Disusun oleh :
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, serta berkat petunjuk- Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini. makalah ini merupakan tugas untuk mata kuliah
pengukuran teknik. Adapun judul dari makalah ini adalah ” Pengukuran Linier
Dan Anggular”
Makalah ini ditulis untuk memenuhi sebagian dari persyaratan tugas
pemeliharaan mesin pada program studi Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Universitas
Bung Hatta Padang.
Dalam menyelesaikan Tugas makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan berbagai pihak. Atas bantuan dan bimbingan tersebut penulis mengucapkan
terima kasih :
1. Kepada Allah SWT.
2. Kedua orang tua (Ibu dan Bapak), kakak dan adik penulis yang senantiasa
mendoakan dan menjadi motivasi tersendiri bagi penulis.
3. Ibu Dr. Ir. Wenny Marthiana, M.T selaku dosen pengampu mata kuliah
pemeliharaan mesin yang telah memberi kan perhatian, membantu, dan
membimbing penulis dalam menyusun tugas makalah ini.
4. Bapak-bapak dan Ibu dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri
Universitas Bung Hatta.
5. Teman-teman angkatan 2019 Jurusan Teknik Mesin yang selalu memberikan
semangat dan saran dalam penulisan tugas akhir ini.
Penulis sadar akan batasan kemampuan penulis dalam menulis tugas makalah ini
yang masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya. Untuk itu
penulis mohon maaf dan semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis
sendiri.
PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengukuran linier adalah proses mengukur panjang atau jarak antara dua titik dalam
konteks geometri atau metrologi. Pengukuran linier sering dilakukan untuk mendapatkan
data akurat tentang dimensi objek atau ruang.
Pengukuran angular adalah proses mengukur sudut atau besaran sudut dalam konteks
geometri atau trigonometri. Sudut didefinisikan sebagai perbedaan arah antara dua garis,
bidang, atau benda lainnya yang saling berpotongan.
Vernier instrument, atau yang lebih dikenal dengan jangka sorong (vernier caliper),
adalah salah satu alat pengukur linier yang digunakan untuk mengukur panjang, ketebalan,
dan diameter benda dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Alat ini menggunakan prinsip
vernier untuk memberikan pembacaan yang lebih akurat daripada penggaris biasa.
1.3 Tujuan
- Untuk mengetahui apa saja jenis alat ukur linier dan anggular
- Untuk mengetahui prinsip kerja dari alat ukur linier dan anggular
- Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari alat ukur linier dan
anggular
1.4 Manfaat
a. Mistar ukur
Mistar ukur merupakan alat ukur linier yang paling dikenal, biasanya berupa pelat
baja atau kuningan di mana pada kedua tepi salah satu permukaannya diberi skala (metrik
dan inchi) dengan panjang ukurannya bervariasi dari 100 s.d. 300 mm dengan kecermatan
ukuran yaitu pembagian skala dalam 0.5 atau 1.0 mm.
Cara Pengukuran
Cara pengukuran dengan mistar ini ialah dengan cara menempelkan mistar pada
objek ukur sampai tepi mistar berimpit dengan tepi benda yang diukur sehingga secara tidak
langsung panjang objek yang diukur tersebut dapat langsung dibaca dengan memakai ujung
objek ukur sebagai indeks pembacaan skala.
b. Vernier Instrmen ( Jangka Sorong )
Vernier instrument, atau yang lebih dikenal dengan jangka sorong (vernier caliper),
adalah salah satu alat pengukur linier yang digunakan untuk mengukur panjang, ketebalan,
dan diameter benda dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Alat ini menggunakan prinsip
vernier untuk memberikan pembacaan yang lebih akurat daripada penggaris biasa.
Jangka sorong adalah alat untuk mengukur panjang, diameter luar maupun diameter
dalam suatu benda. Selain itu, bisa juga untuk mengukur kedalaman lubang atau bangun
ruang, misalnya tabung. Nah, jangka sorong lebih dipakai untuk mengukur benda yang
ukurannya kecil dan nggak bisa diukur pakai penggaris. Jadi bisa dibilang tingkat ketelitian
jangka sorong lebih tinggi dari penggaris.
Tingkat ketelitian yang dimaksud adalah nilai skala terkecil yang bisa diukur ya! Kalo
gitu, berapa sih nilai skala terkecil jangka sorong? Jadi, nilai skala terkecil untuk jangka
sorong adalah 0,01 cm atau 0,1 mm, berbeda sama penggaris 0,1 cm atau 1 mm. Hal itulah
yang menjadi kelebihan jangka sorong. Selain itu, karena ukurannya yang pas dan mudah
dibawa kemana-mana.
Jangka sorong terbagi jadi dua bagian ya, rahang tetap dan rahang geser. Berbeda
dari penggaris yang cuma punya satu skala pembacaan, jangka sorong punya dua skala. Skala
nya terdiri dari skala utama dan skala vernier atau yang biasa dikenal dengan skala nonius.
Skala utama lebih panjang dan letaknya ada di rahang tetap. Kalau skala nonius itu skala
pendek yang ada di rahang geser.
