Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muhammad Arya Bintang

Nim : 23058099

Konflik Remaja Antar Kampung di Lubuk Minturun

Pendahuluan
Interaksi sosial merupakan salah satu kunci dari adanya kehidupan sosial.
Dengan tidak adanya suatu interaksi antar satu sama lain maka dapat dipastikan
bahwa tidak akan ada kehidupan bersama dalam suatu masyarakat. Dengan
demikian adanya interaksi dapat dikatakan merupakan dasar dari suatu bentuk
proses sosialisasi, hal ini karena tanpa adanya interaksi sosial, maka kegiatan antar
individu dengan yang lainnya maka tidak dapat disebut sebagai interaksi. (Kimbal
Young, 1959: 137). Interaksi dengan sesama akan memberikan arti bagi
kehidupan remaja. Freud dalam Gerungan mengemukakan bahwa hati nurani,
norma-norma dan cita-cita pribadi tidak mungkin terbentuk dan berkembang
tanpa remaja itu bergaul dengan lainnya, sehingga jelas bahwa tanpa interaksi
sosial remaja maupun manusia secara umum tidak dapat berkembang selengkap-
lengkapnya (Diana Lating, 2016). Dari interaksi juga ada dampak yang dihasilkan
baik ataupun buruk salah satu contoh dampak buruknya adalah tawuran antar
remaja.
Perkelahian fisik antara warga di dalam masyarakat semakin sering terjadi.
Pelakunya mulai dari pelajar, mahasiswa, kelompok masyarakat yang biasanya
hidup berdampingan dalam suatu wilayah tertentu, yang tentu saja menimbulkan
korban yang tidak sedikit baik materi maupun non-materi. Perkelahian antar
warga yang dilakukan oleh individu-individu yang merangkum diri dalam suatu
atau beberapa kelompok memiliki ciri yang unik dibandingkan dengan tindak
pidana lainnya. Keunikan tersebut antara lain bahwa pada saat terjadinya
perkelahian kita dapat menyaksikan keterlibatan massa, namun pada saat pihak
yang berwajib turun tangan, dalam kenyataannya hanya segelintir saja dari massa
pelaku yang diproses. Perkelahian antara warga merupakan salah satu kekerasan
yang sangat sering terjadi di daerah berkembang di Indonesia. (Muh. Taufik
Silayar 2013)
Konflik bisa terjadi dalam jenis masyarakat atau stuktur sosial manapun.
Demikian itu disebabkan adanya tuntutan individu-individu atau kelompok-
kelompok yang bertentangan dari waktu-kewaktu. Masyarakat bukanlah
merupakan kumpulan orang yang sempurna, yang terhindar dari kemungkinan
yang tidak terbatas dari kombinasi sesuatu dengan sesuatu. Oleh karena itu,
institusi dasar ditetapkan dalam suatu area yang mempunyai beberapa
konsekuensi terhadap area-area lain dari kehidupan sosial.Konflik remaja antar
kampung di Lubuk Minturun, Padang merupakan fenomena sosial yang menarik
dikaji secara mendalam, karena konflik terjadi diantara remaja di perkampungan
yang sebelumnya memiliki hubungan yang harmonis. Konflik tersebut
berlangsung cukup lama dan cenderung fatal.Berbicara mengenai konflik,
menurut Muspawi (2014) konflik merupakan suatu pertentangan yang terjadi
antara apa yang diharapkan oleh individu atau organisasi mengenai apa yang
diharapkan dengan kenyataan yang terjadi. Sementara Habermas (dalam Fadilah,
2021) berpendapat konflik yakni sesuatu yang inheren dalam sistem masyarakat.
(Belakang, 2017)
"Penyebab perseteruan antarkampung biasanya sederhana. Dari ejek-ejekan
kemudian berlanjut ke perkelahian kecil," terang Dri Hastuti didampingi Wakil
Kepala Satbinmas Komisaris Nalih B Samir. Perkelahian kecil-kecilan itu
kemudian memunculkan dendam pada pihak korban. Selanjutnya, ada upaya
membalas dengan melakukan penyerangan. Tuti menjelaskan, karena perseteruan
awal ini tak kunjung mendapat perhatian, konflik berkembang panjang ke generasi
berikutnya.
Menurut data yang diantaranya adalah Masa-masa Krisis Identitas pada
Remaja dan Kontrol Diri yang Lemah saya kutip dari Bola.com ada beberapa
faktor yang menyebabkan terjadinya tauran antar remaja (Alfi Yuda,2022)
Bahkan ada dampak yang didaptakan dari tauran.menurut data yang penulis
peroleh dari kompasiana.com ada beberapa dampak yang dihasilakn dari tauwran
diantaranya adalah hubungan silaturahmi antar kampung menjadi terbatas,
aktifitas ekonomi terganggu, kerugian fisik dan materi, timbulnya dampak
psikologis (Alliyan afwu usgar 2023)
Remaja merupakan suatu tahap transisi dari masa kanak-kanak menuju
dewasa. Meski berada dalam masa transisi, remaja tetap harus mempersiapkan
dirinya dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 serta dampak era tersebut.
Dalam mengatasi dampak akibat era revolusi industri 4.0, maka diperlukan
kesiapan individu dalam menghadapi era revolusi industri 4.0. Namun pada
kenyataannya untuk mencapai kondisi yang siap menghadapi hal tersebut tidaklah
mudah, terutama bagi remaja. Hal tersebut dikarenakan terdapat berbagai
permasalahan sosial yang dialami oleh remaja, seperti kebiasaan menyontek,
tawuran, narkoba, pergaulan bebas, dan lainnya. Permasalahan- permasalahan
tersebut dapat diminimalisir dengan kecerdasan emosional yang baik. Kecerdasan
emosional sendiri merupakan salah satu bagian dari inteligensi.(Mahdalena, D.,
Dwi, 2019)
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2021 ada 188
desa/kelurahan di seluruh Indonesia yang menjadi arena perkelahian massal antar
pelajar atau mahasiswa. Perkelahian pelajar dapat disebabkan oleh banyak faktor,
mulai dari emosi remaja yang belum stabil, kondisi keluarga yang tidak harmonis,
masalah ekonomi, sosial-budaya, ataupun lingkungan sekolah dan guru yang
kurang mampu mengarahkan siswa untuk berkegiatan secara positif. Dari tahun
2016-2019, peserta konflik masih terbatas pada kalangan pemuda/remaja di
kampung tersebut, namun sejak 2020 hingga 2023 peserta konflik meluas menjadi
bersifat massal, sehingga berkembang menjadi tawuran antar kampung. Sampai
sekarang konflik antar kampung di Lubuk Minturun saat ini masih belum bisa
terselesaikan. Konflik antar pemuda berawal dari menguatnya identitas kolektif
masing-masing kelompok tersebut. Konflik berawal dari sikap arogansi
sekelompok pemuda yang merasa kampungnya yang paling berkuasa di
Kelurahan Lubuk Minturun, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Ketika
sekolompok remaja kampung ini berulah, remaja dari kampung lain merasa
terganggu dan tertantang untuk melakukan tauran. Dari yang dulunya warga di
kawasan Lubuk Minturun damai dan tentram sekarang hampir setiap malam
minggu terjadi ricuh antara kelompok remaja kampung.
Kampung Kota merupakan sebuah istilah bagi pemukiman padat penduduk
yang diisi oleh masyarakat urban berstatus ekonomi menengah ke bawah.
Kepadatan merupakan permasalahan yang dihadapi oleh keluarga-keluarga di
kampung ini, dengan perbandingan kebutuhan ruang-ruang privat yang minim.
Semua ruang yang ada harus dapat dioptimalkan pemanfaatannya untuk
memberikan rasa nyaman bagi anggota yang tinggal di dalamnya. Ruang- ruang
sirkulasi kecil inilah yang membentuk perilaku spesifik bagi masyarakat
penghuninya (Nugroho, 2009). Perilaku spesifik yang dapat diamati dari
komunitas ini berdasarkan observasi langsung di lapangan adalah adanya
kenakalan yang dilakukan oleh remaja-remaja yang masih bersekolah. Kenakalan
remaja tersebut pada umumnya berupa perilaku tawuran, agresivitas, serta
perilaku kekerasan lainnya. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku kenakalan
remaja di wilayah Kampung Kota yaitu rusaknya benda-benda di sekitar lokasi
terjadinya tawuran, aktivitas di sekitar lokasi tawuran yang terganggu, banyaknya
korban luka, hingga adanya korban jiwa.(Muharram & Prathama, 2022)
Konflik ini jika tidak ditangani dengan baik maka akan menyebabkan eskalasi
konflik kian meluas. Selain itu, penanganan konflik yang lambat akan
menyebabkan berbagai dampak dalam kehidupan masyarakat, seperti hancurnya
atau retaknya kesatuan kelompok, hancurnya harta benda, jatuhnya korban jiwa,
dan lain sebagainya. Melihat kondisi tersebut, maka dibutuhkan penanganan atau
resolusi konflik yang tepat demi meredam konflik tersebut agar tidak semakin
meluas dan menyebabkan dampak yang lebih besar lagi.

