyakit
jantung bawaan (PJB) termasuk jenis kelainan kongenital paling
umum ditemukan pada anak baru lahir. PJB didefinisikan
sebagai abnormalitas struktur jantung atau pembuluh darah
besar intrathoracal yang dapat mempengaruhi fungsi
kardiovaskular secara signifikan. Sedangkan PJB kritis adalah
PJB yang membutuhkan intervensi transkateter atau bedah,
termasuk didalamnya PJB tergantung duktus dan PJB sianosis
yang tidak tergantung duktus. Diantara bayi dengan PJB,
sekitar 25% diantaranya merupakan suatu PJB kritis, yang
membutuhkan intervensi bedah ataupun kateterisasi dalam
tahun pertama kehidupan. Sayangnya, PJB kritis tidak selalu
terdeteksi saat prenatal bahkan saat perawatan bayi baru lahir.
sehingga saat bayi dengan PJB kritis dipulangkan, bayi
mengalami perburukan di rumah dan terlambat kembali ke
rumah sakit. Hal ini menyebabkan tingginya angka kematian
bayi dengan PJB kritis. Bayi dengan PJB kritis berisiko
kematian atau membutuhkan tindakan invasif berupa operasi
9
bedah atau kateterisasi intervensi dalam usia 28 hari setelah
lahir.
Nah, sekarang Anda telah mengetahui tentang pengertian
PJB dan PJB kritis. Materi selanjutnya akan membahas
tentang epidemiologi PJB dan PJB Kritis
b. Epidemiologi
11
Terdapat 3 gejala utama yang dapat diobservasi/sering terlihat
pada PJB kritis:
1) Sianosis sentral atau warna biru pada lidah, gusi dan
mukosa bukal. Sianosis dapat terlihat bila hasil pemeriksaan
pulse oksimeternya menunjukkan < 80%.
2) Sesak napas: SpO2 yang rendah dapat terkait dengan
kesulitan bernapas atau gangguan pernapasan seperti
pneumonia, asma, atau penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK).
3) Warna Kulit: sianosis (warna kulit menjadi kebiruan), atau
membran mukosa yang kebiruan (seperti bibir dan kuku)
dapat menjadi tanda SpO2 yang rendah. Ini dapat
mengindikasikan masalah sirkulasi atau oksigenasi yang
serius.
Adapun pemeriksaan lainnya yang dapat ditemukan oleh
petugas, adalah:
1) Detak jantung tidak teratur: Kadar oksigen yang rendah
dalam darah juga dapat mempengaruhi detak jantung.
Detak jantung yang tidak teratur atau terlalu cepat
(takikardia) dapat menunjukkan adanya masalah kesehatan
yang perlu ditangani.
2) Penurunan perfusi sistemik: Penurunan ini menyebabkan
tekanan nadi ekstremitas bawah lebih lemah dibandingkan
tangan kanan, tekanan darah di kaki lebih rendah
dibandingkan tangan kanan.
Diagnosis PJB kritis dapat ditegakkan dengan melakukan
kombinasi 3 hal berikut: skrining pulse oksimeter, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan ekokardiografi. Kombinasi dari ketiga hal tersebut
12
adalah pendekatan yang paling baik untuk mencegah adanya
keterlambatan diagnosis. Petugas Kesehatan di puskesmas perlu
melakukan pemeriksaan fisik dan skrining menggunakan pulse
oksimeter terlebih dahulu. Adapun hasil pemeriksaan pulse
oksimetri terbagi menjadi 3 yaitu lolos (negatif), ulang dan gagal
(positif) berarti petugas Kesehatan perlu merujuk. Jika bayi dicurigai
terdapat gejala PJB, maka bayi dirujuk untuk pemeriksaaan
ekokardiografi. Berikut ini adalah algoritma pemeriksaan skrining
pulse oksimeter di puskesmas.
13
Pemeriksaan dilakukan pada tangan kanan dan kaki bayi.
Hasil pemeriksaan pulse oksimeter terdiri atas 3 kategori, yaitu
lolos (negatif) jika hasil menunjukkan SpO2 > 95%,
Pemeriksaan ulang jika SpO2 < 95%, dan pemeriksaan gagal
(positif) jika hasil menunjukkan < 90% (Lihat pembahasan pada
materi pokok 4). Berikut ini adalah bagan hasil skrining
pemeriksaan pulse oksimeter.
14
pelatihan ini diistilahkan dengan nama Indonesian Newborn
Pulse Oximetry Training (INPOST).
Di bawah ini merupakan bagan pemeriksaan pulse
oksimeter dan indikasi yang dapat digunakan sebagai indikator
untuk menentukan tindakan selanjutnya yang perlu dilakukan
oleh petugas Kesehatan di FKTP.
16
MATERI POKOK 2
Sirkulasi Darah Janin
Pendahuluan
17
Indikator Hasil Belajar
18
Uraian Materi Pokok 2
Apa yang Anda ketahui tentang sirkulasi darah janin? Apakah ada
perbedaan antara sirkulasi janin dan sirkulasi neonatus? Untuk
mengetahui lebih lanjut tentang sirkulasi darah janin dan neonatus,
silahkan kita simak bersama materi dibawah ini ya, yuk semangat !
Gambar 2.1 Gambar sirkulasi dan aliran darah janin sebelum lahir
19
menuju duktus venosus kemudian ke vena kava inferior. Darah
dari tubuh bagian atas (termasuk otak) mengalir melalui vena
kava superior dan darah dari tubuh bagian bawah dan plasenta
mengalir dari vena kava inferior masuk ke atrium kanan.
Sepertiga darah melewati foramen ovale masuk ke atrium kiri.
Dua pertiga darah di atrium kanan menuju ventrikel kanan
kemudian ke arteri pulmonalis. Paru belum berfungsi dan masih
berisi cairan amnion maka tahanan vaskular paru masih tinggi,
sehingga darah dari arteri pulmonalis hanya sedikit yang masuk
ke paru, sebagian besar darah akan lewat duktus arteriosus
menuju ke aorta yang mempunyai tahanan vaskular sistemik lebih
rendah karena berhubungan dengan sirkulasi plasenta.
Gambar 2.2 Gambar sirkulasi dan aliran darah bayi baru lahir
20
Nah, sekarang Anda telah mengetahui tentang sirkulasi dan
aliran darah janin dan bayi baru lahir. Selanjutnya, mari kita
bahas tentang Perbedaan Sirkulasi Darah Janin dan
Bayi Baru Lahir
Gambar: 2.3 Perubahan pada tekanan arteri jantung, alur aliran darah
menuju jantung, dan Pulmonary vascular resistance (PVR)
selama 7 minggu sebelum kelahiran, setelah kelahiran dan,
dalam 7 minggu setelah kelahiran.
