Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH KOMPETENSI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI

POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU) KABUPATEN TABALONG

Heldina Sofia
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pancasetia
Jl. Ahmad Yani Km. 5.5 Banjarmasin
tabalonghusada@yahoo.co.id

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui baik secara parsial dan simultan seberapa besar
Pengaruh Kompetensi Dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Pos Pembinaan Terpadu
(POSBINDU) Kabupaten Tabalong serta variabel yang berpengaruh dominan terhadap
Kinerja Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) Kabupaten Tabalong, Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dan dengan populasi sebanyak 80 (delapan
puluh), diambil sampel dengan sensus sebanyak 80 (delapan puluh) orang, instrument
penelitian uji validitas dan uji reliabilitas, data – data diuji dengan menggunakan regresi linear
berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Kompetensi dan Motivasi berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap Kinerja Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) Kabupaten
Tabalong (2) Kompetensi dan Motivasi berpengaruh signifikan secara simultan terhadap
Kinerja Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) Kabupaten Tabalong dan (3) Motivasi
merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap Kinerja Pos Pembinaan Terpadu
(POSBINDU) Kabupaten Tabalong. R Square sebesar 0,561 yang berarti besarnya variasi
sumbangan seluruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya adalah 56,1% sedangkan
sisanya 43,9% dijelaskan oleh sebab lain diluar dari penelitian ini.

Kata Kunci : Kompetensi, Motivasi dan Kinerja Pegawai

PENDAHULUAN dijalankan dan ketrampilan tersebut


membuatnya merasa mampu untuk bisa
Untuk dapat meningkatkan derajat mencapai berbagai tujuan dalam
kesehatan masyarakat banyak hal yang pekerjaanya. Kompetensi mempunyai arti
perlu dilakukan, salah satu diantaranya yang sama dengan kata kemampuan
dengan menyelenggarakan pelayanan kecakapan atau keahlian. Rosyadi dan
kesehatan. Pelayanan kesehatan adalah Muwarti (2005:12) menyatakan bahwa
setiap upaya yang diselenggarakan sendiri kompetensi dalam suatu situasi tidak dapat
atau secara bersama-sama dalam suatu digunakan untuk memperkirakan
organisasi untuk memelihara dan kompetensi dalam situasi lain.
meningkatnya kesehatan perorangan, Peran kompetensi sangat
keluarga, kelompok ataupun masyarakat. diperlukan dalam prestasi kerja pegawai.
Dalam objek penelitian ini adalah pegawai Pegawai yang mempunyai kompetensi
Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) kerja yang baik tentu akan mudah untuk
Kabupaten Tabalong yang diharapkan melaksanakan semua tanggung jawab
memberikan pelayanan kesehatan kepada pekerjaan. Mampu membaca situasi dan
masyarakat di Kabupaten Tabalong lebih permasalahan yang terjadi dalam pekerjaan
baik lagi kedepannya, untuk itu perlu serta dapat memberikan respon yang tepat
peningkatan Kompetensi dan Motivasi dan memiliki penyesuaian diri yang baik
kepada pegawai agar pegawai dapat dengan lingkunganya. Sebagai seorang
bekerja dengan baik. contoh seorang yang pada awalnya
Kompetensi kerja merupakan suatu mempunyai prestasi kerja yang berupa
ketrampilan yang dimiliki oleh seseorang karir menduduki posisi jabatan tertentu
terhadap segala aspek pekerjaan yang akan misalnya supervisor, kemudian melewati
61 Kindai, Vol 16, Nomor 1, Halaman 60-79

banyak situasi dan peluang yang terhampar pengetahuan umum, tekhnologi dan
selama menyusuri perjalanan kariernya linkungan kerja apabila ketiga hal tersebut
dapat berbelok dan diantaranya yang diatas dapat terpenuhi maka akan
melompat menduduki jabatan manajerial. menghasilkan sebuah Prestasi kerja yang
Tetapi banyak pula yang tepat dijalur memuaskan.
profesi supervisor, karena mengalami Kemudian keterampilan pegawai
stagnasi dalam perkembangan karirnya, sangat diharapkan bagi setiap oragnisasi
tentu saja hal ini perlu diketahui mengapa karena keterampilan kerja merupakan salah
pegawai tersebut tidak dapat meningkatkan satu hal utama yang harus dimiliki semua
prestasinya. pegawai agar menghasilkan prestasi kerja
Kompetensi kerja merupakan suatu yang baik.
keterampilan yang dimiliki oleh seseorang Selain pengetahuan dan
terhadap segala aspek pekerjaan yang akan keterampilan, sikap pegawai juga sangat
dijalankan dan ketrampilan tersebut diharapkan bagi organisasi karena sikap
membuatnya merasa mampu untuk bisa merupakan hal penting demi terwujudnya
mencapai berbagai tujuan dalam prestasi kerja yang baik, dalam hal ini
pekerjaanya. Kompetensi mempunyai arti seluruh pegawai diharapakan memiliki
yang sama dengan kata kemampuan sikap kerja yang baik, dan bersikap
kecakapan atau keahlian. mencintai terhadap pekerjaannya masing –
Rosyadi dan Muwarti (2005:12) masing.
menyatakan bahwa kompetensi dalam Dalam pelayanan kesehatan yaitu
suatu situasi tidak dapat digunakan untuk pada pegawai Pos Pembinaan Terpadu
memperkirakan kompetensi dalam situasi (POSBINDU) Kabupaten Tabalong sangat
lain. Peran kompetensi sangat diperlukan diperlukan kompetensi pegawai yang
dalam prestasi kerja pegawai. Pegawai terdiri dari pengetahuan yaitu yang
yang mempunyai kompetensi kerja yang mencakup latar belakang pendidikan
baik tentu akan mudah untuk pegawai dalam memberikan pelayanan
melaksanakan semua tanggung jawab kesehatan kepada masyarakat,
pekerjaan. Mampu membaca situasi dan keterampilan dari pegawai Pos Pembinaan
permasalahan yang terjadi dalam pekerjaan Terpadu (POSBINDU) Kabupaten
serta dapat memberikan respon yang tepat Tabalong sangat diperlukan mengingat
dan memiliki penyesuaian diri yang baik pelayanan kesehatan perlu di lakukan oleh
dengan lingkunganya. orang yang ahli dalam bidangnya
Sebagai seorang contoh seorang keterampilan pegawai terus ditingkatkan
yang pada awalnya mempunyai prestasi agar pegawai menjadi lebih baik lagi
kerja yang berupa karir menduduki posisi dalam memberikan pelayanan kesehatan
jabatan tertentu misalnya supervisor, dengan tidak melakukan kesalahan sekecil
kemudian melewati banyak situasi dan apapun, selain pengetahuan dan
peluang yang terhampar selama menyusuri keterampilan, sikap pegawai Pos
perjalanan kariernya dapat berbelok dan Pembinaan Terpadu (POSBINDU)
diantaranya yang melompat menduduki Kabupaten Tabalong sangat berpengaruh
jabatan manajerial. Tetapi banyak pula terhadap kinerja pegawai karena saat ini
yang tepat dijalur profesi supervisor, pelayanan yang kurang ramah di bidang
karena mengalami stagnasi dalam kesehatan masih menjadi keluhan
perkembangan karirnya, tentu saja hal ini masyarakat untuk itu untuk menghilangkan
perlu diketahui mengapa pegawai tersebut pandangan tersebut diharapkan semua
tidak dapat meningkatkan prestasinya. pegawai memiliki sikap yang baik dalam
Pengetahuan pegawai sangat bekerja seperti ramah dan perhatian kepada
berpengaruh pada prestasi kerja seseorang, masyarakat.
pengetahuan pegawai antara lain terbagi Selain Kompetensi, pegawai Pos
menjadi beberapa jenis seperti Pembinaan Terpadu (POSBINDU)
62 Kindai, Vol 16, Nomor 1, Halaman 60-79

