Anda di halaman 1dari 11

TUGAS SOSIOLOGI

Pengganti kuis

Disusun Oleh:

AMALIA KASIM

(D1A123050)

JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2023
BAB 1
KONSEP SOSIOANTROPOLOGI PERTANIAN

1.1 Definisi Sosiologi


Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat, hubungan antarindividu
dalam masyarakat, dan dampak sosial dari berbagai fenomena dalam kehidupan manusia. Ini
mencakup analisis tentang norma, nilai, struktur sosial, perubahan sosial, konflik, dan
interaksi sosial dalam konteks beragam kelompok dan masyarakat. Sosiologi membantu kita
memahami bagaimana masyarakat berfungsi dan bagaimana faktor-faktor sosial
memengaruhi perilaku manusia.

berikut adalah definisi sosiologi menurut lima ahli terkenal:


Auguste Comte: Comte dikenal sebagai bapak sosiologi dan ia mendefinisikan sosiologi
sebagai ilmu yang mempelajari masyarakat secara ilmiah dengan tujuan untuk memahami
dan memperbaiki kondisi sosial.

Emile Durkheim: Durkheim menyatakan bahwa sosiologi adalah studi ilmiah tentang
tatanan sosial, termasuk norma, nilai, dan interaksi sosial, dengan fokus pada integrasi sosial
dan anomie.

Max Weber: Weber memandang sosiologi sebagai ilmu yang memahami tindakan sosial,
motivasi individu, dan makna yang diberikan oleh individu pada tindakan mereka, yang
dikenal sebagai "verstehen."

Karl Marx: Marx melihat sosiologi sebagai alat untuk memahami ketidaksetaraan sosial dan
konflik kelas dalam masyarakat kapitalis. Bagi Marx, sosiologi adalah alat untuk
menganalisis struktur kelas dan eksploitasi.

Herbert Spencer: Spencer membandingkan masyarakat dengan organisme hidup dan


mendefinisikan sosiologi sebagai studi tentang evolusi sosial, dengan penekanan pada
perubahan sosial dan adaptasi.
Kesimpulannya, sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat dan
fenomena sosial dalam beragam konteks. Para ahli telah memberikan berbagai definisi, tetapi
intinya adalah sosiologi membantu kita memahami bagaimana masyarakat berfungsi,
bagaimana individu berinteraksi dalam masyarakat, dan dampak sosial dari berbagai aspek
kehidupan manusia, seperti norma, nilai, konflik, dan perubahan sosial. Dengan berbagai
pendekatan dan perspektif yang berbeda, sosiologi membantu kita memahami dinamika
sosial dalam masyarakat kita.

1.2 Definisi Antropologi


Antropologi adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari manusia, termasuk aspek
fisik, budaya, sosial, dan perilaku manusia. Ini mencakup analisis tentang asal usul manusia,
perkembangan budaya, variasi antarbudaya, dan dampak perubahan lingkungan serta sosial
terhadap manusia. Antropologi memeriksa keberagaman manusia dalam segala aspek,
termasuk bahasa, agama, struktur sosial, dan nilai-nilai, dengan tujuan memahami dan
mendokumentasikan manusia dalam konteks berbagai masyarakat dan budaya di seluruh
dunia.
berikut adalah definisi antropologi menurut lima ahli terkenal:
Franz Boas: Boas adalah seorang antropolog terkenal yang memandang antropologi sebagai
studi ilmiah tentang budaya manusia yang melibatkan penelitian lapangan yang mendalam
untuk memahami perbedaan budaya dan perkembangan manusia.

Bronisław Malinowski: Malinowski mengemukakan bahwa antropologi adalah studi tentang


kebiasaan manusia dan nilai-nilai yang melandasi kehidupan sosial dalam masyarakat. Dia
juga dikenal dengan penekanannya pada observasi partisipatif dalam penelitian.

Margaret Mead: Mead berfokus pada peran budaya dalam membentuk kepribadian dan
perilaku manusia. Menurutnya, antropologi membantu memahami perbedaan gender dan
peran perempuan dalam masyarakat.

