Bab 4 Survey Data Primer La
Bab 4 Survey Data Primer La
BAB 4
SURVEY DATA PRIMER
4-1
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
4-2
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Gambar 4. 2 Dermaga Segmen 1 Tiang Pancang Patah Pada Sisi Tengah Dan Sisi Depan
4-3
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Gambar 4. 3 Dermaga Segmen 1 Tiang Pancang Pecah Pada Sisi Tengah Dan Sisi Depan
4-4
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Gambar 4. 5 Dermaga Segmen 1 Korosi Pada Semua Elemen Pelat, Balok Dan Pilecap
4-5
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Gambar 4. 7 Kondisi Fender Banyak Yang Hancur Dan Pecah, Diganti Ban Bekas
Gambar 4. 9 Dermaga Segmen 2 Yang Mengalami Penurunan Akibat Tiang Pancang Patah
4-6
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
4-7
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
4-8
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
4-9
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
keseragaman pengerjaan beton, pengujian UPV untuk mengetahui kepadatan beton serta solusinya
agar beton yang direncanakan lebih tahan terhadap karat.
Karena tidak dilakukan analisis struktur pada bangunan eksisting maka tidak dilakukan uji
kuat tekan beton dengan core drill.
10 cm
10 cm
4-10
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
KUAT TEKAN
NO LOKASI KETERANGAN
(Kg/cm2)
1 Segmen 1 525
2 Segmen 1 205
3 Segmen 1 690
4 Segmen 1 595
5 Segmen 1 540
6 Segmen 1 645
7 Segmen 1 Balok B 595 Pada posisi yg turun
8 Segmen1 Balok A 295 (samping)
9 Segmen 1 Balok C 370
10 Pelat precast 230
11 Pelat insitu 230
12 Segmen 1 570 Trestle 1
13 Segmen 1 520 Trestle 1 / utara
14 Segmen 1 330 Trestle 2 /selatan
15 Segmen 1 280 Trestle 2 / Selatan
16 Segmen 2 425
17 Segmen 2 380
18 Segmen 2 275
19 Segmen 2 390
20 Segmen 1 370 Timur
21 Segmen 1 555 Timur
22 Segmen 1 450 Timur
23 Segmen 1 445 Timur
24 Segmen 2 465 Trestle 2 / selatan
25 Segmen 2 315 Trestle 2 / selatan
26 Segmen 2 580 Trestle 2 utara
4-11
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Pengujian kepadatan beton menggunakan alat Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) dengan
metode indirect.
Pengujian dilakukan berdasarkan ASTM C 597 – 02 : Standard Test Method for Pulse Velocity
Through Concrete. Peralatan yang dipakai antara lain Transducer (satu pasang) terdiri transmitter
dan receiver, Electric Pulse Generator, couplant serta beberapa peralatan pendukung lainnya.
Pengujian dengan metode indirect yaitu pengujian pada elemen struktur beton dengan posisi
transmitter (T) dan receivier (R) berjajar pada jarak tertentu. Jarak tersebut sebesar b. Ilustrasi
pengujian metode indirect seperti pada Gambar 4.18 di bawah ini. Untuk mengukur kedalaman crack
dengan metode seperti indirect tetapi pengukuran dilakukan dua kali transducer dari tengah digeser
keluar sepanjang b (Gambar 4.19).
b
Transmitter ( T ) Receivier ( R )
beton
Transmitter ( T ) Receivier ( R )
b b b b
crack
beton
4-12
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
otomatis oleh alat). Tunggu beberapa saat hingga gelombang yang diterima kembali oleh tranducer
menjadi stabil sehingga alat dapat mencatat besarnya nilai yang menunjukkan kecepatan atau
velocity. Simpan atau catat besaran atau nilai hasil pengukuran tersebut (Gambar 4.20 – 4.23).
Ket :
Lokasi pengujian UPV
Transducer
4-13
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
VELOCITY
NO LOKASI b (cm) t ( S)
(m/s)
1 Segmen 1 (16) 30 253.7 1182
2 Segmen 1 (6) 30 281.4 1066
3 Segmen 3 (5-6) 30 158.8 1889
4 Segmen 4 (4-5) 30 123.7 2425
5 Segmen 5 (1-2) 30 123.9 2421
4-14
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Tabel 4. 5 Klasifikasi Nilai Kepadatan Beton Berdasarkan Velocity Menurut Agunwamba (Nigerian
Journal Of Technology Vol. 31 No. 1 March 2012)
Menurut Tabel 4.5 hasil pengujian kepadatan beton hasilnya jelek, sehingga kemungkinan
besar penyebab korosi karena beton eksisting bersifat porous / tidak padat. Sehingga air laut (Cl)
mudah masuk / penetrasi kedalam beton sehingga akan memperpendek umur dermaga.
Kedalaman retak terukur yaitu sebesar 0,9 cm dan 10 cm. Lebar retak diatas permukaan
dapat diukur dengan menggunakan micro crackmeter. Hasil pengukuran sebesar 0,8 mm, (Gambar
4.24).
