Anda di halaman 1dari 130

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya manusia merupakan faktor penting penentu

kesuksesan perusahaan dalam mencapai tujuannya, karena berhasil

atau tidaknya organisasi dalam mencapai tujuan sangat tergantung

pada kemampuan SDM atau pegawainya dalam menjalankan tugas-

tugas yang diberikan. Kemampuan pegawai dalam menjalankan

tugas-tugasnya dapat dilihat melalui kinerjanya, sehingga kinerja

pegawai menjadi hal yang sangat penting bagi keberhasilan

organisasi.

Kinerja pegawai adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-

fungsi atau dimensi pekerjaan atau profesi yang dilaksanakan oleh

sumber daya manusia atau pegawai dalam waktu tertentu (Daft,

2012:73). Kinerja pegawai yang baik ditandai dengan adanya

kualitas kerja yang baik dalam menyelesaikan setiap pekerjaan yang

diberikan oleh pemimpin dengan tepat sesuai waktu yang ditentukan

dan dapat mencapai setiap target yang telah ditetapkan oleh

organisasi, Davis (2009:67) bahwa kinerja adalah prestasi kerja atau

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang

pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya.

Kinerja adalah kuantitas atau kualitas sesuatu yang dihasilkan

atau jasa yang diberikan oleh seseorang yang melakukan pekerjaan


2

(Luthans, 2016:165). Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan

seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam

melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan,

seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang

telah ditentukan terlebih dahulu telah disepakati bersama (Gomes,

2010:50).

Pegawai dalam suatu organisasi perlu mendapatkan kepuasan

dalam bekerja yang juga dapat berdampak pada peningkatan kinerja

pegawai, Robbins (2017:33) yang menyatakan bahwa kepuasan

kerja menyebabkan peningkatan kinerja, sehingga pekerja yang

puas akan lebih produktif dalam bekerja. Terry (2009:69) yang

menyatakan bahwa perasaan dan sikap positif atau negatif orang

terhadap pekerjaannya membawa implikasi pengaruh terhadap

dirinya dan organisasi. Jika orang puas terhadap pekerjaannya maka

akan menyukai pekerjaannya dan kinerjanya tinggi, sebaliknya jika

tidak puas dengan pekerjaannya maka kinerjanya rendah. Kepuasan

kerja merupakan kondisi menyenangkan atau secara emosional

positif yang berasal dari penilaian seseorang atas pekerjaannya atau

pengalaman kerjanya. Kepuasan kerja merupakan suatu perasaan

positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari

sebuah evaluasi karakteristiknya (Robbins & Judge, 2015:107).

Kinerja pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya

Provinsi Kalimantan Timur berdasarkan obesrvasi peneliti dan

capaian kinerja yang ditetapkan oleh Perusahaan Daerah masih


3

belum sesuai dengan harapan dan tujuan Perusahaan Daerah, hal

ini dapat diketahui melalui hasil kerja pegawai masih belum 100%

mencapai target jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan, dengan

demikian kualitas pekerjaan yang dihasilkan juga belum optimal,

selain itu target waktu yang ditetapkan oleh Perusahaan Daerah

belum dapat dicapai oleh pegawai. Penurunan kinerja pegawai

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur

terjadi juga karena kurangnya Kerjasama antar pegawai atau rekan

kerja, kepatuhan pegawai terhadap aturan yang berhubungan

dengan kinerja masih belum dapat dipenuhi oleh pegawai terutama

dimasa pandemi saat sekarang yang mengharuskan pegawai

bekerja tidak sebagaimana mestinya menyebabkan hal-hal yang

menjadi pengukur kinerja juga tidak dapat dioptimalkan oleh

pegawai.

Fenomena penurunan kinerja pegawai berdasarkan observasi

peneliti dilapangan dapat juga disebabkan oleh kepuasan pegawai

akan hasil capaiannya saat sekarang belum masuk dalam kategori

sesuai dengan harapan, peneliti mendapati bahwa masih ada

pegawai yang belum merasa puas dengan pekerjaanya sendiri

karena tidak sesuai dengan kemampuan dan passion pegawai dalam

bekerja, kebutuhan pegawai yang semakin hari semakin tinggi

sehingga kepuasan akan upah yang diperoleh juga dirasa belum

sesuai untuk mencukupi kebutuhan pegawai. Kepuasan pegawai

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur


4

mempunyai sifat yang subjektif dimana pegawai mempunyai

persepsinya masing-masing yang tidak dapat diukur dengan pasti,

sehingga diperlukan hubungan yang baik antara atasan dan

bawahan didalam memberikan pengertian atau pemahaman pegawai

dalam bekerja demi mencapai kinerja yang optimal.

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan

Timur mempunyai peran yang sangat signifikan dalam pelaksanaan

tata Kelola dari perspektif manajemen membuat Perusahaan Daerah

Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur membutuhkan

pegawai yang mampu bekerja secara optimal sehingga dibutuhkan

pegawai yang mempunyai kepuasan kerja yang baik serta kinerja

pegawai yang sesuai dengan harapan organisasi. Beberapa faktor

yang mampu mempengaruhi kepuasan dan kinerja pegawai

berdasarkan observasi yang dilakukan dilapangan meliputi

kepemimpinan transformasional dan pelatihan serta keterlibatan

pegawai dalam menjalankan tugasnya.

Kepemimpinan transformasional merupakan proses individu

mempengaruhi individu yang lain dari perencanaan sampai dengan

pengawasan. Kinerja pegawai meningkat disebabkan kepemimpinan

transformasional yang efektif dalam perubahan organisasi. Kinerja

pegawai dipengaruhi dipengaruhi kepemimpinan transformasional

yang diterapkan dalam organisasi. Tindakan pegawai dalam

melakukan pekerjaan merupakan gambaran gaya kepemimpian

atasannya. Tindakan yang dilakukan seorang pemimpin dapat


5

berpengaruh terhadap prestasi pegawai. Kepemimpinan

transformasional merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja

pegawai. Pimpinan melakukan berbagai upaya untuk membuat

pegawai merasa puas, mulai dari memperhatikan arahan-arahan

yang jelas ketika pegawai melakukan pekerjaan, penyelesaian

masalah dengan diskusi agar tujuan perusahana tercapai. Pemimpin

selalu memperhatikan pegawainya, sehingga pegawai merasa

nyaman dan puas dalam bekerja, karena semua pekerjaan

dijelaskan secara jelas dan berkesinambungan, sehingga kinerja

pegawai meningkat, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang

membuktikan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap kinerja.

Upaya mentransformasi pegawai diperlukan pembaharuan

kembali dalam investasi sumber daya manusia. Modal manusia

(human capital), selayaknya dinilai kembali, dimana penekanan pada

kompetensi ini (core competence), kapabilitas, dan proses

pembelajaran merupakan subyek dalam proses pengembangan

sumberdaya manusia. Peningkatan pengetahuan, skill, perubahan

sikap, perilaku, koreksi terhadap kekurangan-kekurangan kinerja

dibutuhkan untuk meningkatkan kepuasan dan kinerja.

Kajian empiris yang berhubungan dengan kepemimpinan

transformasional dalam pengaruhnya terhadap kepuasan dan kinerja

pegawai dapat dideskripsikan melalui beberapa penelitian terdahulu,

penelitian yang dilakukan oleh Andreani & Petrik (2016), Malik et al.

(2017), Pratama (2016), Mangkunegara & Miftahuddin (2016),


6

Mohammad et al. (2011), Qabool & Jalees (2017), Muslichah &

Asrori (2018) menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional

memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja

pegawai. Penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2016),

Mangkunegara & Miftahuddin (2016), Qabool & Jalees (2017)

menyatakan bahwa kepemimpinan transformasional berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Berbeda halnya

dengan penelitian yang dilakukan oleh Marnis (2012) menyatakan

bahwa kepemimpinan transformasional memberikan pengaruh tidak

signifikan terhadap kinerja pegawai.

Program pelatihan mutlak diperlukan, meskipun merupakan

investasi yang mahal. Program pelatihan merupakan suatu kekuatan

yang diharapkan dapat menciptakan nuansa baru dalam upaya

mempercepat pembinaan sumber daya manusia dengan

kompetensinya, kemampuan dan tingkat profesionalisme yang

sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, mengembangkan dan

melaksanakan program pelatihan yang efektif bukanlah pekerjaan

yang mudah. Harus dilakukan pertimbangan yang matang

sehubungan dengan banyaknya variabel dan isu-isu yang terkait.

Beberapa isu penting yang terkait dalam proses pelatihan,

diantaranya adalah analisis kebutuhan pelatihan (training needs

analysis) dan transfer pelatihan (transfer of training).

Adapun yang dimaksud dengan transfer pelatihan adalah

sebagai penerapan pengetahuan, skill, dan perilaku yang dipelajari


7

dalam pelatihan pada situasi kerja dan selanjutnya memeliharanya

selama periode waktu tertentu. Perubahan perilaku dan peningkatan

pengetahuan serta skill tidak akan berarti banyak apabila penerapan

dalam situasi kerja tidak memberikan dampak peningkatan prestasi.

Meskipun demikian, transfer pelatihan bukanlah hal yang sederhana.

Terdapat berbagai macam faktor yang mempengaruhinya. Ada tiga

faktor yang mempengaruhi proses transfer pelatihan, yaitu

karakteristik peserta pelatihan, desain pelatihan, dan lingkungan

kerja.

