Pengganti kuis
Disusun Oleh:
AMALIA KASIM
(D1A123050)
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2023
BAB 1
KONSEP SOSIOANTROPOLOGI PERTANIAN
Emile Durkheim: Durkheim menyatakan bahwa sosiologi adalah studi ilmiah tentang
tatanan sosial, termasuk norma, nilai, dan interaksi sosial, dengan fokus pada integrasi sosial
dan anomie.
Max Weber: Weber memandang sosiologi sebagai ilmu yang memahami tindakan sosial,
motivasi individu, dan makna yang diberikan oleh individu pada tindakan mereka, yang
dikenal sebagai "verstehen."
Karl Marx: Marx melihat sosiologi sebagai alat untuk memahami ketidaksetaraan sosial dan
konflik kelas dalam masyarakat kapitalis. Bagi Marx, sosiologi adalah alat untuk
menganalisis struktur kelas dan eksploitasi.
Margaret Mead: Mead berfokus pada peran budaya dalam membentuk kepribadian dan
perilaku manusia. Menurutnya, antropologi membantu memahami perbedaan gender dan
peran perempuan dalam masyarakat.
Edward Tylor: Tylor adalah salah satu tokoh pendiri antropologi budaya dan ia menyatakan
bahwa antropologi adalah studi tentang budaya manusia, mencakup keyakinan, adat, dan
praktik dalam masyarakat.
Kesimpulannya, antropologi adalah ilmu sosial yang mempelajari manusia dan budaya
manusia dalam berbagai aspek, termasuk budaya, sosial, dan fisik. Para ahli antropologi telah
memberikan berbagai definisi, tetapi intinya adalah memahami dan mendokumentasikan
keanekaragaman budaya, nilai, kebiasaan, dan interaksi manusia di berbagai masyarakat dan
konteks budaya. Antropologi juga memeriksa perubahan budaya, asal-usul manusia, serta
dampak perubahan lingkungan dan sosial pada manusia. Ini adalah ilmu yang membantu kita
menjelajahi dan memahami keragaman dan kesamaan dalam kehidupan manusia di seluruh
dunia.
E.B. Cowling (1966): Menurut Cowling, pertanian adalah "kegiatan produksi tanaman dan
hewan yang membantu manusia memenuhi kebutuhan akan makanan dan serat serta
menghasilkan bahan baku untuk berbagai industri."
G. C. Varley (1997): Varley mendefinisikan pertanian sebagai "usaha manusia dalam
mengeksploitasi organisme hidup dengan tujuan memenuhi kebutuhan pangan, serat, dan
lainnya, serta memahami, mengelola, dan memanfaatkan lingkungan alam."
Harwood (1979): Menurut Harwood, pertanian adalah "usaha yang melibatkan produksi
tanaman dan hewan dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia akan makanan dan bahan
industri."
Norman Borlaug (Nobelis Pertanian, 1970): Borlaug menjelaskan pertanian sebagai "seni,
ilmu, dan bisnis yang berfokus pada mengeksploitasi tanaman untuk menghasilkan makanan,
pakan ternak, serat, dan berbagai produk non-pangan yang kita butuhkan untuk bertahan
hidup dan berkembang."
Kesimpulannya, pertanian adalah kegiatan manusia yang melibatkan produksi tanaman
dan hewan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia, termasuk makanan, pakan ternak,
serat, dan bahan industri. Para ahli telah memberikan berbagai definisi yang mencakup aspek
produksi, lingkungan, dan peran penting pertanian dalam pemenuhan kebutuhan manusia
serta perkembangan ekonomi. Ini adalah sektor yang vital dalam kehidupan manusia,
berperan dalam ketahanan pangan dan pengembangan berbagai industri.
Clifford Geertz: Seorang antropolog terkenal, Geertz menyoroti pentingnya simbol, ritual,
dan makna budaya dalam konteks pertanian. Dia berpendapat bahwa pertanian adalah lebih
dari sekadar kegiatan ekonomi, tetapi juga mencerminkan sistem simbolik dan budaya.