4-15
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Unit
Unit
600
413
5
400
200
0 0
2010 2011 2012 2013 2014 Jun‐15 2010 2011 2012 2013 2014 Jun‐15
tahun Tahun
4-16
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
4-17
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Gambar 4. 29 Kondisi Fasilitas Terminal Penumpang Pelabuhan Serui (tampak luar, pintu
masuk, kamar mandi dan ruang tunggu penumpang)
4-18
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Pada grafik berikut menggambarkan jumlah penumpang naik dan turun sejak Januari 2010
sampai dengan Juni 2015. Nampak dari grafik tersebut, penumpang naik dan turun paling banyak
pada tahun 2010. Tidak diketahui secara pasti mengapa angka penumpang baik yang naik di
Pelabuhan Serui cenderung turun jumlahnya dibandingkan tahun 2010 (yakni rata-rata berkisar
empat puluh ribuan). Sedangkan penumpang yang turun di Pelabuhan Serui cenderung naik
dibandingkan tahun 2010 (yakni rata-rata tujuh puluh ribuan).
40,000
Orang
40,000 32,930
30,000
30,000
20,000
20,000
10,000
10,000
0 0
2010 2011 2012 2013 2014 Jun‐15 2010 2011 2012 2013 2014 Jun‐15
Tahun Tahun
Gambar 4. 31 Grafik Penumpang Naik Dan Turun Di Pelabuhan Serui Dalam 5 Tahun Terakhir
4-19
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Gambar 4. 32 Fasilitas Container Yard Lama Di Pelabuhan Serui Dengan Struktur Lapangan
Penumpukkan Yang Belum Dibeton
Gambar 4. 33 Fasilitas Container Yard Lama Di Pelabuhan Serui Dengan Lapisan Penumpukkan
Yang Sudah Dibeton, Akan Tetapi Sampai Laporan Ini Dibuat Belum Digunakan
2,000
1,500
1,000
500
0
2010 2011 2012 2013 2014 Jun‐15
bongkar 2,338 2,454 2,397 3,353 3,311 1,554
Muat 2,289 2,212 2,641 3,280 3,184 1,368
Gambar 4.34 Grafik Angka Bongkar-Muat Container 20” Dari Tahun 2010 S.D Juni 2015
4-20
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Gambar 4.35 Proses Bongkar Muat Container Dari/Ke Kapal Menggunakan Fasilitas Crane Yang
Ada Di Kapal
Untuk kapal yang tidak mempunyai alat crane, maka diperlukan bantuan alat crane dari kapal
lain atau mobile crane.
4.2.4.1 Ravetmen
Revetmen digunakan untuk menahan urugan tanah di lahan reklamasi. Dilihat dari
penampakan ffisik dari luar, revetment yang ada di buat dengan kemiringan 1:1 dari pasangan batu
kali/gunung.
Kendala yang ada saat ini adalah terjadi over topping (limpasan air laut) ke lapangan
kontainer akibat gelombang datang dari arah barat daya. Limpasan ini tentunya membahayakan
saat operasional di daerah container yard. Untuk itu diperlukan pemecah gelombang di depan
revetment dari container yard.
.
Gambar 4. 36 Ravetmen di Dermaga Serui
4-21
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Gambar 4.37 Gerbang Pintu Masuk Pelabuhan Serui Dan Jalan Aksesnya Perlu Ditingkatkan
Dengan Perkuatan Beton
Untuk mendukung Pekerjaan DED Pengembangan / Rehabilitasi Pelabuhan Serui ini, maka
Wilayah survey Batimetrii seluas ± 40 Ha dan topografi seluas ± 20 Ha untuk mendapatkan
gambaran tentang konfigurasi dasar laut/sungai disekitar pelabuhan eksisting, profil/potongan
melintang pantai, laut/sungai dan areal darat, koordinat fasilitas pelabuhan eksisting, kedudukan
pasang surut.
4.3.2 Personil
4-22
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
4.3.3 Peralatan
Peralatan yang dipergunakan untuk survey topografi pada pekerjaan ini adalah :
‐ 1 set Total Station Topcon Type GTS-235N
‐ 1 set Waterpas Sokkia Type B-40
‐ 1 set Garmin GPS map 76CSx
‐ 1 set Komputer/ Laptop
‐ 1 buah Tripod Aluminium
‐ Peralatan pendukung ( Payung, paku payung, data ukur dll.)
Peralatan Survey Bathimetri pada pekerjaan ini adalah:
‐ Digital Echosounder Type 585 GPSMAP
‐ Antena GPS
‐ Transducer sonar depth
‐ Garmin GPS map 76CSx
‐ Laptop
‐ 12 Volt Power Suplly
‐ Palem Pasut
‐ Speed Boat /Perahu
4-23
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
4-24
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
5. Alat ukur yang digunakan Total Station Topcon GTS 235N atau yang sejenis.
Pengukuran situasi lokasi sumbu rencana bangunan dimaksudkan untuk mendapatkan data
lapangan yang actual dengan kondisi saat pengukuran di lokasi, agar dapat disajikan dalam bentuk
peta situasi.