Transfer pelatihan yang dilakukan di Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur bertujuan untuk

meningkatkan kepuasan dan kinerja pegawai sesuai dengan

harapan Perusahaan Daerah, akan tetapi dalam aplikasinya transfer

pelatihan yang seharusnya dilakukan oleh pegawai diperoleh melalui

kegiatan pelatihan yang telah di rancang oleh Perusahaan Daerah

masih belum tepat sasaran, pelatihan yang dilakukan masih

berkesan formalitas yang hanya digunakan untuk sebagai kewajiban

pegawai dalam bekerja akan tetapi belum benar-benar diterapkan

secara optimal oleh pegawai dalam konteksnya dalam transfer

pelatihan. Transfer pelatihan diharapkan mampu membuat pegawai

menerapkannya untuk menunjang kinerja yang dilakukan secara

berkala, dengan adanya transfer pelatihan dapat membantu pegawai

dalam mengerjakan pekerjaannya sendiri maupun membantu


8

menyelesaikan pekerjaan rekan kerja sehingga kesalahan-kesalahan

dalam bekerja dapat diminimalisir.

Kajian empiris yang berhubungan dengan transfer pelatihan

dalam pengaruhnya terhadap kepuasan dan kinerja pegawai dapat

dideskripsikan melalui beberapa penelitian terdahulu, penelitian yang

dilakukan oleh Zumrah et al. (2013), Diliantari & Dewi (2019),

Vasudevan (2014) menyatakan bahwa transfer pelatihan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai.

Hubungan transfer pelatihan terhadap kinerja dapat digambarkan

melalui penelitian yang dilakukan oleh Vasudevan (2014), Al-Mzary

et al. (2015), Pudjiarti et al. (2019), Diliantari & Dewi (2019)

menyatakan bahwa transfer pelatihan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja pegawai.

Apabila pegawai memiliki rasa keterlibatan (engage) yang tinggi

dengan organisasi, akan meningkatkan perilaku umum, salah

satunya yaitu stay (tetap tinggal) dengan kata lain pegawai akan

tetap bekerja di organisasi walaupun ada peluang untuk bekerja di

tempat lain Ketika pegawai ter-engaged dengan pekerjaan, hal ini

akan mempengaruhi karakter psikologis pegawai, misalnya

kepercayaan diri dan optimis, akan mendorong pegawai lebih jauh

lagi dan hal ini akan mendorong kepuasan dan berakibat pada

peningkatan kinerja pegawai. Rasa engaged adalah suatu

keterkaitan, keterlibatan, komitmen, keinginan untuk berkontribusi,


9

rasa memiliki (sense of belonging), loyalitas, dan rasa bangga

terhadap pekerjaan dan juga organisasinya.

Keterlibatan pegawai di Perusahaan Daerah Melati Bhakti

Satya Provinsi Kalimantan Timur dapat diketahui melalui keinginan

pegawai dalam memberikan usaha yang maksimal kepada

Perusahaan Daerah, dan pegawai yang mempunyai keterlibatan

tinggi terhadap Perusahaan Daerah dapat diketahui melalui

kemampuan mereka dalam berkonsentrasi menyelesaikan

pekerjaannya serta memiliki antusiasme yang tinggi terhadap

pekerjaannya. Fenomena yang terjadi pada Perusahaan Daerah

Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur masih belum sesuai

dengan keterlibatan pegawai yang sebagaimana mestinya hal ini

terlihat melalui tidak semua pegawai memberikan antusiasme

kepada pekerjaanya sehingga pegawai tidak berkonsentrasi dalam

menjalankan pekerjaannya.

Penelitian yang dilakukan oleh Markos & Sridevi (2010), Arifin

et al. (2019), Perangin-Angin et al. (2020) menyatakan bahwa

keterlibatan pegawai berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepuasan kerja pegawai, berbeda halnya dengan penelitian yang

dilakukan oleh Bellani et al. (2018), Sumarni et al. (2019), Sulistiono

et al. (2019) menyatakan bahwa keterlibatan pegawai tidak

berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai. Pengaruh

keterlibatan pegawai terhadap kinerja pegawai dapat dinyatakan

dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Perangin-Angin et al.


10

(2020), Dajani (2015), Kertiriasih et al. (2018), Pongton & Suntrayuth

(2019), Sumarni et al. (2019), Osborne & Hammoud (2017), Tanwar

(2017), Tampubolon (2016), Motyka (2018), Shahid (2019)

menyatakan bahwa keterlibatan pegawai berpengaruh signifikan

terhadap kinerja pegawai.

Kesenjangan juga terdapat dalam hubungan antara kepuasan

dan kinerja pegawai, penelitian yang dilakukan oleh Mazeed et al.

(2019), Pongton & Suntrayuth (2019), Perangin-Angin et al. (2020),

Sumarni et al. (2019), Tampubolon (2016), Tho’in & Muliasari (2020),

Arifin et al. (2019), Diliantari & Dewi (2019), Mangkunegara &

Miftahuddin (2016) menyatakan bahwa kepuasan memberikan

pengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai, berbeda halnya

dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistiono et al. (2019),

Andreani & Petrik (2016) menyatakan bahwa kepuasan memberikan

pengaruh tidak signifikan terhadap kinerja pegawai.

Berdasarkan kajian empiris tersebut diatas, dilakukan penelitian

dengan judul: “Pengaruh Kepemimpinan transformasional dan

Transfer pelatihan serta Keterlibatan pegawai Terhadap Kepuasan

Kerja dan Kinerja Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya

Provinsi Kalimantan Timur”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar

belakang, maka dapat merumuskan suatu permasalahan sebagai

berikut:
11

1) Apakah kepemimpinan transformasional berpengaruh positif

terhadap kepuasan kerja pegawai Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur?

2) Apakah transfer pelatihan berpengaruh positif terhadap

kepuasan kerja pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti

Satya Provinsi Kalimantan Timur?

3) Apakah Keterlibatan pegawai berpengaruh positif terhadap

kepuasan kerja pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti

Satya Provinsi Kalimantan Timur?

4) Apakah kepemimpinan transformasional berpengaruh positif

terhadap kinerja pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti

Satya Provinsi Kalimantan Timur?

5) Apakah transfer pelatihan berpengaruh positif terhadap kinerja

pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur?

6) Apakah Keterlibatan pegawai berpengaruh positif terhadap

kinerja pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya

Provinsi Kalimantan Timur?

7) Apakah kepuasan kerja pegawai berpengaruh positif terhadap

kinerja Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur?

8) Apakah kepemimpinan transformasional berpengaruh positif

terhadap kinerja pegawai melalui kepuasan kerja Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur?


12

9) Apakah transfer pelatihan berpengaruh positif terhadap kinerja

pegawai melalui kepuasan kerja Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur?

10) Apakah Keterlibatan pegawai berpengaruh positif terhadap

kinerja pegawai melalui kepuasan kerja Perusahaan Daerah

Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1) Menguji dan Menganalisis pengaruh kepemimpinan

transformasional terhadap kepuasan kerja pegawai.

2) Menguji dan Menganalisis pengaruh transfer pelatihan terhadap

kepuasan kerja pegawai.

3) Menguji dan Menganalisis pengaruh Keterlibatan pegawai

terhadap kepuasan kerja pegawai.

4) Menguji dan Menganalisis pengaruh kepemimpinan

transformasional terhadap kinerja pegawai.

5) Menguji dan Menganalisis pengaruh transfer pelatihan terhadap

kinerja pegawai.

6) Menguji dan Menganalisis pengaruh Keterlibatan pegawai

terhadap kinerja pegawai.

7) Menguji dan Menganalisis pengaruh kepuasan kerja pegawai

terhadap kinerja.
13

8) Menguji dan Menganalisis pengaruh kepemimpinan

transformasional terhadap kinerja pegawai melalui kepuasan

kerja.

9) Menguji dan Menganalisis pengaruh transfer pelatihan terhadap

kinerja pegawai melalui kepuasan kerja.

10) Menguji dan Menganalisis pengaruh Keterlibatan pegawai

terhadap kinerja pegawai melalui kepuasan kerja.

Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah:

1) Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu manajemen

khususnya yang berkaitan dengan bidang manajemen sumber

daya manusia.

2) Bagi manajemen dapat menggunakan hasil penelitian ini

sebagai masukan untuk dipergunakan sebagai bahan dalam

menyusun kebijakan guna meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat.

3) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan

referensi untuk melakukan penelaahan dan pengkajian lebih

lanjut mengenai masalah yang sama, menambah pengetahuan

pembaca serta sebagai bahan kepustakaan

1.4 Keterbaruan Penelitian (Vos Viewer)

Hasilnya mapping empiris dianalisis untuk mengetahui orisinalitas

penelitian ini. VoS Viewer menyediakan tiga visualisasi, yang disebut

sebagai visualisasi network, visualisasi overlay, dan visualisasi density.

Dalam visualisasi network, kata kunci diwakili oleh labelnya dan secara
14

default juga oleh bentuk lingkaran. Ukuran label dan lingkaran item

ditentukan oleh seringnya kata kunci yang muncul pada judul dan abstrak.