Sumber: Rudolph AM: Congenital Diseases of the Heart, 1974, Chicago Mosby
,
23
5) Penutupan Duktus Arteriosus
a. Penutupan fungsional duktus arteriosus terjadi dalam 10
sampai 15 jam setelah lahir oleh konstriksi otot polos medial
di ductus, namun penutupan fungsional ini dapat lebih
lambat terjadi bayi prematur.
b. Penutupan anatomis selesai pada usia 2 sampai 3 minggu
dengan perubahan permanen pada endotelium dan sub
intimal lapisan dari duktus
c. Oksigen, kadar PGE2, dan maturitas neonatus merupakan
faktor penting dalam penutupan duktus
d. Hampir seluruh bayi cukup bulan usia 3 hari, duktus
arteriosus sudah menutup
24
Berikut adalah mekanisme utama yang terlibat dalam
perubahan sirkulasi saat lahir:
1) Ekspansi paru-paru: Saat bayi lahir dan mulai bernapas,
paru-paru bayi mengalami ekspansi dan udara memasuki
alveoli. Hal ini mengakibatkan penurunan tekanan di dalam
paru-paru dan memfasilitasi perubahan sirkulasi.
2) Penurunan tekanan dalam atrium kanan:
Sebelum lahir, tekanan dalam atrium kanan lebih tinggi
daripada tekanan dalam atrium kiri karena sebagian besar
darah yang masuk ke jantung dari vena umbilikalis
bercampur dengan darah yang telah beredar di tubuh.
Namun, setelah lahir, plasenta terputus dan aerasi paru-
paru terjadi, sehingga tekanan dalam atrium kanan
menurun.
3) Penutupan ductus arteriosus: Setelah lahir, berkurangnya
tekanan dalam atrium kanan dan peningkatan oksigenasi
darah menyebabkan konstriksi ductus arteriosus. Proses ini
dipicu oleh penurunan kadar prostaglandin yang diproduksi
oleh plasenta. Ductus arteriosus akan menutup secara
fungsional dalam beberapa jam setelah lahir dan kemudian
secara anatomi dalam beberapa hari hingga minggu.
4) Penutupan ductus venosus: Ductus venosus juga akan
menutup setelah lahir karena tekanan dalam sistem vena
meningkat dan darah yang mengandung oksigen dipompa
dari paru-paru melalui atrium kiri ke ventrikel kiri.
5) Aktivasi jantung: Pernapasan yang dimulai saat lahir
menyebabkan peningkatan aliran darah oksigen ke atrium
25
kiri. Ini akan mengisi ventrikel kiri dan merangsang jantung
untuk berkontraksi secara efisien.
6) Penurunan Resistensi Vaskular Paru (PVR): Setelah bayi
lahir dan paru-paru mengudara, resistensi vaskular paru-
paru menurun secara drastis karena alveoli paru-paru
terbuka dan pembuluh darah paru-paru merespons dengan
memperluas untuk meningkatkan aliran darah oksigen.
Penurunan PVR ini memungkinkan aliran darah ke paru-
paru yang lebih besar, memfasilitasi pertukaran gas yang
lebih efisien.
7) Aktivasi sel-sel Khusus: Selama perubahan sirkulasi
neonatal, sel-sel khusus dalam jantung dan pembuluh
darah, seperti sel-sel mioosit dan sel-sel endotel, berperan
penting dalam mengatur dan merespons perubahan aliran
darah dan tekanan.
26
1) Asfiksia: Asfiksia adalah kondisi ketika pasokan oksigen ke
tubuh bayi terbatas atau terhenti sepenuhnya, baik sebelum
lahir atau saat lahir. Ini dapat menghambat perubahan
normal dalam sirkulasi karena oksigenasi yang buruk dapat
mengganggu mekanisme penutupan duktus arteriosus dan
duktus venosus.
2) Infeksi: Infeksi pada bayi dapat memengaruhi kemampuan
paru-paru untuk mengudara dan mengurangi elastisitas
paru-paru, yang dapat menghambat perubahan normal
dalam sirkulasi dan pertukaran gas.
3) Kelainan jantung bawaan: Beberapa kelainan jantung
bawaan dapat memengaruhi aliran darah normal dan
mengganggu perubahan sirkulasi setelah lahir.
4) Penyakit paru-paru: Masalah pada paru-paru, seperti
sindrom pernapasan bayi yang parah atau pneumonia
neonatal, dapat memengaruhi ekspansi paru-paru dan
pertukaran gas yang efisien, yang berdampak pada
perubahan sirkulasi normal.
5) Kegagalan adaptasi: Beberapa bayi mungkin mengalami
kesulitan dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan
setelah lahir, termasuk perubahan suhu, tekanan, dan aliran
darah. Hal ini dapat mempengaruhi perubahan sirkulasi
yang diharapkan. Pada bayi prematur mengalami kesluitan
adaptasi akibat prostaglandin yang masih tinggi dan
kematangan paru yang belum matang, sehingga
metabolisme prostaglandin masih belum optimal.
6) Peningkatan resistensi vaskular paru: Jika resistensi
vaskular paru-paru tidak menurun seperti yang seharusnya
27
setelah lahir, ini dapat menghambat perubahan sirkulasi
normal. Ini bisa terjadi dalam kasus kondisi medis tertentu.
7) Gangguan hormonal: Perubahan dalam kadar hormon dan
zat kimia dalam tubuh bayi setelah lahir dapat
mempengaruhi mekanisme perubahan sirkulasi yang
normal.
8) Gangguan hematologi: Kelainan darah atau masalah
dalam pembekuan darah bayi dapat mempengaruhi aliran
darah dan perubahan sirkulasi.
9) Faktor lingkungan: Faktor lingkungan seperti hipotermia
(penurunan suhu tubuh yang signifikan) atau paparan racun
dapat mengganggu perubahan sirkulasi normal.
28
SEKARANG SAYA TAHU
29
MATERI POKOK 3
Komunikasi Informasi Edukasi
(KIE) Skrining PJB
Pendahuluan
30
petugas kesehatan. Hal tersebut dapat mempengaruhi
keputusan orang tua terkait dengan temuan gejala penyakit
jantung bawaan dan keputusan untuk melakukan rujukan. Pada
modul ini akan dibahas terkait KIE pada skrining PJB sebagai
protap pelayanan bayi baru lahir di FKTP.
31
Uraian Materi Pokok 3
! Perhatikan
Sebelum pemeriksaan, bidan/perawat perlu menyampaikan
kepada orang tua bayi:
Bahwa akan dilakukan pemeriksaan deteksi dini PJB.
Pemeriksaan ini merupakan protap di setiap pelayanan
Kesehatan.
Sampaikan kepada orang tua bayi tujuan dari skrining yang
dilakukan, teknik melakukannya dan alat yang digunakan
yaitu pulse oksimeter (Lihat pembahasan pada sub materi
pokok 4).