4-25
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
4-26
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
‐ Pengamatan Pasang Surut dilakukan setiap 30 menit agar diperoleh nilai muka air yang sesuai
setiap menitnya saat data hasil sounder diolah.
4-27
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
‐ Peralatan yang harus diseting terlebih dahulu di badan perahu adalah Transducer dan antenna
GPS sesuai dengan gambar di bawah.
‐ Penempatan Transducer dan Antena GPS diusahakan satu tiang / satu garis vertikal agar
diperoleh titik kedalaman yang mempunyai posisi yang sesuai koordinat GPS. Kedalaman
Transducer dari muka air antara 30 cm. Posisi tranducer harus dipasang datar dan selalu
dipantau agar tidak terjadi perubahan arah dan terbebas dari kotoran atau sampah yang
tersangkut selama pekerjaan.
4-28
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
‐ Seting pada echosounder kita perlukan pada bagian unit parameter, dimana kita memakai
system koordinat UTM (Universal Transverse Merchator ) zona M 53 dan WGS 84 (World
Geodetic System 1984 ) sebagai Datum Horisontal . Semua parameter memakai system Metrik
( meter ). Periode sonar di seting setiap 8 detik.
‐ Posisi perjalanan perahu kita arahkan agar diperoleh kerapatan antar garis track / raai ± 20 m
dengan bantuan Notebook dan Garmin GPS map 76CSx . Seluruh area rencana harus penuh
tertutup oleh jalur track , sehingga tidak terjadi loos point dalam space 20m X 10m
‐ Kecepatan perahu kita jaga agar konstan 4 knot agar diperoleh data poin setiap 4m sampai
dengan 8m , atau menyesuaikan dengan keadaan konturnya.
‐ Pengambilan / transfer data dari alat Echosounder ke Personal Computer / Laptop langsung
kita lakukan setiap hari sampai pekerjaan lapangan selesai, dan kita olah untuk sementara agar
diperoleh gambaran kerja pada hari berikutnya.
‐ Pengolahan data dengan memakai software Notepad, Excel, AutoCad Land Development
4-29
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
‐ Dari hasil pengulahan data data lapangan tersebut diatas akan di peroleh point dengan
koordinat dan elevasi ( X , Y, Z ) yang kemudian ditransfer menjadi spothigh / spotdepth dalam
Drawing AutoCad.
4-30
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
4.3.5 Penggambaran
Dalam penggambaran data data dari hasil survey topografi dan bathymetri yang menjadi
acuan adalah system koordinat dan datum elevasi yang dipergunakan saat kita mengolah data data
tersebut.
Pada penggambaran pekerjaan ini digunakan sistem Proyeksi Transverse Merchator ,dengan
sistem Grid UTM ( Universal Transverse Merchator ) dan Grid Geografi berada dalam Zona 53 M (
Selatan garis Equator ). Datum elevasi diperoleh dari penghitungan pasang surut di perairan
pelabuhan serui dimana titik 0 (nol) ditentukan dari elevasi muka air terendah ( LWL / Low Water
Level ).
4-31
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
4-32
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Tabel 4. 7 Hasil Pengamatan Pasang Surut Di Lokasi Dermaga Serui Selama 15 Hari
Tanggal 1:00 2:00 3:00 4:00 5:00 6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00 19:00 20:00 21:00 22:00 23:00 0:00
11/10/2015 85 115 160 205 220 235 237 205 190 160 145 145 160 190 220 250 270 265 225 205 157 100 70 61
12/10/2015 55 85 130 175 205 235 250 235 205 190 160 147 145 167 190 235 272 265 265 235 190 130 85 55
13/10/2015 40 55 88 130 190 228 250 242 235 205 175 145 140 142 175 205 235 265 280 277 220 175 115 70