Semakin sering kata kunci tersebut muncul, semakin besar label dan

lingkaran item dengan penjelasan sebagai gambar sebagai berikut:

Gambar 1.1
Networking Visaualization Vos Viewer (Kinerja)

Gambar 1.2
Networking Visaualization Vos Viewer (Kepemimpinan transformasional,
Transfer pelatihan, Keterlibatan pegawai, Kepuasan Kerja, Kinerja
Pegawai)
15

Berdasarkan gambar 1.1 dan 1.2 dapat diketahui bahwa kinerja

pegawai mempunyai hubungan dengan variabel lainnya yang diperoleh

dari artikel sebagai acuan memperoleh novelty atau keterbaruana

penelitian. Dapat diketahui bahwa masih sedikit hubungan variabel yang

ada dalam penelitian ini berdasarkan gambar tersebut sehingga novelty

dalam penelitian ini termasuk dalam kategori terdapat novelty atau

keterbaruan yang dapat diteliti.

Gambar 1.3 Overlay Visaualization Vos Viewer (Kinerja)

Gambar 1.4 Overlay Visaualization Vos Viewer (Kepemimpinan


transformasional, Transfer pelatihan, Keterlibatan pegawai, Kepuasan
Kerja, Kinerja Pegawai)
16

Gambar 1.3 dan 1.4 networking visaualization menunjukkan hubungan

klaster bagi setiap topik penelitian artikel, penelitian artikel yang menjadi

rujukan dalam penelitian ini menggunakan penelitian yang terindeks di

scopus dan google scholar berdasarkan tahun penelitian yaitu dari tahun

2005 sampai dengan tahun 2022. Gambar overlay visualization

menunjukkan trend topik yang muncul pada tahun 2005-2022 (Batasan

waktu yang digunakan dalam mencari jurnal di scopus), dimana semakin

kuning warna garis penghubungan semakin muda tahun penelitian.

Gambar 1.5 Density Visaualization Vos Viewer (Kinerja)

Gambar 1.6 Density Visaualization Vos Viewer (Kepemimpinan


transformasional, Transfer pelatihan, Keterlibatan pegawai, Kepuasan
Kerja, Kinerja Pegawai)
17

Gambar 1.5 dan 1.6 density visualization menunjukkan kedalaman

visualisasi networking dan overlay Setiap titik item dalam visualisasi

density memiliki warna yang menunjukkan kepadatan item pada titik

tersebut. Secara default, warna berkisar dari biru ke hijau hingga kuning.

Semakin besar jumlah item di lingkungan titik dan semakin tinggi bobot

item di sekitarnya, semakin dekat warna titik ke warna kuning.

Berdasarkan penjelasan originalitas penelitian dapat diketahui bahwa

permasalahan berdasarkan observasi penelitian di lapangan yang

dicantumkan pada latar belakang penelitian didukung oleh kajian empiris

yang mempunyai penjelasan terkait variabel Kepemimpinan

transformasional, Transfer pelatihan, Keterlibatan pegawai, Kepuasan

Kerja, Kinerja Pegawai.


18

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Motyka (2018) dengan judul

penelitian Keterlibatan dan kinerja karyawan: tinjauan literatur yang

sistematis. Para sarjana dan praktisi menunjukkan bahwa rendahnya

tingkat keterlibatan karyawan di tempat kerja saat ini merupakan

salah satu masalah ekonomi global yang paling mengkhawatirkan.

Akibat potensial dari fenomena ini adalah menurunnya prestasi kerja.

Oleh karena itu, konsep work engagement, artinya bagi karyawan,

dan implikasinya bagi pengusaha menjadi penting untuk dipahami.

Artikel ini adalah tinjauan sistematis dari badan literatur, menyajikan

hasil penelitian tentang hubungan antara keterlibatan karyawan dan

berbagai kategori kinerja. Tujuan makalah ini adalah untuk

meringkas studi sebelumnya berdasarkan urutan dan kategorisasi

mereka, mengidentifikasi kesenjangan dalam pengetahuan saat ini,

dan mengusulkan agenda untuk penelitian masa depan. Artikel ini

menyajikan temuan ini secara sintetis, menawarkan implikasi praktis

dan akademis yang timbul darinya. Hasil tinjauan menunjukkan

bahwa, dalam kasus sebagian besar publikasi peerreview, hubungan

yang signifikan secara statistik antara keterlibatan karyawan dan

berbagai kategori dan subkategori kinerja telah dikonfirmasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Markos & Sridevi (2010) dengan

judul penelitian Keterlibatan Karyawan: Kunci untuk Meningkatkan


19

Kinerja. Keterlibatan karyawan adalah konstruksi luas yang

menyentuh hampir semua bagian dari aspek manajemen sumber

daya manusia yang kita kenal sampai sekarang. Jika setiap bagian

dari sumber daya manusia tidak ditangani dengan cara yang tepat,

karyawan gagal untuk sepenuhnya terlibat dalam pekerjaan mereka

sebagai tanggapan atas kesalahan manajemen semacam itu.

Konstruk keterlibatan karyawan dibangun di atas dasar konsep

sebelumnya seperti kepuasan kerja, komitmen karyawan, dan

perilaku kewarganegaraan organisasi. Meskipun terkait dan

mencakup konsep-konsep ini, keterlibatan karyawan memiliki

cakupan yang lebih luas. Keterlibatan karyawan adalah prediktor

yang lebih kuat untuk kinerja organisasi yang positif dengan jelas

menunjukkan hubungan dua arah antara pemberi kerja dan

karyawan dibandingkan dengan tiga konstruk sebelumnya: kepuasan

kerja, komitmen karyawan dan perilaku kewarganegaraan

organisasi. Karyawan yang terlibat terikat secara emosional dengan

organisasi mereka dan sangat terlibat dalam pekerjaan mereka

dengan antusiasme yang tinggi untuk kesuksesan perusahaan

mereka, bekerja lebih keras di luar perjanjian kontrak kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Mangkunegara & Miftahuddin

(2016) dengan judul penelitian Pengaruh Kepemimpinan

Transformasional dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan

transformasional dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan.


20

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

eksplanatori dengan teknik pengumpulan data melalui kuesioner.

Analisis pengolahan data menggunakan regresi berganda dan

parsial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan

transformasional dan kepuasan kerja berpengaruh positif dan

signifikan baik secara parsial maupun simultan. Rekomendasi yang

diberikan kepada manajemen adalah agar manajemen dapat

mempertahankan bahkan meningkatkan faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kinerja dalam penelitian ini.

Penelitian yang dilakukan oleh Pudjiarti et al. (2019) dengan

judul penelitian Motivasi untuk Mentransfer Pelatihan dan Kinerja

Individu: Pengaruh Pembelajaran Transformatif dan Dukungan

Supervisor. Tujuan penelitian ini membahas peran mediasi motivasi

terhadap transfer pelatihan sebagai mediasi dalam hubungan antara

dukungan supervisor dan pembelajaran transformatif terhadap

kinerja dosen. Metode survei dan teknik purposive non random

sampling digunakan dengan bantuan kuisioner berdasarkan skala

likert 7 poin. Jumlah sampel yang fit adalah 199 untuk menguji

hipotesis. Amos dan model struktural digunakan untuk menguji

signifikansi statistik dari koefisien jalur. Hasil penelitian menjelaskan

bahwa dukungan supervisor dan pembelajaran transformatif dapat

mendorong dosen untuk melakukan upaya yang intens dalam

memanfaatkan keterampilan dan pengetahuan yang dipelajari

selama proses pelatihan. Studi ini juga menyoroti motivasi transfer


21

pelatihan sebagai kunci keberhasilan peningkatan kinerja dosen.

Pelatihan memegang peranan penting dalam strategi HRM dalam

upaya memperbaharui kompetensi HRM yang dibutuhkan oleh

organisasi saat ini. Oleh karena itu, motivasi transfer pelatihan

merupakan masalah penting yang dihadapi oleh para profesional

dalam pengembangan SDM. Ini berarti bahwa motivasi pelatihan

transfer positif mensyaratkan bahwa peserta pelatihan dapat secara

efektif menerapkan apa yang telah dipelajari ke dalam pekerjaan,

yang mengarah pada perubahan yang berarti dalam kinerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Zumrah et al. (2013) dengan

judul penelitian Konsekuensi transfer pelatihan untuk kualitas

layanan dan kepuasan kerja: studi empiris di sektor publik Malaysia.

Pentingnya transfer pelatihan ke organisasi telah diakui oleh banyak

penelitian. Namun, konsekuensi dari pemindahan pelatihan,

khususnya bagi karyawan masih belum tergali dengan baik.

Penelitian ini dilakukan untuk mengatasi kesenjangan ini. Secara

khusus, ini mengeksplorasi hubungan antara transfer pelatihan,

kualitas layanan dan kepuasan kerja. Data untuk penelitian ini

dikumpulkan melalui survei terhadap karyawan, supervisor, dan

kolega mereka. Data dianalisis menggunakan pemodelan

persamaan struktural. Temuan mengungkapkan bahwa transfer

pelatihan secara positif dan signifikan terkait dengan kualitas layanan

dan kepuasan kerja.