Tinjauan Literatur
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul.
Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang
atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.(Mohamad,
2014). Konflik juga terjadi dikalangan remaja , hal ini terjadi karena masa
pubertas yang dialami para remaja, mengakibatkan para remaja belum bisa
mengontrol emosi pribadi, yang mengakibatkan terjadinya konflik.
Sedangkan remaja sendiri menurut (Hurlock, 1992). Remaja adalah anak
yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 21 tahun. Ciri-ciri masa remaja
adalah periode yang penting, periode peralihan, periode perubahan, usia
bermasalah, masa mencari identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa
yang tidak realistik dan sebagai ambang masa dewasa. Konflik pada umumnya
terjadi di daerah perkampuangan, salah satu contohnya adalah yang terjadi di
kelurahaan lubuk minturun.
Kampung-kota merupakan lingkungan yang menunjukkan daerah pedesaan
yang masih mempunyai ciri-ciri tradisional yang kuat dengan penduduk yang
homogen dan biasanya masih berorientasi agraris. Kampung-kota sebetulnya
daerah di dalam kota pada mana terjadi transisi-transisi dari kehidupan desa ke
kota, dari agraris ke spesialis, dari tradisional ke modern, dari hubungan gotong
royong ke sifat birokrasi, dan hubungan pribadi berubah menjadi sifat-sifat yang
memokok atau zakenlijk (Herlianto, 1986:42).