14/10/2015 35 40 55 100 145 205 235 252 250 235 205 175 145 144 136 175 220 250 265 267 250 205 160 100
15/10/2015 55 40 33 70 115 160 220 250 265 172 235 190 160 145 156 160 190 220 243 265 275 235 190 145
16/10/2015 85 55 40 55 85 130 175 220 250 265 250 220 190 160 145 156 160 190 220 250 265 250 220 175
17/10/2015 130 85 55 61 70 100 145 175 235 250 265 250 220 190 160 145 156 160 190 220 235 250 235 220
18/10/2015 175 130 85 70 82 85 85 160 205 235 250 252 235 205 175 145 130 145 160 175 205 235 233 231
19/10/2015 205 175 130 100 85 77 100 130 175 205 235 250 260 235 205 175 145 122 130 145 175 190 220 220
20/10/2015 220 205 175 145 115 100 77 115 145 175 220 235 250 250 220 205 160 145 130 127 118 160 190 205
21/10/2015 220 212 205 175 145 130 112 115 130 160 190 220 250 252 250 220 190 160 130 115 104 97 145 175
22/10/2015 190 205 220 205 190 160 145 130 127 145 160 190 220 250 252 250 220 190 145 115 100 101 115 130
23/10/2015 160 190 205 220 213 205 175 160 145 135 145 175 205 235 250 252 235 220 175 145 100 85 83 100
24/10/2015 130 160 190 220 235 220 205 190 160 145 152 160 175 205 235 250 241 235 205 160 115 85 70 63
25/10/2015 85 130 160 205 220 235 175 220 190 160 145 145 160 190 220 250 261 250 235 190 145 100 70 55
4-33
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Gambar 4. 50 Kurva Perbandingan Elevasi Pengamatan dan Prediksi Pasang Surut Di Lokasi Dermaga Serui
4-34
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
2437 1838 2173 2102 1611 2664 2375 1900 1413 1442 2149 2126
2461 1845 2234 2072 1539 2767 2159 2147 1417 1445 2152 2154
2414 1868 2299 1983 1525 2757 1893 2389 1418 1433 2144 2138
2422 1827 2317 1932 1635 2614 1650 2599 1410 1406 2074 2175
2363 1826 2384 1805 1756 2433 1504 2685 1393 1366 2107 2082
2381 1830 2381 1830 2055 2156 1451 2760 1385 1426 2055 2156
2351 1851 2381 1821 2310 1892 1532 2670 1415 1391 2040 2162
2222 1866 2274 1814 2441 1647 1662 2426 1368 1355 1995 2093
2237 1852 2222 1867 2530 1559 1914 2175 1364 1355 2065 2024
2197 1890 2160 1927 2505 1582 2190 1897 1362 1343 2032 2055
2249 1853 2088 2014 2376 1726 2409 1693 1397 1341 2095 2007
2279 1876 2088 2067 2178 1977 2552 1603 1370 1400 2099 2056
2332 1881 2085 2128 1968 2245 2590 1623 1415 1392 2145 2068
2353 1853 2039 2167 1770 2436 2496 1710 1393 1400 2130 2076
2366 1830 2126 2070 1620 2576 2366 1830 1340 1430 2100 2096
INDEK TANDA X Y X Y
TAMBAHAN JUMLAH
00 + 62850.0 62850.0
10 + 37278.0 33652.0 7278.0 3652.0
‐ 30000.0 30000.0
12 + 17032.0 16812.0 ‐1214.0 1972.0
‐ 20246.0 16840.0
(29) (15) (‐) (+) 2000.0 2000.0
1b + 15345.0 14553.0 903.0 2041.0
‐ 14442.0 12512.0
13 + 12099.0 12159.0 ‐3080.0 666.0
‐ 25179.0 21493.0
(29) (15) (‐) (+) 10000.0 10000.0
1c + 17670.0 15960.0 418.0 728.0
‐ 17252.0 15232.0
20 + 26788.0 28636.0 ‐3212.0 ‐1364.0
‐ 30000.0 30000.0
22 + 16978.0 10356.0 9168.0 ‐5924.0
‐ 9810.0 18280.0
(29) (15) (‐) (+) 2000.0 2000.0
2b + 8201.0 6939.0 ‐5601.0 ‐8511.0
‐ 13802.0 15450.0
23 + 13005.0 6821.0 9222.0 ‐4994.0
‐ 13783.0 21815.0
(29) (15) (‐) (+) 10000.0 10000.0
2c + 10762.0 11712.0 ‐2470.0 ‐3976.0
‐ 13232.0 15688.0
42 + 3607.0 3310.0 279.0 ‐294.0
‐ 3828.0 4104.0
(29) (15) (‐) (+) 500.0 500.0
4b + 2971.0 2705.0 ‐99.0 ‐575.0
‐ 3070.0 3280.0
44 + 3392.0 3400.0 ‐151.0 ‐114.0
‐ 4043.0 4014.0
(29) (15) (‐) (+) 500.0 500.0
4d + 2996.0 2976.0 ‐49.0 ‐33.0
‐ 3045.0 3009.0
IV
4-35