Karl Marx: Marx menekankan konflik kelas dalam hubungan pertanian. Dia memandang
pertanian sebagai salah satu aspek struktur sosial yang terlibat dalam eksploitasi ekonomi dan
ketidaksetaraan.
Ester Boserup: Seorang ahli ekonomi pertanian terkenal, Boserup menyoroti dampak
pertanian terhadap populasi dan perubahan dalam sistem pertanian, terutama dalam hal
perubahan teknologi pertanian.
BAB II
KONSEP SISTEM DALAM STRUKTUR SOSIAL
2.1 Pengertian Sistem Sosial
Sistem sosial adalah konsep dalam ilmu sosial yang mengacu pada struktur dan hubungan
yang ada dalam masyarakat atau kelompok manusia. Ini melibatkan elemen-elemen seperti
individu, kelompok, lembaga, norma, nilai, dan interaksi sosial yang bekerja bersama dalam
suatu pola tertentu. Sistem sosial juga dapat mencakup pola hierarki, distribusi kekuasaan,
dan peran yang dijalankan oleh berbagai entitas dalam masyarakat. Dengan kata lain, sistem
sosial adalah kerangka kerja untuk memahami bagaimana masyarakat diorganisasi dan
bagaimana unsur-unsur dalam masyarakat tersebut saling berinteraksi.
Sistem sosial adalah konsep yang telah dibahas oleh berbagai ahli di bidang sosiologi dan
ilmu sosial.
Niklas Luhmann: Luhmann adalah teoritisi sistem sosial kontemporer yang berfokus pada
pemahaman sistem sosial sebagai sistem komunikasi. Menurutnya, sistem sosial terdiri dari
berbagai komponen yang saling terkait melalui komunikasi, dan komunikasi adalah elemen
utama dalam memahami dinamika sistem sosial.
Émile Durkheim: Durkheim menganggap sistem sosial sebagai hasil dari integrasi sosial, di
mana individu-individu dalam masyarakat saling bergantung dan mematuhi norma dan nilai
bersama. Ia memandang bahwa sistem sosial membantu menjaga solidaritas sosial dalam
masyarakat.
Karl Marx: Marx menekankan aspek konflik dalam sistem sosial, dengan memandang
bahwa masyarakat terbagi menjadi kelas sosial yang bersaing dalam pengendalian sumber
daya ekonomi. Pandangan ini memahami sistem sosial sebagai arena konflik kelas.
Setiap ahli ini memberikan perspektif unik tentang sistem sosial, dan definisinya
mencerminkan pendekatan yang berbeda dalam memahami bagaimana masyarakat
diorganisasi dan beroperasi.
2.2 Pengertian Struktur Sosial
Struktur sosial mengacu pada pola hubungan, peran, norma, dan institusi sosial yang
membentuk organisasi masyarakat. Ini mencakup unsur-unsur seperti status sosial, peran
sosial, hierarki, kelompok sosial, dan lembaga sosial dalam masyarakat. Struktur sosial
membantu mengatur cara individu berinteraksi dan berfungsi dalam masyarakat. Ini juga
mencakup berbagai aspek seperti perbedaan kelas sosial, gender, etnis, dan status sosial
lainnya, serta norma dan nilai yang memandu perilaku sosial. Dalam essensinya, struktur
sosial adalah kerangka kerja yang membentuk masyarakat dan mempengaruhi cara individu
berpartisipasi dalam masyarakat tersebut.
Karl Marx: Marx menekankan peran struktur sosial dalam konteks konflik kelas.
Menurutnya, struktur sosial menciptakan ketidaksetaraan sosial dengan mengatur
kepemilikan sumber daya ekonomi dan menentukan hubungan kekuasaan antara kelas sosial.
Max Weber: Weber memandang bahwa struktur sosial mencakup aspek kelas, status, dan
kekuasaan. Dia mengembangkan konsep "tindakan sosial" dan menekankan peran struktur
sosial dalam mempengaruhi tindakan individu.