Claude Lévi-Strauss: Lévi-Strauss mendefinisikan antropologi sebagai ilmu yang


mempelajari struktur pikiran manusia dan perbandingan antara budaya-budaya berbeda untuk
menemukan pola dan kesamaan dalam cara manusia berpikir dan berinteraksi.

Edward Tylor: Tylor adalah salah satu tokoh pendiri antropologi budaya dan ia menyatakan
bahwa antropologi adalah studi tentang budaya manusia, mencakup keyakinan, adat, dan
praktik dalam masyarakat.
Kesimpulannya, antropologi adalah ilmu sosial yang mempelajari manusia dan budaya
manusia dalam berbagai aspek, termasuk budaya, sosial, dan fisik. Para ahli antropologi telah
memberikan berbagai definisi, tetapi intinya adalah memahami dan mendokumentasikan
keanekaragaman budaya, nilai, kebiasaan, dan interaksi manusia di berbagai masyarakat dan
konteks budaya. Antropologi juga memeriksa perubahan budaya, asal-usul manusia, serta
dampak perubahan lingkungan dan sosial pada manusia. Ini adalah ilmu yang membantu kita
menjelajahi dan memahami keragaman dan kesamaan dalam kehidupan manusia di seluruh
dunia.

1.3 Definisi pertanian


Pertanian adalah kegiatan manusia yang melibatkan penanaman tanaman, budidaya hewan,
dan pemanfaatan sumber daya alam untuk tujuan produksi makanan, pakan ternak, bahan
pakaian, dan bahan industri lainnya. Ini melibatkan berbagai praktik seperti pemeliharaan
tanaman, peternakan, pengelolaan lahan, pengendalian hama, dan penggunaan teknologi
pertanian untuk memastikan pasokan makanan dan produk pertanian lainnya. Pertanian
merupakan bagian integral dalam pemenuhan kebutuhan manusia dan berkontribusi pada
ekonomi, sosial, dan aspek lingkungan.

definisi pertanian menurut lima ahli terkenal:


Ruthenberg (1971): Ruthenberg mendefinisikan pertanian sebagai "keseluruhan kegiatan
yang terkait dengan produksi makanan, pakan ternak, dan bahan baku non-pangan dari lahan
atau hasil hutan."

E.B. Cowling (1966): Menurut Cowling, pertanian adalah "kegiatan produksi tanaman dan
hewan yang membantu manusia memenuhi kebutuhan akan makanan dan serat serta
menghasilkan bahan baku untuk berbagai industri."
G. C. Varley (1997): Varley mendefinisikan pertanian sebagai "usaha manusia dalam
mengeksploitasi organisme hidup dengan tujuan memenuhi kebutuhan pangan, serat, dan
lainnya, serta memahami, mengelola, dan memanfaatkan lingkungan alam."

Harwood (1979): Menurut Harwood, pertanian adalah "usaha yang melibatkan produksi
tanaman dan hewan dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia akan makanan dan bahan
industri."

Norman Borlaug (Nobelis Pertanian, 1970): Borlaug menjelaskan pertanian sebagai "seni,
ilmu, dan bisnis yang berfokus pada mengeksploitasi tanaman untuk menghasilkan makanan,
pakan ternak, serat, dan berbagai produk non-pangan yang kita butuhkan untuk bertahan
hidup dan berkembang."
Kesimpulannya, pertanian adalah kegiatan manusia yang melibatkan produksi tanaman
dan hewan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia, termasuk makanan, pakan ternak,
serat, dan bahan industri. Para ahli telah memberikan berbagai definisi yang mencakup aspek
produksi, lingkungan, dan peran penting pertanian dalam pemenuhan kebutuhan manusia
serta perkembangan ekonomi. Ini adalah sektor yang vital dalam kehidupan manusia,
berperan dalam ketahanan pangan dan pengembangan berbagai industri.