Perawat/bidan perlu memperhatikan kondisi bayi, meliputi:
Bayi yang lahir di klinik/rumah sakit tidak sedang menjalani
fototerapi. Lakukan pemeriksaan Hanya saat bayi dalam
keadaan tenang/tidak menangis, tidak sedang tidur dan
bayi tidak kedinginan.
33
Nah, kita telah membahas tentang informasi pelaksanaan
skrining pada bayi baru lahir. Sekarang, kita akan membahas
Tindakan berdasarkan hasil skrining. Yuk, semangat!
37
4) Blood Pressure
Lakukan pengukuran tekanan darah. Berdasarkan normogram
grafik tekanan darah pada neonatus berdasarkan usia gestasi.
38
6) Emotional Support
Dukungan emosional untuk keluarga dan tim. Edukasi kepada
orang tua mengenai kondisi bayi yang harus dirujuk ke fasilitas
Kesehatan yang lebih lengkap. Tim selama proses transfer tidak
boleh panik
39
SEKARANG SAYA TAHU
40
MATERI POKOK 4
Pengukuran Saturasi Oksigen
Pendahuluan
41
Sampai saat ini belum ada angka kematian neonatal akibat PJB
kritis di Indonesia secara global. Berdasarkan data WHO 2017,
angka kematian neonatal di Indonesia yaitu 15/1000 kelahiran
hidup dengan cacat lahir sebagai penyebab ke-empat terbanyak.
Angka kematian neonatal akibat PJB kritis di RSUP Dr.Sardjito
yaitu 35,6%, mirip dengan angka kematian PJB kritis di Malaysia
yaitu 34,8%. Kematian PJB kritis didapatkan lebih tinggi pada
kelompok yang terlambat didiagnosis dibandingkan yang
didiagnosis awal.
42
Indikator Hasil Belajar
43
Uraian Materi Pokok 4
44
Baterai: Sumber daya untuk menjalankan alat. Beberapa
alat menggunakan baterai rechargeable sementara yang
lain menggunakan baterai tipe tertentu.
45
Pulse Oksimeter Gelang (Wrist-worn Pulse
Oximeter): Sensor pulse oksimeter ditempatkan pada
pergelangan tangan dan dapat digunakan sebagai
perangkat yang lebih terintegrasi dalam kehidupan sehari-
hari.
Pulse Oksimeter Ponsel (Phone-based Pulse
Oximeter): Beberapa ponsel cerdas modern memiliki
kemampuan pulse oksimeter terintegrasi yang
menggunakan kamera dan lampu LED untuk mengukur
SpO2. Aplikasi perangkat lunak khusus dapat digunakan
untuk tujuan ini.
Pulse Oksimeter Bayi (Pediatric Pulse Oximeter):
Dirancang khusus untuk bayi dan anak-anak. Sensor dan
ukurannya lebih cocok untuk ukuran tubuh yang lebih
kecil.
Pulse Oksimeter Nadi (Pulse Oximeter with Pulse Rate
Only): Beberapa pulse oksimeter hanya memberikan
pembacaan detak jantung per menit (bpm) tanpa
pembacaan SpO2.
Pulse Oksimeter Pemantauan Jangka Panjang (Long-
term Monitoring Pulse Oximeter): Jenis ini dirancang
untuk pemantauan jangka panjang di rumah atau fasilitas
perawatan kesehatan. Mereka dapat merekam dan
menyimpan data selama beberapa hari.
46
3) Langkah Langkah penggunaan pulse oksimeter
i. Siapkan alat: Pastikan pulse oksimeter dalam kondisi baik
dan memiliki baterai yang cukup. Bersihkan permukaan
sensor dengan tisu bersih atau alkohol untuk mencegah
kontaminasi.
ii. Persiapkan Kondisi Bayi:
Pada jari-jari kaki dan tangan bayi
Jari yang digunakan dalam kondisi bersih dan kering,
area yang bersih dan kering pada telapak tangan kanan
atau kaki untuk pemasangan fotodetektor
Gambar 4.2: area pada jari tangan dan kaki yang dipasangkan pulse
Oksimeter
47
Masukkan jari yang akan diukur ke dalam sensor pulse
oksimeter. Biasanya, jari tengah atau jari manis yang
tidak terlalu besar atau kecil adalah pilihan yang baik.
Pastikan jari bayi masuk dengan nyaman.
Pastikan probe terpasang dengan baik
Pastikan sensor menempel pada kulit bayi, tidak boleh
ada celah diantaranya.
Sambungkan kabel probe ke alat pulse oksimeter
Periksa indikator untuk memastikan alat bekerja
dengan baik
iv. Nyalakan alat pulse oksimeter: Tekan tombol daya atau
ikuti petunjuk manual untuk menghidupkan alat. Layar
pulse oksimeter akan menampilkan angka-angka yang
menunjukkan kadar oksigen dalam darah (SpO 2) dan
detak jantung per menit (bpm).
v. Tunggu pembacaan stabil: Biasanya, pulse oksimeter
memerlukan beberapa detik hingga beberapa menit untuk
memberikan pembacaan yang stabil. Cobalah untuk tetap
diam dan tenang selama proses ini.
vi. Catat hasil: Setelah pembacaan stabil, catat nilai SpO 2
(kadar oksigen dalam darah) dan detak jantung yang
ditampilkan di layer pada formulir hasil dan rekam medis.
Juga, catat waktu pengukuran.
vii. Putuskan kabel dengan alat, alat tidak perlu dimatikan
viii. Pengukuran dapat diulang apabila skrining pulse
oksimeter gagal atau positif yaitu saturasi oksigen dengan
hasil <90% di tangan kanan atau kaki ATAU saturasi
oksigen dengan hasil 90% - <95% ATAU perbedaan >3%
48
di tangan kanan dan kaki sebanyak 3 kali pemeriksaan
dengan setiap pemeriksaan berjarak 1 jam
ix. Sampaikan hasil pemeriksaan kepada orang tua secara
verbal
x. Dokumentasikan hasil dengan mencatat pada rekam
medis bayi
xi. Lakukan edukasi pra-rujukan pada orang tua untuk
persiapan tindak lanjut/rujukan jika hasil menunjukkan
diatas batas normal
49
Jika Anda memiliki kekhawatiran tentang hasil pengukuran,
sebaiknya konsultasikan dengan profesional medis.
52
m) Hindari penggunaan plester untuk merekatkan probe pada
kulit bayi karena dapat menyebabkan iritis ataupun alergi
pada kulit bayi.
53
SEKARANG SAYA TAHU
54
C TES FORMATIF
55
D KUNCI JAWABAN
56
E DAFTAR PUSTAKA
57
Karslen KA. The stable program in pre-transport / post-
resuscitation stabilization care of sick infants guidelines for
neonatal healthcare providers. Edisi ke-5.Park City.;Utah; 2006.
