Anda di halaman 1dari 13

KASUS MENGENAI KEPAILITAN NY.

MENEER

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Hukum
Kepailitan dan Jaminan

Disusun Oleh :
- Rahel Febriyanti Permata 5121600141
- Vina Amalia Hamim 5121600147
- Ferisa Frilna Ayu 5121600103
- Farida Yulifar Rahmadanti 51211600106
- Muhammad Rafi Destio 5121600211

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyusun tugas Hukum Kepailitan dan Jaminan ini
dengan baik serta tepat waktu. Seperti yang sudah kita tahu “Pendidikan Karakter” itu sangat
berarti untuk anak bangsa dari mulai dini. Semuanya perlu dibahas pada makalah ini kenapa
Pendidikan Karakter itu sangat diperlukan serta layak dijadikan bagaikan modul pelajaran.
PENDAHULUAN

PT Nyonya Meneer dinyatakan bangkrut oleh Pengadilan Negeri (PN) Semarang. Beratnya
beban utang yang ditanggung, membuat perusahaan tak lagi sehat.

Selain beban utang, sengketa perebutan kekuasaan antarkeluarga disebut-sebut menjadi


pemicu bangkrutnya perusahaan yang lahir sejak 1919 tersebut.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Didik J.
Rachbini menjelaskan bagaimana suatu perusahaan dapat mengalami kebangkrutan meskipun
telah lama beroperasi salah satunya yang terjadi pada perusahaan jamu PT Nyonya Meneer.

"Nyonya Meneer lebih kepada korporasi, korporasi yang tidak dapat menyesuaikan dengan
perubahan yang sangat cepat. Jadi di Jepang dan di negara lain juga ribuan perusahaan pailit
karena tidak mampu menyesuaikan diri," ujar Didik saat ditemui di Gado-Gado Boplo,
Jakarta, Sabtu (5/8).

Didik mengatakan bangkrutnya suatu perusahaan bisa disebabkan ambisi yang ingin tetap
beroperasi ditengah-tengah kondisi perusahaan yang tidak memungkinkan. Sehingga apabila
dipaksakan malah akan memicu membengkaknya utang.

"Pailit, kalau dia tidak bisa membayar utang dan tidak bisa membayar karyawan, tidak bisa
membayar cost produksi. Karena itu produksi berhenti. Kalau diteruskan produksi utang yang
malah akan terus bertambah," jelasnya.

Untuk itu, Didik menyarankan perusahaan harus jeli melihat kondisi operasional dan
manajemen perusahaan. Selain itu, perusahaan juga harus cerdas dalam mengikuti
perkembangan jaman.

"Harus cepat menyesuaikan diri, tahu kondisi perusahaan bagaimana. Kalau Nyonya Meneer
katanya ada masalah keluarga, saya tidak tahu pasti. Karena itu urusan internal. Tapi yang
pasti, harus memahami kondisi yang ada," pungkasnya
A. Latar Belakang Masalah

Salah satu sinyal dari perusahaan akan terjadinya kebangkrutan didapat dari timbulnya
kondisi kesulitan keuangan atau financial distress. Kondisi seperti inilah yang membuat
pemilik perusahaan, investor, dan kreditur menjadi khawatir jika perusahaan mengalami
kerugian berkelanjutan ataupun mengalami gagal bayar yang dapat mengarah pada
kebangrutan. Di Indonesia sendiri, kasus kebangkrutan yang barusaja terjadi adalah kasus
perusahaan jamu legendaris, yaitu PT Nyonya Meneer Perusahaan yang telah didirikan sejak
1919 itu pada akhirnya dinyatakan pailit pada3 Agustus 2017 oleh Pengadilan Negeri
Semarang karena tidak mampu lagi melunasi hutangnya kepada 35 krediturnya. PT Nyonya
Meneer dinyatakan pailit setelah kalah gugatan atas perkara kredit macet yang dilayangkan
oleh salah satu krediturnya, yakni Hendrianto Bambang Santoso. PT Nyonya Meneer terbukti
tidak sanggup membayar hutang sebesar 7,4 miliar rupiah. Hendrianto mengaku hanya
menerima 118 juta rupiah dari pihak PT Nyonya Meneer.

Dalam amar putusannya pada Kamis, 3 Agustus 2017, Ketua Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Semarang, Nani Indrawati, menyatakan mengabulkan permohonan pemohon
seluruhnya dan menyatakan PT Nyonya Meneer dalam keadaan pailit.Sebenarnya, perkara
hukum antara PT Nyonya Meneer dengan krediturnya, Hendrianto Bambang Santoso, telah
berlangsung cukup lama. Sidang gugatan kredit macet itu bahkan berlangsung hampir dua
tahun terakhir. Awalnya, PT Nyonya Meneer digugat pailit karena memiliki banyak hutang
kepada sejumlah krediturnya. Pada 8 Juni 2015,majelis hakim Pengadilan Niaga Semarang
yang dipimpin Dwiarso Budi Santiarto menyatakan perjanjian perdamaian antara debitur dan
35 kreditur tentang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) pada 27 Mei 2015
telah sah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pertanggungjawaban PT Nyonya Meneer terhadap pemenuhan


pembayaran upah dan hak-hak lainnya dari pekerja akibat adanya putusan pernyataan
pailit (Putusan Nomor 11/Pdt.Sus-Pailit/2017/PN Niaga Smg jo. Nomor 01/Pdt.Sus-
PKPU/2015/PN Niaga Smg)?
2. Bagaimana perlindungan hukum bagi pihak debitor dan pihak kreditor dalam kasus
kepailitan PT.Nyonya Meneer Indonesia?
C. Pembahasan

1. Bagaimanakah pertanggungjawaban PT Nyonya Meneer terhadap pemenuhan


pembayaran upah dan hak-hak lainnya dari pekerja akibat adanya putusan
pernyataan pailit (Putusan Nomor 11/Pdt.Sus-Pailit/2017/PN Niaga Smg jo. Nomor
01/Pdt.Sus-PKPU/2015/PN Niaga Smg)?

Suatu kepailitan yang dialami oleh debitor akan memiliki dampak terhadap kreditor-
kreditornya, baik terhadap kreditor yang timbul karena adanya perjanjian piutang, ataupun
kreditor yang timbul karena adanya perikatan lain. Kepailitan yang terjadi terhadap debitor
menimbulkan hak-hak bagi kreditornya, yaitu hak untuk mendapatkan pelunasan atas piutang
dari arta pailit. Pihak-pihak kreditor ini nantinya akan menjadi pihak dalam pemberesan harta
pailit. Menjadi tanggung jawab kutaror nantinya untuk melakukan pemenuhan kewajiban
debitor kepada kreditor ini karena semenjak putusan pailit, kreditor tidak lagi berwewenang
melakukan perbuatan hukum sendiri sata harta pailitnya.Berdasarkan tingkatannya maka
kreditor dapar dibagi menjadi beberapa macam yaitu(Man S Sastrawidjaja, 2006 : 35)

1. Kreditor Separatis

Kreditor pemegang hak jaminan kebendaan yang memberi wewenang kepada kreditor
lainnya untuk menjual secara lelang kebendaan yang dijaminkan kepadanya untuk
memperoleh pelunasan dibandingkan dengan kreditor-kredit lainnya. Kreditor separatis
adalah kreditor yang kedudukan terpisah dari kreditor lain dan kreditor yang memperoleh
kedudukan yang didahulukan atau diprioritaskan seperti : gadai,fidusia, hak tanggungan,
hipotik adalah kreditor pemegang hak jaminan kebendaan.

2. Kreditor Preferen

Kreditor yang piutangnya mempunyai kedudukan istimewa. Kreditor tersebut berhak atas
pelunasan yang didahulukan atas penjualan harta pailit.Timbulnya hak istimwewa yang
dimiliki oleh golongan kreditor ini karena hak tersebut diberikan oleh Undang-undang. Pasal
1134 KUHPerdata menyebutkan bahwa hak istimewa ialah suatu hak yang oleh undang-
undang diberikan kepada seorang berpiutang sehingga tingkatnya lebih tinggi dari pada orang
berpiutang lainnya.