Kabupaten Tabalong perlu mendapatkan Fenomena sata ini pada instansi


perhatian berupa motivasi atas apa yang pemerintahan lebih fokus diberikan sanksi
telah dikerjakannya, motivasi diberikan – sanksi atau hukuman sebagai efek jera
yang berbentuk finansial maupun non namun penghargaan atas pencapaian
finansial agar kinerjanya menjadi baik seorang pegawai sering terlupakan,
juga dan tidak menurun. Motivasi Kerja penghargaan tidak harus berbentuk
menjadi dasar utama bagi seseorang material bisa saja diberikan dengan
memasuki suatu organisasi adalah dalam pengakuan penghargaan oleh pimpinan
rangka usaha orang yang bersangkutan yang diberikan kepada pegawai yang telah
memuaskan berbagai kebutuhannya. Oleh berprestasi, hal ini dilakukan agar pegawai
karena itu kunci keberhasilan seorang merasa dihargai atas hasil kerja yang telah
manajer/pimpinan dalam menggerakkan dicapainya.
bawahannya terletak pada kemampuannya Kinerja atau Prestasi kerja dapat
memahami teori Motivasi Kerja sehingga menunjukkan seberapa besar kontribusi
menjadi daya pendorong yang efektif pegawai pada organisasi dalam mencapai
dalam upaya peningkatan Koordinasi standar kerja yang telah ditetapkan.
dalam suatu instansi pemerintahan. Standar kerja perlu dijadikan
Beberapa hasil penelitian sebagai tolak ukur dalam mengadakan
sebelumnya yang meneliti tentang perbandingan antara apa yang telah
Motivasi Kerja antara lain penelitian yang dilakukan dengan apa yang diharapkan.
dilakukan Bodur (2002:98) yang Untuk mencapai tujuan organisasi
menemukan bahwa tingkat kepuasan tersebut maka pegawai dituntut untuk
seluruh staff pusat kesehatan masyarakat mampu mengendalikan diri dalam
di Turki tergolong rendah disebabkan oleh menghadapi timbulnya ketegangan yang
kondisi kerja yang tidak nyaman, kecilnya terjadi dalam menjalankan setiap
peluang mengembangkan karir dan gaji pekerjaan atau kegiatan di organisasi
yang terlalu rendah. Matthews (2006:77) tersebut.
menemukan bahwa tingkat kepuasan Objek dalam penelitian ini adalah
dipengaruhi oleh Motivasi Kerja Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU)
(lingkungan kerja fisik/tempat kerja yang Kabupaten Tabalong. Posbindu PTM
baik, system penggajian yang adil, merupakan peran serta masyarakat dalam
pengharapan, peluang pengembangan melakukan kegiatan deteksi dini dan
karir, pekerjaan yang pantas). pemantauan faktor risiko PTM Utama
Berdasarkan beberapa pengertian yang dilaksanakan secara terpadu, rutin,
Motivasi Kerja tersebut, maka dapat dan periodik.
dikatakan bahwa Motivasi Kerja adalah Faktor risiko penyakit tidak
sebagai energi untuk membangkitkan menular (PTM) meliputi merokok,
dorongan dari dalam diri karyawan yang konsumsi minuman beralkohol, pola
berpengaruh, membangkitkan, makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik,
mengarahkan, dan memelihara prilaku obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi,
seseorang berkaitan dengan lingkungan hiperkolesterol serta menindak lanjuti
kerja. Jadi Motivasi Kerja adalah dorongan secara dini faktor risiko yang ditemukan
dari dalam diri pegawai untuk memenuhi melalui konseling kesehatan dan segera
kebutuhan yang stimulasi berorientasi merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
kepada tujuan individu dalam mencapai dasar. Kelompok PTM Utama adalah
rasa puas, kemudian diimplementasikan diabetes melitus (DM), kanker, penyakit
kepada orang lain untuk memberikan jantung dan pembuluh darah (PJPD),
pelayanan yang baik kepada masyarakat penyakit paru obstruktif kronis (PPOK),
dalam hal ini pelayanan kesehatan kepada dan gangguan akibat kecelakaan dan
masyarakat di Kabupaten Tabalong. tindak kekerasan.
63 Kindai, Vol 16, Nomor 1, Halaman 60-79

Berdasarkan uraian diatas maka yang dapat memprediksikan tingkah laku


peran Pegawai Pos Pembinaan Terpadu dan performansi secara luas pada semua
(POSBINDU) Kabupaten Tabalong situasi dan tugas pekerjaan atau jobs task.
sangat diperlukan kinerjanya sebagai Adapun makna yang terkandung
perannya dalam usaha deteksi dini atas dari defenisi kompetensi ini adalah:
penyakit berbahaya yang saat ini marasa a. Karakteristik dasar (uderlying
terjadi pada masyarakat dan kurang characteristic) kompetensi adalah
menjadi perhatian serius pada masyarakat bagian dari kepribadian yang
khususnya pada kebiasaan pola hidup mendalam dan melekat pada
tidak sehat dari masyarakat seperti seseorang serta mempunyai perilaku
kebiasaan merokok yang masih menjadi yang dapat diprediksi pada berbagai
masalah utama yang sangat sulit di keadaan tugas pekerjaan.
hentikan masyarakat. b. Hubungan kasual (causally related)
Berdasarkan pada penjelasan berarti kompetensi dapat
tersebut diatas, maka diperlukan menyebabkan atau digunakan untuk
pengkajian yang berkaitan dengan memprediksikan kinerja seseorang,
”Pengaruh Kompetensi dan Motivasi artinya jika mempunyai kompetensi
Terhadap Kinerja Pegawai Pos yang tinggi, maka akan mempunyai
Pembinaan Terpadu (POSBINDU) kinerja yang tinggi pula (sebagai
Kabupaten Tabalong akibat).
c. Kriteria (criterian referenced) yang
Studi Literatur dijadikan sebagai acuan, bahwa
Pengertian Kompetensi kompetensi secara nyata akan
Boulter, Dalziel dan Hill (1996) memprediksi seseorang dapat bekerja
mendefinisikan “Kompetensi sebagai dengan baik, harus terukur dan
karakteristik dasar dari seseorang yang spesipik atau terstandar.
memungkinkan karyawan mengeluarkan Memiliki SDM adalah keharusan bagi
kinerja superior dalam pekerjaannya”. perusahaan. Mengelola SDM
Kompetensi merupakan bagian berdasarkan kompetensi diyakini bisa
kepribadian yang mendalam dan melekat lebih menjamin keberhasilan
pada seseorang dengan perilaku yang dapat mencapai tujuan. Sebagian besar
diprediksi pada berbagai keadaan dan perusahaan memakai kompetensi
tugas pekerjaan. Prediksi siapa yang sebagai dasar dalam memilih orang,
berkinerja baik dan kurang baik dapat mengelola kinerja, pelatihan dan
diukur dari kriteria atau standar yang di pengembangan serta pemberian
gunakan. kompensasi.
Pengertian kompetensi adalah
karakteristik yang mendasari seseorang
berkaitan dengan efektivitas kinerja Jenis Komptensi Sumber Daya Manusia
individu dalam pekerjaannya atau 1. Pengetahuan
karakteristik dasar yang memiliki Pengetahuan adalah hasil dari
hubungan kasual atau sebagai sebab-akibat tahu dan ini terjadi setelah orang
dengan kriteria yang dijadikan acuan, melakukan penginderaan terhadap
efektif atau berkinerja prima atau superior suatu objek tertentu, penginderaan
di tempat kerja atau pada situasi tertentu. terjadi melalui panca indera manusia,
yakni indra penglihatan, pendengaran,
Makna Kompetensi penciuman, rasa dan raba.
Menurut Spencer dalam Pengetahuan merupakan faktor yang
Moeheriono (2009:4) kompetensi terletak sangat penting dalam membentuk
pada bagian dalam setiap manusia dan tindakan seseorang. Notoadmojo
selamanya ada pada kepribadian seseorang (2005:96).
64 Kindai, Vol 16, Nomor 1, Halaman 60-79

Menurut Gie (2007:21) mendefinisikan, menyatakan, dan


pengetahuan adalah keseluruhan fakta- sebagainya.
fakta, keterangan dan asas-asas yang 2. Memahami (comprehension)
diperoleh seseorang melalui belajar dan Memahami diartikan sebagai
pengalaman. Boutler (2005:39) kemampuan untuk menjelaskan
menyatakan bahwa pengetahuan adalah secara benar tentang obyek yang
apa yang diketahui seseorang tentang diketahui, dan dapat
suatu topik, dan suatu kemampuan menginterprestasikan materi
yang diperoleh melalui pendidikan tersebut secara benar. Orang yang
formal dan informal, adapun telah paham terhadap obyek atau
kemampuan pengetahuan terdiri dari : materi harus dapat menjelaskan,
1. Pengetahuan umum (general menyebutkan contoh,
knowledge) suatu kemampuan yang menyimpulkan, meramalkan, dan
secara garis besar saja (umum) sebagainya terhadap obyek yang
dalam aktifitas kerjanya seperti : dipelajari.
(mengerti komputer, menulis surat- 3. Aplikasi (application)
surat / korespondensi) Aplikasi diartikan sebagai
2. Professional-Specific Knowledge, kemampuan untuk menggunakan
adalah kemampuan pengetahuan materi yang telah dipelajari pada
yang berhubungan dengan situasi atau kondisi sebenarnya.
profesionalitas secara keseluruhan, Aplikasi disini dapat diartikan
seperti; kemampuan pengetahuan sebagai aplikasi atau penggunaan
dalam legal framework (lawyer), hokum-hukum, rumus, metode,
atau prinsip-prinsip manajemen prinsip, dan sebagainnya dalam
keuangan (accountant), dan proses konteks atau situasi yang lain.
manajemen data atau informasi 4. Analisis (analysis)
(SIM). Analisis adalah kemampuan
Notoatmodjo (2005:91) untuk menjabarkan materi atau
berpendapat bahwa pengetahuan suatu obyek ke dalam komponen-
merupakan hasil dari tahu, dan ini komponen, tetapi masih di dalam
terjadi setelah orang melakukan satu struktur organisasi, dan masih
penginderaan terhadap suatu obyek ada kaitannya satu sama lain.
tertentu. Penginderaan terjadi melalui Kemampuan analisis ini dapat
pancaindra manusia, yaitu indera dilihat dari penggunaan kata kerja
penglihatan, pendengaran, penciuman, seperti dapat menggambarkan
rasa dan raba. Sebagian besar (membuat bagan), membedakan,
pengetahuan manusia diperoleh memisahkan, mengelompokkan,
melalui mata dan telinga. Pengetahuan dan sebagainya.
atau cognitive merupakan domaian
yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang. Pengetahuan yang
tercakup dalam domain kognitif 5. Sintesis (synthesis)
mempunyai 6 tingkatan, yaitu: Sintesis menunjuk kepada suatu
1. Tahu (know) kemampuan untuk meletakkan atau
Tahu diartikan sebagai mengingat menghubungkan bagian-bagian di
suatu materi yang telah dipelajari dalam suatu bentuk keseluruhan
sebelumnya atau rangsangan yang yang baru. Dengan kata lain, dapat
telah diterima. Kata kerja untuk menyusun formulasi baru dari
mengukur bahwa orang tahu formulasi yang ada.
tentang apa yang dipelajari antara 6. Evalusi (evaluation)
lain menyebutkan, menguraikan,
65 Kindai, Vol 16, Nomor 1, Halaman 60-79