Kemper AR, Mahle WT, Martin GR, Cooley WC, Kumar P, Morrow
WR, et al. Strategies for Implementing Screening for Critical
Congenital Heart Disease. Pediatrics 2011; 128:1259-67.
Levesque.Pulse oximetry:what's normal ini newborn
nursery?.Pediatr Pulmonol 2000;30:406-12
Lhost JJ, Goetz EM, Belling JD, van Roojen WM, Spicer G,
Hokanson JS. Pulse Oximetry Screening for Critical Congenital
Heart Disease in Planned Out-of-Hospital Births. J Pediatr
2014; 165:485-89.
Linde D van der, Konings EE., Slager MA, Witsenburg M, Helbing
WA, Takkenberg JJM, et al. Birth Prevalence of Congenital
Heart Disease Worldwide A Systematic Review and Meta-
Analysis. Am Coll Cardiol [Internet]. 2011;58(21):2241–7.
Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.jacc.2011.08.025
Masic I, Begic Z, Naser N, Begic E. Pediatric Cardiac Anamnesis:
Prevention of Additional Diagnostic Tests. Int J Prev Med
2018;9:1-3.
Mitchell S., Korones S., Berendes H. Congenital Heart Disease in
56,109 Births Incidence and Natural History. Am Hear Assoc
Circ. 1970;XLIII.
Murni IK. Buku panduan skrining penyakit bawaan kritis
menggunakan pulse oksimetri. Yogyakarta:
FKKMK Universitas Gadjah Mada. 2022
Murni IK, Wibowo T, Arafuri N, Oktaria V, Dinarti LK, Panditatwa D,
Patmasari L, Noormanto N, Nugroho S. Feasibility of screening
for critical congenital heart disease using pulse oximetry in
Indonesia. BMC Pediatr. 2022;22(1):369. doi: 10.1186/s12887-
022-03404-0. PMID: 35761296; PMCID: PMC9235153.
Murni IK, Wirawan MT, Patmasari L, Sativa ER, Arafuri N, Nugroho
S, Noormanto. Delayed diagnosis in children with congenital
heart disease: a mixed-method study. BMC Pediatr
2021;21:191
Oster M E, Aucott S, Glidewell J, Hackell J, Kochilas L, Martin G, et
al. Lessons learned from newborn screening for critical
congenital heart defects. Pediatrics 2016;137:1-10.
Park, M., 2014. Park's pediatric cardiology for practitioners.
Philadelphia, Pa: Elsevier Saunders.
Peterson C, Ailes E, Riehle-colarusso T, Carmichael SL, Shaw GM,
58
Gilboa SM. Late Detection of Critical Congenital Heart Disease
Among US Infants. JAMA Pediatr 2015;168(4):361–70.
Peterson C, Ailes E, Riehle-colarusso T, Carmichael SL, Shaw GM,
Gilboa SM. Late Detection of Critical Congenital Heart Disease
Among US Infants. JAMA Pediatr. 2015;168(4):361–70.
Puri K, Allen H, Qureshi A.Congenital heart disease. Pedinreview
2017;38:471 -85.
Ramnarayan P, Intikhab Z, Spenceley N, Iliopoulos I, Duff A,
Millar J. Inter-hospital transport of the child with critical cardiac
disease. Cardiol Young 2017;27(S6): h.S40-6.
Riede FT, Worner C, Dahnert I, Mockel A, Kostelka M, Schneider
P. Effectiveness of neonatal pulse oximetry screening for
detection of critical congenital heart disease in daily clinical
routine: results from a prospective multicenter study. Eur J
Pediatr. 2010;169:975-81.
Singh Y. Evaluation of a child with suspected congenital heart
disease. Paediatrics and Child Health 2018;28: 556-61.
Smith FC, Hoke TR, Gidding SS. Role of Pulse Oximetry in
Examining Newborns for Congenital Heart Disease : A
Scientific Statement from the AHA and AAP AMERICAN
ACADEMY OF PEDIATRICS SECTION ON CARDIOLOGY.
Am Acad Pediatr. 2019;124(2).
State Advocacy Newborn Screening for Critical Congenital Heart
Disease. Am Acad Pediatr. 2011;1–2.
Walsh W. Evaluation of pulse oximetry screening in Middle
Tennessee: cases for consideration before universal screening.
J Perinat 2011; 31:125-12.
59
F DAFTAR ISTILAH
60
MATA PELATIHAN INTI 2
C. Tes Formatif 42
D. Kunci Jawaban 43
E. Daftar Pustaka 44
F. Daftar Istilah 45
A Tentang Modul Ini
1
DESKRIPSI SINGKAT
Deteksi dini kelainan bawaan melalui skrining bayi baru lahir merupakan hal
penting untuk mendapatkan generasi penerus Indonesia yang lebih baik.
Skrining bayi baru lahir dilakukan pada hari-hari pertama kehidupan dari bayi
tersebut. Dengan dilakukannya skrining pada bayi baru lahir untuk mendeteksi
kelainan kongenital, maka tindakan intervensi secara dini dan cepat dapat
dilakukan.
Hipotiriod kongenital (HK) merupakan salah satu penyakit kongenital yang
dapat dideteksi melalui proses skrining. Hipotiroid kongenital adalah kondisi
kekurangan hormon tiroid yang melibatkan aksis hipotalamus-pituitari-tiroid
(HPT) saat lahir. Hormon tiroid merupakan hormon yang mutlak diperlukan
untuk perkembangan otak dan pertumbuhan linier. Hormon tiroid juga
penting untuk laju metabolisme basal tubuh dan metabolisme organ-organ
penting seperti jantung, saluran cerna dan penting oksidasi lemak untuk
menghasilkan panas tubuh terutama pada bayi.
Sebagian besar bayi baru lahir dengan hipotiroid kongental tidak memiliki
gejala klinis saat baru lahir sehingga sering menyebabkan keterlambatan
diagnosis. Di Indonesia, pada tahun 2000-2013 ditemukan gangguan tiroid
pada bayi baru lahir sebanyak 1:2.736 kelahiran hidup. Sebelum adanya
program skrining, kejadian HK yakni 1:7.000 – 1.10.000 bayi baru lahir,
sementara setelah adanya program skrining, kejadian HK menjadi 1:2.000
hingga 1:3.000 bayi baru lahir.
Peningkatan angka temuan kejadian HK ini memperlihatkan semakin banyak
anak yang didiagnosis HK sejak dini, oleh karena HK merupakan salah satu
penyakit kongenital yang dapat dideteksi secara dini, dampak negatif HK bisa
dicegah dengan diagnosis dini dan tata laksana secepatnya sebelum bayi
berusia 2 minggu.