3. Kreditor Konkuren
Kreditor yang mempunyai hak mendapatkan pelunasan secara bersama-sama tanpa hak yang
didahuukan, dihitung besarnya piutang masing-masing terhadap piutang secara keseluruhan
dari seluruh harta kekayaan debitor. Kreditor konkuren merupakan kreditor yang tidak
termasuk dalam kreditor separatis dan kreditor konkuren. Mengenai kreditor konkuren diatur
dalam pasal 1132 KUH Perdata.Segala piutang yang diatur dalam pasal 1139 dan 1149 KUH
Perdata ini pada umumnya berada dibawah gadai dan hipotik atau piutang separatis, hal ini
berdasarkan pasal 1134 KUH Perdata. Pasal 1134 KUH Perdata, jika tidak dengan tegas
ditentukan lain oleh undang-undang lain, maka kreditor pemegang hak jaminan didahulukan
daripada kreditor pemegang hak istimewa untuk memperoleh pelunasan dari hasil penjualan
harta kekayaan debitor menurut Pasal 1131 KUH Perdata menjadi agunan atau jaminan bagi
utang-utangnya. Jadi , pada dasarnya kreditor preferen memiliki kedudukan dibawah kreditor
separatis apabila tidak diatur secara khusus oleh undang-undang ( Sutan Remy Sjahdeini,
2009 : 6).Berdasarkan data yang didapat penulis sebanyak 1.158 pekerja/buruh PT. Nyonya
Meneer menanti hak-hak mereka pasca perusahaan jamu legendaris itu dinyatakan pailit,
yang mana pekerja/buruh PT. Nyonya Meneer belum menerima gaji atau hak upah sejak
November 2015. PT. Nyonya Meneer harus membayar utang kepada pekerja/buruh mencapai
Rp 98 Miliar. Semua tunggakan upah pegawai baik aktif maupun yang sudah dirumahkan
mencapai98 Miliar. Dengan rincian utang mulai dari tunggakan pembayaran BPJS
ketenagakerjaan sejak November 2011 senilai Rp 12,5 miliar, tunggakan gaji senilai Rp 35,3
miliar,tunggakan klaim kesehatan para pekerja 54 orang senilai Rp 75 juta. Total karyawan
aktif PT Nyonya Meneer 921 orang. Mereka belum menerima upai mulai November 2015,
Januari 2016 serta Juli 2017. Selain karyawan aktif masih ada tunggakan upah buruh pensiun
mencapai Rp 41,4 miliar. PT Nyonya Meneer juga dinilai belum membayar pesangon 183
buruh yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) mencapai Rp 8,7 miliar. Pasal 39 ayat
(1) UUK-PKPU ini bahwa konsekuensi dari pekerja/buruh dalam sautu perusahaan yang
dianggap pailit adalah Pemutusan Hubungan Kerja. Pemutusan hubungan kerja tersebut
paling singkat 45 (empat puluh lima) hari setelah pemberitahuan akan adanya pemutusan
hubungan kerja. Dalam penjelasan Pasal 39 ayat (1) juga menjelaskan ketentuan mengenai
hubungan kerja, kurator tetap berpedoman pada peraturan perundang-undangan di bidang
ketenagakerjaan (Susilo Andi Darma, 2013 : 128).Permasalahan yang ditimbulkan dari terjadi
pemutusan hubungan kerja ini tidak terlepas dari hak perkerja/buruh baik berupa hak atas
upah maupun hak selain upah seperti pesangon dan lain sebagainya. Artinya, hak-hak dari
pekerja/buruh dianggap sebagai harta pailit yang harus dibayarkan sebelum didistribusikan
kepada semua krditor termasuk kreditor separatis.Hal ini didasari Pasal 95 ayat (4) UU
Ketenagakerjaan yang berbunyi “ Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi
beserta peraturan perundang undangan yang berlaku , maka upah dan hak-hak lainnya dari
pekerja/buruh merupakan utang yang dahulukan pembayarannya”Selanjutnya Pada Pasal 165
UU Ketenagakerjaan ini menyebutkan bahwa pengusaha dapat melakukan pemutusan
hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karana perusahaan pailit dengan ketentuan
pekerja/buruh berhak atas uang pesangon 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang
penghargaan masa kerja sebesar 1(satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3), dan uang
penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).PT Nyonya Meneer memiliki utang
berupa upah yang belum dibayarkan dan hak lainnya berupa pesangon, uang penghargaan dan
uang pengantian. Kedudukan utang tersebut merupakan utang yang diistimewakan atau
preferen karena utang-utang tersebut termasuk kedalam jenis-jenis utang yang diistimewakan
menurut undang-undang. Undang-undang yang mengatur hal tersebut adalah KUH Pedata,
Undang-undang Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU dan Undang-undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagaerjaan. Disamping itu putusan Mahkamah Konstitusi
No. 67/PUU-XI/2013 sebagai pengujian terhadap Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003,
juga mengatur mengenai kedudukan utang terhadap pekerja/buruh dalam kepailitan suatu
perusahaan.Dengan adanya putusan Nomor 11/Pdt.Sus-Pailit/2017/PN Niaga Smg jo.Nomor
01/Pdt.Sus-PKPU/2015/PN Niaga Smg yang mengakibatkan PT Nyonya Meneer dinyatakan
pailit, berarti segala aktivitas dan dengan demikian tidak lagi dapat mengadakan transaksi
dengan pihak lain. Untuk likuidasi atau pemberesan, yaitu menagih utang, menghitung utang
, menghitung aset perusahaan, kemudian menjualnya untuk seterusnya dijadikan pembayaran
utang-utang perusahaan diserahkan kepada kurator semenjak adanya putusan pailit tersebut.
Dalam hal tanggung jawab pemenuhan hak pekerja yang belum terpenuhi oleh PT Nyonya
Meneer sebagai debitor pailit juga diserahkan kepada kurator. Karena berdasarkan ayat (1)
UUK PKPU menjelaskan bahwa kurator berwenang melaksanakan tugas mengurus dan/atau
membereskan atas harta pailit sejak tanggal putusan pailit diucapkan meskipun terhadap
putusan tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali. Meskipun pengurusan dan
pemberesan harta pailit diserahkan sepenuhnya kepada kurator PT Nyonya Meneer sebagai
perusahaan yang dinyatakan pailit tetap memiliki tugas untuk membantu untuk membereskan
harta pailit atas permintaan kurator. Karena hal tersebut dilakukan untuk mencapai maksud
dan tujuan pemberesan harta pailit agar utang-utang terhadap para kreditor, termasuk pekerja
sebagai kreditor preferen dapat terealisasikan.
2. Bagaimana perlindungan hukum bagi pihak debitor dan pihak kreditor dalam kasus
kepailitan PT.Nyonya Meneer Indonesia?

Pada perkara kepailitan PT. Ny. Meneer, permasalahan kepailitan ini dibawa ke Pengadilan
Niaga untuk memberikan keputusan yang adil bagi kedua belah pihak. Akhirnya pihak
pengadilan memerikan keringanan bagi pihak debitur untuk dilakukannya Perjanjian Damai.
Namun pihak debitor tenyata tidak melaksanakan kewajiban pembayaran hutan dengan baik.
Dalam perjanjian tersebut pembayaran seharusnya dilaksanakan dalam 5 tahun sejak tahun
2015-2020, namun pada realitasnya hingga bulan Mei 2017 pihan PT.Nyonya Meneer lalai
memenuhi isi putusan perjanjian perdamaian tersebut. Oleh karena hal tersebut, Hakim
Anggota Pudjo Hungul memutuskan pembatalan perjanjian perdamaian, dan menyatakan PT.
Nyonya Meneer jatuh dalam kondisi pailit setelah gugatan yang diajukan oleh Hendrianto
Bambang Santoso selaku pihak kreditor6. Dalam hal ini pihak kreditor merasa pihak debitor
tidak akan mampu untuk membayar hutangnya, sehingga pihak kreditor melayangkan
gugatan pailit PT. Ny. Meneer kepada Pengadilan. Setelah penerimaan gugatan tersebut,
pihak Pengadilan Niaga Semarang memberikan keputusan dengan memberi keringanan bagi
pihak debitur dengan mengeluarkan Perjanjian Perdamaian. Pada akhirnya perjanjian damai
tersebut dibatalkan karena pihak kreditur mengganggap PT. Ny. Meneer tidak bersungguh-
sungguh dalam menyelesaikan kasus piutang tersebut. Kasus tersebut tersebut terus berjalan
hingga pada akhrinya Pengadilan Niaga Semarang memutuskan untuk menyatakan PT. Ny.
Meneer jatuh pailit. Akibat dari putusan tersebut semua aset milik PT. Ny. Meneer disita. Aset
yang disita akan dihitung nilainya oleh para kurator, kemudian akan dijual atau dilelang
untuk melunasi pihutang.Semenjak keluarnya keputusan bahwa PT. Ny. Meneer telah jatuh
pailit maka perusahaan jamu legenda ini resmi ditutup dan seluruh karyawan dirumahkan.
Keputusan pailit yang dijatuhkan oleh Majelis Hakum telah melalui beberapa pertimbangan,
diantaranya adalah :

a. Pada dasarnya pihak debitr (PT. Ny. Meneer) telah memahami kewajibannnya untuk
membayar cicilan hutangnya yang telah ditentukan dalam jangka waktu 5 tahun, namun tidak
melaksanakannya

b. Tidak seimbangnya antara jumlah pembayaran yang dimaksud dengan kewajiban


membayar.

c. Pihak Ny, Meneer dinilai lalai dalam memenuhi kewajiban karena memberikan Bilyet Giro
yang tidak bisa dicairkan karena rekening bank termohon telah ditutup atau diblokir.
d. Suatu bentuk konsekuensi dari pembatalan perjanjian hutang, maka dari itu pihak debitor
harus dinyatakan pailit.Beberapa waktu setelah dikeluarkannya Putusan dari Pengadilan
Niaga di Pengadilan Negeri Semarang tersebut. Pada tanggal 10 Agustus 2017, pihak debitor
(PT. Ny. Meneer) mengajukan permohonan Kasasi, dimaana isi dari kontra memori
permohonan kasasinya adalah:

1. Pihak debitur merasa ada tidak adilan dalam pemutusan perkara ini. Hal tersebut
didasarkan karena proposal perdamaian yang digunakan kurang sesuai. Dalam kasus ini
terdapat 2 buah proposal perdamaian, diaman Proposal perdamaian telah disahkan oleh
Pengadilan Negeri Semarang pada tanggal 27 Mei 2015. Namun pada realitasnya. Penjatuhan
keputusan pailit didasarkan dari perjanjian damai atau proposal perdamaian 5 Maret 2015.
Berdasarkan hal tersebut pihak debitor merasa seharusnya Proposal Perdamaiaian 5 Maret
2015 tidak bisa dijadikan sebagai bukti acuan. Pihak pemohon dalam hal ini merasa “Judex
Facti” atau terdapat kekeliruan oleh Pihak Pingadilan dalam melakukan pemeriksaan dan
memberikan putusan. Pihak pemohon merasa “Judex Facti” tidak menerapkan keadilan
dalam memberikan keputusan hukum.

2. Terkait dengan pernyataan hakim, dimana pihak debitur dinyaakan meberikan jumlah
pembayaran yang tidak sebanding atau signifikan serta adanya kelalaian pihak Ny. Meneer
terkai pemblokiran rekening oleh Bank. Pihak debitur menyatakan “Judex Facti” lalai dalam
mempertimbangkan bukti-bukti dalam persidangan. Pihak debitur merasa “Judex Facti” tidak
menilai itikat baik atas pembayaran yang dilakukan (dibuktikan dengan bukti transfer T-5
sampai dengan T-18). Pihak debitor juga mengataka 2 hari sebelum dibatalkannya perjanjian
damai, pihak debitur masih melaksanakan kewajibannya. Pihak Ny. Meneer juga tidak
merasa pernah mendapatkan somasi dari pihak kreditur yang menyatakan bahwa pihak
debitur tidak bertanggung jawab atau wanprestasi dalam memenuhi kewajiban pembayaran
hutangnya Telebih lagi perjanjian damai tersebut seharusnya berakhir pada bulan Juli 2020,
sehingga pihak Ny. Meneer jelas tidak bisa dikatakan lalai dalam hal tersebut dan termohon
kasasi adalah suatu keputusan yang dinilai tidak adil dan terlalu terburu-buru..

3. Tidak adanya kelonggaran kepada pihak Pemohon Kasasi. Pihak debitur merasa,
seharusnya diberikan waktu kurang lebih satu bulan untuk menyelaskan

kewajibannya, terhitung sejak di keluarkannya putusan pemberian kelonggaran. Menurut