1.4 Definisi Sosioantropologi Pertanian


Sosioantropologi pertanian adalah cabang dari ilmu sosial yang mengkaji hubungan antara
masyarakat manusia, budaya, dan lingkungan dalam konteks pertanian. Ini melibatkan
penelitian tentang bagaimana masyarakat dan kelompok-kelompok manusia tertentu
mengelola sumber daya alam, praktik pertanian, dan dampak sosial, budaya, serta ekonomi
dari aktivitas pertanian mereka. Sosioantropologi pertanian berusaha memahami peran
budaya dalam praktik pertanian, interaksi sosial dalam masyarakat agraris, dan perubahan
sosial serta ekonomi yang terkait dengan pertanian. Disiplin ini menerapkan pendekatan
sosial dan antropologis untuk memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan produksi
pangan dan pertanian.
definisi sosioantropologi pertanian menurut lima ahli terkenal:
Emile Durkheim: Durkheim memandang pertanian sebagai dasar bagi solidaritas sosial
dalam masyarakat. Dia menganggap bahwa pertanian memainkan peran penting dalam
membentuk norma dan nilai-nilai sosial.

Clifford Geertz: Seorang antropolog terkenal, Geertz menyoroti pentingnya simbol, ritual,
dan makna budaya dalam konteks pertanian. Dia berpendapat bahwa pertanian adalah lebih
dari sekadar kegiatan ekonomi, tetapi juga mencerminkan sistem simbolik dan budaya.

Karl Marx: Marx menekankan konflik kelas dalam hubungan pertanian. Dia memandang
pertanian sebagai salah satu aspek struktur sosial yang terlibat dalam eksploitasi ekonomi dan
ketidaksetaraan.

Ester Boserup: Seorang ahli ekonomi pertanian terkenal, Boserup menyoroti dampak
pertanian terhadap populasi dan perubahan dalam sistem pertanian, terutama dalam hal
perubahan teknologi pertanian.

Roy Rappaport: Seorang antropolog budaya, Rappaport memfokuskan perhatiannya pada


agama dan ekologi dalam konteks pertanian. Ia menganggap bahwa agama dan ekologi dapat
berperan dalam menjaga keseimbangan lingkungan dalam sistem pertanian.
Kesimpulannya, sosioantropologi pertanian adalah bidang studi yang menggabungkan konsep
dan metode antropologi dan sosiologi untuk memahami hubungan antara manusia, budaya,
dan lingkungan dalam konteks pertanian dan kehidupan pedesaan. Berbagai ahli telah
memberikan wawasan tentang bagaimana pertanian mempengaruhi masyarakat, norma, nilai,
konflik sosial, dan perubahan budaya. Ini adalah bidang yang mendalam, yang membantu
kita memahami dinamika kompleks yang ada dalam kehidupan pedesaan dan pertanian.

BAB II
KONSEP SISTEM DALAM STRUKTUR SOSIAL
2.1 Pengertian Sistem Sosial
Sistem sosial adalah konsep dalam ilmu sosial yang mengacu pada struktur dan hubungan
yang ada dalam masyarakat atau kelompok manusia. Ini melibatkan elemen-elemen seperti
individu, kelompok, lembaga, norma, nilai, dan interaksi sosial yang bekerja bersama dalam
suatu pola tertentu. Sistem sosial juga dapat mencakup pola hierarki, distribusi kekuasaan,
dan peran yang dijalankan oleh berbagai entitas dalam masyarakat. Dengan kata lain, sistem
sosial adalah kerangka kerja untuk memahami bagaimana masyarakat diorganisasi dan
bagaimana unsur-unsur dalam masyarakat tersebut saling berinteraksi.
Sistem sosial adalah konsep yang telah dibahas oleh berbagai ahli di bidang sosiologi dan
ilmu sosial.

Berikut adalah pandangan beberapa ahli terkenal mengenai sistem sosial:


Talcott Parsons: Parsons mengembangkan teori sistem sosial fungsional yang menekankan
pentingnya keseimbangan dan integrasi dalam masyarakat. Menurutnya, sistem sosial adalah
kumpulan peran dan fungsi yang saling berhubungan yang membantu menjaga keseimbangan
dan stabilitas dalam masyarakat.

Niklas Luhmann: Luhmann adalah teoritisi sistem sosial kontemporer yang berfokus pada
pemahaman sistem sosial sebagai sistem komunikasi. Menurutnya, sistem sosial terdiri dari
berbagai komponen yang saling terkait melalui komunikasi, dan komunikasi adalah elemen
utama dalam memahami dinamika sistem sosial.