Anak dengan kekurangan hormon tiroid akan mengalami gangguan
perkembangan, gangguan pertumbuhan, dan yang paling berbahaya adalah
disabilitas intelektual yang tidak dapat diperbaiki. Hipotiroid kongenital
merupakan penyebab terbanyak disabilitas intelektual pada anak, anak dapat
2
memiliki kemampuan IQ dibawah 70 jika tidak mendapatkan pengobatan sejak
dini. Disabilitas intelektual ini nantinya dapat berdampak ke kehidupan sosial
anak maupun aspek kehidupan lainnya. Selain itu juga, anak dengan HK dapat
memberikan dampak kepada keluarga yakni dampak secara ekonomi maupun
psikososial serta terhadap negara karena akan kehilangan generasi emas
penerus bangsa.
Deteksi dini hipotiroid kongenital melalui skrining HK pada bayi baru lahir
sangat penting dilakukan untuk mencegah keterlambatan pengobatan,
dengan demikian, diharapkan semua tenaga kesehatan mampu mengetahui
langkah yang tepat untuk melakukan skrining hipotiroid kongenital (SHK) dan
mampu melakukan SHK di semua Fasilitas Layanan Kesehatan di Indonesia.
3
TUJUAN PEMBELAJARAN
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini, peserta mampu melakukan skrining hipotiroid
kongenital.
4
MATERI POKOK
5
B Kegiatan Belajar
6
MATERI POKOK 1
Konsep Skrining Hipotirioid
Kongenital
Pendahuluan
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Unit Koordinasi Kerja Endokrinologi Anak
dari beberapa rumah sakit di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Palembang, Medan,
Banjarmasin, Solo, Surabaya, Malang, Denpasar, Makassar, dan Manado,
ditemukan 595 kasus HK yang ditangani selama tahun 2010. Sebagian besar kasus
ini terlambat didiagnosis sehingga telah mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan motorik serta gangguan intelektual.
Kebijakan Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK) merupakan bagian dari arah
kebijakan program kesehatan anak secara umum. Mewujudkan anak yang sehat
sebagai modal dasar sumber daya manusia yang berkualitas melalui upaya
peningkatan derajat kesehatan anak secara optimal. Kebijakan ini diwujudkan
melalui upaya peningkatan kelangsungan hidup dan kualitas hidup anak. Skrining
Hipotiroid Kongenital merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas hidup
anak.
Dalam upaya untuk meningkatkan akses, cakupan dan kualitas layanan fasilitas
pelayanan kesehatan pelaksana SHK, maka perlu ditetapkan langkah-langkah
konkrit yang strategis untuk menjamin tercapainya tujuan program SHK.
Pada bab ini, akan dijelaskan konsep dari skrining gangguan hipotiroid kongenital,
mulai dari pengertian, gejala dan tanda kelainan akibat dari gangguan hipotiroid
kongenital, patofisiologi hipotiroid kongenital dan dampak dari gangguan hipotiroid
kongenital.
7
Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta dapat menjelaskan konsep skrining
gangguan hipotiroid kongenital.
8
Uraian Materi Pokok 1
1. Pengertian
Hipotiroid kongenital adalah keadaan menurun atau tidak
berfungsinya kelenjar tiroid yang didapat sejak bayi baru lahir.
Hal ini terjadi karena kelainan anatomi atau gangguan
metabolisme pembentukan hormon tiroid atau defisiensi
iodium.
Hormon Tiroid yaitu Tiroksin yang terdiri dari Tri-iodotironin (T3)
dan Tetra-iodotironin (T4), merupakan hormon yang diproduksi
oleh kelenjar tiroid (kelenjar gondok). Pembentukannya
memerlukan mikronutrien iodium. Hormon ini berfungsi untuk
mengatur produksi panas tubuh, metabolisme, pertumbuhan
tulang, kerja jantung, saraf, serta pertumbuhan dan
perkembangan otak. Dengan demikian hormon ini sangat
penting peranannya pada bayi dan anak yang sedang tumbuh.
Kekurangan hormon tiroid pada bayi dan masa awal kehidupan,
bisa mengakibatkan retardasi mental (keterbelakangan mental)
dan hambatan pertumbuhan (pendek/stunted). Skrining
Hipotiroid Kongenital (SHK) adalah Skrining yang dilakukan
pada Bayi Baru Lahir (BBL) untuk mendeteksi apakah terjadi
penurunan atau tidak berfungsinya kelenjar tiroid yang didapat
sejak bayi baru lahir.
9
Sekarang Anda telah mengetahui pengertian dari skrining hipotiroid
kongenital, sub materi pokok selanjutnya adalah apa gejala dan tanda
kelainan hipotiroid kongenital. Silahkan di baca ya,,
10
bayi baru lahir sebelum timbulnya gejala klinis di atas, karena
makin lama gejala makin berat. Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan mulai tampak nyata pada umur 3–6 bulan dan
gejala khas hipotiroid menjadi lebih jelas. Perkembangan
mental semakin terbelakang, terlambat duduk dan berdiri serta
tidak mampu belajar bicara.
11
Setelah membaca sub materi pokok ke-2 tadi, sekarang anda
mengetahui gejala dan tanda kelainan hipotiroid kongenital.
Namun penting juga anda mengetahui patofisiologi hipotiroid
kongenital, untuk itu mari semangat melanjutkan membaca
materi selanjutnya
3. Patofisiologi
12
Selama kehamilan, plasenta berperan sebagai media
transportasi elemen-elemen penting untuk perkembangan
janin. Thyroid Releasing Hormone (TRH) dan iodium yang
berguna untuk membantu pembentukan Hormon Tiroid (HT)
janin bisa bebas melewati plasenta. Selama dalam kandungan,
hormon tiroksin (T4) dapat melewati plasenta sehingga didalam
kandungan perkembangan otak janin terlindungi dari pengaruh
hipotiroid kongenital. Namun disamping itu, antibody terhadap
TSH (TSH receptor antibody) dan obat anti tiroid yang dimakan
ibu juga dapat melewati plasenta. Sementara, TSH, yang
mempunyai peranan penting dalam pembentukan dan produksi
hormon tiroid, justru tidak dapat melewati plasenta. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa keadaan hormon tiroid dan
obat-obatan yang sedang dikonsumsi ibu sangat berpengaruh
terhadap kondisi hormon tiroid janinnya.
Lebih dari 95% bayi dengan HK tidak memperlihatkan gejala
saat dilahirkan. Kalaupun ada sangat samar dan tidak khas
karena selama dikandungan bayi masih dilindungi oleh hormon
tiroid yang didapat dari ibu melalui plasenta. Jika tidak
dilakukan deteksi dini dan tidak segera diterapi maka gejala
akan semakin tampak jelas.