Evaluasi ini berkaitan dengan Pekerjaan adalah sesuatu yang


kemampuan untuk melakukan dilakukan untuk mencari nafkah.
justifikasi atau penilaian terhadap Adanya pekerjaan memerlukan
suatu materi atau obyek. Penilaian banyak waktu dan tenaga untuk
ini didasarkan pada kriteria yang menyelesaikan berbagai jenis
telah ada. pekerjaan yang masing-masing
Adapun beberapa pendapat dianggap penting dan memerlukan
menyatakan bahwa pengetahuan perhatiannya. Masyarakat yang
seseorang dapat dipengaruhi oleh sibuk memiliki sedikit waktu
beberapa faktor antara lain pendidikan, untuk memperoleh informasi
pelatihan, pekerjaan, umur dan masa (Notoadmodjo, 2005:113).
kerja. Untuk lebih jelasnya beberapa 4. Umur
faktor dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin lanjut umur seseorang,
1. Pendidikan kemungkinan untuk menyelidiki
Pendidikan adalah segala sesuatu sendiri suatu hal lebih banyak,
untuk membina kepribadian dan maka hasil tahunya lebih banyak
mengembangkan kemampuan pula, bahkan lebih mendalam serta
manusia, jasmaniah, dan rohaniah kepuasanyapun lebih besar.
yang berlangsung seumur hidup, 5. Masa kerja
baik didalam maupun di luar Masa kerja adalah lamanya waktu
sekolah (Dwiyanti, 2005:201). seseorang bekerja terhitung mulai
Pendidikan dapat mempengaruhi masuk kerja hingga waktu berhenti
proses belajar, semakin tinggi bekerja. Masa kerja dapat
pendidikan seseorang maka makin mempengaruhi pengetahuan. Masa
mudah orang tersebut untuk kerja yang lama ditambah dengan
menerima informasi. Dengan praktek yang terus menerus akan
pendidikan tinggi maka seseorang dapat menambah serta
akan cenderung untuk meningkatkan kecakapan
mendapatkan informasi, baik dari seseorang, pekerjaan akan makin
orang lain maupun dari media bermutu dan makin cepat selesai.
massa. Informasi diperoleh dari Dengan demikian, pengetahuan
berbagai sumber mempengaruhi adalah merupakan hasil tahu dari
tingkat pengetahuan seseorang. keseluruhan fakta-fakta,
Jika seseorang mendapatkan keterangan dan asas-asas yang
banyak informasi , cenderung diperoleh seseorang melalui
memiliki pengetahuan yang luas belajar dan pengalaman.
(Notoatmodjo, 2005:111). 2. Keterampilan (skill)
2. Pelatihan Menurut Irianto (2008:76)
Pelatihan adalah bagian dari Ketrampilan merupakan kombinasi
pendidikan yang menyangkut dari beberapa kemampuan kerja fisik
proses belajar untuk memperoleh dan non fisik dalam kaitannya dengan
dan meningkatkan ketrampilan di aplikasi perolehan pengetahuan baru.
luar system pendidikan yang Selanjutnya dikemukakan bahwa
berlaku dalam waktu yang relatif ketrampilan selain sebagai keahlian
singkat, dan dengan metode yang kasat mata, makna skill juga mengacu
lebih mengutamakan praktek pada persoalan mental, manual,
daripada teori. Pelatihan motorik, perceptual, dan bahkan social
merupakan proses aplikasi ability seseorang.
terhadap peningkatan kecakapan Martoyo (2007:23) membagi
seseorang (Dwiyanti, 2005:202). ketrampilan (skill) menjadi 3 golongan
3. Pekerjaan yaitu :
66 Kindai, Vol 16, Nomor 1, Halaman 60-79

1. Technical Skill (ketrampilan karyawan dalam suatu


teknis), merupakan jenis keahlian perusahaan atau organisasi,
utama yang harus dimiliki oleh misalnya kemampuan
para karyawan. membuat drafting, installing,
2. Human Skill (ketrampilan drawing and surveying.
kemanusiaan), merupakan jenis b. Professional expertise,
keahlian yang harus dimiliki oleh kemampuan mengaplikasi
mereka yang akan memangku ktrampilan profesi yang
jabatan pimpinan, sebagai figur dimilikinya secara teknis
yang harus mampu mengkoordinir dalam menggunakan sumber-
aktifitas-aktifitas utama dalam sumber daya perusahaan atau
rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi, seperti :
organisasi. kemampuan menerapkan
3. Conseptual Skill (ketrampilan ketrampilannya untuk
konseptual), merupakan jenis meningkatkan kinerja dan
keahlian yang harus dimiliki oleh mengatasi masalah-masalah
mereka yang akan memangku yang terjadi. Kemampuan
jabatan pimpinan, sebagai figur menerjemahkan jargon-
yang harus mampu mengkoordinir jargon/istilah-istilah teknis
aktifitas-aktifitas utama dalam kedalam bahasa yang umum.
organisasi dalam rangka mencapai Kemampuan menghubungkan
tujuan-tujuan organisasi. antara ketrampilannya dengan
Menurut (Byham, 2007:5-19) masalah-masalah.
Analisi kompetensi lebih didasarkan c. Working with Computer and
pada Skill, knowledge, ability atau atau Information Technology,
dengan kata lain disebut : Competency kemampuan dalam
Skill, knowledge, ability-based Human melaksanakan suatu pekerjaan
Resources Deveopment. atau tugas-tugas dengan
Beberapa variabel Competency menggunakan atau
Skill and knowledge yang sangat mengoperasional tehnologi
diperlukan sebagai seorang karyawan komputer maupun tehnologi
sebagai berikut : informasi, untuk menjamin
1. Kompetensi ketrampilan (skill) peningkatan kerja dan efisiensi
merupakan suatu kemampuan kerja.
dengan tugas yang dimiliki dan Kompetensi yang harus
dipergunakan dalam menghadapi dimiliki oleh seluruh karyawan
tugas yang bersifat teknis atau non atau aparatur bersifat non teknis
teknis seperti :
Kompetensi skill yang a. Performing office tasks, yaitu
bersifa teknis yaitu, kemampuan kemampuan melaksanakan
bertindak, menggunakan atau suatu pekerjaan-pekerjaan
mendemonstrasikan ketrampilan kantor dengan efisiensi yang
seperti : tinggi, misalnya :
a. Using to equipment and tools, mengklasifikasi, menyortir,
yaitu kemampuan melakukan korespondensi dan
menggunakan atau mencatat data, memasukan dan
mengoperasikan sarana- memverifikasi data dengan
prasarana perlengkapan dan akurat serta mengakses
peralatan yang ada dikantor informasi dengan cepat, tepat
baik peralatan yang lama dan akurat.
maupun yang baru oleh seluruh
67 Kindai, Vol 16, Nomor 1, Halaman 60-79

b. Clients service, yaitu (tidak favorabel) terhadap obyek


kemampuan memberikan tersebut.
pelayanan kepada klien atau Allport (2008:3) menyatakan
konsumen/masyarakat, sikap merupakan semacam kesiapan
misalnya : mencermati bereaksi terhadap suatu obyek dengan
kebutuhan-kebutuhan dan cara-cara tertentu. Agaknya tidak
harapan klien, konsumen atau keliru bila kita menafsirkan kesiapan
masyarakat, memberikan dalam definisi ini sebagai
kesempatan kepada klien kecenderungan potensial untuk
mengutarakan kebutuhannya bereaksi apabila individu dihadapkan
serta memahami adanya pada suatu stimulus yang menghendaki
perubahan kebutuhan atau respon.
harapan klien, konsumen. Sutherland dan Wood Worth
c. Business awareness, (2008 :176) mengartikan sikap sebagai
kemampuan menggunakan predeposisi untuk bertindak atau
informasi-informasi keuangan, kecenderungan untuk mengadakan
membuat keputusan bisnis, respon dengan cara-cara yang khas
mengatur pendapatan, terhadap suatu obyek yang berupa
kelihaian berbisnis. orang atau situasi tertentu.
d. Working with Data/numbers, Gerungan (2002:72)
kemampuan keahlian atau menerjemahkan attitude dengan kata-
ketrampilan dalam bekerja kata sikap terhadap obyek tertentu
dengan mampu mengerti dan yang dapat merupakan sikap
memahami antara data-data pandangan atau sikap perasaan, namun
atau angka yang ada dengan demikian sikap tersebut disertai pula
konsep-konsep yang oleh kecenderungan untuk bertindak
digunakan. sesuai sikap terhadap obyek. Jadi
Ketrampilan merupakan attitude lebih tepat diterjemahkan
kombinasi dari beberapa sebagai sikap atau kesediaan bereaksi
kemampuan kerja fisik dan non terhadap suatu situasi.
fisik dalam kaitannya dengan Sikap oleh LaPierre dalam
aplikasi perolehan pengetahuan Azwar (2005:112) dikatakan sebagai
baru. Ketrampilan bisa mencakup suatu pola perilaku, tendensi atau
ketrampilan teknis, kemanusiaan, kesiapan antisipatif, predisposisi untuk
dan konseptual. menyesuaikan diri dalam situasi sosial,
3. Sikap (attitude) atau secara sederhana sikap adalah
Pengertian sikap sebenarnya respons terhadap suatu stimulus yang
tidak sesederhana persepsi umum yakni telah terkondisikan.
suatu sistem nilai tertentu pada Sedangkan Secord dan
kehidupan seseorang atau sekelompok Backman dalam Azwar (2005:121)
orang, namun menyangkut hal-hal mendefinisikan sikap sebagai
yang lebih mendasar dan bersifat keteraturan tertentu dalam hal perasaan
komplek pada seseorang. Beberapa (afeksi), pemikiran (kognisi), dan
definisi sikap dari beberapa ahli, predisposisi tindakan (konasi)
menurut Thurstone dan Osgood dalam seseorang terhadap suatu aspek
Azwar (2005 : 3) sikap adalah suatu lingkungan sekitarnya.
bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Dari definisi-definisi tersebut di
Sikap seseorang terhadap obyek adalah atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
perasaan mendukung atau memihak sikap merupakan suatu bentuk evaluasi
(favorabel) ataupun tidak mendukung perasaan dan kecenderungan potensial
untuk bereaksi yang merupakan hasil
68 Kindai, Vol 16, Nomor 1, Halaman 60-79

interaksi antara komponen kognitif, agama, serta faktor emosi dalam diri
afektif, dan konatif yang saling beraksi individu.
dalam memahami, merasakan dan Dari uraian di atas dapat
berperilaku terhadap suatu obyek. disimpulkan bahwa komponen-
Beberapa ahli mempunyai komponen yang membentuk struktur
pandangan yang berbeda-beda dalam sikap ada tiga yaitu :
membahas komponen yang a. Komponen kognitif, berupa
membentuk struktur sikap. Thurstone pengetahuan, kepercayaan,
memandang bahwa komponen afektif pandangan atau pikiran yang
yang membentuk struktur sikap. didasarkan pada informasi dan
Allport mengatakan bahwa komponen bagaimana orang mempersepsikan
kognitif merupakan penyebab obyek sikap tersebut.
terjadinya sikap percaya terhadap suatu b. Komponen afektif, menunjukkan
obyek (Azwar, 2005 : 3). dimensi emosional dari sikap.
Sikap terhadap obyek, gagasan Komponen ini berhubungan dengan
atau orang tertentu merupakan orientasi perasaan yaitu perasaan senang
yang bersifat menetap dengan (positif) atau perasaan tidak senang
komponen kognitif, afektif dan (negatif). Komponen ini
perilaku (konatif). menunjukkan arah sikap.
Komponen kognitif terdiri dari c. Komponen konatif atau komponen
seluruh kognisi yang dimiliki perilaku (action component),
seseorang mengenai obyek sikap melibatkan predisposisi untuk
tertentu, yaitu fakta, pengetahuan dan bertindak, berhubungan dengan
keyakinan tentang obyek. kecenderungan untuk bertindak
Komponen afektif terdiri dari terhadap obyek sikap.
seluruh perasaan atau emosi seseorang
terhadap obyek, terutama penilaian. Pengertian Motivasi
komponen perilaku terdiri dari Motivasi membicarakan tentang
kesiapan seseorang untuk bereaksi bagaimana cara mendorong semangat kerja
terhadap obyek sikap (Sears, 2008 : sesorang, agar mau bekerja dengan
138). memberikan secara optimal kemampuan
Gerungan (2002 : 13) dan keahliannya guna mencapai tujuan
menyatakan bahwa komponen kognitif organisasi. Motivasi adalah keinginan yang
adalah pandangan, komponen afektif terdapat pada seorang individu yang
adalah perasaan, sedangkan komponen merangsang untuk melakukan tindakan
perilaku adalah kecenderungan untuk (Winardi, 2000:312). Sedangkan pendapat
bertindak sesuai dengan sikap terhadap lain mengatakan bahwa motivasi adalah
obyek. Walgito (2004 : 109) suatu keahlian, dalam mengarahkan
berpendapat bahwa pengertian sikap pegawai dan organisasi agar mau bekerj
mengandung komponen kognitif secara berhasil, sehingga keinginan para
(beliefs), komponen afektif (feeling), pegawai dan tujuan organisasi sekaligus
dan komponen konatif (behaviour tercapai (Flippo, 2000). Seperti telah
tendencies). dikutip di depan bahwa pengertian
Dari beberapa pendapat di atas, motivasi, menurut berelson dan steiner
Azwar (2005:191) menyimpulkan dalam Sunyoto (2012: 11) adalah suatu
bahwa faktor-faktor yang usaha sadar untuk mempengaruhi perilaku
mempengaruhi pembentukan sikap seseorang supaya mengarah tercapainya
adalah pengalaman pribadi, tujuan organisasi.
kebudayaan, orang lain yang dianggap Selain pendapat diatas ada beberapa
penting, media massa, institusi atau pendapat yang memberikan pengertian
lembaga pendidikan dan lembaga yang sama atau hamper sama yaitu : “
69 Kindai, Vol 16, Nomor 1, Halaman 60-79

menurut Casio dalam Hasibuan (2011:95) Pada umumnya para ahli


yang dikutip Sunyoto (2012:11) motivasi meninjau kinerja dari efesiensi dan
adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari semangat kerja. Baik mengenai cara – cara
keinginan seseorang untuk memuaskan untuk member Etos Kerja manusia dalam
kebutuhannya, missal : rasa lapar, haus, mencapai prestasi yang tinggi, faktor –
dan dahaga”. faktor yang mempengaruhi kinerja maupun
penelitian untuk meniadakan pengaruh
Indikator Motivasi negatife dari kinerja tenaga kerja.
Berikut teori motivasi “dua faktor” Kinerja adalah suatu hasil kerja
menurut Herzberg yang dapat dijadikan yang dicapai seseorang dalam
sebagai acuan guna mengukur motivasi melaksanakan menyelesaikan pekerjaan
yang dikutip oleh Siagian (2012:164) yang dibebankan kepadanya. Sedangkan
adalah sebagai berikut : faktor prestasi kerja yang akan diteliti
Tabel 1 Teori Motivasi “Dua Faktor” meliputi Etos Kerja kerja dan kepuasan
Menurut Herzberg kerja heidjrachman, Suad Hasan
Faktor Eksterinsik (1992:126)
Faktor dalam Sunyoto (2012: 18). Jika
Interinsik
1. Kebijaksanaan dan Administrasi seorang tenaga kerja mempunyai perasaan
1. Keberhasilan
2. Supervisi 2. Pengakuanberprestasi,
/ Penghargaanmaka ia harus mempunyai cara
3. Gaji / Upah untuk
3. Pekerjaan itu sendiri mengukur kemajuan yang
4. Hubungan antar pribadi dilakukannya.
4. Tanggung jawab Mereka menginginkan
5. Kondisi Kerja umpan balik meskipun mereka tidak
5. Pengembangan
Sumber : Siagian (2012:164) mendapat hadiah untuk pekerjaan dan
Herzberg memandang bahwa hukuman untuk kegagalan mereka.
kepuasan kerja berasal dari keberadaan
motivator intrinsik dan bahwa Pengukuran Kinerja dan Indikator
ketidakpuasan kerja berasal dari Kinerja Pegawai
ketidakberadaan faktor-faktor ekstrinsik. Untuk dapat mengevaluasi
Dengan demikian seseorang yang karyawan secara objektif dan akurat
terdorong secara intrinsik akan seorang penyelia harus mampu mengukur
menyenangi pekerjaannya, memungkinkan tingkat kinerja mereka. Pengukuran kinerja
menggunakan kreatifitas dan inovasi dan dapat berpungsi sebagai target atau sasaran
tidak perlu diawasi dengan ketat. Kepuasan sebagai aktivitas pengukuran standard an
disini tidak dikaitkan dengan perolehan hal sebagai informasi yang dapat digunakan
– hal yang bersifat materi. Sebaliknya, para karyawan, dalam mengarahkan usaha
mereka yang terdorong oleh faktor – faktor – usaha mereka melalui serangkaian
ekstrinsik cenderung melihat kepada apa prioritas tertentu. Menurut Edwin Flippo
yang diberikan oleh organisasi kepada dalam Sunyoto (2012:22), prestasi kerja
mereka dan kinerjanya diarahkan kepada seseorang dapat diukur melalui :
perolehan hal – hal yang diinginkannya 1. Mutu kerja, berkaitan dengan
dari organisasi. Menurut herzberg faktor ketepatan waktu, keterampilan dan
ekstrinsik tidak akan mendorong para keperibadian dalam melakukan
karyawan untuk berforma baik, akan tetapi pekerjaan.
jika faktor – faktor ini dianggap tidak 2. Kualitas kerja, berkaitan dengan
memuaskan dalam berbagai hal seperti gaji pemberian tugas – tugas tambahan
tidak memadai, kondisi kerja tidak yang diberikan oleh atasan kepada
menyenangkan, hal tersebut dapat menjadi bawahannya.
sumber ketidakpuasan potensial. 3. Ketangguhan, berkaitan dengan
tingkat kehadiran, pemberian waktu
Kinerja Pegawai libur dan jadwal keterlambatan hadir
di tempat kerja.
70 Kindai, Vol 16, Nomor 1, Halaman 60-79

4. Sikap, merupakan sikap yang ada pada menerima dan menghargai pendapat
karyawan yang menunjukkan seberapa orang lain.
jauh sikap tanggung jawab mereka
terhadap sesama teman, sengan atasan Penelitian Terdahulu
dan seberapa jauh tingkat kerjasama Sebagai bahan pertimbangan dalam
dalam menyelesaikan pekerjaan. penelitian Pengaruh Kompetensi Terhadap
Menurut Keban (2004:109) dalam Kinerja, diantaranya dikemukakan oleh :
Pasolong (2012:184) pengukuran kinerja 1. Devi Rusvitawati. 2016. Pengaruh
pegawai penting dilakukan oleh instansi Kompetensi Terhadap Kinerja
pelayanan publik.Dengan mengetahui Karyawan Rumah Sakit Sari Mulia
kelemahan dan kelebihan, hambatan dan Banjarmasin. Rumah sakit harus dapat
dorongan, atau berbagai faktor sukses bagi memberikan layanan yang memenuhi
kinerja pegawai serta institusi maka harapan pasien jadi mereka tertarik
terbukalah jalan menuju profesionalisasi, memanfaatkan layanan ini.
yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan Memperbaiki Kualitas layanan harus
yang dilakukan selama ini. disertai dengan peningkatan kinerja
Terdapat berbagai teori mengenai para karyawan. Prestasi kerja
indikator kinerja pegawai. Salah satunya karyawan terdiri dari orang-orang
indikator kinerja pegawai Fadel (2012:195) terstandarisasi kualitas sumber daya
mengemukakan beberapa indikator yang dan yang terkait dengan kompetensi.
digunakan untuk mengukur kinerja Penelitian ini bertujuan untuk
pegawai yaitu: mengidentifikasi dan untuk
a) Pemahaman atas tupoksi menganalisis pengaruh pencapaian dan
Dalam menjalankan tupoksi, bawahan kompetensi pada tindakan, bantuan
harus terlebih dahulu paham tentang dan kompetensi layanan manusia,
tugas pokok dan fungsi masing- dampak dan pengaruh kompetensi,
masing serta mengerjakan tugas sesuai manajerial kompetensi, kompetensi
dengan apa yang menjadi tanggung kognitif, dan kompetensi efektivitas
jawabnya. pribadi pada kinerja karyawan di
Rumah Sakit Sari Mulia Banjarmasin.
Ada 310 karyawan di Rumah Sakit
b) Inovasi Sari Mulia Banjarmasin sebagai
Memiliki inovasi yang positif dan populasi penelitian. Sampel
menyampaikan pada atasan serta probabilitas dengan teknik
mendiskusikanya pada rekan kerja pengambilan sampel proporsional
tentang pekerjaan. digunakan sebagai teknik pengambilan
c) Kecepatan kerja sampel. Data dikumpulkan dengan
Dalam menjalankan tugas kecepatan membagikan kuesioner kepada sampel
kerja harus diperhatikan dengan 173 karyawan di Rumah Sakit Sari
menggunakan mengikuti metode kerja Mulia Banjarmasin. Telah
yang ada. dikumpulkan Data dianalisis
d) Keakuratan kerja menggunakan regresi berganda.
Tidak hanya cepat, namun dalam Berdasarkan temuan Penelitian,
menyelesaikan tugas karyawan juga ditemukan bahwa setiap variabel
harus disiplin dalam mengerjakan kompetensi mempengaruhi karyawan
tugas dengan teliti dalam bekerja dan prestasi kerja di Rumah Sakit Sari
melakukan pengecekan ulang Mulia Banjarmasin.
e) Kerjasama 2. Sultan dan Sevanus Thane. 2016.
Kemampuan dalam bekerjasama Pengaruh Kompetensi, Motivasi,
dengan rekan kerja lainya seperti bisa Beban Kerja Perawat Pelaksansa
Terhadap Kinerja Perawat Diruang
71 Kindai, Vol 16, Nomor 1, Halaman 60-79

Rawat Inap Rumah Sakit Umum dari alpa (5%). Dengan demikian,
Daerah Jayapura. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel
menunjukkan bahwa Kompetensi (X1) beban kerja perawat tidak berpengaruh
Pengaruh kompetensi terhadap kinerja terhadap kinerja. Berdasarkan analisis
berdasarkan tabel hasil uji t (parsial) regresi linier berganda, maka dapat
dapat diketahui bahwa perhitungan dijelaskan bahwa nilai koefisien beban
SPSS diperoleh t hitung sebesar 4.348 kerja perawat pelaksana adalah sebesar
dengan nilai probabilitas (nilai sig) 0,034. Hal ini mengandung arti bahwa
0.000. Nilai probabilitas tersebut lebih setiap kenaikan beban kerja perawat
kecil dari alpha (5%). Dengan satu satuan maka variabel kinerja akan
demikian dapat disimpulkan bahwa naik sebesar 0,034 dengan asumsi
variabel kompetensi berpengaruh bahwa variabel bebas yang lain dari
terhadap kinerja. Berdasarkan analisis regresi adalah tetap.
regresi linier berganda, maka dapat 3. Revi Rizki Irawan. 2016 . Pengaruh
dijelaskan bahwa nilai koefisien Kompetensi Pegawai Dan Motivasi
kompetensi sebesar 0,216. Hal ini Kerja Terhadap Kinerja Perawat
mengandung arti bahwa setiap Rumah Sakit PTPN VIII Subang.
kenaikan kepuasan kerja satu satuan Kinerja perawat merupakan aspek
maka variabel kinerja akan naik penting dalam rumah sakit, karena hal
sebesar 0,216 dengan asumsi bahwa inilah yang akan menentukan maju
variabel bebas yang lain dari regresi atau mundurnya kinerja rumah sakit,
adalah tetap. Motivasi (X2) Pengaruh kinerja rumah sakit sangat ditentukan
motivasi kerja terhadap kinerja oleh kualitas sumber daya manusia
berdasarkan tabel hasil uji t (parsial) khususnya perawat. Melalui
dapat diketahui bahwa perhitungan peningkatan kinerja perawat, maka
SPSS diperoleh t hitung sebesar 9.279 efektivitas dan produktivitas rumah
dengan nilai probabilitas (nilai sig) sakit pun akan meningkat. Untuk
0.000. Nilai probabilitas tersebut lebih meningkatkan kinerja perawat
kecil dari alpha (5%). Dengan dibutuhkan kompetensi yang baik serta
demikian dapat disimpulkan bahwa meningkatkan motivasi perawat agar
variabel motivasi berpengaruh terdorong untuk kerja secara optimal.
terhadap kinerja perawat. Berdasarkan Penelitian ini bertujuan untuk
analisis regresi linier berganda, maka mengetahui bagaimana kompetensi
dapat dijelaskan bahwa nilai koefisien dan motivasi kerja terhadap kinerja
motivasi sebesar 0,511. Hal ini perawat di Rumah Sakit PTPN VIII
mengandung arti bahwa setiap Subang. Metode penelitian yang
kenaikan motivasi kerja satu satuan digunakan dalam penelitian ini yaitu
maka variabel kinerja akan naik metode deskriptif dan verifikatif.
sebesar 0,511 dengan asumsi bahwa Metode analisis data yang digunakan
variabel bebas yang lain dari regresi adalah analisis kuantitatif yaitu
adalah tetap. Sedangkan Beban kerja melalui analisis regresi berganda dan
perawat pelaksana (X3) menunjukkan diproses dengan menggunakan
bahwa beban kerja perawat tidak software SPSS 20. Hasil penelitian ini
berpengaruh terhadap kinerja. Tidak menunjukan bahwa secara bersama-
Pengaruh beban kerja perawat sama kompetensi dan motivasi kerja
terhadap kinerja berdasarkan tabel berpengaruh terhadap kinerja perawat,
hasil uji t (parsial), dapat diketahui dimana kompetensi dan motivasi kerja
bahwa perhitungan SPSS diperoleh t memberikan pengaruh sebesar 65,4%
hitung sebesar 601 dengan nilai terhadap kinerja perawat. Demikian
probabilitas (nilai tidak sig) 0.549. juga secara parsial baik kompetensi
Nilai probabilitas tersebut lebih besar berpengaruh sebesar 41,2% maupun
72 Kindai, Vol 16, Nomor 1, Halaman 60-79

motivasi kerja berpengaruh sebesar Skala ini meminta responden


24,2 dan berpengaruh signifikan menunjukan tingkat persetujuan atau
terhadap kinerja perawat. Kata kunci : ketidaksetujuannya terhadap
Kompetensi, Motivasi Kerja dan serangkaian pertanyaan tentang suatu
Kinerja. objek (Sugiyono, 2012).
Alat ukur yang digunakan adalah
Motode Penelitian kuesioner yang akan diuji validitas dan
Lokasi Penelitian reliabilitasnya, kinerja akan diukur dari
Jl. Jaksa Agung Suprapto, Tanjung, pengaruh Kompetensi Pengetahuan,
Agung, Tanjung, Kabupaten Tabalong, Kompetensi Keterampilan dan
Kalimantan Selatan 71513. Kompetensi Sikap. Untuk masing-
Populasi dan Sampel masing responden mempunyai 5
Populasi alternatif jawaban (Skala Likert).
Menurut Sugiyono, (2012:87) Masing-masing prioritas dari kelima
Populasi adalah wilayah generalisasi yang point tersebut, yaitu:
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai 1. Sangat setuju (SS) :
kualitas dan karakteristik tertentu yang diberi nilai 5
ditetapkan untuk dipelajari dan kemudian 2. Setuju (S) :
ditarik kesimpulannya. Populasi dalam diberi nilai 4
penelitian ini adalah seluruh Pegawai PNS 3. Netral (N) :
dan Non PNS Pos Pembinaan Terpadu diberi nilai 3
(POSBINDU) Kabupaten Tabalong yang 4. Tidak setuju (TS) :
berjumlah 80 (delapan puluh) orang. diberi nilai 2
Sampel 5. Sangat tidak setuju (STS) :
Sugiono (2012:89) Sampling jenuh diberi nilai 1
adalah teknik penentuan sampel dimana 2. Uji Kuisioner
semua anggota populasi digunakan sebagai Untuk dapat dinyatakan bahwa
sampel. Hal ini sering digunakan bila hasil kuesioner yang disebarkan kepada
jumlah populasi relatif kecil. responden dapat membuktikan bahwa
Berdasarkan uraian diatas sampel jawaban responden adalah baik dan
yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipercaya dari jawaban dari
adalah sampel sensus dikarenakan kecilnya responden yang nantinya dipergunakan
jumlah populasi, sehingga seluruh objek untuk dijadikan alat pembuktian
dalam populasi dijadikan sampel yaitu hipotesa maka diperlukan uji sebagai
sebanyak 80 (delapan puluh) orang berikut:
pegawai PNS dan Non PNS Pos A. Uji Validitas
Pembinaan Terpadu (POSBINDU) Uji validitas adalah untuk
Kabupaten Tabalong. Dengan mengetahui tingkat kevalidan dari
menggunakan sampel sensus. instrumen kuesioner yang digunakan
dalam mengumpulkan data. Uji
validitas ini dilakukan untuk
mengetahui apakah item–item yang
Teknik Analisis Data tersaji dalam kuesioner benar–benar
1. Intrumen Penelitian mampu mengungkapkan dengan
Pengukuran variabel dalam pasti apa yang diteliti.
penelitian ini menggunakan skala likert. Cara yang digunakan adalah
Skala likert digunakan untuk mengukur dengan Analisa Item, dimana setiap
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang nilai yang ada pada setiap butir
atau sekelompok orang tentang pertanyaan dikorelasikan dengan
fenomena sosial. nilai total seluruh butir pertanyaan
untuk suatu variabel dengan
73 Kindai, Vol 16, Nomor 1, Halaman 60-79

menggunakan rumus Korelasi butir atau variabel tersebut tidak


Product Moment (Sugiyono reliabel. Sugiyono (2012)
2012:73). menyebutkan bila r hitung (r alpha)
Lebih lanjut, Sugiyono > 0,600, maka instrumen tersebut
menyatakan bahwa biasanya syarat dinyatakan reliabel. Arikunto
minimum untuk dianggap (2012), tingkat reliabelitas
memenuhi syarat adalah kalau r  instrumen bisa dilihat dari r hitung (r
0,3. Jadi apabila korelasi antara butir alpha) dengan kriteria seperti pada
dengan skor total kurang dari 0,3 tabel 1:
maka butir dalam instrumen tersebut Tabel 1 Kriteria untuk r hitung (r alpha)
r hitung (r alpha) Kriteria
dinyatakan tidak valid. 0,800 – 1,00 sangat tinggi
Uji validitas dengan 0,600 – 0,799 tinggi
menggunakan korelasi Product 0,400 – 0,599 cukup
0,200 – 0,399 rendah
Moment dengan formulasi : <0,200 sangat rendah
Σxy Sumber : Arikunto (2012).
rxy = C. Uji Asumsi Klasik
√ (Σ x2)( Σy2) Untuk memastikan apakah
variabel-variabel penelitian dapat
B. Uji Reliabilititas dianalisis dengan menggunakan
Uji reliabilitas dimaksudkan Regresi Linier Berganda atau tidak,
untuk mengetahui adanya maka diperlukan suatu uji asumsi
konsistensi alat ukur dalam klasik sebagai persyaratan analisis
penggunaannya, atau dengan kata regresi berganda. Variabel-variabel
lain alat ukur tersebut mempunyai tersebut harus memenuhi syarat-
hasil yang konsisten apabila syarat sebagai berikut:
digunakan berkali–kali pada waktu 1. Uji Multikolinieritas
yang berbeda. Untuk uji reliabilitas Uji multikolinieritas ini
ini digunakan Teknik Alpha digunakan untuk mengetahui ada
Cronbach, dimana suatu instrumen tidaknya korelasi antara variabel
dapat dikatakan handal (reliabel) independen. Jika terjadi korelasi,
apabila memiliki koefisien maka dinamakan terdapat
keandalan atau alpha sebesar 0,6 problem multikolinieritas. Untuk
atau lebih (Arikunto 2012). Adapun mengetahui ada tidaknya
formula dari alpha cronbach adalah multikolinieritas antar variabel,
sebagai berikut : dapat dilihat dari Variable
 k 
r11 =   1 -
σ
2
b

 Inflation Factor (VIF) dari
 k -1  σ 
2
 t  masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Dimana : Menurut Santoso (2005: 357),
R11 = reliabilitas instrumen jika nilai VIF tidak lebih besar
K = banyaknya butir dari 5 maka dalam model tidak
pertanyaan atau banyaknya soal terdapat multikolinieritas.
b2 = jumlah varians butir 2. Uji Heteroskedastisitas
t 2
= varians total (Arikunto, Uji heteroskedastisitas
2012) bertujuan untuk menguji apakah
Taraf signifikan digunakan 5%. dalam sebuah model regresi
Jika r hitung (r alpha) > r tabel, terjadi ketidaksamaan varian dari
maka instrumen tersebut dinyatakan residual dari suatu pengamatan
reliabel. Sebaliknya jika r alpha lainnya. Jika varian dari
positif dan r alpha < r tabel, maka pengamatan lainnya tetap, maka
74 Kindai, Vol 16, Nomor 1, Halaman 60-79

disebut homoskedastisitas. y = dependent


Sedangkan apabila variannya variabel (Kinerja)
berbeda dari satu pengamatan ke a = konstata
pengamatan lainnya disebut b1, b2, = koefisien
dengan gejala regresi
heteroskedastisitas. Untuk n = banyaknya
mengetahui ada atau tidaknya sampel
gejala heteroskedastisitas adalah X1, = independent
dengan melihat ada tidaknya variabel
pola tertentu pada grafik scatter Kompetensi
plot. Apabila tidak ada pola yang X2, = independent
jelas atau pola tertentu serta titik variabel Motivasi
menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka E. Pengujian Hipotesis
tidak terjadi heteroskedastisitas. 1. Uji Hipotesis I (Uji t)
3. Uji Normalitas Untuk menguji kebenaran
Uji Normalitas dilakukan hipotesis kedua langkah pertama
dengan tujuan untuk mengetahui yang dilakukan adalah pengujian
apakah dalam sebuah model secara parsial melalui uji t.
regresi baik itu variabel terikat Adapun rumusan hipotesis
maupun variabel bebas secara dengan menggunakan Uji t
terpisah atau secara bersamaan adalah sebagai berikut:
keduanya mempunyai distribusi H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0
normal atau tidak. Deteksi Artinya variasi variabel bebas
normalitas dilakukan dengan dapat menerangkan variabel
melihat penyebaran data (titik) tidak bebas (variabel terikat) dan
pada sumbu diagonal dari grafik. terdapat pengaruh diantara kedua
Dasar pengambilan keputusan variabel yang diuji
yang digunakan: Ha : b1  b2  b3  b4 
a) Jika data menyebar di 0
sekitar garis diagonal dan Artinya variasi variabel bebas
mengikuti arah garis tidak dapat menerangkan
diagonal, maka model variabel tidak bebas (variabel
regresi memenuhi asumsi terikat) dan terdapat pengaruh
normalitas. antara dua variabel yang diuji.
b). Jika data menyebar jauh dari Pengujian dilakukan melalui uji t
garis diagonal, maka model dengan membandingkan thitung
regresi tidak memenuhi (th) dengan t tabel (tt) pada  0,05.
asumsi normalitas (Santoso, Apabila hasil perhitungan
2005:214). menunjukkan:
D. Analisis Regresi Berganda. a. th ≥ tt maka H0 ditolak dan
Untuk mengetahui pengaruh Ha diterima
variabel bebas terhadap variabel Artinya variasi variabel
terikatnya menurut Anwar bebas dapat menerangkan
(2012:309) dengan bantuan SPSS variabel tidak bebas (variabel
Versi 21.0 digunakan rumus analisis terikat) dan terdapat
regresi linier berganda sebagai pengaruh diantara kedua
berikut: variabel yang diuji.
y = a + b1x1 + b2x2 +e b. th < tt maka H0 diterima dan
dimana : Ha ditolak
75 Kindai, Vol 16, Nomor 1, Halaman 60-79

Artinya variasi variabel sejauh mana pengaruhnya


bebas tidak dapat terhadap variabel tidak bebas
menerangkan variabel tidak (variabel terikat).
bebas (variabel terikat) dan 3. Variabel Dominan
terdapat pengaruh antara dua Untuk mengetahui seberapa
variabel yang diuji. besar kontribusi masing-masing
2. Uji Hipotesis II (Uji F) variabel bebas dan yang paling
Untuk menguji kebenaran menentukan (dominan)
hipotesis pertama digunakan uji pengaruhnya terhadap variabel
F yaitu untuk menguji terikat suatu model regresi linier,
keberartian/signifikansi regresi maka digunakan koefisien Beta
secara keseluruhan dengan (Beta Coefficient) setiap variabel
rumus hipotesis sebagai berikut: yang distandarisasi (standardized
H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0, cofficient). Nilai beta (β) terbesar
Artinya variasi dari model menunjukkan bahwa variabel
regresi berhasil menerangkan bebas tersebut mempunyai
variasi variabel bebas secara pengaruh yang dominan terhadap
keseluruhan, sejauh mana variabel terikat. (Sritua,
pengaruhnya terhadap variabel 2012:12).
tidak bebas (variabel terikat)
Ha : b1  b2  b3  b4  Hasil Penelitian dan Pembahasan
0 Analisis Regresi Berganda Variabel
Artinya variasi dari model Kompetensi (X1) dan Motivasi (X2)
regresi tidak berhasil terhadap Kinerja Pegawai (Y).
menerangkan variasi variabel Sebagaimana telah dirumuskan
bebas secara keseluruhan, sejauh sebelumya bahwa dalam penelitian ini
mana pengaruhnya terhadap sesuai dengan hipotesis :
variabel tidak bebas (variabel Menurut Sugiyono (2006:168)
terikat) hipotesis adalah suatu perumusan atau
Pengujian dengan uji F kesimpulan sementara mengenai suatu
variansnya adalah dengan penelitian yang dibuat untuk menjelaskan
membandingkan Fhitung (Fh) penelitian itu dan juga dapat menuntun
dengan Ftabel (Ft) pada  = 0,05 atau mengarahkan penelitian selanjutnya.
apabila hasil perhitungannya Dari permasalahan yang
menunjukkan: dikemukakan diatas, maka hipotesis
a. Fh > Ft, maka H0 ditolak dan penelitian ini adalah :
Ha diterima 1. Secara parsial Kompetensi dan
Artinya variasi dari model Motivasi Sikap berpengaruh signifikan
regresi berhasil menerangkan Terhadap Kinerja Pos Pembinaan
variasi variabel bebas secara Terpadu (POSBINDU) Kabupaten
keseluruhan, sejauh mana Tabalong.
pengaruhnya terhadap 2. Secara simultan Kompetensi dan
variabel tidak bebas (variabel Motivasi Sikap berpengaruh signifikan
terikat). Terhadap Kinerja Pos Pembinaan
b. Fh < Ft, maka H0 diterima dan Terpadu (POSBINDU) Kabupaten
Ha ditolak Tabalong.
Artinya variasi dari model 3. Variabel yang mempunyai pengaruh
regresi tidak berhasil dominan Terhadap Kinerja Pos
menerangkan variasi variabel Pembinaan Terpadu (POSBINDU)
bebas secara keseluruhan, Kabupaten Tabalong adalah
Kompetensi
76 Kindai, Vol 16, Nomor 1, Halaman 60-79

Pengujian dilakukan dengan Koefisien 0,438 X1 variabel


tingkat kepercayaan 95% atau tingkat Kompetensi tetap maka Kinerja
signifikansi 0,05 (a = 0,05). Untuk Pegawai juga akan meningkat.
mengkaji kebenaran hipotesis – hipotesis Interpretasi terhadap konstanta
tersebut digunakan analisis regresi linier (5,284) pengukuan dalam penelitian ini
berganda. Pada analisis regresi ini akan dimana variabel dengan menggunakan
dilakukan uji serentak atau uji F serta skala Likert antara 1 sampai dengan 5
parsial atau uji t. maka tidak boleh diinterpretasikan bahwa
Tabel 1 Rekapitulasi Analisis Regresi jika variabel Kompetensi (X1) dan
Linier Berganda Motivasi (X2) bernilai nol, karena ketiga
Pengaruh Kompetensi (X1), Motivasi variabel tersebut tidak mungkin bernilai
(X2) Terhadap Kinerja Pegawai (Y) nol karena Skala Likert terendah yang
Pegawai Pos Pembinaan Terpadu digunakan adalah 1 dan berdasarkan hasil
(POSBINDU) Kabupaten Tabalong. perhitungan spss dalam penelitian ini nilai
konstanta adalah 5,284 dan termasuk
t t
Koefisien hitun tabe Bet dalam kategori sedang.
Variabel Regresi (bi) g l a sig Berdasarkan persamaan tersebut,
5,284
Konstanta menunjukkan bahwa semua variabel bebas
Kompetens 2,87 1,9 0,3 0,0
i (X1)
0,438
7 92 53 05
memiliki koefisien regresi positif. Hal ini
Motivasi
0,203
3,56 1,9 0,4 0,0 berarti variabel Kompetensi (X1) dan
(X2) 3 92 38 01
F hitung = 49,116
Motivasi (X2), mempunyai hubungan yang
Konstanta = 5,284 searah atau berbanding lurus dengan
F tabel = 3,12
Multiple R = 0,749 variabel terikatnya atau Kinerja Pegawai
Sig = 0,000 (Y). Artinya, jika variabel X1 dan X2
R square (R2) = 0,561
mengalami kenaikan maka variabel
Pada tabel 1 diatas dapat dilihat R terikatnya Y juga ikut mengalami
Square sebesar 0,561 yang berarti besarnya kenaikan, dan jika variabel X1 dan X2
variasi sumbangan seluruh variabel bebas mengalami penurunan, maka variabel
terhadap variabel terikatnya adalah 56,1% terikatnya Y akan mengalami penurunan.
sedangkan sisanya 43,9% dijelaskan oleh
sebab lain diluar dari penelitian ini. Uji Hipotesis
Ghozali (2005) 1. Uji Hipotesis I: Secara parsial
Nilai R Square sebesar 0,561 atau Kompetensi dan Motivasi Sikap
56,1% menyatakan korelasi pengaruh berpengaruh signifikan Terhadap
variabel bebas Kompetensi (X1) dan Kinerja Pos Pembinaan Terpadu
Motivasi (X2) Terhadap Kinerja Pegawai (POSBINDU) Kabupaten Tabalong
(Y) Pegawai Pos Pembinaan Terpadu (Uji t Secara Parsial)
(POSBINDU) Kabupaten Tabalong yang Melalui pengujian ini akan
kuat. dapat diketahui apakah variabel yang
Berdasarkan tabel 1 diatas diperoleh terdiri dari Kompetensi (X1)
persamaan regresi sebagai berikut: berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai
Y = 5,284 +0,438 X1 + 0,203 X2 + ei (Y) Pada Pos Pembinaan Terpadu
Adapun penjelasan dari persamaan (Posbindu) Kabupaten Tabalong, yaitu
regresi diatas adalah sebagai berikut : dengan cara membandingkan nilai t
1. Jika koefisien 0,438 X1 variabel
hitung dengan t tabel, pada taraf
Kompetensi meningkat dengan asumsi signifikansi (taraf kepercayaan) 5 %
Koefisien 0,203 X2 variabel Motivasi dan rumus derajat bebas/degre of
tetap, maka Kinerja Pegawai juga akan freedom, df = n – K-1 = 80 – 3 - 1 =
meningkat. 76 maka didapat nilai t tabel 1,992. Jika
2. Jika koefisien 0,203 X2 variabel nilai t hitung lebih besar dari pada nilai t
Motivasi meningkat dengan asumsi
tabel maka pengaruhnya signifikan.
77 Kindai, Vol 16, Nomor 1, Halaman 60-79

