Anda di halaman 1dari 56

Laporan Akhir

Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

BAB 4
SURVEY DATA PRIMER

4.1 HASIL SURVEY STRUKTUR


Pelaksanaan Survey struktur adalah :
‐ Pengamatan secara visual terhadap kerusakan yang terjadi.
‐ Pengambilan data pada elemen-elemen struktur setelah dilakukan survey pengamatan
secara visual.
Hasil Survey Reconnaissance :
Dermaga dibagi menjadi beberapa segmen yaitu :
‐ Segmen 1 : Dermaga lama sisi timur
‐ Segmen 2 : Dermaga lama sisi barat
‐ Segmen 3 : Dermaga baru (belum operasional) sisi timur
‐ Segmen 4 : Dermaga baru (belum operasional) tengah
‐ Segmen 5 : Dermaga baru (belum operasional) sisi barat.
‐ Trestel 1, 2 (lama)
‐ Trestel 3 (baru)
Di bawah ini gambar penjelasaan pembangunan dermaga persegmennya dan trestle disajikan
dalam Gambar 4.1 dan untuk keterangan gambar ada pada Tabel 4.1.
Tabel 4. 1 Keterangan Gambar Layout Dermaga

4-1
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Gambar 4. 1 Segmen Pembangunan Dermaga di Pelabuhan Serui

4-2
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

4.1.1 Survey Visual Struktur


Kerusakan pada dermaga lama adalah (segmen 1 dan 2):
a. Dermaga segmen 2 pada ujung timur, yaitu pada dilatasi mengalami penurunan kurang lebih
1 meter. Menurut informasi terjadinya penurunan karena gempa pada tanggal 16 Juni 2010.
Penurunan dermaga pada saat itu sekitar 60 cm tetapi kondisi sekarang semakin besar lebih
dari 1 meter.
b. Terjadinya banyak retakan pada permukaan lantai dermaga baik pada segmen 1 maupun
segmen 2.
c. Dermaga segmen 1 dan 2 pada elemen-elemen struktur pelat dan balok terjadi korosi hampir
menyeluruh sekitar lebih dari 80 %.
d. Pada segmen 1 dan 2 ada beberapa tiang pancang patah karena mengalami tekan yang
besar. Karena mutu beton pada tiang pancang cukup besar > K-400 maka tiang mudah
mengalami pecah saat mengalami gaya aksial tekan.
e. Pada Segmen 1 dan 2 beberapa tiang sudah tidak ada, hal ini bisa disebabkan tulangan
sudah benar-benar putus sehingga tiang pancang tenggelam kedasar laut.
f. Pada segmen 1 dan 2 banyak tiang mengalami retak pada pangkalnya.
g. Fender banyak yang hilan dan pecah.
h. Bollard banyak mengalami keropos.
Hasil pengamatan pada huruf a sampai dengan h dapat dilihat pada Gambar 4.2 s/d Gambar
4.13.

Gambar 4. 2 Dermaga Segmen 1 Tiang Pancang Patah Pada Sisi Tengah Dan Sisi Depan

4-3
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Gambar 4. 3 Dermaga Segmen 1 Tiang Pancang Pecah Pada Sisi Tengah Dan Sisi Depan

Gambar 4. 4 Dermaga Segmen 1 Tiang Pancang Retak Struktur

4-4
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Gambar 4. 5 Dermaga Segmen 1 Korosi Pada Semua Elemen Pelat, Balok Dan Pilecap

Gambar 4. 6 Dermaga Segmen 1 Retakan Pada Pelat Lantai

4-5
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Gambar 4. 7 Kondisi Fender Banyak Yang Hancur Dan Pecah, Diganti Ban Bekas

Gambar 4. 8 Kondisi Bollard Yang Mengalami Karat

Gambar 4. 9 Dermaga Segmen 2 Yang Mengalami Penurunan Akibat Tiang Pancang Patah

4-6
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Gambar 4.10 Tiang Pancang Pada Dermaga Segmen 2 Mengalami Patah

4-7
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Gambar 4.11 Tiang Pancang Pada Dermaga Segmen 2 Mengalami Patah

4-8
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Gambar 4.12 Korosi Dan Retak Pada Upper Structure Segmen 2

Gambar 4.13 Retak Pada Lantai Segmen 2 & Kondisi Trestle 2

4.1.2 Survey kondisi Material Beton


Survey kondisi material beton yang terpasang digunakan untuk mendukung perencanaan /
DED. Karena kondisi saat ini ada kerusakan yang bersifat mayor yaitu tiang pancang yang patah
dan korosi yang hampir menyeluruh.
Pengujian pada beton terpasang biasanya digunakan untuk input menganalisis bangunan
eksisting apakah masih kuat. Tetapi karena kondisi beton eksisting yang sudah rusak dengan tingkat
kerusakan parah dan mengkhawatirkan jika ada kapal bersandar, maka pengujian dilakukan untuk
mendukung perencanaan.
Pengujian yang dilakukan untuk mendukung perencanaan / DED adalah Hammer test, Uji
kepadatan beton (Ultrasonic Pulse Velocity / UPV). Pengujian Hammer untuk mengetahui

4-9
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

keseragaman pengerjaan beton, pengujian UPV untuk mengetahui kepadatan beton serta solusinya
agar beton yang direncanakan lebih tahan terhadap karat.
Karena tidak dilakukan analisis struktur pada bangunan eksisting maka tidak dilakukan uji
kuat tekan beton dengan core drill.

4.1.2.1 Hammer Test


Uji Hammer beton adalah pengujian kuat tekan beton yang sifatnya non distructive / tidak
merusak, terutama digunakan pada bangunan yang sudah berdiri.
Permukaan beton yang akan diuji dibersihkan terlebih dahulu dengan gerinda, sehingga
permukaan bersih dan rata. Ukuran bidang untuk pengujian  10 x 10 cm. Alat yang digunakan
adalah SilverSchmidt Concrete Hammer Test type N. Cara pengujian dengan cara permukaan
beton “dipukul”, yaitu dengan menekan alat sehingga akan menghasilkan pantulan / rebound. Untuk
1 bidang (1 titik) pengujian dilakukan sebanyak 9 kali, bacaan pada display merupakan hasil kuat
tekan beton. Semakin banyak bidang yang diuji akan semakin teliti penggambaran mutu beton yang
diuji, (Gambar 4.14 s/d 4.17).

Titik tembak hammer

10 cm

10 cm

Gambar 4.14 Bidang Uji dengan Hammer

Gambar 4. 15 Silverschmidt Concrete Hammer Test

Gambar 4. 16 Pengujian Hammer Pada Pelat

4-10
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Gambar 4. 17 Pengujian Hammer pada balok


Hasil pengujian pada tabel 4.2 :
Tabel 4. 2 Hasil Pengujian Hammer

KUAT TEKAN
NO LOKASI KETERANGAN
(Kg/cm2)
1 Segmen 1 525
2 Segmen 1 205
3 Segmen 1 690
4 Segmen 1 595
5 Segmen 1 540
6 Segmen 1 645
7 Segmen 1 Balok B 595 Pada posisi yg turun
8 Segmen1 Balok A 295 (samping)
9 Segmen 1 Balok C 370
10 Pelat precast 230
11 Pelat insitu 230
12 Segmen 1 570 Trestle 1
13 Segmen 1 520 Trestle 1 / utara
14 Segmen 1 330 Trestle 2 /selatan
15 Segmen 1 280 Trestle 2 / Selatan
16 Segmen 2 425
17 Segmen 2 380
18 Segmen 2 275
19 Segmen 2 390
20 Segmen 1 370 Timur
21 Segmen 1 555 Timur
22 Segmen 1 450 Timur
23 Segmen 1 445 Timur
24 Segmen 2 465 Trestle 2 / selatan
25 Segmen 2 315 Trestle 2 / selatan
26 Segmen 2 580 Trestle 2 utara

4.1.2.2 Uji Kepadatan Beton Dan Kedalaman Retakan (UPV)


Tujuan dari pengujian dengan Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) adalah pengujian beton non
destructive untuk mengetahui kepadatan beton.

4-11
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Pengujian kepadatan beton menggunakan alat Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) dengan
metode indirect.
Pengujian dilakukan berdasarkan ASTM C 597 – 02 : Standard Test Method for Pulse Velocity
Through Concrete. Peralatan yang dipakai antara lain Transducer (satu pasang) terdiri transmitter
dan receiver, Electric Pulse Generator, couplant serta beberapa peralatan pendukung lainnya.
Pengujian dengan metode indirect yaitu pengujian pada elemen struktur beton dengan posisi
transmitter (T) dan receivier (R) berjajar pada jarak tertentu. Jarak tersebut sebesar b. Ilustrasi
pengujian metode indirect seperti pada Gambar 4.18 di bawah ini. Untuk mengukur kedalaman crack
dengan metode seperti indirect tetapi pengukuran dilakukan dua kali transducer dari tengah digeser
keluar sepanjang b (Gambar 4.19).

b
Transmitter ( T ) Receivier ( R )

beton

Gambar 4. 18 Ilustrasi Metode Indirect

Transmitter ( T ) Receivier ( R )
b b b b

crack

beton

Gambar 4. 19 Ilustrasi Metode Pengukuran Kedalaman Crack


Pengujian dilakukan pada sisi atas dermaga. Permukaan beton yang akan diuji dibersihkan
dari debu agar permukaan bidang uji bersih dan mengurangi pori (void) di permukaan. Permukaan
yang tidak rata dan berpori akan menjadi tempat udara bersembunyi, walaupun permukaan beton
telah diberi couplant, udara akan terkurung di tempat tersebut. Gelombang ultrasonic merambat
sangat lambat di udara sehingga sangat mempengaruhi hasil pengujian.
Pemberian couplant pada permukaan beton yang telah dibersihkan, dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan perambatan gelombang dari tranducer kepermukaan beton dan untuk
menghindari pengaruh permukaan beton yang tidak rata. Untuk menghilangkan celah udara saat
pengujian, maka transducer yang menempel pada permukaan beton perlu sedikit ditekan.
Ukur dan catat jarak antara dua tranducer yang terpasang yaitu jarak b yang merupakan tebal
dari bidanguji. Nilai ini akan digunakan untuk menghitung cepat rambat gelombang (velocity) yang
diperoleh dari pembagian jarak antara dua transducer dengan waktu rambat gelombang (dihitung

4-12
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

otomatis oleh alat). Tunggu beberapa saat hingga gelombang yang diterima kembali oleh tranducer
menjadi stabil sehingga alat dapat mencatat besarnya nilai yang menunjukkan kecepatan atau
velocity. Simpan atau catat besaran atau nilai hasil pengukuran tersebut (Gambar 4.20 – 4.23).