Sebagian besar HK adalah HK primer yang sebabnya adalah
gangguan di kelenjar tiroidnya. Sebagian besar (90%)
disebabkan karena kelenjar tiroidnya tidak terbentuk
(agenesis tiroid), kelenjar tiroidnya berukuran kecil
(hipoplasia tiroid) atau karena letak ke lenjar tiroidnya dan
sebagian kecil disebabkan karena dishormogenesis tiroid
(gangguan pembentukan hormon didalam kelenjar tiroid).
Pada HK primer, kelenjar tiroid tidak mampu memproduksi
hormon tiroid meskipun distimulasi oleh TSH yang dihasilkan
oleh kel enjar pituitari, sehingga pada pemeriksaan akan
ditemukan kadar FT4 yang rendah dan kadar TSH yang
tinggi.
13
Setelah mengetahui pengertian, gejala dan tanda kelainan, serta
patofisiologi hipotiroid kongenital, tentunya kelainan tersebut
akan berdampak pada kehidupan, yukk dilanjutkan membaca
materi dampak hipotiroid kongenital berikut ini
4. Dampak
14
SEKARANG SAYA TAHU
28
good Luck 2
MATERI POKOK
Proses Skrining Hipotirioid
Kongenital (SHK)
Pendahuluan
Skrining Hipotiroid Kongenital adalah skrining untuk memilah bayi
yang kemungkinan menderita HK dan bayi yang tidak menderita HK.
Skrining Hipotiroid Kongenital terdiri atas tiga tahapan utama, yakni:
1. Praskrining: Sebelum tes laboratorium, dilakukan sosialisasi,
advokasi, dan edukasi termasuk pelatihan SHK.
2. Skrining: Proses skrining dan prosedur yang tepat,
penetapan mutu serta validitas hasil
3. Pasca-skrining: Tindak lanjut hasil tes, tes konfirmasi untuk
bayi dengan hasil positif, diagnosis dan tatalaksana HK
2
Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta dapat menjelaskan dan
melakukan proses skrining hipotiroid kongenital dengan benar.
3
Uraian Materi Pokok 2
1. Persiapan
Persiapan SHK harus dimulai dengan memberikan penjelasan
kepada orang tua mengenai pentingnya dilakukan SHK.
Penjelasan yang disampaikan kepada orang tua harus dilakukan
secara persuasif, dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti dengan tetap memperhatikan keadaan orang tua pada
saat memberikan penjelasan. Penjelasan yang disampaikan
terutama tentang tujuan dilakukan SHK, bagaimana proses
pemeriksaan yang akan dilakukan pada bayi, manfaat dilakukan
SHK serta dampak buruk yang akan terjadi pada bayi jika tidak
dilakukan SHK. Setelah mendapatkan persetujuan dari orang tua
bayi tidak perlu tertulis secara khusus, tetapi dicantumkan
bersama-sama dengan persetujuan tindakan medis lainnya pada
saat bayi masuk ke ruang perawatan bayi. Maka selanjutnya
pengambilan spesimen darah dapat dilakukan. Namun, jika
setelah diberikan penjelasan orang tua menolak untuk dilakukan
SHK pada bayinya, maka orang tua harus menandatangani
formulir penolakan untuk mencegah adanya tuntutan di kemudian
hari jika bayi yang bersangkutan menderita HK.
Formulir ini harus disimpan pada rekam medis bayi. Bila kelahiran
4
dilakukan di rumah, bidan/penolong persalinan harus tetap meminta
orangtua menandatangani atau membubuhkan cap jempol pada
formulir “Penolakan” yang dibawa dan harus disimpan dalam arsip di
fasilitas pelayanan kesehatan tempatnya bekerja. Penolakan dapat
terjadi terhadap skrining maupun test konfirmasi. Jumlah penolakan
tindakan pengambilan spesimen darah dan formulirnya harus
dilaporkan secara berjenjang pada koordinator Skrining BBL tingkat
provinsi/kabupaten/kota, melalui koordinator tingkat puskesmas
setempat pada bulan berikutnya.
Setelah keluarga bayi paham dan bersedia untuk dilakukan
skrining hipotiroid kongenital, persiapan selanjunya adalah
persiapan alat.
Alat yang digunakan untuk SHK adalah:
1. Sarung tangan steril
2. Lancet pediatrik (ukuran kedalaman 2 mm, dengan ujung
berbentuk pisau/blade tip lancet)
3. Kotak limbah tajam/safety box
4. Kertas saring
5. Kapas
6. Alcohol swab atau kapas alcohol 70%
7. Kassa steril
8. Rak pengering
5
6
6
pasca melahirkan (perlu koordinasi dengan penolong
persalinan).
Sebaiknya darah tidak diambil dalam 24 jam pertama setelah
lahir karena pada saat itu kadar TSH mawsih tinggi, sehingga
akan memberikan sejumlah hasil tinggi/positif palsu (false
positive). Jika bayi sudah dipulangkan sebelum 24 jam, maka
spesimen perlu diambil pada kunjungan neonatal berikutnya
melalui kunjungan rumah atau pasien diminta datang ke
fasyankes.
Gambar 5 Gambar 6
Gambar 7 Gambar 8
Gambar 9 Gambar 10
10) Selanjutnya teteskan darah ke tengah bulatan kertas saring
sampai bulatan terisi penuh dan tembus kedua sisi.
Hindarkan tetesan darah yang berlapis-lapis (layering).
Ulangi meneteskan darah ke atas bulatan lain. Bila darah
tidak cukup, lakukan tusukan di tempat terpisah dengan
menggunakan lanset baru. Agar bisa diperiksa, dibutuhkan
sedikitnya satu bulatan penuh spesimen darah kertas saring
(Gambar 11)
12
11) Sesudah bulatan kertas saring terisi penuh, tekan bekas
tusukan dengan kasa/kapas steril sambil mengangkat tumit
bayi sampai berada diatas kepala bayi. (gambar 12). Bekas
tusukan diberi plester ataupun pembalut hanya jika
diperlukan.
Kertas rusak
Meneteskan darah dengan tabung kapiler
13
Alkohol tidak dikeringkan
Darah diperas
Pengeringan tidak baik
4. Pengiriman Spesimen
15
tidak saling bersinggungan, atau taruh kertas diantara bercak
darah.
b. Masukkan ke dalam amplop dan sertakan daftar spesimen
yang dikirim.
c. Amplop berisi spesimen dimasukkan ke dalam kantong plastik
agar tidak tertembus cairan/kontaminan sepanjang perjalanan.
d. Pengiriman dapat dilakukan oleh petugas pengumpul
specimen atau langsung dikirim melalui layanan jasa
pengiriman yang tersedia.
e. Spesimen dikirimkan ke laboratorium SHK yang telah ditunjuk
oleh kementerian kesehatan.
f. Pengiriman tidak boleh lebih dari 7 (tujuh) hari sejak spesimen
diambil. Perjalanan pengiriman tidak boleh lebih dari 3 hari.