Selain itu juga dapat dilihat besarnya dan rumus derajat bebas/degre of
pengaruh masing-masing variabel freedom, df 1 = K -1 = 3 – 1 = 2 dan
bebas terhadap variabel terikatnya. df 2 = n – K = 80 – 3 = 77 maka
Pengaruh variabel Kompetensi didapat nilai Ftabel sebesar 3,12. Ini
(X1) terhadap Kinerja Pegawai (Y). menyatakan bahwa Fhitung (17,377) >
Kompetensi (X1) berpengaruh Ftabel (3,12). sehingga dapat
signifikan terhadap Kinerja Pegawai disimpulkan bahwa Kompetensi (X1)
(Y) karena nilai thitung (2,877) > ttabel dan Motivasi (X2) berpengaruh
(1,992) sehingga dapat disimpulkan signifikan secara simultan Terhadap
bahwa Kompetensi (X1) berpengaruh Kinerja Pegawai (Y) Pos Pembinaan
siginifikan secara sendiri – sendiri atau Terpadu (Posbindu) Kabupaten
parsial terhadap Kinerja Pegawai (Y) Tabalong
pada Pos Pembinaan Terpadu Berdasarkan hasil uji hipotesis
(Posbindu) Kabupaten Tabalong kedua diatas maka dapat disimpulkan
Pengaruh variabel Motivasi hipotesis kedua yang mengatakan
(X2) terhadap Kinerja Pegawai (Y). Secara simultan Kompetensi dan
Motivasi (X2) berpengaruh signifikan Motivasi berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja Pegawai (Y) karena Terhadap Kinerja Pos Pembinaan
nilai thitung (3,563) > ttabel (1,992) Terpadu (POSBINDU) Kabupaten
sehingga dapat disimpulkan bahwa Tabalong dapat diterima atau teruji.
Motivasi (X2) berpengaruh siginifikan 3. Uji Hipotesis III: Variabel yang
secara sendiri – sendiri atau parsial mempunyai pengaruh dominan
terhadap Kinerja Pegawai (Y) pada Terhadap Kinerja Pos Pembinaan
Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Terpadu (POSBINDU) Kabupaten
Kabupaten Tabalong. Tabalong adalah Kompetensi (Uji
Berdasarkan hasil uji hipotesis Beta)
diatas maka hipotesis pertama yang Berdasarkan tabel hasil
mengatakan Secara parsial penelitian variabel Motivasi
Kompetensi dan Motivasi Sikap merupakan variabel yang dominan
berpengaruh signifikan Terhadap berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai
Kinerja Pos Pembinaan Terpadu Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
(POSBINDU) Kabupaten Tabalong Kabupaten Tabalong karena nilai beta
adalah benar atau teruji. variabel X2 0,438 > nilai beta variabel
2. Uji Hipotesis II : Secara simultan X1 0,353. Maka dapat disimpulkan
Kompetensi dan Motivasi variabel Motivasi merupakan variabel
berpengaruh signifikan Terhadap yang dominan berpengaruh terhadap
Kinerja Pos Pembinaan Terpadu Kinerja Pegawai Pos Pembinaan
(POSBINDU) Kabupaten Tabalong Terpadu (Posbindu) Kabupaten
(Uji F Secara Simultan) Tabalong
Uji ini digunakan dengan Berdasarkan hasil uji hipotesis
tujuan untuk membuktikan apakah diatas maka hipotesis ketiga yang
variabel bebas berpengaruh secara mengatakan Variabel yang
bersama-sama terhadap variabel mempunyai pengaruh dominan
terikat. Dalam menjawab hipotesis Terhadap Kinerja Pos Pembinaan
yang telah diajukan pada awal Terpadu (POSBINDU) Kabupaten
penelitian, menggunakan alat bantu Tabalong adalah Motivasi adalah
analisis software SPSS versi 21.00. benar atau teruji.
Dari hasil perhitungan melalui SPSS
menunjukan Fhitung sebesar 17,377 dan Kesimpulan
Ftabel dengan menggunakan tingkat Berdasarkan hasil analisis dan
signifikasi (taraf kepercayaan) 5 % pembahasan yang telah diuraikan pada
78 Kindai, Vol 16, Nomor 1, Halaman 60-79

bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan Karyawan Rumah Sakit Sari


penelitian ini adalah: Mulia Banjarmasin
1. Kompetensi dan Motivasi berpengaruh Dwiyanti, 2005.Stres Kerja Di Lingkungan
signifikan secara parsial terhadap DPRD Studi Tentang Anggota.
Kinerja Pegawai Pos Pembinaan DPRD Di Kota Surabaya,
Terpadu (POSBINDU) Kabupaten Malang, Dan Kabupaten
Tabalong. Jember. Jurnal. Masyarakat
2. Kompetensi dan Motivasi berpengaruh Jurnal Masyarakat, Kebudayaan
signifikan secara simultan terhadap dan Politik, 3 : 71-80. Fakultas
Kinerja Pegawai Pos Pembinaan Kesehatan Masyarakat
Terpadu (POSBINDU) Kabupaten Universitas Airlangga.
Tabalong. Surabaya.
3. Motivasi merupakan variabel yang Fadel, Muhammad .2012 Reinventing
berpengaruh dominan terhadap Local Government. PT. Elex
Kinerja Pegawai Pos Pembinaan Media. Komputindo. Jakarta.
Terpadu (POSBINDU) Kabupaten Flippo, Edwin. 2000 Manajemen
Tabalong. Personalia. Edisi 2. Jakarta :
Erlangga
Daftar Pustaka Gerungan W.A..2002. Psychologi Sosial.
Allport, G, W .2008. Pattern and Growth PT Eresco. Jakarta.
in Personality Holt,. Rineheart Gie The Liang .2007. Administrasi
and Winston, Inc. London . Perkantoran. Modern Liberty.
Anwar .2006. Metodologi Penelitian Yogyakarta.
Praktis Untuk Ilmu Sosial dan. Hutapea dan Thoha .2008. Kompetensi
Ekonomi, Edisi Pertama, Plus. PT Gramedia Pustaka
Cetakan Pertama, Penerbit Utama. Jakarta.
Buntara. Jakarta. Irianto .2008. Statistik Konsep Dasar dan
Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Aplikasinya. Kencana. Jakarta.
Penelitian Suatu Pendekatan Martoyo, Susilo .2007., Manajemen
Praktik. Rineka Cipta .Jakarta . Sumber Daya Manusia .edisi 4),
Azwar . Saifuddin. 2005. Sikap manusia: dicetak dan diterbitkan BPFE.
Teori dan pengukurannya. Yogjakarta.
Pustaka Pelajar .Yogyakarta. Matthews, Aalsma .2006 Jurnal Personal
Bodur .2002. The effect of heat application Fables, Narcissism, and
on pain, stiffness, physical Adolescent. Adjusment.
function and quality of life in www.interscience.wiley.com
patients with knee oateoarthritis. :published online.
Journal of Clinical Nursing. 19, Moeheriono, .2009., Pengukuran Kinerja
1113–1120. Berbasis Kompetensi, Penerbit
Boulter, Dalziel dan Hill .1996. People Ghalia. Indonesia, Bandung.
and Competencies, Bidlles, Notoadmojo.W ,2005.Pengembangan
Ltd.London. Sumber Daya Manusia, Rineka
Boutler, Nick .2005. People and Cipta, Jakarta.
Competencies: The Route To Pasolong, Harbani .2012. Teori
Competitive Advantage. Administrasi Publik, Alfabeta,
Terjemahan Gramedia. Jakarta. Bandung.
Byham, William .2007. The Lightning of Revi Rizki Irawan. 2016 . Pengaruh
Empowerment. Fawcett Books Kompetensi Pegawai Dan
.New York. Motivasi Kerja Terhadap
Devi Rusvitawati. 2016. Pengaruh Kinerja Perawat Rumah Sakit
Kompetensi Terhadap Kinerja PTPN VIII Subang
79 Kindai, Vol 16, Nomor 1, Halaman 60-79

Rivai, Veizhal .2011. Manajemen Sumber Sugiyono,Dr .2012. Metode Penelitian


Daya Manusia untuk Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Perusahaan, PT. Remaja Rosda Alfabeta. Bandung.
Karya. Bandung. Sultan dan Sevanus Thane. 2016. Pengaruh
Rosyadi dan Muwarti .2005. Efisiensi Kompetensi, Motivasi, Beban
Penggunaan Sumber Daya Kerja Perawat Pelaksansa
.Univ.Padjadjaran.Bandung. Terhadap Kinerja Perawat
Santoso, Singgih .2005. Statistik Diruang Rawat Inap Rumah
Parametik. PT Gramedia Sakit Umum Daerah Jayapura
Pustaka. Jakarta. Sunyoto, Danang .2012. Manajemen
Sears, Francis Weston.2008. Optics, 3rd Sumber Daya Manusia. CAPS.
ed. Massachusetts: Addison- Yogyakarta.
Wesley Publishing. Company, Sutherland dan Wood Worth .2008.
Inc. Psychology. Holt. New Yok.
Siagian, Sondang. P .2012. Manajemen Umar, Husein. 2012. Metode Penelitian
Sumber Daya Manusia. Bumi. Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”,
Aksara. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Singarimbun .2012. Metode Penelititan Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun
Survei. LP3S, Jakarta. 1992 tentang Kesehatan
Sritua, 2012. Metodologi Penelitian Winardi, 2000. Manajemen Perilaku
Ekonomi. UI.Jakarta. Organisasi , Edisi Revisi,
Kencana. Prenada Media
Group. Jakart
a.

Anda mungkin juga menyukai