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
So M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4
VII V : PR cos r 62,780.51 9492.65 ‐2321.49 1504.76 6819.59 ‐2048.11 ‐75.43 132.45
VI : PR sin r 0.00 ‐6423.86 ‐1606.97 ‐702.42 3610.74 2475.45 ‐110.20 171.79
PR 62780.51 11461.95 2823.41 1660.63 7716.49 3212.88 133.54 216.92
Daftar 3a (3b) : P 360 175 214 166 217 177 273 280
" 5 :f 0.970 1.000 0.970 1.096 1.156 0.941 0.970
VII : 1+ W 1.00 1.26 0.82 0.75 1.00 1.00 1.26
Daftar 6 : V' 155.10 180.30 10.00 145.10
" 7 : V'' 170.90 223.10 240.50 290.40
" 8 : V''' 164.90 60.40 7.90 157.10
V' + V'' + V''' = V 490.90 463.80 258.40 592.60 981.80 490.90
Daftar 9 :u ‐1.19 0.00 ‐1.19 ‐4.29 5.01 ‐2.37 ‐1.19
VIII :w 0.00 ‐5.39 ‐0.10 ‐11.08 0.00 0.00 ‐5.39
Daftar 3a (3b) : p 333.00 345.00 327.00 173.00 160.00 307.00 318.00
Daftar 4 :r 0.00 325.91 214.69 334.98 27.90 129.60 235.61 52.37
Jumlah :g 1148.63 554.30 1124.49 443.94 887.21 1522.04 854.69
n x 360 1080.00 360.00 1080.00 360.00 720.00 1440.00 720.00
PR : [(P x f x (1 + W)] = 174.390 67.51 10.47 12.61 43.37 15.70 0.52 0.63
g 68.63 194.30 44.49 83.94 167.21 82.04 134.69
TABEL V So M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4
X00 62850.00 1 62,850.00 ‐‐ ‐‐ ‐‐ ‐‐ ‐‐ ‐‐ ‐‐
X10 7278 0.01 72.78 ‐0.01 ‐72.7800 0.01 72.78 0.03 218.34 1 7278 ‐0.07 ‐509.46 0.01 72.78 ‐‐
X12 ‐ Y1b ‐3255.00 ‐0.02 65.10 0.09 ‐292.95 ‐0.01 32.55 ‐0.09 292.95 ‐0.09 292.95 1 ‐3255 ‐0.02 65.10 0.02 ‐65.1
X13 ‐ Y1c ‐3808.00 0.04 ‐152.32 ‐0.07 266.56 0.01 ‐38.08 0.13 ‐495.04 0.20 ‐761.6 ‐0.59 2246.72 0.03 ‐114.24 ‐‐
X20 ‐3212 ‐0.01 32.12 ‐0.15 481.8 1 ‐3212 0.29 ‐931.48 0.01 ‐32.12 ‐‐ ‐0.02 64.24 ‐‐
X22 ‐ Y2b 17679.00 0.01 176.79 1 17679 ‐0.14 ‐2475.06 ‐0.61 ‐10784.19 ‐0.02 ‐353.58 ‐0.03 ‐530.37 0.03 530.37 ‐0.03 ‐530.37
X23 ‐ Y2c 13198.00 ‐0.02 ‐263.96 ‐0.65 ‐8578.7 0.25 3299.5 1 13198 0.03 395.94 ‐‐ ‐0.05 ‐659.90 ‐0.01 ‐131.98
X42 ‐ Y4b 854.00 ‐‐ 0.01 8.54 ‐‐ 0.01 8.54 ‐‐ ‐‐ 0.10 85.40 1 854
X44 ‐ Y4d ‐118.00 ‐‐ ‐0.01 1.18 0.01 ‐1.18 0.02 ‐2.36 ‐‐ ‐‐ 1.01 ‐119.18 ‐0.05 5.9
Y10 3652 ‐‐ ‐‐ ‐0.01 ‐36.52 0.02 73.04 1.01 3688.52 ‐0.08 ‐292.16 0.01 36.52 0.01 36.52
Y12 + X1b 2875.00 ‐‐ 0.05 143.75 0.01 28.75 ‐0.05 ‐143.75 ‐0.12 ‐345 1.05 3018.75 ‐0.03 ‐86.25 0.01 28.75
Y13 + X1c 1084.00 ‐‐ ‐0.02 ‐21.68 ‐0.02 ‐21.68 0.09 97.56 0.24 260.16 ‐0.65 ‐704.6 0.04 43.36 0.02 21.68
Y20 ‐1364 ‐‐ ‐0.16 218.24 1 ‐1364 0.30 ‐409.2 ‐0.01 13.64 0.02 ‐27.28 ‐0.03 40.92 ‐0.01 13.64
Y22 + X2b ‐11525.00 ‐‐ 1.04 ‐11986 ‐0.15 1728.75 ‐0.64 7376 0.02 ‐230.5 ‐0.10 1152.5 0.04 ‐461.00 ‐0.02 230.5
Y23 + X2c ‐7464.00 ‐‐ ‐0.70 5224.8 0.26 ‐1940.64 1.03 ‐7687.92 ‐0.03 223.92 0.09 ‐671.76 ‐0.07 522.48 ‐0.03 223.92
Y42 + X4b ‐393.00 ‐‐ 0.02 ‐7.86 ‐‐ ‐‐ ‐‐ ‐‐ 0.11 ‐43.23 1 ‐393
Y44 + X4d ‐163.00 ‐‐ ‐0.03 4.89 0.01 ‐1.63 0.05 ‐8.15 ‐‐ ‐‐ 1 ‐163.00 ‐0.06 9.78
P 360 175 214 166 217 177 273 280
p ‐‐ 333 345 327 173 160 307 318
sda (15 p) So M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4
HASIL KOMPONEN
S0 M2 S2 N2 K1 O1 M4 MS4 K2 P1
A cm 174.39 67.51 10.47 12.61 43.37 15.70 0.52 0.63 2.83 14.31
g* 68.63 194.30 44.49 83.94 167.21 82.04 134.69 194.30 83.94
Z0 77.42678698
MSL 174
F (Formhzal) K1+O1/M2+S2 0.75755
HHWL MSL+(M2+S2+K1+01+P1+K2) 328.57828 Pasang Surut Campuran Condong Harian Gnda
LLWL MSL‐(M2+S2+K1+01+P1+K2) 20.20233
Dimana :
A : Besaran amplitudo kurva pasang surut
G : Sudut fasa
S0 : Harga mean sea level muka air
M2 : Konstanta yang dipengaruhi oleh bulan