22

Penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2016) dengan judul

penelitian Pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap

kinerja pegawai melalui kepuasan dan dimoderasi oleh budaya.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dampak menyeluruh dari

kepemimpinan transformasional terhadap kinerja karyawan baik

secara langsung maupun yang dimediasi oleh kepuasan kerja dan

dimoderasi oleh budaya organisasi. Lebih lanjut, penelitian ini

diadakan untuk menemukan adanya pengaruh antara kepemimpinan

transformasional, kepuasaan kerja dan budaya organisasi terhadap

kinerja karyawan didalam institusi pendidikan di Indonesia. Penelitian

ini dilakukan berdasarkan riset yang terdahap survey yang diberikan

kepada responden. Didalam penelitian ini digunakan pengumpulan

data primer dan sekunder. Data utama didapatkan dari metode

interview dan kuesioner baik secara resmi yang bersifat administratif

maupun tidak. Sampel pada penelitian ini sebesar 320 yang di

analisis dengan metode deskriptif, uji validitas dan reabilitas serta di

analisis menggunakan pemodelan structural equation. Hasil

penelitian pada institusi pendidikan di Indonesia menunjukkan bahwa

kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh positif terhadap

kinerja karyawan, dimana hasil yang sama baiknya juga dinyatakan

saat pengaruh tersebut dipengaruhi oleh mediasi kepuasan kerja dan

dimoderasi oleh budaya organisasi. Pengaruh dengan nilai tertinggi

dalam pencapaian pengningkatan kinerja karyawan adalah faktor

kepemimpinan transformasional. Penelitian ini merupakan kebutuhan


23

dalam memperkaya pengetahuan dalam bidang ilmu sumber daya

manusia khususnya kepemimpinan transformasional, kepuasan

kerja, budaya organisasi dan kinerja karyawan.

Penelitian yang dilakukan oleh Muslichah & Asrori (2018)

dengan judul penelitian Pengaruh Kepemimpinan transformasional

terhadap Kepuasan Kerja dengan Trust-In-Leader sebagai Variabel

Intervening. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh

langsung dan tidak langsung kepemimpinan transformasional

terhadap kepuasan kerja. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pegawai Kantor Setda Pasuruan Indonesia yang berjumlah

170 orang. Sebuah kuesioner dibagikan kepada populasi ini, dan 151

kuesioner dikembalikan, sehingga menghasilkan tingkat tanggapan

sebesar 88,82%. Prosedur analisis data adalah analisis jalur yang

difasilitasi oleh perangkat lunak komputer PLS. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa: 1) Ada pengaruh langsung, positif dan

signifikan kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja;

2) Ada pengaruh langsung, positif dan signifikan kepemimpinan

transformasional terhadap trust-in-leader; 3) Terdapat pengaruh

langsung, positif dan signifikan trust-in-leader terhadap kepuasan

kerja; 4) Trust-in-leader memediasi pengaruh kepemimpinan

transformasional terhadap kepuasan kerja. Mengingat semua

temuan ini, penelitian ini tidak hanya memiliki implikasi yang baik

pada praktik tetapi juga literatur tentang pengaruh kepemimpinan

transformasional dan kepercayaan-pada-pemimpin terhadap


24

kepuasan kerja. Diharapkan pula penelitian ini dapat memberikan

informasi yang dapat dijadikan pedoman oleh Kantor Setda Kota

Pasuruan Indonesia dalam memutuskan untuk meningkatkan

kepuasan kerja karyawan.

Penelitian yang dilakukan oleh Dajani (2015) dengan judul

penelitian pengaruh employee engagement terhadap kinerja dan

komitmen organisasional pada sektor perbankan di Mesir. Variabel

dalam penelitian ini meliputi employee engagement, kepemimpinan,

keadilan organisasional, kinerja pegawai, komitmen organisasional.

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 245 responden dengan

menggunakan regresi linier berganda sebagai alat analisis. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan dan keadilan

organisasional berpengaruh signifikan terhadap employee

engagement. Employee engagement mempunyai pengaruh

signifikan terhadap kinerja, akan tetapi berpengaruh tidak signifikan

terhadap komitmen organisasional.

Penelitian yang dilakukan oleh Parangin-Angin (2020) dengan

judul penelitian pengaruh kualitas kehidupan kerja dan keterlibatan

kerja terhadap kinerja pegawai dengan kepuasan kerja sebagai

variabel intervening. Variabel dalam penelitian ini meliputi kualitas

kehidupan kerja, keterlibatan kerja, kepuasan kerja dan kinerja

pegawai. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 70 responden

dengan menggunakan path analysis. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kualitas kehidupan kerja berpengaruh positif dan signifikan


25

terhadap kepuasan kerja, keterlibatan kerja berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kepuasan kerja, kualitas kehidupan kerja

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai,

keterlibatan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

pegawai, kualitas kehidupan kerja berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja pegawai melalui kepuasan kerja, keterlibatan kerja

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja melalui kepuasan

kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Diliantari & Dewi (2019) dengan

judul penelitian pengaruh pelatihan dan kompensasi terhadap kinerja

pegawai. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari kompensasi,

kepuasan kerja, kinerja dan pelatihan. Alat analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah structural equation modelling (SEM)

dengan menggunakan program partial least squares (PLS). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pelatihan dan kompensasi

memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

pegawai, daan kepuasan kerja mampu memediasi hubungan antara

pelatihan terhadap kinerja pegawai dan kompensasi terhadap kinerja

pegawai.

Tabel 2.1: Penelitian terdahulu


No Nama dan Judul Variabel dan
Hasil Penelitian
Tahun Penelitian Alat Analisis
1. Motyka (2018) Keterlibatan dan Variabel: Hubungan yang
kinerja Keterlibatan dan signifikan secara
karyawan: kinerja statistik antara
tinjauan literatur karyawan. keterlibatan
yang sistematis. Alat analisis: karyawan dan
kualitatif dengan berbagai kategori
tinjauan literatur dan subkategori
kinerja telah
dikonfirmasi.
26

No Nama dan Judul Variabel dan


Hasil Penelitian
Tahun Penelitian Alat Analisis
2. Markos & Keterlibatan Variabel: Karyawan yang
Sridevi (2010) Karyawan: Keterlibatan dan terlibat terikat
Kunci untuk kinerja secara emosional
Meningkatkan karyawan. dengan organisasi
Kinerja. Alat analisis: mereka dan sangat
kualitatif kajian terlibat dalam
teoritis dan pekerjaan mereka
kajian empiris dengan antusiasme
yang tinggi untuk
kesuksesan
perusahaan
mereka, bekerja
lebih keras di luar
perjanjian kontrak
kerja.
3. Mangkunegara Pengaruh Variabel: Kepemimpinan
& Miftahuddin kepemimpinan kepemimpinan transformasional
(2016) transformasional transformasional dan kepuasan kerja
dan kepuasan dan kepuasan berpengaruh positif
kerja terhadap kerja serta dan signifikan baik
kinerja kinerja. secara parsial
karyawan Alat analisis: maupun simultan.
kuantitatif Rekomendasi yang
dengan regresi diberikan kepada
berganda manajemen adalah
agar manajemen
dapat
mempertahankan
bahkan
meningkatkan
faktor-faktor yang
dapat
mempengaruhi
kinerja dalam
penelitian ini.
4. Pudjiarti et al. Motivasi untuk Variabel: Dukungan
(2019) mentransfer motivasi kerja, supervisor dan
pelatihan dan pelatihan, kinerja pembelajaran
kinerja individu: individu, transformatif dapat
pengaruh pembelajaran mendorong dosen
pembelajaran transformasional, untuk melakukan
transformatif dukungan upaya yang intens
dan dukungan supervisor. dalam
supervisor. Alat analisis: memanfaatkan
kuantitatif keterampilan dan
dengan SEM- pengetahuan yang
AMOS dipelajari selama
proses pelatihan.
Studi ini juga
menyoroti motivasi
transfer pelatihan
sebagai kunci
keberhasilan
peningkatan kinerja
dosen. Pelatihan
27

No Nama dan Judul Variabel dan


Hasil Penelitian
Tahun Penelitian Alat Analisis
memegang
peranan penting
dalam strategi
HRM dalam upaya
memperbaharui
kompetensi HRM
yang dibutuhkan
oleh organisasi
saat ini.
5. Zumrah et al. Konsekuensi Variabel: transfer Temuan
(2013) transfer pelatihan, mengungkapkan
pelatihan untuk kualitas layanan, bahwa transfer
kualitas layanan kepuasan kerja pelatihan secara
dan kepuasan Alat Analisis: positif dan
kerja: studi SEM-PLS signifikan terkait
empiris di sektor dengan kualitas
publik Malaysia layanan dan
kepuasan kerja.
6. Pratama Pengaruh Variabel: Kepemimpinan
(2016) kepemimpinan kepemimpinan transformasional
transformasional transformasional, memiliki pengaruh
terhadap kinerja kinerja pegawai, positif terhadap
pegawai melalui kepuasan, kinerja karyawan,
kepuasan dan budaya dimana hasil yang
dimoderasi oleh Alat Analisis: sama baiknya juga
budaya SEM-PLS dinyatakan saat
pengaruh tersebut
dipengaruhi oleh
mediasi kepuasan
kerja dan
dimoderasi oleh
budaya organisasi.
7. Muslichah & Pengaruh Variabel: Ada pengaruh
Asrori (2018) kepemimpinan kepemimpinan langsung, positif
transformasional transformasional, dan signifikan
terhadap kepuasan kerja, kepemimpinan
kepuasan kerja trust-in-leader transformasional
dengan trust-in- Alat Analisis: terhadap kepuasan
leader sebagai SEM-PLS kerja; Ada
variabel pengaruh
intervening langsung, positif
dan signifikan
kepemimpinan
transformasional
terhadap trust-in-
leader; Terdapat
pengaruh
langsung, positif
dan signifikan trust-
in-leader terhadap
kepuasan kerja;
Trust-in-leader
memediasi
pengaruh
kepemimpinan
28