Ket :
Lokasi pengujian UPV

Gambar 4. 20 Lokasi Pelaksanaan Pengujian Ultrasonic Pulse Velocity

Electric Pulse Couplant/gel


Generator

Transducer

Gambar 4. 21 Alat Ultrasonic Pulse Velocity (UPV)

4-13
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Gambar 4. 22 Pengujian UPV

Gambar 4. 23 Hasil pengujian UPV


Hasil pengujian UPV pada tabel 4.3 untuk kepadatan dan tabel 4.4 untuk kedalaman retak.

Tabel 4. 3 Hasil Pengujian Kepadatan Beton / UPV

VELOCITY
NO LOKASI b (cm) t ( S)
(m/s)
1 Segmen 1 (16) 30 253.7 1182
2 Segmen 1 (6) 30 281.4 1066
3 Segmen 3 (5-6) 30 158.8 1889
4 Segmen 4 (4-5) 30 123.7 2425
5 Segmen 5 (1-2) 30 123.9 2421

Tabel 4. 4 Hasil Pengujian Kedalaman Retakan / UPV


KEDALAMAN RETAK
NO LOKASI b (cm) t1 ( S) t2 ( S)
(cm)
1 Segmen 1 10 207.1 103.9 0.9
1 Segmen 3 10 108 170.3 10

4-14
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Tabel 4. 5 Klasifikasi Nilai Kepadatan Beton Berdasarkan Velocity Menurut Agunwamba (Nigerian
Journal Of Technology Vol. 31 No. 1 March 2012)

Velocity (m/s) KepadatanBeton


> 4570 Sangat Bagus(excellent)
3660 s.d 4570 Bagus (Good)
3050 s.d 3660 Sedang (Fair)
2130 s.d 3050 Jelek (Poor)
< 2130 Sangat Jelek (Very Poor)

Menurut Tabel 4.5 hasil pengujian kepadatan beton hasilnya jelek, sehingga kemungkinan
besar penyebab korosi karena beton eksisting bersifat porous / tidak padat. Sehingga air laut (Cl)
mudah masuk / penetrasi kedalam beton sehingga akan memperpendek umur dermaga.
Kedalaman retak terukur yaitu sebesar 0,9 cm dan 10 cm. Lebar retak diatas permukaan
dapat diukur dengan menggunakan micro crackmeter. Hasil pengukuran sebesar 0,8 mm, (Gambar
4.24).

Gambar 4.24 Pengukuran Lebar Retak Pada Permukaan Lantai

4-15
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

4.2 SURVEY KONDISI INFRASTRUKTUR LAINNYA

4.2.1 Kunjungan Kapal


Kunjungan kapal yang berlabuh di Pelabuhan Serui cukup ramai. Hal ini bisa di lihat dari
gambar grafik data yang di olah oleh konsultan berdasarkan masukan data sekunder Kantor Unit
Penyelenggara Pelabuhan (KUPP) Serui. Dari kunjungan kapal tersebut, tercatat pada bulan Juni
2013, Pelabuhan Serui pernah dikunjungi oleh kapal dengan Bobot 46.609 GT.kapal ini menjadi
kunjungan kapal dengan bobot terbesar doi Pelabuhan Serui selama 5 tahun terakhir.
Kunjungan Kapal Dalam Negeri Kunjungan Kapal Luar Negeri
1,400
15 14
1,183 1,125 1,137
1,200
1,023
1,000
885 9 10 9
10 8 8
800

Unit
Unit

600
413
5
400
200
0 0
2010 2011 2012 2013 2014 Jun‐15 2010 2011 2012 2013 2014 Jun‐15
tahun Tahun

Gambar 4. 25 Grafik Kunjungan Kapal Dari Tahun 2010-Juni 2015

Gambar 4. 26 Berbagai Jenis Kapal Yang Berlabuh Di Pelabuhan Serui

4-16
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

4.2.2 Kondisi Gudang


Gudang saat ini jarang digunakan mengingat pengiriman barang banyak menggunakan
kontainer. Barang-barang seperti beras, bawang, perabot rumah tangga, mobil dan sebagainya
dikirim dengan menggunakan kontainer. Termasuk terdapat kontainer yang dilengkapi dengan
fasilitas pendingin guna pengiriman barang yang harus awet dalam suhu rendah seperti daging.

Gambar 4. 27 Kontainer Menjadi Pengganti Gudang, Membawa Berbagai Macam Barang


Saat ini gudang lebih banyak digunakan sebagai tempat penyimpanan material kosntruksi
yang berlebih dari proyek sebelumnya. Kondisi gudang saat peninjauan masih cukup layak. Akan
tetapi sebaiknya posisinya dirubah sehingga sirkulasi antara barang dan penumpang mempunyai
jalur terpisah dan membahayakan penumpang. Penempatan layout pelabuhan menjadi wewenang
dalam studi Rencana Induk Pelabuhan Serui.

Gambar 4. 28 Fasilitas Gudang di Pelabuhan Serui

4-17
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

4.2.3 Terminal Penumpang


Terminal penumpang mempunyai dimensi luasan 500 m2 (dengan dimensi 25 m x 20 m).
Kondisi Fasilitas terminal penumpang memprihatinkan. Kebersihan terminal penumpang tidak
terjaga. Kamar mandi sangat kotor dan tidak layak. Atap bocor dan plafon banyak yang rusak. Lantai
terminal penumpang tidak bersih. Penataan ruang tunggu juga tidak memperhatikan kenyamanan
penumpang. Fasilitas tempat sampah kurang, demikian juga instalasi air bersih dan drainase. Kipas
angin yang ada tidak berfungsi, menyebabkan udara panas terutama pada siang hari.
Mengingat banyaknya kunjungan kapal penumpang, maka banyak penumpang yang naik dan
turun. Terminal penumpang lebih banyak dimanfaatkan oleh penumpang yang akan berangkat dan
transit sekedar turun menunggu jam keberangkatan selanjutnya. Penumpang yang turun dan
berakhir di Serui biasanya langsung meninggalkan pelabuhan. Penumpang banyak juga yang
berasal dari luar kota Serui dan berasal dari pulau-pulau lain termasuk penumpang dari Kabupaten
Waropen. Sehingga pada saat penumpang turun, banyak speed boat yang menawarkan speed-nya
untuk disewa.

Gambar 4. 29 Kondisi Fasilitas Terminal Penumpang Pelabuhan Serui (tampak luar, pintu
masuk, kamar mandi dan ruang tunggu penumpang)

4-18
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Gambar 4. 30 Kondisi Saat Kapal Ngapulu Menurunkan Penumpang Di Pelabuhan Serui

Pada grafik berikut menggambarkan jumlah penumpang naik dan turun sejak Januari 2010
sampai dengan Juni 2015. Nampak dari grafik tersebut, penumpang naik dan turun paling banyak
pada tahun 2010. Tidak diketahui secara pasti mengapa angka penumpang baik yang naik di
Pelabuhan Serui cenderung turun jumlahnya dibandingkan tahun 2010 (yakni rata-rata berkisar
empat puluh ribuan). Sedangkan penumpang yang turun di Pelabuhan Serui cenderung naik
dibandingkan tahun 2010 (yakni rata-rata tujuh puluh ribuan).

4.2.4 Container Yard


Saat kunjungan dilakukan terdapat dua lokasi lapangan penumpukan kontainer (container
yard). Container yard yang baru belum dioperasikan mengingat belum adanya berita acara serah
terima untuk dapat di operasikan. Sedangkan container yard yang kedua telah lama dioperasikan di
lahan reklamasi yang belum diberi lapisan permukaan.
Penumpang Naik Penumpang Turun
70,000 80,000 70,200
62,5… 73,505
60,000 70,000
59,036 62,697
43,9… 47,1… 60,000
50,000 53,581
39,726 41,8… 34,2… 50,000
Orang

40,000
Orang

40,000 32,930
30,000
30,000
20,000
20,000
10,000
10,000
0 0
2010 2011 2012 2013 2014 Jun‐15 2010 2011 2012 2013 2014 Jun‐15
Tahun Tahun

Gambar 4. 31 Grafik Penumpang Naik Dan Turun Di Pelabuhan Serui Dalam 5 Tahun Terakhir

4-19
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Gambar 4. 32 Fasilitas Container Yard Lama Di Pelabuhan Serui Dengan Struktur Lapangan
Penumpukkan Yang Belum Dibeton

Gambar 4. 33 Fasilitas Container Yard Lama Di Pelabuhan Serui Dengan Lapisan Penumpukkan
Yang Sudah Dibeton, Akan Tetapi Sampai Laporan Ini Dibuat Belum Digunakan

Bongkar Container 20" (unit)


4,000
3,500
3,000
2,500
Unit

2,000
1,500
1,000
500
0
2010 2011 2012 2013 2014 Jun‐15
bongkar 2,338 2,454 2,397 3,353 3,311 1,554
Muat 2,289 2,212 2,641 3,280 3,184 1,368

Gambar 4.34 Grafik Angka Bongkar-Muat Container 20” Dari Tahun 2010 S.D Juni 2015

4-20
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Gambar 4.35 Proses Bongkar Muat Container Dari/Ke Kapal Menggunakan Fasilitas Crane Yang
Ada Di Kapal
Untuk kapal yang tidak mempunyai alat crane, maka diperlukan bantuan alat crane dari kapal
lain atau mobile crane.

4.2.4.1 Ravetmen
Revetmen digunakan untuk menahan urugan tanah di lahan reklamasi. Dilihat dari
penampakan ffisik dari luar, revetment yang ada di buat dengan kemiringan 1:1 dari pasangan batu
kali/gunung.
Kendala yang ada saat ini adalah terjadi over topping (limpasan air laut) ke lapangan
kontainer akibat gelombang datang dari arah barat daya. Limpasan ini tentunya membahayakan
saat operasional di daerah container yard. Untuk itu diperlukan pemecah gelombang di depan
revetment dari container yard.

.
Gambar 4. 36 Ravetmen di Dermaga Serui

4-21
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

4.2.5 Lapisan Perkuatan Jalan


Jalan akses masuk ke Pelabuhan Serui perlu ditingkatkan dengan pembetonan seperti
container yard yang baru. Saat ini jalan akses berupa aspal biasa dimana saat musim penghujan
terjadi genangan di sana-sini. Peningkatan jalan termasuk lapangan penumpukan kontainner yang
lama yang terletak di sbelah timur area pelabuhan. Oleh PPK Serui menganjurkan lapangan ini
ditingkatkan dengan pembetonan.

Gambar 4.37 Gerbang Pintu Masuk Pelabuhan Serui Dan Jalan Aksesnya Perlu Ditingkatkan
Dengan Perkuatan Beton

4.3 SURVEY TOPOGRAFI DAN BATHIMETRI


4.3.1 Lingkup Kegiatan Survey Topografi dan Bathimetri

Untuk mendukung Pekerjaan DED Pengembangan / Rehabilitasi Pelabuhan Serui ini, maka
Wilayah survey Batimetrii seluas ± 40 Ha dan topografi seluas ± 20 Ha untuk mendapatkan
gambaran tentang konfigurasi dasar laut/sungai disekitar pelabuhan eksisting, profil/potongan
melintang pantai, laut/sungai dan areal darat, koordinat fasilitas pelabuhan eksisting, kedudukan
pasang surut.

4.3.2 Personil

Personil Survey Pengukuran Topografi :pada pekerjaan ini adalah:


‐ 1 orang Surveyor Topografi
‐ 3 orang assisten / Tenaga Bantu Lapangan
Personil Survey Bathimetri pada pekerjaan ini adalah:
‐ 1 orang Surveyor
‐ 1 orang assisten Surveyor

4-22
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

‐ 1 orang Motoris Speed Boat / Perahu

4.3.3 Peralatan

Peralatan yang dipergunakan untuk survey topografi pada pekerjaan ini adalah :
‐ 1 set Total Station Topcon Type GTS-235N
‐ 1 set Waterpas Sokkia Type B-40
‐ 1 set Garmin GPS map 76CSx
‐ 1 set Komputer/ Laptop
‐ 1 buah Tripod Aluminium
‐ Peralatan pendukung ( Payung, paku payung, data ukur dll.)
Peralatan Survey Bathimetri pada pekerjaan ini adalah:
‐ Digital Echosounder Type 585 GPSMAP
‐ Antena GPS
‐ Transducer sonar depth
‐ Garmin GPS map 76CSx
‐ Laptop
‐ 12 Volt Power Suplly
‐ Palem Pasut
‐ Speed Boat /Perahu

4.3.4 Metode Kerja

4.3.4.1 Metode Kerja Survey Topografi


Sebelum melakukan Pekerjaan Pengukuran, terlebih dahulu tim mencari atau menentukan
titik ikat yang ada di sekitar Kawasan Pelabuhan Serui yang mereferensikan posisi obyek pada
suatu sistem koordinat global.
Dari hasil Survey awal di temukan 2 buah Bench Mark ( BM ) dari Pekerjaan Survey Hidrografi
dan topografi tahun 2008 dari Direktorat Jenderal Perhubungan.
Tabel 4. 6 Koordinat BM Pelabuhan Serui
koordinat (m)
Patok
x y z
BM‐01 638502,845 9791353 2,621
BM‐02 638489,303 9791422 2,513
koordinat
Patok
lintang selatan bujur timur elevasi (m)
BM‐01 1° 53' 14.1'' 136° 14' 42,9'' 2,621
BM‐02 1° 53' 11.8'' 136° 14' 42,5'' 2,513

4-23
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Gambar 4. 38 BM 1 dan BM 2 Eksisting Yang Digunakan Sebagai Referensi dan Pengecatan


Kembali BM Eksisting
Pengukuran Posisi Koordinat detail/rinci akan menggunakan Total Station Topcon GTS 235N
dengan metode Polygon dan Tachymetri dan dikombinasikan dengan pengukuran Levelling dengan
metode Waterpass dengan alat ukur Waterpass Sokkia B-40 untuk elevasi bangunan.
Pengukuran detail/rinci disertai dengan gambar sket yang jelas sehingga secara keseluruhan
akan memberikan gambaran yang jelas lokasi yang bersangkutan.
Penentuan posisi (x, y, z) titik detail dilakukan pengukuran situasi dengan metoda pengukuran
Tachymetri. Adapun spesifikasi teknis pengukuran situasi detail adalah sebagai berikut:
1. Titik detail terikat terhadap patok BM yang sudah punya nilai koordinat ( dari hasil GPS) dan
Elevasi ( dari hasil pengamatn pasang surut air laut ).
2. Pengambilan data menyebar ke seluruh areal yang dipetakan dengan kerapatan disesuaikan
dengan kondisi lapangan.
3. Pengukuran titik-titik detail dilakukan dengan cara tachymetry dengan jarak antara masing-
masing titik-titik maksimum adalah 20 m untuk daerah datar dan 10 m untuk daerah
bergelombang.
4. Semua kenampakan yang ada baik alamiah maupun buatan manusia seperti bukit, lembah,
jalan, bangunan, dan lain-lain diambil sebagai titik detail dan kerapatan titik detail dibuat
sedemikian rupa sehingga bentuk topografi dan kelengkapannya dapat digambarkan sesuai
keadaan lapangan.

4-24
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

5. Alat ukur yang digunakan Total Station Topcon GTS 235N atau yang sejenis.
Pengukuran situasi lokasi sumbu rencana bangunan dimaksudkan untuk mendapatkan data
lapangan yang actual dengan kondisi saat pengukuran di lokasi, agar dapat disajikan dalam bentuk
peta situasi.

Gambar 4. 39 Sket Pengukuran Detail Situasi


Data ukur detail situasi hasil pengukuran lapangan dihitung dengan metoda Tachymetri. Alat
berdiri pada titik A yang telah diketahui (x, y, z) maka titik B dapat dihitung.

Gambar 4. 40 Sketsa Metode Penembakan Untuk Survei Topografi


Berdasarkan gambar, TB dapat diketahui tingginya dari titik TB yang telah diketahui
elevasinya.
TB = TA + Δh
1 
Δh =  100Ba  Bbsin 2m  Ta  Bt
2 

4-25
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Untuk menghitung jarak datar (Dd).


Dd = D0 cos2m
= 100(Ba-Bb)cos2m
Keterangan :
TA : tinggi titik A yang telah diketahui (x, y, z)
TB : tinggi titik B yang akan ditentukan
Δh : beda tinggi antara titik A dan titik B
Ba : bacaan diafragam benang atas
Bb : bacaan diafragam benang bawah
Bt : bacaan diafragam benang tengah
Ta : tinggi alat
Dd : jarak optis 100(Ba-Bb)
Az : azimuth

Gambar 4. 41 Survey Topografi

4-26
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

4.3.4.2 Metode Kerja Survey Bathimetri


Survey Bathimetri / Pemeruman sebagai salah satu cara untuk mengetahui Karakteristik
Hidrografi pada suatu perairan , menjadi persyaratan yang mutlak dalam perencanaan
kepelabuhanan. Dalam Pekerjaan Detail Engineering Design Pengembangan / Rehabilitasi
Pelabuhan ini selain di lakukan Survey Bathimetri di Lokasi Rencana Dermaga juga dilakukan
survey Bathimetri untuk memperoleh gambaran alur pelayaran Kapal yang memenuhi persyaratan.
Survey Bathimetri/ Pemeruman dilakukan dengan perum gema Akustik / SONAR (Sound
Navigation and Ranging).
Metode ini merupakan pendeteksian benda benda atau target di dalam laut/ danau dengan
mempertimbangkan proses perambatan suara, karakteristik suara, media dan kondisi target. Berupa
sinyal akustik yang diemisikan dan refleksi yang diterima dari target atau obyek di dalam air. Metode
ini sangat fleksibel untuk luasan yang kecil , maupun sedang.
Survey Bathimetri dalam pekerjaan ini juga memakai echosounder dimana metode ini
memiliki detail ketelitian yang baik dan dapat memperoleh cakupan daerah kerja yang cukup luas
serta terhubung dengan GPS ( Global Position System ) sebagai penentu posisi koordinat dengan
bantuan sinyal dari satelit. Metode kerja survei Bathimetri adalah sebagai berikut :
‐ Secara bersamaan selain kita mempersiapkan perahu beserta peralatan echosounder kita juga
melakukan pengamatan pasang surut. Bak Ukur pasang surut kita pasang di lokasi yang
memungkinkan kita dapat memantaunya selama pekerjaan berlangsung dengan terlebih dahulu
ketinggian bak ukur kita ukur elevasinya terhadap Bench Mark Referensi ( BM 2 HUBLA ).