Cara menggunakan Jangka Sorong
1. Pertama siapkan terlebih dahulu objek atau benda yang akan diukur, misalnya
kelereng, koin, atau lainnya
2. Setelah itu buka rahang geser pada jangka sorong ke bagian sebelah kiri sampai
benar-benar rapat agar bisa menghasilkan ukuran yang akurat
3. Pastikan lagi bahwa kedua rahang tertutup dan skala menunjukkan angka nol. Hal
ini perlu Grameds perhatikan agar tidak terjadi kesalahan pengukuran atau biasa
disebut zero error
4. Kendurkan pada bagian baut pengunci dan tarik rahang geser ke sebelah kanan,
sampai benda yang ingin diukur bisa sesuai ditempatkan diantara dua rahang
tersebut
5. Setelah itu letakkan benda antara kedua rahang dan pastikan kembali bahwa
posisinya sudah sesuai dan tepat
6.
7. Tarik bagian rahang geser ke sebelah kiri sampai mengapit benda yang akan diukur,
kemudian putar baut pengunci sampai terdengar suara klik
8. Setelah itu perhatikan garis yang terhimpit antara skala atas dan bawah atau skala
nonius-nya. Temukan angka yang menyambungkan lurus dengan garis dari skala
nonius tersebut
9. Nah, hitunglah hasil pengukuran yang diperoleh dengan cara menjumlahkan kedua
angkanya.
Kekurangan
• Tidak bisa mengukur benda yang ukurannya besar
• Bisa terjadi pemuaian pada material alat ukur jika tidak dirawat
• Karena bentuk sensor yang berkontak langsung dengan benda kerja maka akan
memungkinkan muncul goresan atau benturan yang dapat menimbulkan
ketidakrataan pada kedua sensor atau kedua rahang pada jangka sorong
Tipe Vernier
Alat ini digunakan untuk melakukan pengukuran ketinggian suatu pekerjaan atau
untuk menandai.
seperti jangka sorong biasa di satu sisi, tetapi memiliki rahang berujung pisau di sisi
lainnya, seperti yang ditunjukkan pada gambar
4. Vernier Gear Tooth Caliper
dapat melakukan pengukuran luar terhadap panjang, lebar, tebal, dan diameter spesimen
dll.
Seperti jangka sorong, jangka sorong dapat mengukur dalam satuan inci dan juga
milimeter. Seperti indikator uji dial, rak dan pinion digunakan di dalamnya. Rak tetap
berada pada skala utama yang terhubung ke pinion dial.
Seperti yang terlihat dari namanya, instrumen ini digunakan untuk mengukur
kedalaman slot dari suatu pekerjaan, lubang atau alur.
c. Mikrometer
Merupkan alat ukur linier yang mempunyai kecermataan yang lebh tinggi dari pada
mistar ingsut, mempunyai kecermatan sebesar 0.01 mm (meskipun namanya “mikrometer”).
Jenis khusus memang ada yang dibuat dengan kecermataan 0.005 mm, 0.002 mm, 0.001 mm
dab bahkan sampai dengan 0.0005 mm.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian mikrometer ialah sebagai
berikut :
1. Permukaan benda ukur dan mulut ukur mikrometer harus dalam kondisi bersih.
2. Sebelum dipakai, kedudukan mikrometer harus diperiksa.
4. Bukalah mulut ukur sampai sedikit melebihi dimensi objek ukur.
5. Beda ukur dipegang dengan tangan kiri dan mikrometer dengan tangan kanan.
6. Pada waktu mengukur, penekanan poros ukur pada benda ukur tidak boleh terlalu keras
sehingga memungkinkan kesalahan ukur karena adanya deformasi.
7. Kalibrasi
8. Untuk melakukan kalibrasi mikrometer dapat dilakukan beberapa pemeriksaan sebagai
berikut :
9. Gerakan silinder putar/poros ukur. harus berputar dengan baik, rasakan tidak terjadi
goyangan karena keausan ulir utama.
10. Kedudukan nol apabila. Apabila mulut ukur dirapatkan garis referensi/indeks harus
menunjuk nol.
11. Keberfungsian beberapa bagian yang lain seperti gigi gelincir (ratchet) dan pengunci poros
ukur.
12. Kerataan dan kesejajaran muka ukur (permukaan sensor). Karena keausan, muka ukur dapat
menjadi tidak rata dan tidak sejajar sehinggia memungkinkan kesalahan ukur.
13. Kebenaran penunjukan harga pengukuran. Sehingga harga yang ditunjukan oleh
mikrometer harus sesuai dengan ukuran standar yang benar 9 harga nominal dengan toleransi
yang diterapkan sesuai dengan standar)
Pengukuran diameter silinder dengan bore gage memerlukan alat ukur lain yaitu mistar
geser dan mikrometer. Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mengukur diameter
silinder.
a) Ukurlah diameter silinder dengan mistar geser, misal diperoleh hasil pengukuran : 75,40
mm.
b) Pilih replacement rod yang panjangnya lebih besar dari hasil pengukuran tersebut, misal
76 mm.
c) Pasang replacement rod pada bore gage.
d) Set mikrometer luar pada 76 mm, kemudian tempatkan replacement
rod antara anvil dan spindle mikrometer
e) Set jarum dial gage pada posisi nol dengan cara memutar outer ring
f) Masukkan replacement rod ke dalam lubang (silinder), goyangkan tangkai bore gage ke
kanan dan ke kiri sampai diperoleh penyimpangan terbesar (posisi tegak lurus)
g) Baca besarnya penyimpangan yang ditunjukkan dial gage.
h) Apabila penyimpangan jarum dial gage :
(1) Di sebelah kanan nol: Ǿsilinder = 76 – penyimpangan
(2) Di sebelah kiri nol : Ǿsilinder = 76 + penyimpangan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan