Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AGEN BIOREFORESTASI SEBAGAI PEMACU

PERTUMBUHAN POHON

HUTAN TROPIS

Oleh
KELOMPOK 1

ADE AYU KRISTINA PRAYOGA L 131 20 004


BRIAN CHRISTHOPEL PALAWA L 131 20 244
NURMAINA L 131 20 079
KHARISMA INDRIANI L 131 20 129
FATUR RAHMAN L 131 20 031
DITA AMELIA L 131 20 262
SATRIANA L 131 20 257

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
telah memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat
pada wakunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah MIKROBIOLOGI HUTAN.

Pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
mata kuliah kebijakan kehutanan yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan
makalah ini. Selain itu, kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam menulis makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat membuat makalah ini
menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi kami dan pembaca pada umumnya.

KELOMPOK 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Pengertian Media Pertumbuhan ..................................................................................3
2.2 Jenis Pertumbuhan (PDA, NA dan media lainnya).....................................................3
2.3 Penyiapan Media Pertumbuhan (PDA, NA, dan media lainnya) ................................4
2.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba....................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................................8
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................8
3.2 Saran............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kekayaan alam Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi
dan sudah sejak lama diakui, sehingga Indonesia dikenal dengan julukan
megabiodiversity hayati (kehati) dunia, sekaligus tempat sirkulasi karbon dunia. Secara
umum, kehati dapat dipisahkan berdasarkan tipe ekosistem, jenis dan genetik.
Keanekaragaman mereka menjadi sangat unik dan tinggi karena Indonesia berada di
kawasan Sundaland dan Wallaceae, the world’s most biodiversity hotspots. Kekayaan
HTI didominasi (95%) oleh hasil hutan bukan kayu (HHBK) dan jasa lingkungan.
Manfaat dari kekayaan HTI yang besar tersebut masih terabaikan dan belum
dimanfaatkan secara maksimal. Sampai dengan saat ini, pemanfaatan HTI masih
difokuskan pada pemanfaatan kayu “crown of the forest”, namun nilai manfaat tersebut
hanya sisanya (5%) dari kekayaan HTI. Dalam pemanfaatan kayu, pemberian ijin
konsesi lahan hutan marak dilakukan untuk kegiatan eksploitasi. Selama kurang lebih
30 tahun, kehati merosot tajam, nilai HHBK dan jasa lingkungan menjadi terancam dan
tiada. Selain itu, acaman kebakaran hutan yang tinggi, illegal loging dan biopiracy
yang sulit dicegah menjadi penyebab lain di mana kehati terus mendapat tekanan.
Mikroba simbiotik merupakan salah satu agen penting dalam menghutankan
kembali hutan-hutan yang terdegradasi (Tawaraya & Turjaman, 2014). Berbagai jenis
pohon hutan tropis dapat diproduksi di tingkat semai dengan dibekali proses inokulasi
fungi mikoriza yang mampu membantu penyerapan nutrisi makro maupun mikro untuk
memacu pertumbuhan pohon yang ditanam di lapangan. Ada dua kelompok fungi
mikoriza yaitu fungi ektomikoriza dan fungi mikoriza arbuskula. Fungi ektomikoriza
lebih spesifik pada keluarga Pinaceae, Myrtaceae, Dipterocarpaceae, Fagaceae, dan
Gnetaceae. Uji coba aplikasi tablet spora ektomikoriza Pisolithus arhizus dan
Scleroderma columnare telah dilakukan pada jenis-jenis meranti seperti Shorea pinanga
(Turjaman et al., 2005), Shorea seminis (Turjaman et al., 2006), dan Shorea balangeran
(Graham et al., 2013; Turjaman et al., 2011).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana agen bioreforestasi dalam memacu pertumbuhan pohon tropis?
2. Bagaimana peran mikoriza terhadap pertumbuhan tumbuhan?