No Nama dan Judul Variabel dan


Hasil Penelitian
Tahun Penelitian Alat Analisis
transformasional
terhadap kepuasan
kerja.
8. Dajani (2015) pengaruh Variabel: kepemimpinan dan
employee employee keadilan
engagement engagement, organisasional
terhadap kinerja kepemimpinan, berpengaruh
dan komitmen keadilan signifikan terhadap
organisasional organisasional, employee
pada sektor kinerja pegawai, engagement.
perbankan di komitmen Employee
Mesir organisasional engagement
Alat analisis: mempunyai
regresi linier pengaruh signifikan
berganda terhadap kinerja,
akan tetapi
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
komitmen
organisasional
9. Parangin- pengaruh Variabel: kualitas kehidupan
Angin (2020) kualitas kualitas kerja berpengaruh
kehidupan kerja kehidupan kerja, positif dan
dan keterlibatan keterlibatan signifikan terhadap
kerja terhadap kerja, kepuasan kepuasan kerja,
kinerja pegawai kerja dan kinerja keterlibatan kerja
dengan pegawai berpengaruh positif
kepuasan kerja Alat analisis: dan signifikan
sebagai variabel path analysis terhadap kepuasan
intervening kerja, kualitas
kehidupan kerja
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kinerja
pegawai,
keterlibatan kerja
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kinerja
pegawai, kualitas
kehidupan kerja
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kinerja
pegawai melalui
kepuasan kerja,
keterlibatan kerja
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kinerja
melalui kepuasan
kerja
10. Diliantari & pengaruh Variabel: pelatihan dan
Dewi (2019) pelatihan dan kompensasi, kompensasi
kompensasi kepuasan kerja, memberikan
29

No Nama dan Judul Variabel dan


Hasil Penelitian
Tahun Penelitian Alat Analisis
terhadap kinerja kinerja dan pengaruh positif
pegawai pelatihan dan signifikan
Alat Analisis: terhadap kinerja
structural pegawai, daan
equation kepuasan kerja
modelling (SEM) mampu memediasi
dengan hubungan antara
menggunakan pelatihan terhadap
program partial kinerja pegawai
least squares dan kompensasi
(PLS) terhadap kinerja
pegawai
Sumber: Penelitian terdahulu

2.2 Kinerja Pegawai

Mathis & Jackson (2009:178), mempunyai pendapat tentang

kinerja (performance) pada dasarnya adalah apa yang dilakukan

atau tidak dilakukan oleh pegawai. Eleman-eleman kinerja pegawai

yang umum untuk kebanyakan pekerjaan meliputi kuantitas dari

hasil, kualitas dari hasil, ketepatan waktu dari hasil, kehadiran dan

kemampuan bekerja sama. Kinerja atau unjuk kerja adalah

pencapaian atau prestasi seseorang berkenaan dengan tugas-tugas

yang dibebankan kepadanya. Kinerja merefleksikan seberapa baik

pegawai memenuhi persyaratan sebuah pekerjaan.

Gibson (2011:185), ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap

kinerja yaitu:

1) Faktor individu: kemampuan, ketrampilan, latar belakang

keluarga, pengalaman kerja, tingkat sosial dan demografi

seseorang.

2) Faktor psikologis: persepsi, peran, sikap, kepemimpinan

transformasional, motivasi dan kepuasan kerja.


30

3) Faktor organisasi: struktur organisasi, desain pekerjaan,

kepemimpinan transformasional, sistem penghargaan (rewards

system).

Kinerja adalah tingkat sejauh mana keberhasilan seseorang

dalam menyelesaikan pekerjaannya, yang biasa disebut “level of

performance”. Orang yang level of performance nya tinggi disebut

orang produktif atau berkinerja tinggi dan sebaliknya orang yang

levelnya tidak mencapai standard dikatakan sebagai orang yang

tidak produktif atau berkinerja rendah.

Kinerja merupakan hasil akhir dari seseorang yang melakukan

pekerjaan. Knerja adalah merupakan seperangkat hasil yang dicapai

oleh seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang

bersangkutan. Kinerja atau performance adalah hasil kerja yang

dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-

masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi

bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai

dengan moral maupun etika. Kinerja adalah sekumpulan total kerja

yang terdapat dalam diri pekerja. Kinerja dapat juga dikatakan

sebagai rujukan atas pencapaian tujuan pegawai terhadap tugas

atau target yang diberikan.

Gomes (2010:142) mengemukakan beberapa indikator yang

menjadi ukuran penilaian kinerja pegawai sebagai berikut :


31

1) Kuantitas kerja (quantity of work), maksudnya adalah Jumlah

kerja yang dilakukan dalam suatu periode yang ditentukan.

2) Kualitas kerja (quality of work), yaitu kualitas kerja yang dicapai

berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya.

3) Pengetahuan kerja (job knowledge), yaitu luasnya pengetahuan

mengenai pekerjaan dan keterampilannya.

4) Kreatifitas (creativeness), yaitu keaslian gagasan-gagasan yang

dimunculkan dan tindakan-tindakan untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan yang timbul.

5) Kerja sama (cooperation), yaitu kesediaan untuk bekerjasama

dengan orang lain atau sesama anggota organisasi.

6) Penyelesaian tugas (dependability), yaitu kesadaran untuk

dapat dipercaya dalam hal ini kehadiran dan penyelesaian

kerja.

7) Tanggung jawab (initiative), yaitu semangat untuk

melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar

tanggungjawabnya.

8) Kualitas personil (personal qualities), yaitu antara lain

menyangkut kepemimpinan transformasional, kepemimpinan,

keramahtamahan dan integritas pribadi.

2.3 Kepuasan Kerja

Pembahasan mengenai kepuasan kerja perlu didahului oleh

penegasan bahwa masalah kepuasan kerja bukanlah hal yang

sederhana, baik dalam arti konsepnya maupun dalam arti


32

analisisnya, karena kepuasan mempunyai konotasi yang beraneka

ragam. Menurut Davis & Newstorm (2009:256) kepuasan kerja

didefinisikan sebagai: job satisfaction is a set of favorable or

unfavorable feeling and emotions with which employees view their

works (kepuasan kerja adalah perasaan nyaman atau tidak nyaman

dan emosi pegawai mengenai pekerjaannya).

Kepuasan kerja (job satisfaction) adalah keadaan emosional

pegawai yang terjadi maupun tidak terjadi titik temu antara nilai balas

jasa kerja pegawai dan organisasi atau organisasi dengan tingkat

nilai balas jasa yang memang diinginkan oleh pegawai yang

bersangkutan (Robbins, 2017: 142).

Oleh karena itu, kepuasan kerja mempunyai arti penting baik

bagi pegawai maupun organisasi, terutama untuk menciptakan

keadaan positif di lingkungan kerja organisasi.

Kepuasan kerja adalah penilaian dari pekerja tentang seberapa

jauh pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya.

Kepuasan kerja juga adalah sikap umum yang merupakan hasil dari

beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaan,

penyesuaian diri, dan hubungan sosial individu di luar kerja.

Kepuasan kerja pada dasarnya adalah security feeling dan

mempunyai faktor yang mempengaruhi yaitu :

1) Segi sosial ekonomi (insentif dan jaminan sosial)

2) Segi sosial psikologis, yaitu :

a. Kesempatan untuk maju


33

b. Kesempatan mendapatkan penghargaan

c. Berhubungan dengan masalah pengawasan

d. Berhubungan dengan pergaulan antar pegawai dan antara

pegawai dengan atasan. Dessler (2010:249)

Kepuasan atau ketidakpuasan pegawai tergantung pada

perbedaan antara apa yang diharapkan. Sebaliknya, apabila yang

didapat pegawai lebih rendah daripada yang diharapkan akan

menyebabkan pegawai tidak puas. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kepuasan atau ketidakpuasan kerja yaitu: jenis

pekerjaan, rekan kerja, tunjangan, perlakuan yang adil, keamanan

kerja, peluang menyumbang gagasan, insentif/upah, pengakuan

kinerja, dan kesempatan bertumbuh.

Schemerhorn mengidentifikasi lima aspek yang terdapat dalam

kepuasan kerja, yaitu :

a. Pekerjaan itu sendiri (Work Itself). Setiap pekerjaan

memerlukan suatu keterampilan tertentu. Sukar tidaknya suatu

pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya

dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan

meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.

b. Penyelia (Supervision). Penyelia yang baik berarti mau

menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, penyelia

sering dianggap sebagai figur ayah/ibu dan sekaligus

atasannya.
34

c. Teman sekerja (Workers). Merupakan faktor yang berhubungan

dengan sebagai pegawai dengan atasannya dan dengan

pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis

pekerjaannya.

d. Promosi (Promotion). Merupakan faktor yang berhubungan

dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh

peningkatan karir selama bekerja.

e. Insentif / Upah (Pay). Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan

hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.