Gambar 4. 42 Foto Bak Ukur Pengamatan Pasang Surut

‐ Pengamatan Pasang Surut dilakukan setiap 30 menit agar diperoleh nilai muka air yang sesuai
setiap menitnya saat data hasil sounder diolah.

4-27
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

‐ Peralatan yang harus diseting terlebih dahulu di badan perahu adalah Transducer dan antenna
GPS sesuai dengan gambar di bawah.

Gambar 4. 43 Sketsa Pemeruman

Gambar 4. 44 Antena GPS

‐ Penempatan Transducer dan Antena GPS diusahakan satu tiang / satu garis vertikal agar
diperoleh titik kedalaman yang mempunyai posisi yang sesuai koordinat GPS. Kedalaman
Transducer dari muka air antara 30 cm. Posisi tranducer harus dipasang datar dan selalu
dipantau agar tidak terjadi perubahan arah dan terbebas dari kotoran atau sampah yang
tersangkut selama pekerjaan.

4-28
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Gambar 4. 45 Sketsa Penempatan Transducer pada Kapal

‐ Seting pada echosounder kita perlukan pada bagian unit parameter, dimana kita memakai
system koordinat UTM (Universal Transverse Merchator ) zona M 53 dan WGS 84 (World
Geodetic System 1984 ) sebagai Datum Horisontal . Semua parameter memakai system Metrik
( meter ). Periode sonar di seting setiap 8 detik.
‐ Posisi perjalanan perahu kita arahkan agar diperoleh kerapatan antar garis track / raai ± 20 m
dengan bantuan Notebook dan Garmin GPS map 76CSx . Seluruh area rencana harus penuh
tertutup oleh jalur track , sehingga tidak terjadi loos point dalam space 20m X 10m
‐ Kecepatan perahu kita jaga agar konstan 4 knot agar diperoleh data poin setiap 4m sampai
dengan 8m , atau menyesuaikan dengan keadaan konturnya.
‐ Pengambilan / transfer data dari alat Echosounder ke Personal Computer / Laptop langsung
kita lakukan setiap hari sampai pekerjaan lapangan selesai, dan kita olah untuk sementara agar
diperoleh gambaran kerja pada hari berikutnya.
‐ Pengolahan data dengan memakai software Notepad, Excel, AutoCad Land Development

4-29
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Gambar 4. 46 Gambar Jalur Track Sounding

‐ Secara umum elevasi dasar laut diperoleh dari persamaan


Ed = Ep – Tr – D
Dimana:
Ed = Elevasi Dasar Sungai ( meter )
Ep = Elevasi Pasang Surut ( meter )
Tr = kedalaman Transducer dari Muka Air Laut (meter)
D = Kedalaman Laut dari hasil Sounding ( meter )

‐ Dari hasil pengulahan data data lapangan tersebut diatas akan di peroleh point dengan
koordinat dan elevasi ( X , Y, Z ) yang kemudian ditransfer menjadi spothigh / spotdepth dalam
Drawing AutoCad.

4-30
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Gambar 4. 47 Sampel Hasil Pengolahan Data Sounding

4.3.5 Penggambaran

Dalam penggambaran data data dari hasil survey topografi dan bathymetri yang menjadi
acuan adalah system koordinat dan datum elevasi yang dipergunakan saat kita mengolah data data
tersebut.
Pada penggambaran pekerjaan ini digunakan sistem Proyeksi Transverse Merchator ,dengan
sistem Grid UTM ( Universal Transverse Merchator ) dan Grid Geografi berada dalam Zona 53 M (
Selatan garis Equator ). Datum elevasi diperoleh dari penghitungan pasang surut di perairan
pelabuhan serui dimana titik 0 (nol) ditentukan dari elevasi muka air terendah ( LWL / Low Water
Level ).

4-31
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Penggambaran dengan memakai software Autocad Drawing dengan bantuan aplikasi


Autocad Land Development.

4.4 SURVEY HYDROOSEANOGRAFI


4.4.1 Pasang Surut
Data pasang surut diperlukan untuk menentukan elevasi muka air rencana, kedalaman
pelabuhan, dan dimensi bangunan – bangunan pelabuhan. Data pasang surut didapat dari
pengukuran selama 15 hari berturut – turut dengan interval 1 jam.

Gambar 4. 48 Lokasi Pengamatan Pasang Surut ( O ), Sedimen (  ) Dan Arus ( )

Gambar 4. 49 Pengamatan Survey Pasang Surut

4-32
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Tabel 4. 7 Hasil Pengamatan Pasang Surut Di Lokasi Dermaga Serui Selama 15 Hari
Tanggal 1:00 2:00 3:00 4:00 5:00 6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00 19:00 20:00 21:00 22:00 23:00 0:00
11/10/2015 85 115 160 205 220 235 237 205 190 160 145 145 160 190 220 250 270 265 225 205 157 100 70 61
12/10/2015 55 85 130 175 205 235 250 235 205 190 160 147 145 167 190 235 272 265 265 235 190 130 85 55
13/10/2015 40 55 88 130 190 228 250 242 235 205 175 145 140 142 175 205 235 265 280 277 220 175 115 70
14/10/2015 35 40 55 100 145 205 235 252 250 235 205 175 145 144 136 175 220 250 265 267 250 205 160 100
15/10/2015 55 40 33 70 115 160 220 250 265 172 235 190 160 145 156 160 190 220 243 265 275 235 190 145
16/10/2015 85 55 40 55 85 130 175 220 250 265 250 220 190 160 145 156 160 190 220 250 265 250 220 175
17/10/2015 130 85 55 61 70 100 145 175 235 250 265 250 220 190 160 145 156 160 190 220 235 250 235 220
18/10/2015 175 130 85 70 82 85 85 160 205 235 250 252 235 205 175 145 130 145 160 175 205 235 233 231
19/10/2015 205 175 130 100 85 77 100 130 175 205 235 250 260 235 205 175 145 122 130 145 175 190 220 220
20/10/2015 220 205 175 145 115 100 77 115 145 175 220 235 250 250 220 205 160 145 130 127 118 160 190 205
21/10/2015 220 212 205 175 145 130 112 115 130 160 190 220 250 252 250 220 190 160 130 115 104 97 145 175
22/10/2015 190 205 220 205 190 160 145 130 127 145 160 190 220 250 252 250 220 190 145 115 100 101 115 130
23/10/2015 160 190 205 220 213 205 175 160 145 135 145 175 205 235 250 252 235 220 175 145 100 85 83 100
24/10/2015 130 160 190 220 235 220 205 190 160 145 152 160 175 205 235 250 241 235 205 160 115 85 70 63
25/10/2015 85 130 160 205 220 235 175 220 190 160 145 145 160 190 220 250 261 250 235 190 145 100 70 55

4-33
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Gambar 4. 50 Kurva Perbandingan Elevasi Pengamatan dan Prediksi Pasang Surut Di Lokasi Dermaga Serui

4-34
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Tabel 4. 8 Pengolahan Data Pasang Surut Dengan Menggunakan Metode Admiralty


X1 Y1 X2 Y2 X4 Y4
+ ‐ + ‐ + ‐ + ‐ + ‐ + ‐

2437 1838 2173 2102 1611 2664 2375 1900 1413 1442 2149 2126
2461 1845 2234 2072 1539 2767 2159 2147 1417 1445 2152 2154
2414 1868 2299 1983 1525 2757 1893 2389 1418 1433 2144 2138
2422 1827 2317 1932 1635 2614 1650 2599 1410 1406 2074 2175
2363 1826 2384 1805 1756 2433 1504 2685 1393 1366 2107 2082
2381 1830 2381 1830 2055 2156 1451 2760 1385 1426 2055 2156
2351 1851 2381 1821 2310 1892 1532 2670 1415 1391 2040 2162
2222 1866 2274 1814 2441 1647 1662 2426 1368 1355 1995 2093
2237 1852 2222 1867 2530 1559 1914 2175 1364 1355 2065 2024
2197 1890 2160 1927 2505 1582 2190 1897 1362 1343 2032 2055
2249 1853 2088 2014 2376 1726 2409 1693 1397 1341 2095 2007
2279 1876 2088 2067 2178 1977 2552 1603 1370 1400 2099 2056
2332 1881 2085 2128 1968 2245 2590 1623 1415 1392 2145 2068
2353 1853 2039 2167 1770 2436 2496 1710 1393 1400 2130 2076
2366 1830 2126 2070 1620 2576 2366 1830 1340 1430 2100 2096