pihak debitur “Judex Facti” seharusnya memepertimbangakan Pasal 170 (3) UUK PKPU,
dimana dalam realitasnya pihak debitur tidak pernah diberikan atau diberitahukan mengenai
putusan pemberian kelonggaran. Pihak PT. Ny. Meneer merasa keputusan tersebut tidak adil
karena merasa perusahaanya masih memiliki prospek untuk berkembang dan bisa melakukan
kewajiban pembayaran hutang. Putusan pembatalan perjanjian damai dirasa oleh pihak PT.
Ny. Meneer menjadi suatuketidakpastiaan hukum. Dari sudut padandang pihak PT. Ny.
Meneer, adanya kesepakatan yang telah terbentuk antara kedua belah pihak menunjukkan
adanya suatu kepercayaan pihak kreditur terhadap itikat baik debitur terkait pembayaran
hutangnya.. Dengan adanya pembatalan perjanjian tersebut tanpa putusan pemberian
kelonggaran atau somasi maka pihak debitur menyatakan “Judex Facti” lalai dalam
meberikan pertimbangan dan keputusan suatu perkara hukum. Hal tersebut juga menjadi
contoh yang buruk dalam penyelesaian perkara kepailitan di Indonesi.Sejak dikeluarkannya
keputusan pailit maka debitur yang dinyatakan pailit telah kehilangan haknya untuk
mengurus harta miliknya. Putusan Pailit yang dikeluarkan oleh Pengadilan menandakan akan
adanya langkah selanjutnya berupa kepengurusan aset debitor yang dinyatakan pailit.
Kepengurusan yang dimaksudkan adalah dengan melakukan penyegelan aset pihak pailit,
pencatatan nilai aset pihak pailit, membuka surat-surat telegram debitur pailit, mengalihkkan
harta pailit.melakukan penyimpanan harta pailit, mengadakan perdamaian guna menjamin
suatu perkara yang sedang berjalan atau mencegah timbulnya suatu perkara.Keputusan pailit
yang dikeluarkan oleh Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Semarang pada tanggal 11
Agustus 2017 yang dipimpin oleh Hakim Pengawas Edi Suwanto, menandakan bahwa PT.
Nyonya Meneer telah kehilangan seluruh kekuasaanya dalam pengelolaan aset atau hartanya.
Selanjutnya para pihak kreditur akan melakukan pertemuan atau rapat dengan Pengadilan
terkait pencocokan jumlah piutang dengan aset milik debitur pailit.8 Namun, memang
terdapat salah satu dampak negatif yang amat besar atas penjatuhan keputusan pailit tersebut,
yakni kepada parakaryawan perusahaan. Pada hakekatnya seharusnya karyawan perusahaan
yang dinyatakan pailit seharusnya memiliki hak-hak yang harus dipenuhi oleh perusahaan,
namun pada realitasnya seringkali hak karyawan harus berbenturan dengan hak yang dimiliki
kreditor.9 PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PIHAK DEBITOR DAN PIHAK KREDITOR
Berdasarkan pendapat ahli hukum, Sudikno Mertokusuma, disebutkan bahwa

hukum itu pada hakekatnya memiliki tujuan supaya kepentingan manusia tercapai dan
telindungi, terutama dalam pembagian kewajiban dan hak tiap individu Berdasarkan hal
tersebut seharusnya dalam kondisi pailit sekalipun, dimata hukum seorang debitur dan
kreditur memiliki hak perlindungan hykum yang sama. Dalam kasus kepailitan PT. Ny.
Meneer ini perlindungan hukum yang diterima oleh pihak debitor dan kreditor adalah :
1. Kreditor

Dalam setiap kasus kepailitan pihak kreditor pastinya merupakan pihak yang merasa
dirugikan karena pihak debitur yang tidak bisa melunasi tanggungjawab hutangnya terhadap
pihak kreditor. Penyelesaian permasalahan piutang merupakan suatu proses yang rumit dan
panjang sehingga dibutuhkan bantuan pihak ketiga yaitu Pengadilan Niaga. Secara normatif,
dimata hukum pihak kreditor dapat melayangkan gugatan terhadappihak debitor ke
Pengadilan sesuai dengan Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Permohonan untuk pernyelesaian
perkara pun telah diterima oleh Pengadilan dan diberlakukannya perjanjian damai hingga
akhirnya pihak Pengadilan Niaga menjatuhkan keputusan pailit bagi pihak debitor. Ketika
hak kreditor tidak dipenuhi setelah adanya Perjanjian Damai maka disini pihak kreditor
berhak untuk memohon permintaan keputusan pailit,dan hak permohonan tersebut juga
dipenuhi oleh pengadilan. Untuk membayar kerugian yang dialami oleh setiap pihak kreditor
karena ketidakmampuan pihak debitor dalam pembayaran hutang, maka pengadilan Niaga
memutusakan untuk pengelolaan aset debitor oleh kurator sehingga tiap-tiap kreditor
nantinya dapat memeperoleh haknya dengan adil. Kepastian dan perlindungan hukum yang
diterima oleh para pihak kreditor membuktikan bahwa pada dasarnya Hakim telah mencoba
bersikap adil dan bersusaha memberikan solusi terbaik kepada semua pihak, ditinjau dari
aspek hukum. Walaupun keputusan tersebut tidak bisa menyenangkan semua pihak,
keputusan Hakim dalam hal ini dinilai cukup adil. Meskipun pihak PT. Nyonya Meneer
sempat menyatakan Kontra Memori Kasasi karena tidak pernah diberikan Somasi dan
Putusan Kelonggaran dalam pemenuhan kewajiban, tetap asaja PT. Ny. Mener telah dianggap
lalai dan bersikap tidak profesional.