S2 : Konstanta yang dipengaruhi oleh matahari
N2 : Konstanta yang dipengaruhi oleh jarak akibat bulan yang berbentuk elips
K2 : Konstanta yang dipengaruhi oleh jarak akibat lintasan matahari yang berbentuk
elips
O1 : Konstanta yang dipengaruhi oleh deklinasi bulan
P1 : Konstant yang dipengaruhi oleh deklinasi matahari
4-36
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Refrensi :
MSL = A S0 = 174
4-37
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Gambar 4.52 menunjukan scatter pergerakan arus laut di daerah sekitar rencana dermaga
Serui dan pada Gambar 4.53 merupakan current rose yang merupakan pola arah vektor arus Serui
yang diambil pada kondisi purnama (spring). Kedua tampilan menujukan pola vektro arah arus,
vektor arus yang dideskripsikan pada Gambar 4.52 menunjukan arah arus bergerak dengan pola
gerak Timur, timur laut – barat, barat daya (69o – 250o) dengan kecepatan tertinggi hingga 1, 69
m/det dan kecepattan rata – rata 0, 21 m/det. Gambar 4.53 merupakan gambar mawar arus yang
menunjukan arah pergerakan arus dengan distribusi masing – masing kecepatan arus yang muncul,
kecepatan arus yang optimal muncul pada saat spring surut menuju pasang dengan pergerakan
arus menuju timur, timur laut distribusi kecepatan terbesar berada pada kategori 1 m/det sampai
dengan >1,2 m/det, kecepatan arus pada saat kondisi elevasi berikutnya pada kondisi spring barat,
barat daya dengan kecepatan maksimal 0,8 m/det sampai dengan 1 m/det.
4-38
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Gambar 4. 52 Scatter Arus Menunjukan Vektor Sebaran Pergerakan Arus Saat Spring (Purnama)
4-39
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Gambar 4.54 menunjukan scatter pergerakan arus laut didaerah sekitar rencana dermaga
Serui dan pada Gambar 4.55 merupakan current rose yang merupakan pola arah vektor arus Serui
yang diambil pada kondisi perbani (neap). Kedua tampilan menujukan pola vektor arah arus, vektor
arus yang dideskripsikan pada Gambar 4.54 menunjukan arah arus bergerak dengan pola gerak
Timur, timur laut – barat, barat daya (69o – 250o) dengan kecepatan tertinggi hingga 1,57 m/det dan
kecepattan rata – rata 0,11 m/det. Gambar 4.55 merupakan gambar mawar arus yang menunjukan
arah pergerakan arus dengan distribusi masing – masing kecepatan arus yang muncul, kecepatan
arus yang optimal muncul pada saat neap surut menuju pasang dengan pergerakan arus menuju
timur, timur laut distribusi kecepatan terbesar berada pada kategori 1 m/det sampai dengan >1,2
m/det, kecepatan arus pada saat kondisi elevasi berikutnya pada kondisi neap barat, barat daya
dengan kecepatan maksimal 0,6 m/det sampai dengan 0,8 m/det.
Gambar 4. 54 Scatter Arus Menunjukan Vektor Sebaran Pergerakan Arus Saat Neap (Perbani)
4-40
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Pengambilan sedimentasi dan air laut di sekitar muara Sungai Cina tua. Untuk pengambilan
sedimentasi sekitar dermaga sulit dilakukan karena keterbatasn peralatan untuk pengambilan di laut
dalam. Untuk di muara Sungai Cina tua, terdapat pengaruh sedimentasi dari hulu sungai saat musim
4-41
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
hujan. Hujan mengikis permukaan laahan kemudian membawa material erosi tersebut ke muara
sungai. Dilihat dari kontur di sekitar perairan Serui, pendangkalan terasa di daerah laut dangkal.
Untuk laut dalam ( diatas 8 meter), pendangkalan tidak terasa.