16
5. Komunikasi Informasi Edukasi SHK
Komunikasi merupakan proses pengiriman pesan dari pengirim
pesan ke penerima pesan. Komunikasi di bidang kesehatan
bertujuan untuk menyampaikan informasi, meningkatkan
kepercayaan, mempengaruhi, membantu penyembuhan, dan
mendorong perubahan perilaku.
Pendahuluan
Setelah dilakukan skrining pada bayi melalui pengambilan spesimen
darah di fasilitas kesehatan, maka spesimen tersebut akan
dikirimkan ke laboratorium yang sudah ditunjuk oleh pemerintah
untuk dilakukan pemeriksaan TSH.
Seperti diketahui, hipotiroid kongenital merupakan salah satu
penyakit yang dapat didiagnosis dini melalui SHK dan pengobatan
yang diberikan sejak dini akan memberikan luaran yang baik bila
bayi mendapat terapi sejak awal kehidupan. Dengan terapi dini,
disabilitas intelektual pada anak dengan HK dapat dicegah.
Hasil skrining yakni kadar TSH yang diperoleh berdasarkan hasil
pemeriksaan di laboratorium akan menentukan apakah anak
tersebut memiliki kadar TSH tinggi dan dinyatakan positif atau tidak.
Jika didapatkan hasil skrining positif maka diperlukan langkah
selanjutnya yakni pemeriksaan konfirmasi untuk menegakkan
diagnosis HK. Setelah ditegakkan diagnosis HK maka pasien harus
segera mendapatkan terapi pengganti hormon tiroid.
19
Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti materi pokok ini, peserta dapat menjelaskan
tindak lanjut skrining hipotiroid kongenital.
20
Uraian Materi Pokok 3
C. Tes konfirmasi
22
Bila tidak memungkinkan, maka tes konfirmasi dapat dilakukan di
laboratorium klinik yang tersedia pemeriksaan FT4 dan TSH.
Berikut ini adalah interpretasi hasil pemeriksaaan tes konfirmasi
untuk mendiagnosis HK (Gambar 15):
1. Bila kadar FT4 rendah/di bawah normal (berdasarkan usia)
tanpa melihat kadar TSH (berapapun nilai TSHs) maka bayi
didiagnosis sebagai hipotiroid kongenital primer dan perlu
segera diterapi.
2. Bila kadar FT4 normal dan TSH ≥ 20 𝝁U/mL (tinggi) maka
bayi didiagnosis sebagai hipotiroid kongenital primer dan
perlu segera diterapi.
3. Bila kadar FT4 normal, tetapi kadar TSH 6-20 mU/L maka
perlu dilakukan pemeriksaan FT4 dan TSHs ulang pada 2
minggu setelah tes konfirmasi. Jika didapatkan hasil yang
sama, FT4 normal dan kadar TSH 6-20 mU/L maka bayi
didiagnosis sebagai hipotiroid kongenital primer dan perlu
segera diterapi. Dalam pemberian terapi, sebaiknya
dikonsultasikan ke dokter spesialis anak atau spesialis anak
konsultan endokrin untuk pemberian tiroksin.
23
Gambar 15. Alur diagnosis dari HK
*Keterangan:
nilai normal FT4 = 0,7 – 1,48 ng/dL, Nilai Normal TSH = 0.35 - 4.94 𝜇IU/mL
Anda sudah mencapai bagian terakhir dari bab 2 yang artinya anda
mengetahui nilai TSH yang dinyatakan positif serta langkah
selanjutnya yang harus dilakukan!
24
SEKARANG SAYA TAHU
25
Selamat!
26
C TES FORMATIF
28
D KUNCI JAWABAN
29
E DAFTAR PUSTAKA
30
F DAFTAR ISTILAH
HK Hipotiroid kongenital
T3 Triiodothyronine
T4 Thyroxine
31
MATA PELATIHAN INTI 3
C. Tes Formatif 61
D. Kunci Jawaban 62
E. Daftar Pustaka 64
F. Daftar Istilah 66
A Tentang Modul Ini
DESKRIPSI SINGKAT
Hasil Belajar
Pendahuluan
Untuk melaksanakan deteksi dini atau skrining bayi baru lahir kita
memiliki panduan Langkah yang sistematis yang dikenal sebagai
algoritma. Merujuk dari KBBI algoritma adalah prosedur
sistematis untuk memecahkan masalah matematis dalam
langkah-langkah terbatas. Alur ini sebagai urutan logis
pengambilan keputusan untuk pemecahan masalah. Unsur yang
harus dipenuhi dari sebuah algoritma yakni presisi (tepat),
keteraturan langkah dan tertentu, efektif(semua instruksi dapat
dikrjakan pemroses), terminate (harus ada kriteria berhenti), dan
output yang dihasilkan akan sesua dengan yang di harapan bila
alur langkahnya di ikuti seksama.
Pemeriksaan bayi baru lahir dilaksanakan untuk
mengetahui adanya ganngguan sejak awal kelahiran sehingga
bila dijumpai kelainan dapat di antisipasi sedini mungkin.
Kegiatan ini sebagai bagian preventif untuk kondisi penyakit yang
dapat mengganggu tumbuh kembang anak sehingga anak akan
tumbuh sesuai harapan dan berkualitas. Merujuk angka kejadian
WHO 2018 terkait angka kematian kematian neonatal akibat PJB
Kritis 15/1000 kelahiran hidup dengan cacat lahir sebagai
penyebab ke-empat terbanyak. Angka kematian neonatal akibat
PJB kritis di RSUP Dr.Sardjito yaitu 35,6%, mirip dengan angka
kematian PJB kritis di Malaysia yaitu 34,8%. Kematian PJB kritis
didapatkan lebih tinggi pada kelompok yang terlambat
didiagnosis dibandingkan yang didiagnosis awal. Untuk itu
ketrampilan skrining terhadap PJB kritis dengan oksimeter perlu
kita tingkatkan kiranya dapat berkontibusi untuk menurunkan
angka kematian akibat PJB kritis. Kondisi klinis PJB kritis
sebagian besar adalah PJB yang sianosis, yang akan tampak
kasat mata bila saturasi oksigen <80% pada bayi baru lahir.
Sehingga kemampuan skrining PHB kritis dengan oksimeter
harus kita tingkatkan dengan merujuk algoritma kerja skrining
bayi baru lahir PJB kritis dengan oksimeter.
Algoritma skrining bayi baru lahir untuk mendeteksi
hipotiroid kongenital secara garis besar meliputi 3 tahapan yakni
Pra-Skrining, Skrining dan Paska Skrining. Untuk kelancaran
proses Skrining Hipotiroid Kongenital diperlukan Kerjasama yang
erat antara orangtua, penanggung jawab program,
puskesmas/rumah sakit, petugas kesehatan, pemerintah daerah, dan
laboratorium pemeriksaan. Deteksi dini HK melalui SHK merupakan
strategi paling baik dalam mendeteksi bayi dengan HK melalui
pemeriksaan kadar thyroid stimulating hormone (TSH).