INDEK TANDA X Y X Y
TAMBAHAN JUMLAH
00 + 62850.0 62850.0
10 + 37278.0 33652.0 7278.0 3652.0
‐ 30000.0 30000.0
12 + 17032.0 16812.0 ‐1214.0 1972.0
‐ 20246.0 16840.0
(29) (15) (‐) (+) 2000.0 2000.0
1b + 15345.0 14553.0 903.0 2041.0
‐ 14442.0 12512.0
13 + 12099.0 12159.0 ‐3080.0 666.0
‐ 25179.0 21493.0
(29) (15) (‐) (+) 10000.0 10000.0
1c + 17670.0 15960.0 418.0 728.0
‐ 17252.0 15232.0
20 + 26788.0 28636.0 ‐3212.0 ‐1364.0
‐ 30000.0 30000.0
22 + 16978.0 10356.0 9168.0 ‐5924.0
‐ 9810.0 18280.0
(29) (15) (‐) (+) 2000.0 2000.0
2b + 8201.0 6939.0 ‐5601.0 ‐8511.0
‐ 13802.0 15450.0
23 + 13005.0 6821.0 9222.0 ‐4994.0
‐ 13783.0 21815.0
(29) (15) (‐) (+) 10000.0 10000.0
2c + 10762.0 11712.0 ‐2470.0 ‐3976.0
‐ 13232.0 15688.0
42 + 3607.0 3310.0 279.0 ‐294.0
‐ 3828.0 4104.0
(29) (15) (‐) (+) 500.0 500.0
4b + 2971.0 2705.0 ‐99.0 ‐575.0
‐ 3070.0 3280.0
44 + 3392.0 3400.0 ‐151.0 ‐114.0
‐ 4043.0 4014.0
(29) (15) (‐) (+) 500.0 500.0
4d + 2996.0 2976.0 ‐49.0 ‐33.0
‐ 3045.0 3009.0
IV

4-35
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

So M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4
VII V : PR cos r 62,780.51 9492.65 ‐2321.49 1504.76 6819.59 ‐2048.11 ‐75.43 132.45
VI : PR sin r 0.00 ‐6423.86 ‐1606.97 ‐702.42 3610.74 2475.45 ‐110.20 171.79
PR 62780.51 11461.95 2823.41 1660.63 7716.49 3212.88 133.54 216.92
Daftar 3a (3b) : P 360 175 214 166 217 177 273 280
" 5 :f 0.970 1.000 0.970 1.096 1.156 0.941 0.970
VII : 1+ W 1.00 1.26 0.82 0.75 1.00 1.00 1.26
Daftar 6 : V' 155.10 180.30 10.00 145.10
" 7 : V'' 170.90 223.10 240.50 290.40
" 8 : V''' 164.90 60.40 7.90 157.10
V' + V'' + V''' = V 490.90 463.80 258.40 592.60 981.80 490.90
Daftar 9 :u ‐1.19 0.00 ‐1.19 ‐4.29 5.01 ‐2.37 ‐1.19
VIII :w 0.00 ‐5.39 ‐0.10 ‐11.08 0.00 0.00 ‐5.39
Daftar 3a (3b) : p 333.00 345.00 327.00 173.00 160.00 307.00 318.00
Daftar 4 :r 0.00 325.91 214.69 334.98 27.90 129.60 235.61 52.37
Jumlah :g 1148.63 554.30 1124.49 443.94 887.21 1522.04 854.69
n x 360 1080.00 360.00 1080.00 360.00 720.00 1440.00 720.00
PR : [(P x f x (1 + W)] = 174.390 67.51 10.47 12.61 43.37 15.70 0.52 0.63
g 68.63 194.30 44.49 83.94 167.21 82.04 134.69

TABEL V So M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4
X00 62850.00 1 62,850.00 ‐‐ ‐‐ ‐‐ ‐‐ ‐‐ ‐‐ ‐‐
X10 7278 0.01 72.78 ‐0.01 ‐72.7800 0.01 72.78 0.03 218.34 1 7278 ‐0.07 ‐509.46 0.01 72.78 ‐‐
X12 ‐ Y1b ‐3255.00 ‐0.02 65.10 0.09 ‐292.95 ‐0.01 32.55 ‐0.09 292.95 ‐0.09 292.95 1 ‐3255 ‐0.02 65.10 0.02 ‐65.1
X13 ‐ Y1c ‐3808.00 0.04 ‐152.32 ‐0.07 266.56 0.01 ‐38.08 0.13 ‐495.04 0.20 ‐761.6 ‐0.59 2246.72 0.03 ‐114.24 ‐‐
X20 ‐3212 ‐0.01 32.12 ‐0.15 481.8 1 ‐3212 0.29 ‐931.48 0.01 ‐32.12 ‐‐ ‐0.02 64.24 ‐‐
X22 ‐ Y2b 17679.00 0.01 176.79 1 17679 ‐0.14 ‐2475.06 ‐0.61 ‐10784.19 ‐0.02 ‐353.58 ‐0.03 ‐530.37 0.03 530.37 ‐0.03 ‐530.37
X23 ‐ Y2c 13198.00 ‐0.02 ‐263.96 ‐0.65 ‐8578.7 0.25 3299.5 1 13198 0.03 395.94 ‐‐ ‐0.05 ‐659.90 ‐0.01 ‐131.98
X42 ‐ Y4b 854.00 ‐‐ 0.01 8.54 ‐‐ 0.01 8.54 ‐‐ ‐‐ 0.10 85.40 1 854
X44 ‐ Y4d ‐118.00 ‐‐ ‐0.01 1.18 0.01 ‐1.18 0.02 ‐2.36 ‐‐ ‐‐ 1.01 ‐119.18 ‐0.05 5.9
Y10 3652 ‐‐ ‐‐ ‐0.01 ‐36.52 0.02 73.04 1.01 3688.52 ‐0.08 ‐292.16 0.01 36.52 0.01 36.52
Y12 + X1b 2875.00 ‐‐ 0.05 143.75 0.01 28.75 ‐0.05 ‐143.75 ‐0.12 ‐345 1.05 3018.75 ‐0.03 ‐86.25 0.01 28.75
Y13 + X1c 1084.00 ‐‐ ‐0.02 ‐21.68 ‐0.02 ‐21.68 0.09 97.56 0.24 260.16 ‐0.65 ‐704.6 0.04 43.36 0.02 21.68
Y20 ‐1364 ‐‐ ‐0.16 218.24 1 ‐1364 0.30 ‐409.2 ‐0.01 13.64 0.02 ‐27.28 ‐0.03 40.92 ‐0.01 13.64
Y22 + X2b ‐11525.00 ‐‐ 1.04 ‐11986 ‐0.15 1728.75 ‐0.64 7376 0.02 ‐230.5 ‐0.10 1152.5 0.04 ‐461.00 ‐0.02 230.5
Y23 + X2c ‐7464.00 ‐‐ ‐0.70 5224.8 0.26 ‐1940.64 1.03 ‐7687.92 ‐0.03 223.92 0.09 ‐671.76 ‐0.07 522.48 ‐0.03 223.92
Y42 + X4b ‐393.00 ‐‐ 0.02 ‐7.86 ‐‐ ‐‐ ‐‐ ‐‐ 0.11 ‐43.23 1 ‐393
Y44 + X4d ‐163.00 ‐‐ ‐0.03 4.89 0.01 ‐1.63 0.05 ‐8.15 ‐‐ ‐‐ 1 ‐163.00 ‐0.06 9.78
P 360 175 214 166 217 177 273 280
p ‐‐ 333 345 327 173 160 307 318
sda (15 p) So M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4

HASIL KOMPONEN
S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2 P1
A cm 174.39 67.51 10.47 12.61 43.37 15.70 0.52 0.63 2.83 14.31
g* 68.63 194.30 44.49 83.94 167.21 82.04 134.69 194.30 83.94
Z0 77.42678698
MSL 174
F (Formhzal) K1+O1/M2+S2 0.75755
HHWL MSL+(M2+S2+K1+01+P1+K2) 328.57828 Pasang Surut Campuran Condong Harian Gnda
LLWL MSL‐(M2+S2+K1+01+P1+K2) 20.20233

Dimana :
A : Besaran amplitudo kurva pasang surut
G : Sudut fasa
S0 : Harga mean sea level muka air
M2 : Konstanta yang dipengaruhi oleh bulan
S2 : Konstanta yang dipengaruhi oleh matahari
N2 : Konstanta yang dipengaruhi oleh jarak akibat bulan yang berbentuk elips
K2 : Konstanta yang dipengaruhi oleh jarak akibat lintasan matahari yang berbentuk
elips
O1 : Konstanta yang dipengaruhi oleh deklinasi bulan
P1 : Konstant yang dipengaruhi oleh deklinasi matahari

4-36
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

K1 : Konstanta yang dipengaruhi oleh deklinasi bulan dengan deklinasi matahari


M4 : Konstanta yang dipengaruhi oleh bulan sebanyak 2 kali
MS4 : Konstanta yang dipengaruhi oleh Interaksi antara M2 dan S2

Refrensi :
MSL = A S0 = 174

Z0 = S0 – AM2+ AS2 + AK2 + AO2


= 77,42
ATT = S0- AM2 – AS2 – AK1 – AO3
= 174 – 67.51 – 10.47 – 43.37 – 15.70
= 36.95
Tipe pasang surut :
F = K1+O1/M2+S2
= 0,75755
Berdasarkan nilai formzhal, maka kriteria pasang surut adalah pasang surut tipe campuran
condong harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal) dengan amplitudo dominan dari komponen
K1 dan O2.
Tunggang air pasang surut
Untuk pasang surut tipe campuran condong harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal)
diperoleh :
HWL = MSL+(M2+S2+K1+01+P1+K2)
= 260 cm
MSL = 174 cm
LWL = MSL-(M2+S2+K1+01+P1+K2)
= 60 cm
Jika mengacu pada LWL sebagai elevasi 0,0 centimeter, maka parameter pasang surut di
bawah ini :
HWL = 200 cm
MSL = 114 cm
LWL = 0 cm

4-37
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

4.4.2 Survey Kecepatan Arus


Kecepatan arus dipengaruhi oleh dua hal yakni pasang surut dan arus diakibatkan oleh
gelombang pecah. Saat pengukuran arus, arus yang diamati adalah arus yang diakibatkan oleh
pasang surut karena gelombang pada saat itu dalam kondisi tenang.