Pierre Bourdieu: Bourdieu mengembangkan konsep "kapital sosial" dan "kapital budaya"
untuk menjelaskan bagaimana individu dalam masyarakat berinteraksi dengan berbagai
bentuk modal yang ada, seperti pendidikan, pengetahuan, dan koneksi sosial.
Anthony Giddens: Giddens membahas peran struktur sosial dalam membentuk tindakan
individu dalam konsep "strukturasi." Dia berpendapat bahwa struktur sosial dan tindakan
individu adalah proses yang saling berhubungan dan berdampak satu sama lain.
Emile Durkheim: Durkheim menekankan peran norma sosial dan nilai bersama dalam
membentuk struktur sosial. Ia menggambarkan bagaimana norma sosial membantu menjaga
kohesi sosial dalam masyarakat.
BAB III
POLA KEBUDAYAAN DALAM ORIENTASI NILAI DAN NORMA
3.1 Konsep Nilai
Konsep nilai merujuk pada keyakinan, prinsip, atau standar yang dipandang sebagai penting
dan berharga oleh individu atau masyarakat. Nilai-nilai ini memengaruhi perilaku, pemikiran,
dan prioritas individu dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Nilai-nilai dapat berupa etika,
moral, keyakinan agama, atau pandangan tentang hal-hal seperti keadilan, kejujuran,
persahabatan, keluarga, kebebasan, dan banyak aspek lainnya.
Dalam ilmu sosial, studi tentang nilai-nilai sering mencakup pemahaman tentang
bagaimana nilai-nilai ini berkembang, bagaimana mereka dipengaruhi oleh budaya, agama,
pendidikan, dan pengalaman pribadi, serta bagaimana mereka memengaruhi perilaku individu
dan interaksi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai adalah bagian penting dari identitas
individu dan budaya masyarakat, dan mereka membentuk landasan etika dan moral yang
mengarahkan tindakan manusia.
Emile Durkheim: Durkheim menganggap nilai sebagai norma dan nilai bersama yang
mempertahankan solidaritas sosial dalam masyarakat. Ia berpendapat bahwa nilai-nilai ini
adalah "conscience collective" yang menyatukan anggota masyarakat.
Geert Hofstede: Hofstede adalah seorang ahli dalam studi nilai budaya. Ia mengembangkan
model dimensi budaya yang mencakup dimensi seperti individualisme vs. kolektivisme, jarak
kekuasaan, dan orientasi masa depan.
Nilai-nilai dalam masyarakat dapat memiliki berbagai bentuk dan tingkatan, tergantung pada
konteks budaya, sosial, dan pribadi. Berikut adalah beberapa bentuk dan tingkatan nilai:
1. Bentuk Nilai:
➢ Nilai Etika:
Nilai-nilai etika berkaitan dengan apa yang dianggap benar atau salah dari sudut pandang
moral. Contohnya adalah kejujuran, integritas, dan moralitas.
➢ Nilai Agama:
Nilai-nilai agama didasarkan pada doktrin dan keyakinan keagamaan. Mereka dapat
mencakup cinta kasih, kebajikan, dan ketakwaan.
➢ Nilai Budaya:
Nilai-nilai budaya berasal dari budaya tertentu dan mencerminkan cara pandang unik dari
suatu kelompok etnis atau masyarakat. Contohnya adalah nilai-nilai individualisme vs.
kolektivisme dalam budaya Barat dan Timur.
➢ Nilai Pribadi:
Nilai-nilai pribadi adalah keyakinan yang dimiliki individu secara pribadi, yang dapat
mencakup ambisi, kesuksesan, atau kebahagiaan pribadi.
➢ Nilai Sosial:
Nilai-nilai sosial berhubungan dengan norma-norma dan aturan yang diakui oleh masyarakat.
Ini mencakup norma-norma seperti sopan santun, etika dalam bisnis, atau hukum.
2. Tingkatan Nilai:
➢ Nilai Universal:
Nilai-nilai universal adalah nilai-nilai yang dianggap penting dalam hampir semua budaya di
seluruh dunia. Contoh adalah nilai-nilai seperti cinta, perdamaian, dan keadilan.