Émile Durkheim: Durkheim menganggap sistem sosial sebagai hasil dari integrasi sosial, di
mana individu-individu dalam masyarakat saling bergantung dan mematuhi norma dan nilai
bersama. Ia memandang bahwa sistem sosial membantu menjaga solidaritas sosial dalam
masyarakat.

Karl Marx: Marx menekankan aspek konflik dalam sistem sosial, dengan memandang
bahwa masyarakat terbagi menjadi kelas sosial yang bersaing dalam pengendalian sumber
daya ekonomi. Pandangan ini memahami sistem sosial sebagai arena konflik kelas.

Tönnies: Ferdinand Tönnies membedakan antara masyarakat berdasarkan hubungan yang


terjalin di dalamnya. Dia membedakan antara "Gemeinschaft" (masyarakat tradisional
berbasis pada hubungan sosial yang kuat) dan "Gesellschaft" (masyarakat modern yang lebih
berbasis pada hubungan kontrak dan peraturan hukum).

Setiap ahli ini memberikan perspektif unik tentang sistem sosial, dan definisinya
mencerminkan pendekatan yang berbeda dalam memahami bagaimana masyarakat
diorganisasi dan beroperasi.
2.2 Pengertian Struktur Sosial
Struktur sosial mengacu pada pola hubungan, peran, norma, dan institusi sosial yang
membentuk organisasi masyarakat. Ini mencakup unsur-unsur seperti status sosial, peran
sosial, hierarki, kelompok sosial, dan lembaga sosial dalam masyarakat. Struktur sosial
membantu mengatur cara individu berinteraksi dan berfungsi dalam masyarakat. Ini juga
mencakup berbagai aspek seperti perbedaan kelas sosial, gender, etnis, dan status sosial
lainnya, serta norma dan nilai yang memandu perilaku sosial. Dalam essensinya, struktur
sosial adalah kerangka kerja yang membentuk masyarakat dan mempengaruhi cara individu
berpartisipasi dalam masyarakat tersebut.

Berikut adalah pandangan beberapa ahli terkenal mengenai struktur sosial:


Émile Durkheim: Durkheim menganggap struktur sosial sebagai elemen kunci dalam
memahami integrasi sosial dalam masyarakat. Menurutnya, norma dan nilai bersama
membentuk dasar dari struktur sosial, dan mereka menjaga kohesi sosial dalam masyarakat.

Karl Marx: Marx menekankan peran struktur sosial dalam konteks konflik kelas.
Menurutnya, struktur sosial menciptakan ketidaksetaraan sosial dengan mengatur
kepemilikan sumber daya ekonomi dan menentukan hubungan kekuasaan antara kelas sosial.

Max Weber: Weber memandang bahwa struktur sosial mencakup aspek kelas, status, dan
kekuasaan. Dia mengembangkan konsep "tindakan sosial" dan menekankan peran struktur
sosial dalam mempengaruhi tindakan individu.

Robert K. Merton: Merton mengembangkan teori "fungsi manifest" dan "dysfunction"


untuk memahami peran struktur sosial dalam masyarakat. Menurutnya, struktur sosial
memiliki berbagai efek, termasuk efek yang tidak diinginkan.

Pierre Bourdieu: Bourdieu mengembangkan konsep "modalitas sosial" yang


menggambarkan bagaimana individu berinteraksi dengan struktur sosial dan meraih kapital
sosial, ekonomi, dan budaya dalam masyarakat.

2.3 Bentuk Struktur Sosial


Bentuk struktur sosial merujuk pada pola khusus atau organisasi tertentu dari elemen-elemen
dalam masyarakat yang menciptakan hubungan dan interaksi sosial. Ini termasuk perbedaan-
perbedaan hierarki, peran-peran sosial yang dijalankan oleh individu dalam masyarakat,
kelompok sosial, dan lembaga-lembaga sosial yang mempengaruhi cara masyarakat
diorganisasi.
Bentuk struktur sosial dapat mencakup berbagai aspek, seperti perbedaan kelas sosial,
perbedaan gender, hierarki kekuasaan, norma sosial, nilai-nilai, dan lembaga-lembaga seperti
keluarga, agama, dan pemerintahan. Ini mencerminkan cara elemen-elemen tersebut diatur
dan saling berinteraksi dalam masyarakat, membentuk pola yang dapat memengaruhi
perilaku, hubungan, dan dinamika sosial di dalamnya. Bentuk struktur sosial adalah kunci
dalam memahami bagaimana masyarakat berfungsi dan bagaimana individu berpartisipasi
dalamnya.
Berikut adalah pandangan beberapa ahli terkenal:
Robert K. Merton: Merton menyumbangkan konsep "anomie" dalam pemahaman struktur
sosial. Dia menekankan bagaimana perbedaan antara tujuan sosial yang diinginkan dan
sarana yang tersedia untuk mencapainya dapat membentuk ketidakseimbangan dalam
masyarakat.

Pierre Bourdieu: Bourdieu mengembangkan konsep "kapital sosial" dan "kapital budaya"
untuk menjelaskan bagaimana individu dalam masyarakat berinteraksi dengan berbagai
bentuk modal yang ada, seperti pendidikan, pengetahuan, dan koneksi sosial.

Erving Goffman: Goffman memberikan kontribusi penting dalam memahami interaksi


sosial dan peran sosial. Dia menggambarkan bagaimana individu berperan dalam berbagai
situasi sosial, menciptakan "front stage" dan "back stage" dalam hidup mereka.

Anthony Giddens: Giddens membahas peran struktur sosial dalam membentuk tindakan
individu dalam konsep "strukturasi." Dia berpendapat bahwa struktur sosial dan tindakan
individu adalah proses yang saling berhubungan dan berdampak satu sama lain.

Emile Durkheim: Durkheim menekankan peran norma sosial dan nilai bersama dalam
membentuk struktur sosial. Ia menggambarkan bagaimana norma sosial membantu menjaga
kohesi sosial dalam masyarakat.

BAB III
POLA KEBUDAYAAN DALAM ORIENTASI NILAI DAN NORMA
3.1 Konsep Nilai
Konsep nilai merujuk pada keyakinan, prinsip, atau standar yang dipandang sebagai penting
dan berharga oleh individu atau masyarakat. Nilai-nilai ini memengaruhi perilaku, pemikiran,
dan prioritas individu dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Nilai-nilai dapat berupa etika,
moral, keyakinan agama, atau pandangan tentang hal-hal seperti keadilan, kejujuran,
persahabatan, keluarga, kebebasan, dan banyak aspek lainnya.
Dalam ilmu sosial, studi tentang nilai-nilai sering mencakup pemahaman tentang
bagaimana nilai-nilai ini berkembang, bagaimana mereka dipengaruhi oleh budaya, agama,
pendidikan, dan pengalaman pribadi, serta bagaimana mereka memengaruhi perilaku individu
dan interaksi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai adalah bagian penting dari identitas
individu dan budaya masyarakat, dan mereka membentuk landasan etika dan moral yang
mengarahkan tindakan manusia.

Berikut adalah beberapa contoh nilai yang umumnya diakui:


Keadilan: Nilai keadilan berhubungan dengan keyakinan bahwa individu harus
diperlakukan dengan adil dan setara, dan hukum harus ditegakkan secara adil tanpa
diskriminasi.
Keluarga: Nilai keluarga mencakup pentingnya hubungan keluarga, perawatan, dukungan,
dan komitmen terhadap anggota keluarga.
Kejujuran: Kejujuran adalah nilai moral yang menekankan pentingnya kebenaran, integritas,
dan ketepatan dalam berbicara dan bertindak.
Kemerdekaan: Nilai kemerdekaan mengacu pada hak individu untuk menyatakan pendapat,
membuat pilihan, dan mengambil tindakan secara bebas tanpa campur tangan yang tidak sah.
Kerja keras: Nilai kerja keras menekankan dedikasi, tekad, dan usaha keras untuk mencapai
tujuan.
Pendidikan: Nilai pendidikan menyoroti pentingnya pendidikan dan pengetahuan dalam
perkembangan individu dan kemajuan masyarakat.
Solidaritas sosial: Nilai solidaritas mengacu pada kerja sama, empati, dan dukungan
antaranggota masyarakat atau kelompok.
Agama: Nilai-nilai agama adalah keyakinan dalam praktik keagamaan, moral, dan etika yang
diatur oleh agama tertentu.
Perlindungan lingkungan: Nilai ini mencakup kepedulian terhadap lingkungan alam dan
tanggung jawab dalam menjaga alam.
Persahabatan: Persahabatan adalah nilai yang menekankan pentingnya hubungan sosial
yang mendalam dan berarti.
Contoh ini hanya mencakup sebagian kecil dari nilai-nilai yang ada di dunia, dan nilai-nilai
dapat berbeda antara individu, kelompok, budaya, dan agama. Nilai-nilai ini membantu
membentuk budaya, etika, dan perilaku dalam masyarakat.