Alur yang akan tercantum dari materi ini merupakan penguatan
lebih lanjut dari materi sebelumnya.
Indikator Hasil Belajar
Apa anda sudah paham tentang algoritma skrining PJB dan SHK?
Untuk memahami lebih lanjut tentang algoritma skrining PJB dan
SHK, silahkan kita simak bersama materi dibawah ini ya,..
yuk semangat
A. Algoritma Skrining PJB
Pemeriksaan skrining bayi baru lahir untuk deteksi dini
PJB kritis menggunakan pulse oksimeter yang tersedia di
fasilitas kesehatan terbatas. Pemeriksaan pulse oksimeter
dilakukan di tangan kanan (preductal) dan salah satu kaki
(postductal).
Langkah-Langkah :
Persiapan :
1. Pemberitahuan kepada orang tua tentang pemeriksaan pulse
oksimeter yang dilakukan di tangan kanan (preductal) dan
salah satu kaki (postductal) jari dan kaki bayi.
2. Pastikan bayi tenang dan hangat. Selimuti bayi saat
pengukuran dilakukan. Kedinginan, menangis dan gerakan
akan mempengaruhi pengukuran.
3. Bila bayi sedang menjalani fototerapi, matikan fototerapi saat
dilakukan pengukuran.
4. Pastikan kulit bayi kering
5. Tidak boleh melakukan pengukuran tekanan darah
bersamaan dengan pengukuran pulse oximetry
Pemeriksaan :
1. Nyalakan alat
2. Pasang probe yang sesuai di tangan kanan dan atau kaki
3. Pilih area yang bersih dan kering pada telapak tangan
atau kaki untuk pemasangan fotodetektor.
CAUTION
1. Denyut nadi dibutuhkan saat melakukan pemeriksaan
sehingga pasien dengan gangguan irama jantung dapat
mempengaruhi hasil.
2. Yang perlu diingat: Tanpa nadi, tidak bisa diperiksa
3. Perlu diingatkan bahwa pembacaan pulse oximetry tidak
sekali waktu sehingga pastikan cek dalam beberapa detik
untuk dilihat yang paling tinggi.
Hasil pemeriksaan saturasi oksigen juga dapat diplot ke bagan
pemeriksaan pulse oksimeter berikut:
Nama :
Nomor rekam medis :
Tanggal lahir :
Hasil Pengukuran :
Skrining Tanggal Umur Saturasi Saturasi Perbedaan Hasil Nama
/jam bayi Tangan Kaki saturasi tangan pemeriksa
(jam) Kanan kanan dan kaki Tanda
tangan
#1
#2
#3
KESIMPULAN LOLOS / GAGAL
TINDAKAN Memberi informasi kepada orang tua, Transfer NICU,
Konsul Dokter subspesialis/konsultan Jantung Anak
Tanggal /Jam :
Tanda tangan :
Nama :
Catatan :
2. Skrining.
a. Lengkapi kertas saring dengan identitas Bayi
Pengisian data lengkap dengan pulpen warna biru
/hitam huruf kapital. Penulisan tanggal bulan dan
tahun dengan 2 digit. (contoh 1 September 2023
ditulis 01/09/23). Hindari pencemaran di kertas
saring dari kotoran/ cairan sehingga basah. Lihat
detil di gambar 4.
Gambar 4. Kertas Saring
Kertas rusak
Meneteskan darah dengan tabung kapiler
Pendahuluan
Sub Materi
Apa yang Anda ketahui mekanisme jejaring kerja skrining bayi baru
lahir ? Untuk mengetahui lebih lanjut tentang mekanisme jejaring
kerja skrining bayi baru lahir, silahkan kita simak bersama materi
dibawah ini ya, yuk semangat
Penjelasan gambar:
1. Fasilitas kesehatan berkoordinasi dengan laboratorium
SHK untuk pengiriman spesimen dan umpan balik hasil
pemeriksaan SHK.
2. Fasilitas kesehatan berkoordinasi dengan dinkes
kabupaten/kota terkait pelaporan data hasil pemeriksaan SHK
dan pelacakan kasus dengan hasil pemeriksaan tinggi. Utk
faskes vertikal, tetap berkoordinasi dengan dinkes kab/kota,
sebagai tembusan koordinasi/surat ke dinkes provinsi
3. Dinkes kabupaten/kota berkoordinasi dengan dinkes
provinsi terkait pelaporan data hasil pemeriksaan SHK dan
pelacakan kasus dengan hasil pemeriksaan tinggi
4. Dinkes provinsi berkoordinasi dengan POKJADA terkait
pelaksanan dan pengembangan SHK
5. POKJADA berkoordinasi dengan POKJANAS terkait
pelaksanaan dan pengembangan SHK di wilayah kerjanya.
6. Dinkes provinsi berkoordinasi dengan kementerian
kesehatan terkait pelaksanaan SHK dan pencatatan dan
pelaporan hasil SHK
7. Kementerian Kesehatan berkoordinasi dengan POKJANAS
dan Laboratorium SHK terkait pengembangan dan
pelaksanaan SHK di Indonesia, termasuk pengambilan
kebijakan secara nasional.
Pendahuluan
Apa yang Anda ketahui tentang logistik skrining PJB dan SHK ?
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang logistik skrining PJB dan SHK
silahkan kita pahami bersama materi dibawah ini ya, yuk semangat
A= B+ (10%*B)
A= Jumlah kertas saring dan lancet
Masa Kadaluarsa
Perhitungan kebutuhan juga memperhatikan jumlah kertas
saring dan lancet yang masih bersisa dari tahun
sebelumnya.dan masa pakai (kadaluarsa) alat kesehatan.
Masa kadaluarsa kertas saring dan lancet rata-rata dua
tahun Misalnya :kertas saring yang tersisa dari tahun 2022
adalah sebanyak 12 dengan masa kadaluarsa masih 3 bulan
kedepan. Maka penghitungan jumlah kebutuhan kertas
saring tahun 2023 bila memperhatikan sisa kertas saring
tahun 2022 adalah 74 – 12 = 62 buah. Namun bila
memperhatikan kadaluarsa sisa kertas saring, maka harus
dihitung pula kemungkinan sisa kertas saring tersebut dapat
dipergunakan sebelum habis masa pakainya.Yaitu dengan
menghitung rata-rata bulanan penggunaan kertas saring =
74 : 12 = 6,16.
Pendahuluan
Format
Pencatatan Skrining Bayi Baru Lahir
di Fasilitas Kesehatan
Tetap semangatss,,