Dalam hal kepuasan kerja, Gilmer menyebutkan faktor-faktor

yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah kesempatan untuk maju,

keamanan kerja, insentif, organisasi dan manajemen, faktor intrinsik

dan pekerjaan, kondisi kerja, aspek sosial dalam pekerjaan,

komunikasi, dan fasilitas.

Daft (2012:465) mengemukakan pendapatnya tentang faktor-

faktor yang dapat menimbulkan kepuasan kerja adalah: pertama,

faktor hubungan antarpegawai, antara lain:

a. Hubungan antara manajer dengan pegawai,

b. Faktor fisik dan kondisi kerja,

c. Hubungan sosial di antara pegawai,

d. Sugesti dari teman sekerja,

e. Emosi dan situasi kerja.

Kedua, faktor individual, yaitu yang berhubungan dengan sikap

orang terhadap pekerjaannya, umur orang sewaktu bekerja, dan


35

jenis kelamin. Ketiga, faktor luar (extern), yang berhubungan dengan

keadaan keluarga pegawai, rekreasi, pendidikan.

Merujuk pada berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan

mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja pegawai

dalam rangka peningkatan kinerjanya adalah:

a. Faktor psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan

kejiwaan pegawai yang meliputi minat, ketenteraman dalam

kerja, sikap terhadap kerja, bakat, dan keterampilan.

b. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan

interaksi sosial baik sesama pegawai, dengan atasannya,

maupun pegawai yang berbeda jenis pekerjaannya.

c. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan

kondisi fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik pegawai, meliputi:

jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat,

perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu penerangan,

pertukaran udara, kondisi kesehatan pegawai, umur, dan

sebagainya.

d. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan

jaminan serta kesejahteraan pegawai yang meliputi: sistem dan

besarnya insentif, jaminan sosial, macam-macam tunjangan,

fasilitas yang diberikan, promosi, dan sebagainya.

2.4 Kepemimpinan transformasional

Bass (2016:36) teori kepemimpinan transformasional yang

dibangun di atas gagasan awal dari Burns. Para pengikut pemimpin


36

transformasional merasakan adanya kepercayaan, kekaguman,

kesetiaan dan rasa hormat terhadap pimpinannya, dan bawahan

termotivasi untuk melakukan lebih daripada apa yang diharapkan

darinya semula. Efektivitas kepemimpinan transformasional terjadi

karena memiliki sifat tertentu yakni: pemimpin melihat dirinya

sebagai agen perubahan; pemimpin adalah visionary yang

mempunyai level kepercayaan yang tinggi bagi institusinya;

pemimpin adalah pengambil resiko, tetapi bukan orang yang

sembrono; pemimpin kapabel mengartikulasikan nilai-nilai inti yang

cenderung untuk membantu perilakunya; pemimpin memiliki

keterampilan kognitif yang luar biasa dan keyakinan dalam

mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil suatu tindakan;

pemimpin percaya dengan orang dan menunjukkan sensitifitas

terhadap kebutuhan orang; pemimpin fleksibel dan terbuka untuk

belajar dari pengalaman.

Kepemimpinan transformasional memotivasi pengikutnya untuk

berbuat sesuatu demi kebaikan organisasi melampaui kepentingan

dirinya. Kepemimpinan ini mampu memberikan pengaruh yang luar

biasa kepada pengikutnya. Bass (2016:36), memahami

kepemimpinan transformasional dan transaksional sebagai proses

yang berbeda namun tidak saling menafikan. Pemimpin dapat

menggunakan kedua jenis kepemimpinan pada waktu dan situasi

yang berbeda.
37

Robbins & Judge (2015:90) menyatakan pemimpin

transformasional (transformational leaders) adalah pemimpin yang

menginspirasi para pengikutnya untuk mengenyampingkan

kepentingan pribadi mereka dan memiliki kemampuan untuk

mempengaruhi yang luar biasa. Luthans (2016:653), kepemimpinan

transformasional adalah pendekatan kepemimpinan dengan

melakukan usaha mengubah kesadaran, membangkitkan semangat

dan mengilhami bawahan atau anggota organisasi untuk

mengeluarkan usaha ekstra dalam mencapai tujuan organisasi,

tanpa merasa ditekan atau tertekan. Pemimpin transformasional

memotivasi bawahan untuk berbuat lebih dari apa yang

sesungguhnya diharapkan yaitu dengan meningkatkan arti penting

dan nilai tugas di mata bawahan, dengan mendorong bawahan

mengorbankan kepentingan bawahan sendiri demi kepentingan tim,

organisasi, atau kebijakan yang lebih besar dan dengan menaikkan

tingkat kebutuhannya ke taraf yang lebih tinggi seperti aktualisasi

diri.

Robbins & Judge (2015:85) mengemukakan ada tiga cara

seorang pemimpin transformasional memotivasi karyawannya yaitu

dengan:

1) Mendorong karyawan untuk lebih menyadari arti penting hasil

usaha.

2) Mendorong karyawan untuk mendahulukan kepentingan

kelompok.
38

3) Meningkatkan kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti

harga diri dan aktualisasi diri.

Kepemimpinan transformasional oleh Burn yang menyatakan

bahwa kepemimpinan sebagai: “leaders inducing followers to act for

certain goals that represent the values & the motivation-the wants &

needs, the aspirations & expectations–of both leaders & followers”.

Adapun kepemimpinan transformasional adalah suatu proses,

dimana pemimpin dan pengikutnya berupaya satu dengan lainnya

untuk meningkatkan motivasi dan morality ke tingkatan yang lebih

tinggi lagi. Seorang pemimpin yang transforming selalu berupaya

untuk meningkatkan kesadaran pengikut dengan cara menanamkan

semangat yang ideal dan nilai-nilai moralitas yang tinggi, seperti:

persamaan (equality), kemerdekaan (liberty), keadilan (justice),

kemanusiaan (humanitarianism), dan perdamaian (peace).

Pemimpin yang transforming bertindak sebagai seorang guru,

aktivator, inisiator, penggerak (mobilize), dan gemar belajar (leaner).

Pemimpin tersebut harus mencari dan mengerti kebutuhan, nilai-nilai

dan aspirasi dari pengikutnya dan menyatu bersama kehidupan

pengikutnya. Pemimpin transforming selalu terbuka, interaktif,

komunikasi, dan dialog dengan pengikut-pengikutnya dalam upaya

membangun tujuan yang transformatif. Ada kesepakatan yang timbul

dengan pengikut-pengikut yang didasarkan pada nilai, tujuan, dan

keyakinan bersama (shared values, purposes, dan beliefs). Di dalam

setiap ranah kehidupan, termasuk dalam kehidupan organisasi,


39

konflik merupakan bagian esensial dari kepemimpinan transforming;

dan menerima konflik dengan perasaan yang biasa adalah suatu

kebutuhan. Kepemimpinan transformasional merupakan tipe

pemimpin yang menginsprirasi para pengikutnya untuk

mengenyampingkan kepentingan pribadi mereka dan memiliki

kemampuan mempengaruhi yang luar biasa.

Aspek utama dari kepemimpinan transformasional adalah

penekanan pada pembangunan pengikut. Pemimpin

transformasional yang efektif berusaha menaikkan kebutuhan

bawahan. Motivasi yang meningkat dapat dicapai dengan menaikkan

harapan akan kebutuhan dan kinerjanya, misalnya:bawahan

didorong mengambil tanggungjawab lebih besar dan memiliki

otonomi dalam bekerja.

Pemimpin transformasional berusaha mengembangkan

bawahan agar mereka juga menjadi pemimpin. Pada dasarnya teori

kepemimpinan transformasional menekankan pentingnya seorang

pemimpin menciptakan visi dan lingkungan yang memotivasi para

bawahan untuk berprestasi melampaui harapan. Dalam hal ini, para

bawahan merasa percaya, kagum, loyal, dan hormat kepada

pemimpinnya, sehingga mereka termotivasi untuk melakukan lebih

dari apa yang diharapkannya. Bahkan tidak jarang melampaui apa

yang diperkirakan dapat dilakukan. Model kepemimpinan yang ini

didasarkan lebih pada upaya pemimpin untuk mengubah berbagai

nilai, keyakinan dan kebutuhan bawahan.


40

Robbins & Judge (2015:90) mengemukakan adanya empat ciri

karakteristik kepemimpinan transformasional, yaitu:

1) Karismatik

Merupakan proses pemimpin mempengaruhi bawahan dengan

menimbulkan emosi-emosi yang kuat. Kharisma atau pengaruh

yang ideal berkaitan dengan reaksi bawahan terhadap

pemimpin. Pemimpin diidentifikasikan dengan dijadikan sebagai

penutan oleh bawahan, dipercaya, dihormati dan mempunyai

misi dan visi yang jelas menurut persepsi bawahan dapat

diwujudkan. Pemimpin mendapatkan standar yang tinggi dan

sasaran yang menantang bagi bawahan. Kharisma dan

pengaruh yang ideal dari pemimpin menunjukkan adanya

pendirian, menekankan kebanggaan dan kepercayaan,

menempatkan isu-isu yang sulit, menunjukkan nilai yang paling

penting dalam visi dan misi yang kuat, menekankan pentingnya

tujuan, komitmen dan konsekuen etika dari keputusan serta

memiliki sence of mission. Dengan demikian pemimpin akan

diteladani, membangkitkan kebanggaan, loyalitas, hormat,

antusiasme, dan kepercayaan bawahan.