➢ Nilai Kultural:
Nilai-nilai kultural adalah nilai-nilai yang khusus bagi suatu kelompok etnis atau budaya
tertentu. Mereka dapat berbeda dari satu budaya ke budaya lainnya.
➢ Nilai Individu:
Nilai-nilai individu adalah nilai-nilai yang dimiliki secara pribadi oleh individu. Mereka
dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya, bahkan dalam masyarakat yang sama.
➢ Nilai Organisasi:
Nilai-nilai organisasi mencerminkan keyakinan dan budaya yang dianut oleh organisasi atau
perusahaan tertentu. Mereka dapat memengaruhi keputusan dan tindakan yang diambil dalam
konteks organisasi.
Berikut adalah beberapa pandangan dari beberapa ahli terkenal mengenai norma:
Emile Durkheim: Durkheim memandang norma sebagai norma sosial yang memainkan
peran penting dalam mempertahankan solidaritas sosial dalam masyarakat. Dia
menggambarkan norma sebagai aturan dan nilai-nilai bersama yang menghubungkan
individu-individu.
William Graham Sumner: Sumner mengembangkan konsep "norma folkways" dan "norma
mores" untuk merinci jenis norma sosial. Folkways adalah norma-norma yang mengatur
perilaku sehari-hari, sementara mores adalah norma-norma yang lebih kuat dan dihargai
dengan lebih serius.
Talcott Parsons: Parsons mengembangkan teori tentang norma dan sistem sosial fungsional.
Dia berpendapat bahwa norma adalah bagian dari sistem sosial yang membantu memelihara
keseimbangan dan integrasi sosial.
Howard Becker: Becker adalah seorang sosiolog interaksi sosial yang mempelajari norma
devian. Ia menggambarkan bagaimana norma sosial dan perubahan dalam norma dapat
mempengaruhi perilaku devian dalam masyarakat.
Masing-masing ahli ini memberikan wawasan tentang norma sosial dan peran mereka dalam
membentuk perilaku individu dalam masyarakat. Norma adalah bagian penting dari struktur
sosial dan budaya masyarakat.
ada banyak contoh norma dalam kehidupan sehari-hari yang mengatur perilaku kita. Berikut
beberapa contoh norma yang umum dijumpai dalam kehidupan sehari-hari:
1. Mengucapkan Terima Kasih: Ketika seseorang memberi Anda bantuan atau melakukan
sesuatu untuk Anda, norma sosial mengharuskan Anda untuk mengucapkan terima kasih
sebagai tanda penghargaan.
2. Antri dengan Tertib: Saat mengantri di toko, dalam transportasi umum, atau di tempat
lain, norma mengharuskan kita untuk antri dengan tertib dan menghormati urutan yang benar.
3. Berbicara dengan Sopan: Norma kesopanan mengharuskan kita untuk berbicara dengan
sopan dan hormat kepada orang lain, termasuk menggunakan kata-kata "tolong" dan "terima
kasih."
4. Tidak Berbicara dengan Mulut Penuh Saat Makan: Ini adalah norma makan yang
mengharuskan kita untuk tidak berbicara dengan mulut penuh saat makan, menjaga tata
krama makan yang baik.
7. Meminta Izin Sebelum Mengambil Barang Pribadi Orang Lain: Norma mengharuskan
kita untuk meminta izin sebelum mengambil atau menggunakan barang pribadi orang lain.
8. Mematuhi Hukum Lalu Lintas: Ini mencakup norma untuk mematuhi peraturan lalu
lintas, seperti menghentikan kendaraan di lampu merah, mengikuti batas kecepatan, dan
mematuhi aturan jalan.
10. Tidak Mengganggu Orang Lain saat Mereka Sedang Bekerja atau Beristirahat: Ini
termasuk norma untuk tidak mengganggu orang yang sedang bekerja atau beristirahat, seperti
tidak menelepon teman atau anggota keluarga saat malam.
Contoh-contoh ini mencerminkan norma-norma sosial yang membimbing perilaku kita dalam
kehidupan sehari-hari, menjaga keteraturan dalam interaksi sosial, dan menunjukkan
penghargaan kepada orang lain.