Gambar 4. 58 Grafik Gradasi Bed Load (Sedimen Di Dasar Laut) Di Sekitar Muara Sungai Cina Tua
Tabel di bawah ini adalah hasil pengujian sampel air laut perairan Serui disekitar dermaga
dan di sekitar muara Sungai Cina Tua.
4-42
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
4-43
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Di Sekitar Dermaga
Berat
Volume Berat Berat Gelas + Berat
Kedala Gelas Kosentra
No Air Laut Gelas + Air Garam Garam
man Air Kosong si (gr/ml)
(ml) Air (gr) (gr) (gr) (gr)
(gr)
1 0.2 H 191.7 100 291.7 100 195.3 3.6 0.036
2 0.6 H 261.3 100 360.8 99.5 266.7 5.4 0.054
3 0.8 H 215.4 100 315.7 100.3 220 4.6 0.046
Berat
Volume Berat Berat Gelas + Berat
Kedala Gelas Kosentra
No Air Laut Gelaas + Air Garam Garam
man Air Kosong si (gr/ml)
(ml) Air (gr) (gr) (gr) (gr)
(gr)
1 0.2 H 215.4 100 315.1 99.7 220.9 5.5 0.055
2 0.6 H 261.3 100 361.5 100.2 266.6 5.3 0.053
3 0.8 H 192.2 100 291.9 99.7 195.8 3.6 0.036
4-44
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
4-45
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Laju atau tingkat karat suatu logam yang terkorosi umumnya ditentukan konduktivitas elektrolit
yang terlarut. Lingkungan tersebut merupakan media likuid. Pada lingkungan laut dengan kadar
garam hingga 3,5% atau lingkungan dengan mempunyai kadar ion klorida yang cukup tinggi, baja
karbon rendah mengalami kegagalan material akibat korosi yang menyeluruh ke seluruh permukaan
logam tergantung dari konsentrasi elektrolit di lingkungan. Aplikasi baja karbon rendah di lingkungan
dengan kadar ion klorida lebih dari 3% banyak di pakai pada bangunan kapal dan peralatan maritim.
Salah satu usaha pencegahan korosi air laut adalah dengan pengorbanan anode (Sacrificial
Protection). Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada
besi. Jika logam magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi
pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium
harus diganti.
4-46
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
o Pengeboran (Rotary Core Drilling) Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui
Provinsi Papua :
a. Titik 1 ( satu ) kedalaman 50,00 meter
b. Titik 2 ( Dua ) kedalaman 10,00 meter
Pengeboran ini berguna untuk mengetahui susunan lapisan tanah dari mulai permukaan
hingga pada kedalaman yang mampu sebagai dasar tumpuan pondasi.
o Standart Penetration Test (SPT), Interval 2.00 meter, berguna sebagai dasar perhitungan
daya dukung tanah.
o Pemeriksaan contoh tanah terganggu (disturbed sample) yang representative dari lapisan
tanah.
o Pemeriksaan laboratorium contoh tanah tidak terganggu / tanah asli (undisturbed sample) ,
bertujuan untuk mengetahui secara pasti sifat dari karakteristik dari jenis tanah tersebut.
TITIK. 1 (SATU)
Kedalaman (0,00 – 3.00) meter
Tersusun oleh material Lempung pasiran lembek warna kehitaman, pengujian standart
penetrasi test (SPT) pada kedalaman 2.00 meter hasilnya adalah N 0 kali (N2+N3) dengan
perincian N1, N2, N3 adalah sebagai berikut
4-47
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
- N1 =1
- N2 =
- N3 =
4-48
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 16.00 meter hasilnya adalah N 10 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 =4
- N2 =4
- N3 =6
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 18.00 meter hasilnya adalah N 12 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 =5
- N2 =5
- N3 =7
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 20.00 meter hasilnya adalah N 15 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 =4
- N2 =7
- N3 =8
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 22.00 meter hasilnya adalah N 20 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 =7
- N2 =8
- N3 = 12
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 24.00 meter hasilnya adalah N 25 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 =9
- N2 = 12
- N3 = 13
4-49
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 30.00 meter hasilnya adalah N 35 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 = 12