Karismatik merupakan kekuatan pemimpin yang besar untuk

memotivasi bawahan dalam melaksanakan tugas. Bawahan

mempercayai pemimpin karena pemimpin dianggap

mempunyai pandangan, nilai dan tujuan yang dianggapnya

benar. Oleh sebab itu pemimpin yang mempunyai karisma lebih


41

besar dapat lebih mudah mempengaruhi dan mengarahkan

bawahan agar bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan

oleh pemimpin. Selanjutnya dikatakan kepemimpinan

karismatik dapat memotivasi bawahan untuk mengeluarkan

upaya kerja ekstra karena mereka menyukai pemimpinnya.

2) Inspirasional

Pemimpin yang inspirasional adalah seorang pemimpin yang

bertindak dengan cara memotivasi dan menginspirasi bawahan

yang berarti mampu mengkomunikasikan harapan-harapan

yang tinggi dari bawahannya, menggunakan simbol-simbol

untuk memfokuskan pada kerja keras, mengekspresikan tujuan

dengan cara sederhana. Pemimpin mempunyai visi yang

menarik untuk masa depan, menetapkan standar yang tinggi

bagi para bawahan, optimis dan antusiasme, memberikan

dorongan terhadap apa yang perlu dilakukan. Pemimpin

semacam ini akan memperbesar optimisme dan antusiasme

bawahan serta motivasi dan menginspirasi bawahannya untuk

melebihi harapan motivasional awal melalui dukungan

emosional dan daya tarik emosional. Perilaku pemimpin

inspirasional dapat merangsang antusiasme bawahan terhadap

tugas-tugas kelompok dan dapat mengatakan hal-hal yang

dapat menumbuhkan kepercayaan bawahan terhadap

kemampuan untuk menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan

kelompok.
42

3) Stimulasi intelektual

Berarti mengenalkan cara pemecahan masalah secara cerdik

dan cermat, rasional dan hati-hati sehingga anggota mampu

berpikir tentang masalah dengan cara baru dan menghasilkan

pemecahan yang kreatif. Rangsangan intelektual berarti

menghargai kecerdasan mengembangkan rasionalitas dan

pengambilan keputusan secara hati-hati. Pemimpin yang

mendorong bawahan untuk lebih kreatif, menghilangkan

keengganan bawahan untuk mengeluarkan ide-idenya dan

dalam menyelesaikan permasalahan yang ada menggunakan

pendekatan-pendekatan baru yang lebih menggunakan

intelegensi dan alasan-alasan yang rasional dari pada hanya

didasarkan pada opini-opini atau perkiraan-perkiraan semata.

Berarti mengenalkan cara pemecahan masalah secara cerdik

dan cermat, rasional dan hati-hati sehingga anggota mampu

berpikir tentang masalah dengan cara baru dan menghasilkan

pemecahan yang kreatif. Rangsangan intelektual berarti

menghargai kecerdasan mengembangkan rasionalitas dan

pengambilan keputusan secara hati-hati. Pemimpin yang

mendorong bawahan untuk lebih kreatif, menghilangkan

keengganan bawahan untuk mengeluarkan ide-idenya dan

dalam menyelesaikan permasalahan yang ada menggunakan

pendekatan-pendekatan baru yang lebih menggunakan


43

intelegensi dan alasan-alasan yang rasional dari pada hanya

didasarkan pada opini-opini atau perkiraan-perkiraan semata.

Stimulasi intelektual merupakan upaya pimpinan dalam

mempengaruhi bawahan untuk melihat persoalan-persoalan

dengan perspektif baru. Melalui stimulasi intelektual, pemimpin

merangsang kreativitas bawahan dan mendorong untuk

menemukan pendekatan-pendekatan baru terhadap masalah-

masalah lama. Jadi, melalui stimulasi intelektual, bawahan

didorong untuk berpikir mengenai relevansi cara, sistem nilai,

kepercayaan, harapan dan didorong melakukan inovasi dalam

menyelesaikan persoalan melakukan inovasi dalam

menyelesaikan persoalan dan berkreasi untuk

mengembangkan kemampuan diri serta didorong untuk

menetapkan tujuan atau sasaran yang menantang.

4) Perhatian secara individual

Perhatian secara individual merupakan cara yang digunakan

oleh pemimpin untuk memperoleh kekuasaan dengan bertindak

sebagai pembimbing, memberi perhatian secara individual dan

dukungan secara pribadi kepada bawahannya. Pemimpin

mampu memperlakukan orang lain sebagai individu,

mempertimbangkan kebutuhan individual dan aspirasi-aspirasi,

mendengarkan, mendidik dan melatih bawahan, sehingga

pemimpin seperti ini memberikan perhatian personal terhadap

bawahannya yang melihat bawahan sebagai individual dan


44

menawarkan perhatian khusus untuk mengembangkan

bawahan demi kinerja yang bagus. Pimpinan memberikan

perhatian pribadi kepada bawahannya, seperti memperlakukan

mereka sebagai pribadi yang utuh dan menghargai sikap

pedulinya terhadap organisasi.

Perhatian atau pertimbangan terhadap perbedaan individual

implikasinya adalah memelihara kontak langsung face to face

dan komunikasi terbuka dengan para pegawai. Pengaruh

personal dan hubungan satu persatu antara atasan-bawahan

merupakan hal terpenting yang utama. Perhatian secara

individual tersebut dapat sebagai indentifikasi awal terhadap

para bawahan terutama bawahan yang mempunyai potensi

untuk menjadi seorang pemimpin, sedangkan monitoring

merupakan bentuk perhatian individual yang ditunjukkan

melalui tindakan konsultasi, nasehat dan tuntutan yang

diberikan oleh senior kepada yunior yang belum

berpengalaman bila dibandingkan dengan seniornya.

Dengan demikian, keempat ciri tersebut yang merupakan

perilaku transformasional. Pemimpin diharapkan mampu berinteraksi

mempengaruhi terjadinya perubahan perilaku bawahan untuk

mengoptimalkan usaha dan performance kerja yang lebih

memuaskan ke arah tercapainya visi dan misi organisasi. Luthans

(2016:653), menemukan bahwa pemimpin transformasional yang

efektif memiliki karakter sebagai berikut:


45

1) Pemimpin mengidentifikasi dirinya sebagai alat perubahan.

2) Pemimpin berani.

3) Pemimpin mempercayai orang lain.

4) Pemimpin motor penggerak nilai.

5) Pemimpin pembelajar sepanjang masa.

6) Pemimpin memiliki kemampuan untuk menghadapi

kompleksitas, ambiguitas, dan ketidakpastian.

7) Pemimpin visioner.

Northouse (2013:181), menyatakan bahwa: ada empat faktor

yang mendasari kepemimpinan transformasional, yaitu :

1) Pengaruh ideal

Pengaruh ideal juga disebut sebagai karisma, ini adalah

komponen emosional dari kepemimpinan. Pengaruh ideal

mendeskripsikan pemimpin yang bertindak sebagai teladan

yang kuat bagi pengikut. Faktor pengaruh ideal diukur pada dua

komponen, yaitu : komponen pengakuan yang merujuk pada

pengakuan pengikut pada pemimpin yang didasarkan pada

persepsi yang mereka miliki atas pemimpin mereka, dan

komponen perilaku yang merujuk pada observasi pengikut akan

perilaku pemimpin.

2) Motivasi yang menginspirasi

Faktor ini menggambarkan pemimpin yang mengkomunikasikan

harapan tinggi kepada pengikut, menginspirasi mereka lewat


46

motivasi untuk menjadi setiap pada visi bersama dalam

organisasi.

3) Rangsangan intelektual

Hal ini mencakup kepemimpinan yang merangsang pengikut

untuk bersikap kreatif dan inovatif serta merangsang keyakinan

dan nilai mereka sendiri.

4) Pertimbangan yang diadaptasi

Faktor ini mewakili pemimpin yang memberikan iklim yang

mendukung, dimana mereka mendengarkan dengan saksama

kebutuhan masing-masing individu. Pemimpin bertindak

sebagai pelatih dan penasehat, sambil mencoba untuk

membantu pengikut benar-benar mewujudkan apa yang

diinginkan.

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa

kepemimpinan transformasional dapat diukur melalui empat aspek

atau faktor, yaitu: pengaruh ideal/karisma, motivasi yang

menginspirasi, rangsangan intelektual dan pertimbangan yang

diadaptasi. Selain itu, kepemimpinan transformasional akan

memberikan pengaruh positif pada hubungan antara atasan dan

bawahan. Dengan konsep kepemimpinan transformasional, bawahan

akan merasa percaya, kagum, bangga, loyal, dan hormat kepada

atasannya serta termotivasi untuk mengerjakan pekerjaan dengan

hasil yang melebihi target yang telah ditentukan bersama. Tipe

kepemimpinan ini mendorong para pengikutnya (individu-individu


47

dalam satu organisasi) untuk menghabiskan upaya ekstra dan

mencapai apa yang mereka anggap mungkin.

2.5 Transfer Pelatihan

Transfer pelatihan merupakan salah satu dari kriteria dari

evaluasi program pelatihan. Transfer pelatihan menjadi landasan

terkait seberapa jauh peserta pelatihan menerapkan pengetahuan

dan keterampilan yang dipelajari dari pelatihan yang dilakukan (Snell

& Bohlander, 2013). Peran dari transfer pelatihan merupakan salah

satu proses penanaman objektif pelatihan berhubungan dengan nilai-

nilai serta materi yang diajarkan (Mathis & Jackson, 2006:317).