Gambar 4. 51 Kegiatan Pengukuran Arus


Sesuai dengan TOR pengukuran arus yang telah dilakukan waktu pengamatan saat spring
(purnama) dan saat neap (perbani) serta lama waktu pengamatan selama 24 jam dengan
pencatatan setiap 60 menit dengan lokasi sebagai berikut:
a. X = 638586,805 Y = 9791335,592
Hasil pengukuran arus disekitar Lokasi rencana Dermaga dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 9 Karakteristik Arus Kondisi Spring (Purnama)

Kecepatan Rata- rata Kecepatan


Kedalaman Arah Arus (deg)
(m/det) Maksimum (m/det)
69o – 250o (Timur, Timur
0,2d 0,91 m/det 1,69 m/det
laut – Barat, Barat daya)
69o – 250o (Timur, Timur
0,6d 0,21 m/det 1,1 m/det
laut – Barat, Barat daya)
69o – 250o (Timur, Timur
0,8d 0,14 m/det 0,5 m/det
laut – Barat, Barat daya)

Gambar 4.52 menunjukan scatter pergerakan arus laut di daerah sekitar rencana dermaga
Serui dan pada Gambar 4.53 merupakan current rose yang merupakan pola arah vektor arus Serui
yang diambil pada kondisi purnama (spring). Kedua tampilan menujukan pola vektro arah arus,
vektor arus yang dideskripsikan pada Gambar 4.52 menunjukan arah arus bergerak dengan pola
gerak Timur, timur laut – barat, barat daya (69o – 250o) dengan kecepatan tertinggi hingga 1, 69
m/det dan kecepattan rata – rata 0, 21 m/det. Gambar 4.53 merupakan gambar mawar arus yang
menunjukan arah pergerakan arus dengan distribusi masing – masing kecepatan arus yang muncul,
kecepatan arus yang optimal muncul pada saat spring surut menuju pasang dengan pergerakan
arus menuju timur, timur laut distribusi kecepatan terbesar berada pada kategori 1 m/det sampai
dengan >1,2 m/det, kecepatan arus pada saat kondisi elevasi berikutnya pada kondisi spring barat,
barat daya dengan kecepatan maksimal 0,8 m/det sampai dengan 1 m/det.

4-38
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Gambar 4. 52 Scatter Arus Menunjukan Vektor Sebaran Pergerakan Arus Saat Spring (Purnama)

Gambar 4. 53 Current Rose Menunjukan Distribusi Kecepatan Arus Terhadap Arah


Pergerakan Arus Saat Spring (Purnama)

Tabel 4. 10 Karakteristik Arus Kondisi Neap (Perbani)

Kecepatan Rata- rata Kecepatan


Kedalaman Arah Arus (deg)
(m/det) Maksimum (m/det)
69o – 250o (Timur, Timur
0,2d 0,86 m/det 1,57 m/det
laut – Barat, Barat daya)
69o – 250o (Timur, Timur
0,6d 0,11 m/det 1,2 m/det
laut – Barat, Barat daya)
69o – 250o (Timur, Timur
0,8d 0,07 m/det 0,4 m/det
laut – Barat, Barat daya)

4-39
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Gambar 4.54 menunjukan scatter pergerakan arus laut didaerah sekitar rencana dermaga
Serui dan pada Gambar 4.55 merupakan current rose yang merupakan pola arah vektor arus Serui
yang diambil pada kondisi perbani (neap). Kedua tampilan menujukan pola vektor arah arus, vektor
arus yang dideskripsikan pada Gambar 4.54 menunjukan arah arus bergerak dengan pola gerak
Timur, timur laut – barat, barat daya (69o – 250o) dengan kecepatan tertinggi hingga 1,57 m/det dan
kecepattan rata – rata 0,11 m/det. Gambar 4.55 merupakan gambar mawar arus yang menunjukan
arah pergerakan arus dengan distribusi masing – masing kecepatan arus yang muncul, kecepatan
arus yang optimal muncul pada saat neap surut menuju pasang dengan pergerakan arus menuju
timur, timur laut distribusi kecepatan terbesar berada pada kategori 1 m/det sampai dengan >1,2
m/det, kecepatan arus pada saat kondisi elevasi berikutnya pada kondisi neap barat, barat daya
dengan kecepatan maksimal 0,6 m/det sampai dengan 0,8 m/det.

Gambar 4. 54 Scatter Arus Menunjukan Vektor Sebaran Pergerakan Arus Saat Neap (Perbani)

Gambar 4. 55 Current Rose Menunjukan Distribusi Kecepatan Arus Terhadap Arah


Pergerakan Arus Saat Neap (Perbani)

4-40
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

4.4.3 Survey Air Laut dan Sedimentasi


Survey air laut ditujukan untuk mengetahui berat jenis, pH dan kadar garam yang ada di air
laut sekitar dermaga Serui. Pada saat pelaksanaan Survei adalah bulan Agustus 2015, sehingga
kualitas air laut tidak dipengaruhi oleh air sungai dikarenakan musim kemarau. Dilihat secara
pandang mata, kualitas air laut di sekitar dermaga Serui sangat jernih, sehingga kenapa suspended
sedimen boleh dikatakan nol.

Gambar 4. 56 Perairan Yang Jauh Dari Lokasi Pemukiman Airnya Jernih

Gambar 4. 57 Pengambilan Sampel Air Dan Sedimen

Pengambilan sedimentasi dan air laut di sekitar muara Sungai Cina tua. Untuk pengambilan
sedimentasi sekitar dermaga sulit dilakukan karena keterbatasn peralatan untuk pengambilan di laut
dalam. Untuk di muara Sungai Cina tua, terdapat pengaruh sedimentasi dari hulu sungai saat musim

4-41
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

hujan. Hujan mengikis permukaan laahan kemudian membawa material erosi tersebut ke muara
sungai. Dilihat dari kontur di sekitar perairan Serui, pendangkalan terasa di daerah laut dangkal.
Untuk laut dalam ( diatas 8 meter), pendangkalan tidak terasa.

Gambar 4. 58 Grafik Gradasi Bed Load (Sedimen Di Dasar Laut) Di Sekitar Muara Sungai Cina Tua

Tabel di bawah ini adalah hasil pengujian sampel air laut perairan Serui disekitar dermaga
dan di sekitar muara Sungai Cina Tua.

4-42
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

KEMENTERIAN RISTEK dan PENDIDIKAN TINGGI


LABORATORIUM PENGALIRAN
FAKULTAS TEKNIK – JURUSAN SIPIL
UNIVERSITAS DIPONEGORO
JL. Prof. H. Soedarto, SH. Tembalang Semarang

Analisa Berat Jenis Air Laut


Lokasi Disekitar Dermaga
Pelabuhan Serui & Sungai Cina Tua
.
Lokasi : Dermaga Pelabuhan Serui
Berat Botol
Kedalaman Berat Botol Vol Air Berat Jenis
NO + Air PH
(m) (gr) Laut (ml) Kg/m3
(gr)
1. 0.2 h 210.1 250 461.7 1.0064 6,5

3. 0.6 h 210.1 250 461.7 1.0064 6,4

3. 0.8 h 210.1 250 462.8 1.0108 6,3

Lokasi : Muara Sungai Cina Tua


Berat Botol
Kedalaman Berat Botol Vol Air Berat Jenis
NO + Air PH
(m) (gr) Laut (ml) Kg/m3
(gr)
1. 0.2 h 210.1 250 462.1 1.008 6,7

2. 0.6 h 210.1 250 463.1 1.012 6,7

3. 0.8 h 210.1 250 463.5 1.0136 6,8

Semarang, 25 Agustus 2015


Lab. Pengaliran

Dr. Ir. Sri Sangkawati, MS

4-43
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

KEMENTERIAN RISTEK dan PENDIDIKAN TINGGI


LABORATORIUM PENGALIRAN
FAKULTAS TEKNIK – JURUSAN SIPIL
UNIVERSITAS DIPONEGORO
JL. Prof. H. Soedarto, SH. Tembalang Semarang

Analisa Konsentrasi Air Laut


Lokasi Di Sekitar Dermaga
Pelabuhan Serui, Kabupaten Yapen , Propinsi Papua

Di Sekitar Dermaga

Berat
Volume Berat Berat Gelas + Berat
Kedala Gelas Kosentra
No Air Laut Gelas + Air Garam Garam
man Air Kosong si (gr/ml)
(ml) Air (gr) (gr) (gr) (gr)
(gr)
1 0.2 H 191.7 100 291.7 100 195.3 3.6 0.036
2 0.6 H 261.3 100 360.8 99.5 266.7 5.4 0.054
3 0.8 H 215.4 100 315.7 100.3 220 4.6 0.046

Di Sekitar Muara Sungai Cina Tua

Berat
Volume Berat Berat Gelas + Berat
Kedala Gelas Kosentra
No Air Laut Gelaas + Air Garam Garam
man Air Kosong si (gr/ml)
(ml) Air (gr) (gr) (gr) (gr)
(gr)
1 0.2 H 215.4 100 315.1 99.7 220.9 5.5 0.055
2 0.6 H 261.3 100 361.5 100.2 266.6 5.3 0.053
3 0.8 H 192.2 100 291.9 99.7 195.8 3.6 0.036

Semarang, 25 Agustus 2015


Lab. Pengaliran

Dr. Ir. Sri Sangkawati, MS

4-44
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Dari tabel hasil pengujian di atas dapat disimpulkan :


 Untuk pH di sekitar dermaga, semakin ke dalam akan semakin asam kualitas air
lautnya, sedangkan di sekitar muara Cina Tua terdapat pengaruh air tawar dar sungai
sehingga mendekati normal.
 Untuk berat jenis, semakin dalam akan semakin besar, sedangkan untuk muara
Sungai Cina Tua, karena ada pengaruh sedimen maka semakin berat.
 Sedangkan kosentrasi sedimendan garam di muara sungai cina tua, di permukaan
besar dibandingkan di bawah karena pengarug aliran walau saat itu aliran kecil.