- N2 = 17
- N3 = 18
4-50
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
- N2 = 20
- N3 = 22
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 44.00 meter hasilnya adalah N 45 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 = 17
- N2 = 19
- N3 = 26
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 46.00 meter hasilnya adalah N 46 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 = 16
- N2 = 22
- N3 = 24
TITIK. 2 (DUA)
Kedalaman (0,00 – 2.80) meter
Tersusun oleh material Lempung pasiran lembek warna kehitaman, pengujian standart
penetrasi test (SPT) pada kedalaman 2.00 meter hasilnya adalah N 1 kali (N2+N3) dengan
perincian N1, N2, N3 adalah sebagai berikut
- N1 =1
- N2 =1
- N3 =
4-51
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
- N2 =1
- N3 =
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 6.00 meter hasilnya adalah N 3 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 =1
- N2 =1
- N3 =2
Masih pada susunan material yang sama, pengujian standart penetrasi test (SPT) pada
kedalaman 8.00 meter hasilnya adalah N 3 kali (N2+N3) dengan perincian N1, N2, N3 adalah
sebagai berikut
- N1 =1
- N2 =2
- N3 =1
4-52
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
BORING LOG
Nomor : Bor 1 (Satu) Tgl. Pemeriksaan : 27 Oktober s/d 09 Nov 2015
Lokasi : Pelabuhan Serui Kedalaman : ‐ 50.00 Meter
Pekerjaan : Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Juru Bor : Octovian T, Cs
Laut Serui Provinsi Papua
Dept MAT SPT Grafik SPT
Litologi
Sampel
Dept (m)
Diskripsi Tanah dan Batuan Dept sampel
(m) (m) 10 20 30 40 50 60
0 0
1 Lempung pasiran halus lembek 1
N1=1, N2=0, N3=0
2 warna kehitaman 2
2.00 ‐ 2,45 m
3 3
4 N1=1, N2=0, N3=0 4
4.00 ‐ 4,45 m
5 5
6 N1=1, N2=1, N3=0 6
6.00 ‐ 6,45 m
7 Lempung pa s i ra n ha l us l embek 7
8 wa rna cokl a t tua N1=1, N2=2, N3=0 8
8.00 ‐ 8,45 m
9 9
10 N1=1, N2=1, N3=2 10
10.00 ‐ 10,45 m
11 11
12 N1=2, N2=3 N3=3 12
12.00 ‐ 12,45 m
13 13
14 N1=2, N2=3, N3=4 14
14.00 ‐ 14,45 m
15 15
16 N1=4, N2=4, N3=5 16
16.00 ‐ 16,45 m
17 17
18 Pa s i r ha l us hi ngga s eda ng N1=5, N2=5, N3=7 18
18.00 ‐ 18,45 m
19 s eda ng s edi ki t l empunga n wa rna 19
20 kehi ta ma n N1=4, N2=7, N3=8 20
20.00 ‐ 20,45 m
21 21
22 N1=7, N2=8, N3=12 22
22.00 ‐ 22,45 m
23 23
24 N1=9, N2=12, N3=13 24
24.00 ‐ 24,45 m
25 25
26 N1=10, N2=15, N3=17 26
26.00 ‐ 26,45 m
27 27
28 Lempung pa s i ra n ha l us a ga k l embek N1=12, N2=16, N3=18 28
28.00 ‐ 28,45 m
29 wa rna cokl a t tua 29
30 N1=12, N2=17, N3=18 30
30.00 ‐ 30,45 m
31 31
32 N1=10, N2=16, N3=19 32
32.00 ‐ 32,45 m
33 33
34 N1=11 N2=17, N3=15 34
34.00 ‐ 34,45 m
35 Pasir sedang sedikit lempungan 35
36 warna kehitaman N1=14, N2=18, N3=21 36
36.00 ‐ 36,45 m
37 37
38 N1=15, N2=19, N3=21 38
38.00 ‐ 38,45 m
39 39
40 N1=13, N2=18, N3=23 40
40.00 ‐ 40,45 m
41 41
42 Pasir sedang hingga kasar sedikit N1=12, N2=20, N3=22 42
42.00 ‐ 42,45 m
43 lempungan warna kehitaman 43
44 N1=17, N2=19, N3=26 44
44.00 ‐ 44,45 m
45 45
46 N1=16, N2=22, N3=24 46
46.00 ‐ 46,45 m
47 47
48 Pasir kasar hingga grevelan N1=18, N2=21, N3=23 48
48.00 ‐ 48,45 m
49 sedikit lempungan warna kehitaman 49
50 N1=20, N2=23, N3=26 50
50.00 ‐ 50,45 m
Keterangan :
: Muka Air Tanah
: Sampel Tanah
4-53
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
BORING LOG
Nomor : Bor 2 (Dua) Tgl. Pemeriksaan : 10 s/d 16 November 2015
Lokasi : Pelabuhan Serui Kedalaman : ‐ 10.00 Meter
Pekerjaan : Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Juru Bor : Octovian T, Cs
Laut Serui Provinsi Papua
Dept MAT SPT Grafik SPT
Sampel
Litologi
Dept (m)
Diskripsi Tanah dan Batuan Dept sampel
(m) (m) 10 20 30 40 50 60
0 0
3 3
5 Lempung pa s i ra n ha l us l embek 5
wa rna cokl a t tua
6 N1=1, N2=1, N3=2 6
6.00 ‐ 6,45 m
7 7
9 Pa s i r ha l us hi ngga s e da ng 9
s e da ng s e di ki t l e mpunga n wa rna
N1=1, N2=2, N3=3
10 ke hi ta ma n
10.00 ‐ 10,45 m
10
Keterangan :
: Muka Air Tanah
: Sampel Tanah
4-54
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
4-55
Laporan Akhir
Detail Engineering Design (DED) Pelabuhan Laut Serui Provinsi Papua
4-56