2. Debitor

Pihak debitor dalam hal ini adalah PT. Ny. Meneer dinilai telah lalai dan melanggar hak-hak
dari kreditor. Berbagai permasalah internal amaupun eksternal debitor dinilai sangatlah
ceroboh dan menyebabkan banyak kerugian pihak-pihak kreditor hingga akhirnya pihak
debitor dilaporkan ke Pengadilan Niaga. Meskipun dalam hal ini pihak PT. Nyonya Meneer
dianggap salah karena tidak memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran piutang
namun hukum tetap memandangnya sebagai subyek hukum yang harus diperlakukan dangan
adil. Hakim sebagai penegak hukum, berusaha bersikap adil dan tidak memihak pihak
manapun agar permasalahan ini bisadiselesaikan dengan baik. Pengeluaran Putusan Pejanjian
Damai merupakan salah satu bentuk penerapan pemberian hak kepada pihak debitor. Namun,
pada realitasnya perjanjian tersebut memang kurang diindahkan oleh pihakdebitor dan
menimbulkan berbagai masalah. Meskipun begitu pihak debitor tetap diperlakukan dengan
baik dan sewenang-wenang oleh pihak Pengadilan. Pihak kreditor pun juga bersikap sopan
seuai dengan peraturan yang ada, meskipun memang keputusan akhir adalah penjatuhan
keputusan pailit bagi pihak debitor.
D. Kesimpulan

Dalam kasus ini, PT Nyonya Meneer selaku debitor pailit masih memiliki utang upah dan
hak-hak lainnya kepada pekerja yang belum terpenuhi.

Kedudukan utang tersebut merupakan utang yang diistimewakan atau preferen karena utang-
utang tersebut termasuk kedalam jenis-jenis utang yang diistimewakan menurut undang-
undang. Undang-undang yang mengatur hal tersebut adalah KUH Pedata, Undang-undang
Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU dan Undang-undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan. Disamping itu putusan Mahkamah Konstitusi No. 67/PUU-
XI/2013 sebagai pengujian terhadap Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003.

PT Nyonya Meneer dinyatakan pailit dengan adanya putusan Nomor 11/Pdt.Sus-


Pailit/2017/PN Niaga Smg jo. Nomor 01/Pdt.Sus-PKPU/2015/PN Niaga Smg. Untuk itu
dalam memenuhi tanggung jawab dalam hal melakukan penggurusan dan pemberesan atas
kreditor terutama pekerja diserahkan kepada kurator. Meskipun pengurusan dan pemberesan
harta pailit diserahkan sepenuhnya kepada kurator PT Nyonya Meneer sebagai perusahaan
yang dinyatakan pailit tetap memiliki tugas untuk membantu untuk membereskan harta pailit
atas permintaan kurator. Karena hal tersebut dilakukan untuk mencapai maksud dan tujuan
pemberesan harta pailit agar utang-utang terhadap para kreditor, termasuk pekerja sebagai
kreditor preferen dapat terealisasikan.

Dalam kasus kepailitan PT. Nyonya Meneer telah dilaksanakan penyelesaian sesuai dengan
peradilan dan perundang-undangan yang berlaku. Sehingga dapat dikatakan bahwa pihak
kreditor dan pihak debitor sudah mendapatkan perlindungan hukum. Pihak kreditor telah
mendapat pembayaran hutang dari pihak debitor, sedangkan pihak debitor akhirnya
mendapatkan jalan keluar dari permasalahan hutang perusahaan. Undang-Undang Nomor 37
Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dan Undang-
Undang Nomor 48 Tahun 2009 Pasal 5 ayat (1) tentang Kekuasaan Kehakiman telah di
terapkan dengan baik untuk menyelesaikan kasus kepailitan PT. Nyonya Meneer.

Anda mungkin juga menyukai