Berikut adalah beberapa pandangan dari beberapa ahli terkenal:


Max Weber: Weber memahami nilai sebagai keyakinan dan tindakan yang memotivasi
individu dalam tindakan mereka. Baginya, pemahaman nilai adalah penting untuk memahami
tindakan sosial dan interaksi.

Emile Durkheim: Durkheim menganggap nilai sebagai norma dan nilai bersama yang
mempertahankan solidaritas sosial dalam masyarakat. Ia berpendapat bahwa nilai-nilai ini
adalah "conscience collective" yang menyatukan anggota masyarakat.

Geert Hofstede: Hofstede adalah seorang ahli dalam studi nilai budaya. Ia mengembangkan
model dimensi budaya yang mencakup dimensi seperti individualisme vs. kolektivisme, jarak
kekuasaan, dan orientasi masa depan.

Abraham Maslow: Maslow mengembangkan "hirarki kebutuhan" yang mencakup


kebutuhan fisik, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan penghargaan, dan
kebutuhan aktualisasi diri. Ia menyatakan bahwa individu berusaha untuk memenuhi hierarki
ini dan mengejar nilai-nilai yang relevan.

Lawrence Kohlberg: Kohlberg mengembangkan teori perkembangan moral yang


melibatkan tahapan perkembangan nilai moral individu, yang berkembang dari tingkat
moralitas prapertimbangan hingga tingkat moralitas poskonvensional.

Nilai-nilai dalam masyarakat dapat memiliki berbagai bentuk dan tingkatan, tergantung pada
konteks budaya, sosial, dan pribadi. Berikut adalah beberapa bentuk dan tingkatan nilai:
1. Bentuk Nilai:
➢ Nilai Etika:
Nilai-nilai etika berkaitan dengan apa yang dianggap benar atau salah dari sudut pandang
moral. Contohnya adalah kejujuran, integritas, dan moralitas.

➢ Nilai Agama:
Nilai-nilai agama didasarkan pada doktrin dan keyakinan keagamaan. Mereka dapat
mencakup cinta kasih, kebajikan, dan ketakwaan.
➢ Nilai Budaya:
Nilai-nilai budaya berasal dari budaya tertentu dan mencerminkan cara pandang unik dari
suatu kelompok etnis atau masyarakat. Contohnya adalah nilai-nilai individualisme vs.
kolektivisme dalam budaya Barat dan Timur.

➢ Nilai Pribadi:
Nilai-nilai pribadi adalah keyakinan yang dimiliki individu secara pribadi, yang dapat
mencakup ambisi, kesuksesan, atau kebahagiaan pribadi.

➢ Nilai Sosial:
Nilai-nilai sosial berhubungan dengan norma-norma dan aturan yang diakui oleh masyarakat.
Ini mencakup norma-norma seperti sopan santun, etika dalam bisnis, atau hukum.

2. Tingkatan Nilai:
➢ Nilai Universal:
Nilai-nilai universal adalah nilai-nilai yang dianggap penting dalam hampir semua budaya di
seluruh dunia. Contoh adalah nilai-nilai seperti cinta, perdamaian, dan keadilan.

➢ Nilai Kultural:
Nilai-nilai kultural adalah nilai-nilai yang khusus bagi suatu kelompok etnis atau budaya
tertentu. Mereka dapat berbeda dari satu budaya ke budaya lainnya.