4
3. Bagaimana jenis – jenis mikoriza?
4. Bagaimana cara mekanisme Penyerapan Fosfat Oleh Mikoriza?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana peran Bioreforestasi terhadap pertumbuhan pohon hutan
tropis serta manfaat yang dihasilkan dari kegiatan Bioreforestasi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Agen Bioreforestasi


Mikroba simbiotik merupakan salah satu agen penting dalam menghutankan kembali
hutan-hutan yang terdegradasi. Berbagai jenis pohon hutan tropis dapat diproduksi di tingkat
semai dengan dibekali proses inokulasi fungi mikoriza yang mampu membantu penyerapan
nutrisi makro maupun mikro untuk memacu pertumbuhan pohon yang ditanam di lapangan.
Ada dua kelompok fungi mikoriza yaitu fungi ektomikoriza dan fungi mikoriza arbuskula.
Fungi ektomikoriza lebih spesifik pada keluarga Pinaceae, Myrtaceae, Dipterocarpaceae,
Fagaceae, dan Gnetaceae. Uji coba aplikasi tablet spora ektomikoriza Pisolithus arhizus dan
Scleroderma columnare telah dilakukan pada jenis-jenis meranti seperti Shorea pinanga
(Turjaman et al., 2005), Shorea seminis (Turjaman et al., 2006), dan Shorea balangeran
(Graham et al., 2013; Turjaman et al., 2011).
Selama ini hutan tropis tidak pernah dipupuk, dan mikoriza berperan merombak nutrisi
tersedia bagi tanaman. Oleh karena itu agen bioreforestasi menjadi apabila hutan tropis
Indonesia ingin segera dipulihkan. Lahan pasca tambang yang telah dirusak dapat dipulihkan
dengan adanya agen bioreforestasi, sehingga lahan tambang yang statusnya pinjam pakai,
dapat dipulihkan dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan ini (Turjaman et al.,
2005). Saat ini kegiatan bioreforestasi dengan menggunakan jenis-jenis pohon lokal pada
ekosistem hutan, dan aplikasi fungi mikoriza sangat diperlukan untuk menghasilkan bibit
tanaman hutan yang berkualitas (Tawaraya & Turjaman, 2016).
Badan Litbang dan Inovasi (BLI), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dapat
membantu membangun penyediaan produksi inokulan mikoriza untuk memproduksi bibit
tanaman hutan dalam skalamassal, sehingga pada akhirnya laju deforestasi dapat
diminimalisir. Keengganan para pemegang kebijakan kehutanan menyebabkan teknologi ini
diabaikan, mereka menggunakan teknologi pupuk kimia untuk memproduksi bibit tanaman
hutan yang tidak ramah terhadap lingkungan.

2.2 Mikoriza dan Perannya


akar tanaman, untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap patogen serta
meningkatkan laju pertumbuhan. Bentuk simbiosis ini terutama adalah simbiosis mutualisme,
meskipun pada beberapa kasus dapat berupa simbiosis parasitisme lemah. Mikoriza
memerlukan akar tumbuhan untuk melengkapi daur hidupnya, dan sebaliknya, beberapa
tumbuhan bahkan ada yang tergantung pertumbuhannya dengan mikoriza. Terdapat juga
6
cendawan yang bersimbiosis dengan Mikoriza adalah cendawan/jamur yang mampu
bersimbiosis dengan tumbuhan dan biasanya pada cendawan lainnya, tetapi sebutan mikoriza
Terdapat juga cendawan yang bersimbiosis dengan cendawan lainnya, tetapi sebutan mikoriza
biasanya adalah untuk simbiosis cendawan yang menginfeksi akar tumbuhan. Bentuk
simbiosis ini terutama adalah simbiosis mutualisme, meskipun pada beberapa kasus dapat
berupa simbiosis parasitisme lemah. Mikoriza merupakan gejala umum pada perakaran
tumbuhan. Sekitar 90% suku tumbuhan (mencakup sekitar 80% spesies tumbuhan) memiliki
asosiasi simbiotik ini. Catatan fosil menunjukkan asosiasi ini telah ada sejak Zaman Karbon.
Nama "mikoriza" adalah serapan dari istilah bahasa Inggris, mycorrhiza, yang juga bentukan
dari dua kata bahasa Yunani Kuna: mýkēs, "jamur", dan rhiza ‚"akar.
Mikoriza memerlukan akar tumbuhan untuk melengkapi daur hidupnya. Sebaliknya,
beberapa tumbuhan bahkan ada yang tergantung pertumbuhannya dengan mikoriza. Beberapa
jenis tumbuhan tidak tumbuh atau terhambat pertumbuhannya tanpa kehadiran mikoriza di
akarnya akarnya. Misalnya isalnya, semaian semaian pinus biasanya biasanya gagal tumbuh
setelah pemindahan apabila tidak terbentuk jaringan mikoriza di sekitar akarnya. Hanya sedikit
kelompok tumbuhan yang tidak menjadi simbion, seperti dari Brassicaceae, Commelinaceae,
Juncaceae, Proteaceae, Capparaceae, Cyperaceae, Polygonaceae, Resedaceae, Urticaceae, dan
Caryophyllales. Mikoriza dapat diinokulasi secara buatan. Namun, inokulasi mikoriza asing
memerlukan bantuan mikoriza lokal, misalnya dengan menambahkan tanah dari tempat asal
tumbuhan.
Manfaat Mikoriza
1. Akar tanaman yang terbatas tidak mampu menyerap semua unsur hara dari pupuk dalam
tanah. Dengan adanya infeksi mikoriza pada akar tanaman, kinerja akar akan meningkat
hingga berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus kali lipat dengan bantuan hifa jamur
mikoriza yang akan membantu menyerap nutrisi pupuk dalam tanah. Dengan demikian
maka tanaman menjadi lebih subur dan produktif karena mendapat lebih banyak unsur
hara.
2. Membantu tanaman mendapatkan air di musim kemarau
Pada musim kemarau persediaan air tanah semakin sedikit akibat penguapan. Akibatnya
kita perlu melakukan pengairan ekstra pada tanaman budidaya kita. Mikoriza dengan
hifanya yang luas akan membantu akar tanaman untuk menyerap air secara optimal
dengan cakupan wilayah yang luas. Tanaman yang terinfeksi mikoriza terbukti mampu
bertahan dengan baik di kekeringan (musim kemarau atau lahan kering).
3. Melindungi akar dari serangan mikroorganisme patogen

7
Jenis-jenis mikroorganisme patogen tular tanah sangat banyak. Ada yang dari golongan
bakteri dan ada yang dari golongan jamur. Penyakit seperti busuk akar, layu bakteri, dan
layu fusarium sangat mengancam akar tanaman. Dengan adanya hifa mikoriza
menyelubungi akar, akar tanaman akan dilindungi dari infeksi patogen tersebut.
4. Memicu induksi ketahanan tanaman
Kajian terbaru membuktikan bahwa adanya mikoriza di akar tanaman menyebabkan
naiknya kadar asam salisilat pada daun tanaman. Ini menjadikan tanaman lebih tahan
terhadap infeksi jamur, bakteri, ataupun virus karena sifat asam salisilat dapat memicu
munculnya antibodi pada sel tanaman. Induksi ini dikenal dengan ISR yang membuat
tanaman lebih kebal terhadap infeksi virus gemini dan CMV dengan tingkat
keberhasilan lebih dari 40 persen.
5. Memacu pertumbuhan tanaman
Mikoriza menahasilkan beberapa fitohormon alami seperti auksin dan giberilin yang
dibutuhkan tanaman untuk memacu tumbuh kembangnya. Otomatis tanaman yang
memiliki mikoriza di akarnya akan memiliki pertumbuhan lebih pesat karena
meningkatnya hormon tumbuh.
6. Membantu penyerapan phospat
Penyerapan P tetap terjadi pada tanaman bermikoriza meskipun terjadi penurunan
konsentrasi minimum P. Di bawah konsentrasi minimum tersebut akar tidak mampu lagi
menyerap P dan unsur hara lainnya, sedangkan pada akar bermikoriza, penyerapan tetap
terjadi sekalipun konsentrasi ion fosfat berada di bawah konsentrasi minimum yang
dapat diserap oleh akar. Proses ini ini terjadi karena afinitas hifa eksternal yang lebih
tinggi atau peningkatan daya Tarik menarik ion-ion fosfat yang menyebabkan
pergerakan P lebih cepat ke dalam hifa Mikoriza Vesikular Arbuskular(MVA).

2.3 Jenis – jenis Mikoriza


Pada kondisi ekologis suatu daerah yang berbeda dapat ditemukan jenis cendawan
ektomikoriza yang berbeda. Mikoriza tersebar luas di seluruh dunia, bahkan, bisa dibilang
hampir setiap pohon memiliki mikorizanya sendiri Berdasarkan cara menempel dan struktur
hifanya, mikoriza dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu ektomikoriza dan endomikoriza.
Keduanya sama-sama bermanfaat untuk tanaman dalam membantu penyerapan nutrisi dalam
tanah.

8
a. Cendawan Ektomikoriza
Ektomicoriza merupakan symbiosis mutualisme antara cendawan tanah dengan akar
tumbuhan seperti Pinaceae (Gymnospermae) dan Diptero carpaceae (Angiospermae). Pada
umumnya ektomikoriza termasuk dalam filum Basidiomycota dan Ascomycota. Ada sedikit
anggota Zygomycota yang juga menjadi cendawan ektomikoriza. Ekto mikoriza berperan
dalam efisiensi pengambilan unsur hara mineral dan air, serta melindungi akar dari cekaman
faktor abiotic dan biotik. Ektomikoriza menutupi permukaan bagian tanaman yang tertutup
tanah. Umumnya ektomikoriza bersimbiosos dengan tumbuhan tertentu. Dari satu jenis
tumbuhan inang dimungkinkan adanya beberapa jenis cendawan ektomikoriza yang
menjadi simbionnya atau dari satu jenis cendawan ektomikoriza dapat bersimbiosis dengan
beberapa jenis tumbuhan inang.
b. Cendawan Endomikoriza
Endomikoriza menginfeksi bagian dalam akar, di dalam dan di antara sel-sel ujung akar
(root tip). Hifa masuk ke dalam sel atau mengisi ruang-ruang antarsel. Jenis mikoriza ini
banyak ditemukan pada tumbuhan semusim yang merupakan komoditas pertanian penting,
seperti kacang-kacangan, padi, jagung, beberapa jenis sayuran dan tanaman hias. Infeksi ini
tidak menyebabkan perubahan morfologi akar, tetapi mengubah penampilan sel dan jaringan
akar. Berdasarkan tipe infeksinya, dikenal tiga kelompok endomikoriza: ericaceous
(Ericales dengan sejumlah Ascomycota), orchidaceous (Orchidaceae dengan sekelompok
Basidiomycota), dan vesikular arbuskular (sejumlah tumbuhan berpembuluh dengan
Endogonales, membentuk struktur vesikula (gelembung) dan arbuskula dalam korteks akar
disingkat MVA.