Gambar 4. 59 Gambar Pengujian Sampel Air Di Laboratorium


Karat merupakan salah satu masalah yang merugikan yang perlu mendapat perhatian khusus
akibat efek yang dapat ditimbulkannya. Namun proses terjadinya karat (korosi) merupakan proses
alamiah maka prosesnya tak dapat dicegah, yang dapat kita lakukan adalah dengan mengendalikan
dan mengurangi laju korosi sehingga produk tersebut efisien sesuai yang direncanakan.
Air laut adalah air murni yang di dalamnya terlarut berbagai zat padat dan gas. Suatu contoh
air laut sebesar 1000 g berisi kurang lebih 35 g senyawa-senyawa terlarut yang secara kolektif
disebut garam. Dengan kata lain, 96,5% air laut berupa air murni dan 3,5% zat terlarut.
Banyaknya zat yang terlarut disebut salinitas. Zat-zat terlarut meliputi garam-garam
anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal dari organisme hidup, dan gas-gas terlarut.
Fraksi terbesar dari bahan terlarut terdiri dari garam-garam anorganik yang berwujud ion-ion. Enam
ion anorganik membentuk 99,28% berat dari bahan anorganik padat. Air laut adalah suatu zat
pelarut yang bersifat sangat berdaya guna, yang mampu melarutkan zat-zat lain dalam jumlah yang
lebih besar dari pada zat cair lainnya.
Proses korosi dalam air laut berlangsung karena adanya unsur-unsur kimia, oksigen yang
larut dan pengaruh bakteri. Korosi logam pada air laut mengikuti mekanisme pada elektrokimia
dimana pada logam yang mengalami korosi terdapat tempat-tempat berupa anoda dan katoda. Plat
baja karbon dalam air laut mengalami laju korosi antara 0,1 sampai 0,15 mm pertahun, namun jika
serangannya berupa sumuran, penetrasi yang terjadi jauh lebih dalam.

4-45
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Laju atau tingkat karat suatu logam yang terkorosi umumnya ditentukan konduktivitas elektrolit
yang terlarut. Lingkungan tersebut merupakan media likuid. Pada lingkungan laut dengan kadar
garam hingga 3,5% atau lingkungan dengan mempunyai kadar ion klorida yang cukup tinggi, baja
karbon rendah mengalami kegagalan material akibat korosi yang menyeluruh ke seluruh permukaan
logam tergantung dari konsentrasi elektrolit di lingkungan. Aplikasi baja karbon rendah di lingkungan
dengan kadar ion klorida lebih dari 3% banyak di pakai pada bangunan kapal dan peralatan maritim.
Salah satu usaha pencegahan korosi air laut adalah dengan pengorbanan anode (Sacrificial
Protection). Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada
besi. Jika logam magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi
pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium
harus diganti.

4.5 SURVEY MEKANIKA TANAH


Sehubungan dengan Pekerjaan Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui
Provinsi Papua perlu dibutuhkan suatu studi di wilayah tersebut karena mempunyai kondisi geologi
yang sangat spesifik maka pada tahap perencanaan dibutuhkan pengujian geologi teknik dengan
cara melakukan penge boran inti (Rotary Core Drilling).
Pekerjaan yang berupa pengeboran (Rotary Core Drilling), pada hakekatnya untuk
mendapatkan nilai dari standart penetration test (SPT) selanjutnya dijadikan sebagai dasar didalam
mengambil keputusan untuk menentukan jenis pondasi yang sesuai dengan kondisi karakteristik dari
lapisan tanah di kawasan lokasi pekerjaan, untuk mengetahui sifat-sifat keteknikan dari lapisan
tanah dengan tepat dibutuhkan sejumlah pengujian antara lain :

Gambar 4. 60 Dokumentasi di Lokasi 1

4-46
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Gambar 4. 61 Dokumentasi di Lokasi 2

o Pengeboran (Rotary Core Drilling) Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui
Provinsi Papua :
a. Titik 1 ( satu ) kedalaman 50,00 meter
b. Titik 2 ( Dua ) kedalaman 10,00 meter
Pengeboran ini berguna untuk mengetahui susunan lapisan tanah dari mulai permukaan
hingga pada kedalaman yang mampu sebagai dasar tumpuan pondasi.
o Standart Penetration Test (SPT), Interval 2.00 meter, berguna sebagai dasar perhitungan
daya dukung tanah.
o Pemeriksaan contoh tanah terganggu (disturbed sample) yang representative dari lapisan
tanah.
o Pemeriksaan laboratorium contoh tanah tidak terganggu / tanah asli (undisturbed sample) ,
bertujuan untuk mengetahui secara pasti sifat dari karakteristik dari jenis tanah tersebut.

4.5.1 Penilaian Aspek Geologi Teknik


Pengeboran Inti Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua :
Pengeboran titik 1 (satu) dan titik 2 (Dua) jarak dari Dermaga ke permukaan tanah – 12.00 meter ,
adapun urutan susunan material pada titik dimana dilakukannya pengeboran mulai dari permukaan
tanah hingga kedalaman yang ditentukan adalah sebagai berikut :

TITIK. 1 (SATU)
Kedalaman (0,00 – 3.00) meter
Tersusun oleh material Lempung pasiran lembek warna kehitaman, pengujian standart
penetrasi test (SPT) pada kedalaman 2.00 meter hasilnya adalah N 0 kali (N2+N3) dengan
perincian N1, N2, N3 adalah sebagai berikut

4-47
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

- N1 =1
- N2 =
- N3 =

Kedalaman ( 3.00 – 13.00 ) meter


Tersusun oleh material lempung pasiran halus lembek warna coklat tua, pengujian standart
penetrasi test (SPT) pada kedalaman 4.00 meter hasilnya adalah N 0 kali (N2+N3) dengan
perincian N1, N2, N3 adalah sebagai berikut
- N1 =1
- N2 =
- N3 =
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 6.00 meter hasilnya adalah N 1 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 =1
- N2 =1
- N3 =
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 8.00 meter hasilnya adalah N 2 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 =1
- N2 =2
- N3 =
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 10.00 meter hasilnya adalah N 3 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 =1
- N2 =1
- N3 =2
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 12.00 meter hasilnya adalah N 6 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 =2
- N2 =3
- N3 =3

Kedalaman ( 13.00 – 25.00) meter


Tersusun oleh material pasir sedang lempungan warna Kehitaman, pengujian standart
penetrasi test (SPT) pada kedalaman 14.00 meter hasilnya adalah N 7 kali (N2+N3) dengan
perincian N1, N2, N3 adalah sebagai berikut
- N1 = 2
- N2 = 3
- N3 = 4

4-48
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 16.00 meter hasilnya adalah N 10 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 =4
- N2 =4
- N3 =6
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 18.00 meter hasilnya adalah N 12 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 =5
- N2 =5
- N3 =7
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 20.00 meter hasilnya adalah N 15 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 =4
- N2 =7
- N3 =8
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 22.00 meter hasilnya adalah N 20 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 =7
- N2 =8
- N3 = 12
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 24.00 meter hasilnya adalah N 25 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 =9
- N2 = 12
- N3 = 13

Kedalaman ( 25.00 – 31.00) meter


Tersusun oleh material Lempung pasiran halus agak lembek warna coklat tua, pengujian
standart penetrasi test (SPT) pada kedalaman 26.00 meter hasilnya adalah N 32 kali (N2+N3)
dengan perincian N1, N2, N3 adalah sebagai berikut
- N1 = 10
- N2 = 15
- N3 = 17
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 28.00 meter hasilnya adalah N 34 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 = 12
- N2 = 16
- N3 = 18

4-49
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 30.00 meter hasilnya adalah N 35 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 = 12
- N2 = 17
- N3 = 18

Kedalaman ( 31.00 – 39.00) meter


Tersusun oleh material pasir sedang sedikit lempungan warna kehitaman, pengujian
standart penetrasi test (SPT) pada kedalaman 32.00 meter hasilnya adalah N 35 kali (N2+N3)
dengan perincian N1, N2, N3 adalah sebagai berikut
- N1 = 10
- N2 = 16
- N3 = 19
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 34.00 meter hasilnya adalah N 32 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 = 11
- N2 = 17
- N3 = 15
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 36.00 meter hasilnya adalah N 39 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 = 14
- N2 = 18
- N3 = 21
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 38.00 meter hasilnya adalah N 40 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 = 15
- N2 = 19
- N3 = 21

Kedalaman ( 39.00 – 46.00) meter


Tersusun oleh material pasir sedang hingga kasar sedikit lempungan warna kehitaman,
pengujian standart penetrasi test (SPT) pada kedalaman 40.00 meter hasilnya adalah N 41 kali
(N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah sebagai berikut
- N1 = 13
- N2 = 18
- N3 = 23
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 42.00 meter hasilnya adalah N 42 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 = 12

4-50
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

- N2 = 20
- N3 = 22
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 44.00 meter hasilnya adalah N 45 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 = 17
- N2 = 19
- N3 = 26
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 46.00 meter hasilnya adalah N 46 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 = 16
- N2 = 22
- N3 = 24

Kedalaman ( 46.00 – 50.00) meter


Tersusun oleh material pasir kasar hingga grevelan sedikit lempungan warna kehitaman,
pengujian standart penetrasi test (SPT) pada kedalaman 48.00 meter hasilnya adalah N 45 kali
(N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah sebagai berikut
- N1 = 18
- N2 = 21
- N3 = 23
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 50.00 meter hasilnya adalah N 49 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 = 20
- N2 = 23
- N3 = 26