➢ Nilai Individu:
Nilai-nilai individu adalah nilai-nilai yang dimiliki secara pribadi oleh individu. Mereka
dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya, bahkan dalam masyarakat yang sama.

➢ Nilai Organisasi:
Nilai-nilai organisasi mencerminkan keyakinan dan budaya yang dianut oleh organisasi atau
perusahaan tertentu. Mereka dapat memengaruhi keputusan dan tindakan yang diambil dalam
konteks organisasi.

3.2 Konsep Norma


Norma adalah panduan perilaku sosial yang mengatur cara individu berinteraksi dalam
masyarakat atau kelompok. Norma adalah aturan tidak tertulis yang mendikte apa yang
dianggap sebagai perilaku yang sesuai atau tidak sesuai dalam berbagai situasi sosial. Mereka
berperan dalam memelihara keteraturan sosial, mengatasi konflik, dan membentuk budaya
masyarakat.

Ada dua jenis norma utama:


1. Norma Descriptive: Ini adalah norma yang mendeskripsikan apa yang dianggap sebagai
perilaku yang umum atau biasa dalam masyarakat. Misalnya, mengatakan bahwa orang harus
mengantre di depan kasir di toko adalah norma deskriptif.
2. Norma Preskriptif: Ini adalah norma yang mendikte atau mengharuskan individu untuk
bertindak sesuai dengan aturan tertentu. Misalnya, mengatakan bahwa seseorang harus
mengucapkan terima kasih ketika menerima bantuan adalah norma preskriptif.
Norma dapat berbeda antara budaya, masyarakat, dan kelompok sosial. Mereka juga dapat
berubah seiring waktu sesuai dengan perubahan sosial dan nilai-nilai budaya. Norma
memainkan peran penting dalam membentuk dan memandu perilaku individu dalam berbagai
situasi sosial, dari etika bisnis hingga interaksi sehari-hari dengan orang lain.

Berikut adalah beberapa pandangan dari beberapa ahli terkenal mengenai norma:
Emile Durkheim: Durkheim memandang norma sebagai norma sosial yang memainkan
peran penting dalam mempertahankan solidaritas sosial dalam masyarakat. Dia
menggambarkan norma sebagai aturan dan nilai-nilai bersama yang menghubungkan
individu-individu.

William Graham Sumner: Sumner mengembangkan konsep "norma folkways" dan "norma
mores" untuk merinci jenis norma sosial. Folkways adalah norma-norma yang mengatur
perilaku sehari-hari, sementara mores adalah norma-norma yang lebih kuat dan dihargai
dengan lebih serius.

Talcott Parsons: Parsons mengembangkan teori tentang norma dan sistem sosial fungsional.
Dia berpendapat bahwa norma adalah bagian dari sistem sosial yang membantu memelihara
keseimbangan dan integrasi sosial.

Howard Becker: Becker adalah seorang sosiolog interaksi sosial yang mempelajari norma
devian. Ia menggambarkan bagaimana norma sosial dan perubahan dalam norma dapat
mempengaruhi perilaku devian dalam masyarakat.

Erving Goffman: Goffman menyumbangkan pandangan unik tentang bagaimana individu


berperan dalam interaksi sosial. Ia menggunakan istilah "front stage" dan "back stage" untuk
menjelaskan peran dan norma sosial dalam berbagai situasi sosial.

Masing-masing ahli ini memberikan wawasan tentang norma sosial dan peran mereka dalam
membentuk perilaku individu dalam masyarakat. Norma adalah bagian penting dari struktur
sosial dan budaya masyarakat.