2.4 Mekanisme Penyerapan Fosfat Oleh Mikoriza


Peranan MVA tersebut dalam meningkatkan ketersediaan dan serapan P dan unsur hara
lainnya melalui proses sebagai berikut :
1. Modifikasi Kimia oleh mikoriza dalam proses kelarutan P tanah Pengaruh Mikoriza
Arbuskula Pada Ketersediaan dan Penyerapan Unsur Hara Pada tahap ini, terjadi terjadi
modifikasi modifikasi kimia oleh mikoriza mikoriza terhadap terhadap akar tanaman,
sehingga tanaman mengeksudasi asam-asam norganik dan enzim fosfatase asam yang
memacu proses mineralisasi P. Eksudasi akar tersebut terjadi sebagai respon tanaman
terhadap kondisi tanah yang kahat P, yang mempengaruhi kimia rizosfer.
2. Perpendekan jarak difusi oleh tanaman bermikoriza. Mekanisme utama bagi pergerakan P
ke permukaan akar melalui difusi yang terjadi akibat adanya gradien konsentrasi, serta
merupakan proses yang sangat lambat. Jarak difusi ion-ion fosfat tersebut dapat
9
diperpendek dengan hifa eksternal CMA, yang juga dapat berfungsi sebagai alat penyerap
dan translokasi fosfat.
3. Penyerapan P tetap terjadi pada tanaman bermikoriza meskipun terjadi penurunan
konsentrasi minimum P. Konsentrasi P yang ada di larutan tanah dapat menjadi sangat
rendah dan mencapai konsentrasi minimum yang dapat diserap akar, hal ini terjadi sebagai
akibat terjadinya proses penyerapan ion fosfat yang ada di permukaan akar.
Di bawah konsentrasi minimum tersebut akar tidak mampu lagi menyerap P dan unsur hara
lainnya, sedangkan pada akar bermikoriza, penyerapan tetap terjadi sekalipun konsentrasi
ion fosfat berada di bawah konsentrasi minimum yang dapat diserap oleh akar. Proses ini
ini terjadi terjadi karena afinitas afinitas hifa eksternal eksternal yang lebih tinggi atau
peningkatan daya tarikmenarik ion-ion fosfat yang menyebabkan pergerakan P lebih cepat
ke dalam hifa MVA.

1
0
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berbagai jenis pohon hutan tropis dapat diproduksi di tingkat semai dengan dibekali
proses inokulasi fungi mikoriza yang mampu membantu penyerapan nutrisi makro maupun
mikro untuk memacu pertumbuhan pohon yang ditanam di lapangan. Lahan pasca tambang
yang telah dirusak dapat dipulihkan dengan adanya agen bioreforestasi, sehingga lahan
tambang yang statusnya pinjam pakai, dapat dipulihkan dengan menggunakan teknologi yang
ramah lingkungan ini (Turjaman et al., 2005).
Mikoriza memerlukan akar tumbuhan untuk melengkapi daur hidupnya, dan sebaliknya,
beberapa tumbuhan bahkan ada yang tergantung pertumbuhannya dengan mikoriza. Mikoriza
dengan hifanya yang luas akan membantu akar tanaman untuk menyerap air secara optimal
dengan cakupan wilayah yang luas. Jenis mikoriza ini banyak ditemukan pada tumbuhan
semusim yang merupakan komoditas pertanian penting, seperti kacang-kacangan, padi, jagung,
beberapa jenis sayuran dan tanaman hias.
Modifikasi Kimia oleh mikoriza dalam proses kelarutan P tanah Pengaruh Mikoriza
Arbuskula Pada Ketersediaan dan Penyerapan Unsur Hara Pada tahap ini, terjadi terjadi
modifikasi modifikasi kimia oleh mikoriza mikoriza terhadap terhadap akar tanaman, sehingga
tanaman mengeksudasi asam-asam norganik dan enzim fosfatase asam yang memacu proses
mineralisasi P. Eksudasi akar tersebut terjadi sebagai respon tanaman terhadap kondisi tanah
yang kahat P, yang mempengaruhi kimia rizosfer. Penyerapan P tetap terjadi pada tanaman
bermikoriza meskipun terjadi penurunan konsentrasi minimum P. Konsentrasi P yang ada di
larutan tanah dapat menjadi sangat rendah dan mencapai konsentrasi minimum yang dapat
diserap akar, hal ini terjadi sebagai akibat terjadinya proses penyerapan ion fosfat yang ada di
permukaan akar.
3.2 Saran

1
1
DAFTAR PUSTAKA

1
2

Anda mungkin juga menyukai