Metode Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Dalam sebuah
penelitian sebelumnya dikemukakan bahwa “Penelitian kualitatif adalah penelitian
yang digunakan untuk memahami fenomena sosial dari sudut pandang
partisipan”(Crystallography, 2016). Berdasarkan pendapat ahli di atas, maka dapat
disimpulkan. bahwa penelitian kualitatif digunakan untuk memahami fenomena
sosial dengan tujuan menghasilkan data deskriptif subyek yang diamati. Tujuan
penelitian ini untuk memahami fenomena sosial, yaitu motif tawuran remaja
kampung. Maka pendekatan penelitian yang tepat adalah penelitian kualitatif.
Penelitian ini dilakukan di Jl. Raya Sungai Lareh, Kel. Lubuk Minturun, Kec.
Koto Tangah. Dengan narasumber sebanyak 3 orang. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara observasi dimana peneliti menggunakan observasi
partisipasif. Dalam melakukan pengamatan, peneliti tidak terlibat langsung dalam
konflik yang dilakukan oleh pelaku yang diamatai. Wawancara yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah wawancara secara mendalam.
PERPUSTAKAAN

Alfi Yuda, “14 Okt 2022 6 Penyebab Terjadinya Tawuran Pelajar yang Perlu
Diketahui” https://www.bola.com/ragam/read/5096903/6-
penyebab-terjadinya-tawuran-pelajar-yang-perlu-diketahui?
page=4

Alliyan afwu usgar.2023 “Dampak Terburuk Anak-Anak yang Terlibat dalam


Tawuran. Ini Konsekuensi yang Mengkhawatirkan!”
https://paltv.disway.id/read/2457/dampak-terburuk-anak-anak-
yang-terlibat-dalam-tawuran-ini-konsekuensi-yang-
mengkhawatirkan

Belakang, L. (2017). "Partisipasi Karang Taruna Dalam Resolusi Konflik Di". 4.


Crystallography, X. D. (2016). "済無 No Title No Title No Title". 1–23.

Diana Lating, A. (2016). "Social Conflict Late Adolescence (Psychology Studies


the Development of Society and the Country Mamala and
Morella Leihitu District Central Maluku District". 1(2), 114–
129.

Hurlock, E. B. (1992). "Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan". Jakarta: Penerbit Erlangga.

Imanuel More, 21/11/2012 "Konflik Antarkampung di Cilandak, Binmas Turun


Tangan"
https://megapolitan.kompas.com/read/2012/11/21/03065887/~M
egapolitan~News

Mahdalena, D., Dwi, D. (2019). "( Studi Kualitatif Deskriptif di PAUD Bunga
Harapan 1 Lamongan ) Prosiding Seminar Nasional 2019
PENGEMBANGAN KARAKTER DALAM MENGHADAPI ERA
REVOLUSI INDUSTRI" 4 . 0 Surabaya , 21 September 2019
PENGEMBANGAN KARAKTER DALAM MENGHADAPI ERA
REVOLUSI INDUSTRI 4. September, 117–121.
Mohamad, M. (2014). "Manajemen_Konflik_Upaya_Penyelesaian_Kon. Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi Kampus
Pinang Masak, Mendalo" – Darat Jambi 36361, 16(2), 41–46.
Muharram, H. Z., & Prathama, A. G. (2022). "Identifikasi Faktor Risiko
Kenakalan Remaja di Wilayah Kampung Kota Jakarta".
PHILANTHROPY: Journal of Psychology, 6(1), 92.
https://doi.org/10.26623/philanthropy.v6i1.2738

Muh. Taufik Silayar. 2013. “Tinjauan Kriminologis Terhadap Perkelahian Antar


Warga Di Kabupaten Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara”.
7(2006): 161–77.

Pele Widjaja, (2013). “Kampung Kota Bandung” Ruko Jambusari No.


7AYogyakarta 55283

Sujawro; Solikha, A. (2019). “Fenomena Tawuran Antar Warga: (Studi Kasus Di


Kramat Pulo Gundul Johar Baru Jakarta Pusat)”. Jurnal Ilmiah
Mimbar Demokrasi, 18(2), 225–241. Retrieved from
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jmb/article/view/11802

Anda mungkin juga menyukai