Anda di halaman 1dari 3

KASUS SUAP PAJAK, KPK TAJAM KE BAWAH TUMPUL KE ATAS

Ketua JP2K (Jaringan Penggerak Pemberantasan Korupsi, Budi Margono menyoroti


kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dinilainya masih saja diskriminatif,
tajam ke bawah tumpul ke atas terkait dengan penanganan kasus suap pajak yang
menjerat eks pejabat DJP Kemenkeu Angin Prayitno Aji dan Dadan Ramdani dalam
pemeriksaan perpajakan di Ditjen Pajak Kemenkeu tahun 2016 – 2017, yang
melibatkan 3 pihak swasta PT. Gunung Madu Plantation, PT. Bank Panin.Tbk dan PT.
Jhonlin Baratama diduga kuat ketiga Perusahaan tersebut memberi suap kepada eks
pejabat DJP Kemenkeu dalam kepentingan menurunkan nilai pajak Perusahaan.

Dalam kasus suap pajak PT. Gunung Madu Plantation, KPK hanya bersemangat
memenjarakan Aulia Imran Magribi dan Ryan Ahmad Ronas selaku Konsultan Pajak,
KPK belum menyentuh pihak lain di jajaran elite pimpinan perusahaan PT. Gunung
Madu yang diduga terlibat dan harus ikut bertanggung jawab.

Demikian pula dengan kasus suap pajak PT. Bank Panin. Tbk dan PT. Jhonlin
Baratama yang penyidikannya masih berproses di KPK. Lembaga Rasuah ini
mentersangkakan Veronika Lindawati kuasa wajib pajak, petinggi Bank Panin dan
Agus Susetyo selaku Konsultan Pajak PT. Jhonlin Baratama. KPK belum menyentuh
jajaran elite pimpinan perusahaan Mu'min Ali Gunawan (PT. Bank Panin.Tbk), maupun
Syamsudin Andi Arsyad yang akrab disapa Haji Isam (PT. Jhonlin Baratama).

KPK patut menduga keterlibatan Mu'min dan Haji Isam dalam pusaran kasus suap
pajak PT. Bank Panin.Tbk dan PT. Jhonlin Baratama. KPK harus berani bongkar usut
tuntas sampai ke akar tindak tegas tanpa bandan bulu semua pihak yang diduga terlibat
dalam persoalan kasus suap pajak ini, KPK jangan hanya berani menyentuh level
Konsultan Pajak dan Kuasa Pajak yang hanya selaku fasilitator yang ditugaskan pihak
lain untuk menyerahkan uang suap itu sampai ke tangan eks pejabat DJP Kemenkeu.
Dengan logika sederhana saja bahwa sangat tidak mungkin seorang Veronika
Lindawati dan Agus Susetyo berani melakukan tindakan memberi suap kepada eks
Pejabat DJP Kemenkeu dengan nominal yang besar dan beresiko hukum tanpa arahan
dan perintah pihak lain dijajaran elite pimpinan perusahaan. KPK harus pada
kesimpulan bahwa diduga kuat Mu'min maupun Haji Isam bersama sama melakukan
kemufakatan jahat merugikan keuangan negara pada sektor pajak.

Korupsi disektor pajak sangat berdampak pada perekonomian, dan menghambat laju
pembangunan baik di pusat mau pun di daerah, dan berdampak kepada meningkatnya
angka pengangguran dan kemiskinan, jelas ini adalah kejahatan luar biasa (Extra
Ordinary Crime)

Sejatinya dalam penanganan kasus suap pajak ini KPK memeriksa juga Mu'min (PT.
Bank Panin.Tbk) dan Haji Isam (PT. Jhonlin Baratama). Pengakuan Yulmanizar eks
Pejabat DJP Kemenkeu pada gelar persidangan di pengadilan Tipikor Jakarta Pusat
terkait dugaan keterlibatan Haji Isam dalam terjadinya praktek suap pajak PT. Jhonlin
Baratama sudah bisa dijadikan pijakan awal untuk KPK segera memeriksa Haji Isam.

Dalam menjalankan tugasnya sejatinya KPK juga berpedoman kepada nilai nilai, isi dan
jiwa Konstitusi UUD 1945 sebagai "The Supreme Law Of The Land" sebagaimana
tertuang didalamnya bahwa " Tanpa memandang pangkat dan jabatan semua
berkedudukan sama dihadapan hukum"

Korupsi pajak adalah kejahatan luar biasa (Extra Ordinary Crime) KPK harus tindak
tegas semua pihak yang patut diduga terlibat, dalam upaya pemberantasan kajahatan
tindak pidana korupsi, dalam tugasnya menyelamatkan uang negara KPK harus
bertindak profesional, independen, tidak diskriminatif, jangan pula tajam ke bawah
tumpul ke atas. Dalam penanganan kasus suap pajak KPK harus benar benar pada
posisi berdiri tegak lurus, tidak doyong kesamping kanan ataupun doyong kesamping
kiri akan tetapi KPK harus benar benar pada posisi berdiri tegak lurus demi tegaknya
hukum dan keadilan masyarakat. JP2K (Jeringan Penggerak Pemberantasan Korupsi)
mengajak seluruh elemen Masyarakat untuk sama sama mengawal KPK dalam
menuntaskan kasus korupsi pajak ini.

Anda mungkin juga menyukai