TITIK. 2 (DUA)
Kedalaman (0,00 – 2.80) meter
Tersusun oleh material Lempung pasiran lembek warna kehitaman, pengujian standart
penetrasi test (SPT) pada kedalaman 2.00 meter hasilnya adalah N 1 kali (N2+N3) dengan
perincian N1, N2, N3 adalah sebagai berikut
- N1 =1
- N2 =1
- N3 =

Kedalaman ( 2.80 – 8.00 ) meter


Tersusun oleh material lempung pasiran halus lembek warna coklat tua , pengujian standart
penetrasi test (SPT) pada kedalaman 4.00 meter hasilnya adalah N 1 kali (N2+N3) dengan
perincian N1, N2, N3 adalah sebagai berikut
- N1 =1

4-51
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

- N2 =1
- N3 =
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 6.00 meter hasilnya adalah N 3 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 =1
- N2 =1
- N3 =2
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 8.00 meter hasilnya adalah N 3 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 =1
- N2 =2
- N3 =1

Kedalaman ( 8.00 – 10.50 ) meter


Tersusun oleh material lempung pasiran halus lembek warna Kehitaman, pengujian standart
penetrasi test (SPT) pada kedalaman 10.00 meter hasilnya adalah N 5 kali (N2+N3) dengan
perincian N1, N2, N3 adalah sebagai berikut
- N1 =1
- N2 =2
- N3 =3

4-52
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

BORING LOG
Nomor : Bor 1 (Satu) Tgl. Pemeriksaan : 27 Oktober s/d 09 Nov 2015
Lokasi : Pelabuhan Serui Kedalaman : ‐ 50.00 Meter
Pekerjaan : Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Juru Bor : Octovian T, Cs
Laut Serui Provinsi Papua
Dept MAT SPT Grafik SPT

Litologi

Sampel

Dept (m)
Diskripsi Tanah dan Batuan Dept sampel
(m) (m) 10 20 30 40 50 60
0 0
1 Lempung pasiran halus lembek 1
N1=1, N2=0, N3=0
2 warna kehitaman 2
2.00 ‐ 2,45 m
3 3
4 N1=1, N2=0, N3=0 4
4.00 ‐ 4,45 m
5 5
6 N1=1, N2=1, N3=0 6
6.00 ‐ 6,45 m
7 Lempung pa s i ra n ha l us l embek 7
8 wa rna cokl a t tua N1=1, N2=2, N3=0 8
8.00 ‐ 8,45 m
9 9
10 N1=1, N2=1, N3=2 10
10.00 ‐ 10,45 m
11 11
12 N1=2, N2=3 N3=3 12
12.00 ‐ 12,45 m
13 13
14 N1=2, N2=3, N3=4 14
14.00 ‐ 14,45 m
15 15
16 N1=4, N2=4, N3=5 16
16.00 ‐ 16,45 m
17 17
18 Pa s i r ha l us hi ngga s eda ng N1=5, N2=5, N3=7 18
18.00 ‐ 18,45 m
19 s eda ng s edi ki t l empunga n wa rna 19
20 kehi ta ma n N1=4, N2=7, N3=8 20
20.00 ‐ 20,45 m
21 21
22 N1=7, N2=8, N3=12 22
22.00 ‐ 22,45 m
23 23
24 N1=9, N2=12, N3=13 24
24.00 ‐ 24,45 m
25 25
26 N1=10, N2=15, N3=17 26
26.00 ‐ 26,45 m
27 27
28 Lempung pa s i ra n ha l us a ga k l embek N1=12, N2=16, N3=18 28
28.00 ‐ 28,45 m
29 wa rna cokl a t tua 29
30 N1=12, N2=17, N3=18 30
30.00 ‐ 30,45 m
31 31
32 N1=10, N2=16, N3=19 32
32.00 ‐ 32,45 m
33 33
34 N1=11 N2=17, N3=15 34
34.00 ‐ 34,45 m
35 Pasir sedang sedikit lempungan 35
36 warna kehitaman N1=14, N2=18, N3=21 36
36.00 ‐ 36,45 m
37 37
38 N1=15, N2=19, N3=21 38
38.00 ‐ 38,45 m
39 39
40 N1=13, N2=18, N3=23 40
40.00 ‐ 40,45 m
41 41
42 Pasir sedang hingga kasar sedikit N1=12, N2=20, N3=22 42
42.00 ‐ 42,45 m
43 lempungan warna kehitaman 43
44 N1=17, N2=19, N3=26 44
44.00 ‐ 44,45 m
45 45
46 N1=16, N2=22, N3=24 46
46.00 ‐ 46,45 m
47 47
48 Pasir kasar hingga grevelan N1=18, N2=21, N3=23 48
48.00 ‐ 48,45 m
49 sedikit lempungan warna kehitaman 49
50 N1=20, N2=23, N3=26 50
50.00 ‐ 50,45 m

Keterangan :
: Muka Air Tanah

: Sampel Tanah

Gambar 4. 62 Hasil Boring Log 1 Pelabuhan Serui

4-53
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

BORING LOG
Nomor : Bor 2 (Dua) Tgl. Pemeriksaan : 10 s/d 16 November 2015
Lokasi : Pelabuhan Serui Kedalaman : ‐ 10.00 Meter
Pekerjaan : Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Juru Bor : Octovian T, Cs
Laut Serui Provinsi Papua
Dept MAT SPT Grafik SPT

Sampel
Litologi

Dept (m)
Diskripsi Tanah dan Batuan Dept sampel
(m) (m) 10 20 30 40 50 60
0 0

1 Lempung pasiran halus lembek 1


warna kehitaman
2 N1=1, N2=1, N3=0 2
2.00 ‐ 2,45 m

3 3

N1=1, N2=1, N3=0


4 4.00 ‐46,45 m
4

5 Lempung pa s i ra n ha l us l embek 5
wa rna cokl a t tua
6 N1=1, N2=1, N3=2 6
6.00 ‐ 6,45 m

7 7

8 N1=1, N2=2, N3=1 8


8.00 ‐ 8,45 m

9 Pa s i r ha l us hi ngga s e da ng 9
s e da ng s e di ki t l e mpunga n wa rna
N1=1, N2=2, N3=3
10 ke hi ta ma n
10.00 ‐ 10,45 m
10

Keterangan :
: Muka Air Tanah

: Sampel Tanah

Gambar 4. 63 Hasil Boring Log 2 Pelabuhan Serui

4.5.2 Analisa Laboratorium Mekanika Tanah


Tujuan penyelidikan tanah di laboratorium adalah untuk mendapatkan data yang lebih akurat
dari contoh tanah yang akan digunakan sebagai pendukung pondasi konstruksi bangunan atau yang
akan dimanfaatkan sebagai material pembentuk konstruksi bangunan, tepatnya mengenai sifat index
dan sifat mekanik tanah.
Ringkasan hasil pengujian laboratorium pada setiap titik bor sebagai berikut.

4-54
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

Tabel 4. 11 Contoh Hasil Pengujian Tanah Laboratorium

Halo No. Bor Titik 1 Bor Titik 2


o Depth (m) Symbol Unit 50,00 m 10,00 m
Group Symbol
Water Content Gs % 23.69 27.61
Specific Grafity S.G - 2.67 2.66
Wet density Ρwet gr/cm3 1.23 1.14
Dry density Ρdry gr/cm3 1.52 1.45
Void ratio e - 1.18 1.33
Porosity n % 51.34 54.29
Degree of saturation Sr % 53.80 55.07
Liquid Limit LL % 29.82 25.75
Atterberg Limit Plastic Limit PL % 15.35 15.70
Test Plasticity Index PI % 14.47 10.05
Shringky Limit SL % - -
Grain Size Gravel % - -
Analysis and Send % 1.56 75.75
Hydrometer Silt % 13.6 22.75
method Clay % 84.84 1.50
Completion
Cc cm2/s 0.62 0.60
Index
Consolidation Permeability K cm/s 1.57E-07 1.52E-07
0
Test
Coef. Of Vol.
Cv cm2/s 1.16E-03 1.17E-03
Change
Unconsolindated
e’ Degree 12° 48' 0" 14° 19' 12"
Undrain
1 Triaxial Test
Consolidated
c’ kPa 1.16 1.13
Undrained

4-55
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua

4.6 SURVEY QUARY


4.6.1 Pengambilan Material Reklamasi
Lokasi pengambilan material terdapat di beberapa tempat dikawasan Kota Serui,
untuk lebih jelasnya jenis material yang digunakan dan lokasi pengambilannya dapat dilihat
pada tabel 2.1. di bawah ini.
Tabel 2.1. Jenis dan Lokasi Pengambilan Material
No Jenis Material Lokasi Pengambilan
1. Batu Karang -Kampung Kontihunai
-Kampung Mariadei
-Kampung Newi
2. Batu Kali Kampung Mantembo
3. Urugan Tanah / Karang Kampung Newi
4. Pasir Kampung Mantembo
Sumber : Proyek Reklamasi Pantai
Penggalian material digunakan dengan alat berat yaitu Excavator dan alat manual
dengan tenaga manusia. Sedangkan material batu kali yang digunakan untuk struktur beton
diadakan pengayakan dan pemecahan menjadi batu pecah (Koral) terlebih dahulu di lokasi
pengambilan. Penggunaan material ini baik batu kali atau batu karang yang digunakan
untuk struktur, dimensinya harus disesuaikan dengan gradasi yang dibutuhkan sesuai
perencanaan dan peruntukannya.

4-56

Anda mungkin juga menyukai