Berikut adalah beberapa contoh konsep norma secara harfiah:


1. Norma Kesopanan:Ini mencakup aturan-aturan dasar tentang bagaimana berperilaku sopan
di berbagai situasi sosial. Contohnya adalah memberi salam, mengucapkan terima kasih, atau
menjaga jarak sosial yang sesuai.
2. Norma Hukum: Norma-norma hukum adalah aturan-aturan yang diatur oleh sistem hukum
dalam masyarakat. Mereka mengatur tindakan yang ilegal dan dapat menghasilkan sanksi
hukum jika dilanggar.
3. Norma Sosial:Ini adalah aturan-aturan sosial yang diakui oleh masyarakat dan mengatur
tindakan dan interaksi sehari-hari. Contohnya adalah menjaga antrian, tidak berbicara terlalu
keras di tempat umum, atau menghindari perilaku diskriminatif.
4. Norma Budaya: Norma-norma ini berasal dari budaya tertentu dan mencakup aturan-aturan
tentang cara berpakaian, makanan, atau ritual budaya. Contohnya adalah norma-norma dalam
upacara pernikahan atau tata cara berpakaian yang sesuai dalam kebudayaan tertentu.
5. Norma Etika: Norma-norma etika berkaitan dengan aturan-aturan moral yang mengatur
tindakan individu. Mereka mencakup nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, dan altruisme.
6. Norma Pendidikan: Norma-norma ini mengatur perilaku dalam konteks pendidikan.
Contohnya adalah norma-norma di kelas, seperti mendengarkan guru atau menghormati hak-
hak teman sekelas.
7. Norma Organisasi:Ini adalah aturan-aturan yang mengatur perilaku dalam organisasi atau
perusahaan. Mereka mencakup etika kerja, aturan perusahaan, atau prosedur operasional
standar.

ada banyak contoh norma dalam kehidupan sehari-hari yang mengatur perilaku kita. Berikut
beberapa contoh norma yang umum dijumpai dalam kehidupan sehari-hari:
1. Mengucapkan Terima Kasih: Ketika seseorang memberi Anda bantuan atau melakukan
sesuatu untuk Anda, norma sosial mengharuskan Anda untuk mengucapkan terima kasih
sebagai tanda penghargaan.

2. Antri dengan Tertib: Saat mengantri di toko, dalam transportasi umum, atau di tempat
lain, norma mengharuskan kita untuk antri dengan tertib dan menghormati urutan yang benar.

3. Berbicara dengan Sopan: Norma kesopanan mengharuskan kita untuk berbicara dengan
sopan dan hormat kepada orang lain, termasuk menggunakan kata-kata "tolong" dan "terima
kasih."

4. Tidak Berbicara dengan Mulut Penuh Saat Makan: Ini adalah norma makan yang
mengharuskan kita untuk tidak berbicara dengan mulut penuh saat makan, menjaga tata
krama makan yang baik.

5. Menghindari Menceritakan Rahasia Orang Lain: Norma etika sosial mengharuskan


kita untuk tidak mengungkapkan rahasia pribadi atau informasi pribadi tentang orang lain
tanpa izin mereka.

6. Menyisihkan Tempat Duduk untuk Orang yang Membutuhkan: Misalnya, di


transportasi umum, norma sosial mengharuskan kita untuk memberikan tempat duduk kepada
orang lanjut usia, ibu hamil, atau orang yang membutuhkan.

7. Meminta Izin Sebelum Mengambil Barang Pribadi Orang Lain: Norma mengharuskan
kita untuk meminta izin sebelum mengambil atau menggunakan barang pribadi orang lain.

8. Mematuhi Hukum Lalu Lintas: Ini mencakup norma untuk mematuhi peraturan lalu
lintas, seperti menghentikan kendaraan di lampu merah, mengikuti batas kecepatan, dan
mematuhi aturan jalan.

9. Menyisihkan Waktu untuk Kepentingan Keluarga: Norma keluarga mengharuskan kita


untuk menyisihkan waktu untuk keluarga, seperti merayakan ulang tahun keluarga atau
menghadiri acara keluarga.

10. Tidak Mengganggu Orang Lain saat Mereka Sedang Bekerja atau Beristirahat: Ini
termasuk norma untuk tidak mengganggu orang yang sedang bekerja atau beristirahat, seperti
tidak menelepon teman atau anggota keluarga saat malam.

Contoh-contoh ini mencerminkan norma-norma sosial yang membimbing perilaku kita dalam
kehidupan sehari-hari, menjaga keteraturan dalam interaksi sosial, dan menunjukkan
penghargaan kepada orang lain.

Anda mungkin juga menyukai