Adapun transfer pelatihan yang efektif harus memenuhi kondisi

tertentu diantaranya

1) Peserta pelatihan perlu menerima materi pelatihan serta

mampu menerapkannya.

2) Peserta pelatihan dapat menerapkan hasil pelatihan tersebut

secara terus menerus.

Transfer pelatihan mengacu pada hasil pelatihan terkait materi

pelatihan dan pembelajaran selama pelatihan dilaksanakan. Adapun

hasil dari transfer pelatihan mengacu pada generalisasi dan

pemeliharaan materi hasil pelatihan dan pembelajaran. Generalisasi

yang dimaksud yaitu bagaimana peserta pelatihan menerapkan

seluruh materi pembelajaran dan pelatihan yang dipelajari pada saat

bekerja. Selain itu pemeliharaan yaitu terkait peserta pelatihan

menjaga hasil pelatihan untuk tetap digunakan dan terus


48

berlangsung serta diterapkan saat bekerja (Noe. 2017:159). Selain

itu pemeliharaan kerap kaitannya dengan proses penggunaan

kapabilitas yang baru dipelajari dan yang akan berlangsung seiring

waktu (Kaswan. 2015: 331).

Pelatihan yang efektif dan dikatakan berhasil apabila karyawan

yang dilatih dapat melakukan transfer of training pada saat

melaksanakan pekerjaannya sehari-hari. Transfer of training adalah

penerapan pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan sikap karyawan

dalam konteks pekerjaan nyata. Transfer of training didefinisikan

sebagai sebuah proses penerapan pengetahuan, keterampilan,

perilaku, dan sikap ke dalam dunia kerja oleh karyawan, yang

memerlukan generalisasi hasil pelatihan terhadap konteks pekerjaan

dan ketekunan dari waktu ke waktu dalam rangka meningkatkan

kinerja pegawai (Velada et al. 2007). Transfer of training sebagai

penerapan pengetahuan dan keterampilan secara efektif dan

berkelanjutan yang diperoleh dalam pelatihan oleh karyawan untuk

pekerjaan mereka, baik di dalam dan di luar pekerjaan. Kaswan

(2015) juga mendefinisikan transfer of training sebagai penggunaan

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dipelajari di pelatihan

dalam pekerjaan.

Transfer of training yang efektif harus memenuhi dua kondisi.

Pertama: karyawan dapat membawa materi yang dipelajari dalam

pelatihan dan menerapkannya dalam konteks pekerjaan di mana

mereka bekerja. Kedua: karyawan dapat terus menggunakan materi


49

yang dipelajari dalam kurun waktu yang lama (Mathis & Jackson,

2011). Transfer of training secara historis melibatkan dua proses

utama. Pertama generalisasi, besarnya pengetahuan dan

keterampilan yang diperoleh dalam pembelajaran diterapkan untuk

berbagai pengaturan, orang, dan situasi dari orang-orang yang

terlatih. Kedua pemeliharaan, tingkat peningkatan kinerja akibat dari

pengalaman belajar bertahan dari waktu ke waktu, untuk mencapai

kondisi transfer of training (yaitu generalisasi dan pemeliharaan),

terdapat tiga faktor yang harus diperhatikan sebagai input pelatihan.

Ketiga faktor tersebut yaitu karakteristik individu, desain pelatihan,

dan lingkungan kerja. Berdasarkan model tersebut dapat dijelaskan

bahwa karakteristik individu seperti kemampuan, kepribadian,

orientasi pekerjaan atau karier, dan motivasi baik motivasi mengikuti

pelatihan maupun motivasi menerapkan hasil pelatihan dapat

mendukung tercapainya kondisi transfer of training yang positif.

Desain pelatihan juga merupakan hal yang penting, agar materi

yang diberikan pada saat pelatihan lebih mudah diterima. Desain

pelatihan berkaitan dengan isi dan materi pelatihan, ruang kelas,

instruktur, dan praktek langsung. Desain pelatihan yang baik menjadi

umpan balik bagi peserta maupun penyelenggara, sehingga proses

belajar dan transfer of training akan lebih mudah. Demikian juga

dengan dukungan dalam lingkungan kerja yang berbentuk dukungan

dalam organisasi yang dirasakan oleh karyawan ketika mereka

percaya bahwa pihak lain (seperti atasan, kelompok kerja)


50

memberikan peluang untuk melakukan transfer of training ke tempat

kerja.

Beberapa ahli berpendapat bahwa dalam melakukan transfer of

training ke tempat kerja banyak tantangan yang dihadapi. Tantangan

tersebut terkait dengan input pelatihan, output pelatihan dan kondisi

transfer. Tantangan-tantangan tersebut dapat mengurangi motivasi

karyawan yang mengikuti pelatihan, untuk melakukan transfer of

training. Untuk mengatasi tantangan tersebut, perlu pemahaman

terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi karyawan yang telah

mengikuti pelatihan agar tetap bersemangat melakukan transfer of

training ke tempat kerja. Teori sosial kognitif menjelaskan bahwa

perilaku manusia dalam konteks interaksi terjadi timbal balik yang

berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh

lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh

kepada pola belajar sosial jenis ini.

Para peneliti mengungkapkan transfer of training memiliki

beberapa indikator yang lebih luas dan subyektif, sehingga dapat

dikompilasi sebagai berikut:

1) Penggunaan selanjutnya adalah usaha karyawan untuk segera

melakukan transfer of training sehingga dapat meningkatkan

kinerja. Karyawan yang telah mengikuti pelatihan dapat

menerapkan hasil pelatihan yang diterima untuk meningkatkan

kinerja, karyawan ini dapat dikatakan telah melakukan transfer


51

of training (Velada et al., 2007; Gegenfurtner, 2011; Maung,

2014).

2) Frekuensi penggunaan, adalah kemampuan karyawan untuk

terus menerus melakukan transfer of training di tempat kerja.

Semakin sering hasil pelatihan digunakan akan dapat

meningkatkan transfer of training (Gegenfurtner, 2011).

3) Peningkatan efektifitas adalah keadaan di mana pelatihan yang

diikuti mampu membantu karyawan mengerjakan pekerjaan

dengan lebih efektif. Hal ini berarti telah terjadi transfer of

training ke tempat kerja (Gegenfurtner, 2011; Maung, 2014).

4) Faster, setelah mengikuti pelatihan peserta mampu

menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dari biasanya (Maung,

2014).

5) Fewer mistakes, setelah selesai pelatihan peserta mampu

untuk meminimalisir terjadinya kesalahan di tempat kerja akibat

transfer of training (Maung, 2014).

2.6 Keterlibatan pegawai

Schiemann (2011:211) mendefinisikan employee engagement

dapat berupa kerelaan untuk melakukan advokasi atas nama tempat

perusahaan, hal ini mecakup kerelaan mempromosikan

perusahaannya, membeli bahkan berinvestasi pada perusahaannya.

Secara umum employee engagement didefinisikan sebagai “the

harnessing of organizational members selves to their work roles; in


52

engagement people employ and express themselves physically,

cognitively and emotionally during role performances”. (Saks, 2006)

Robinson et al. (2010) mengatakan bahwa "pegawai yang

terikat (engaged) sadar akan konteks bisnis perusahaan dan bekerja

dengan koleganya untuk meningkatkan kinerja dalam pekerjaannya

untuk keuntungan bagi perusahaannya. Perusahaan harus bekerja

untuk mengembangkan hubungan dua arah antara perusahaan dan

pegawainya". Kesadaran bisnis ini yang membuat pegawai

memberikan kinerja terbaiknya bagi perusahaan untuk kemajuan dari

perusahaannya. Dari pengertian pengertian diatas, dapat dikatakan

bahwa employee engagement adalah sebuah rasa antusias dalam

bekerja dan kerelaan untuk mengadvokasikan perusahaannya serta

pegawai pegawai mengadirkan dimensi fisik, kognitif dan emosional

ketika bekerja.

Tipe Employee Engagement terdapat 3 tipe pegawai yang

berbeda, berdasarkan Gallup the Consulting Organization (sumber:

www. businessjournal. gallup. com), yaitu:

1. Engaged Seorang pegawai dikatakan "Engaged" ketika mereka

bekerja dengan passion mereka dan merasakan sebuah

hubungan yang kuat dengan perusahaan tempat ia bekerja.

Mereka dapat menciptakan inovasi dan menggerakan

organisasi kedepan.

2. Not Engaged Seseorang pegawai dikatan "Not engaged" ketika

mereka melewati hari kerjanya seperti "sleepwalking" atau


53

hanya menghadirkan fisiknya namun pikirannya tidak tertuju

pada pekerjaannya. Mereka hanya menggunakan waktu dalam

pekerjaanya, tidak menggunakan energi atau passion mereka

3. Actively Disengaged Seorang pegawai dikatakan "actively

disengaged" ketika mereka merasa tidak senang dengan

pekerjaanya, bahkan mereka berusaha menutupi

ketidaksenangannya. Setiap harinya, kinerja yang dihaslkan

akan berbeda dengan teman kerjanya yang terikat (engaged).

Dalam mengukur employee engagement, diperlukan alat ukur

atau indikator yang menjadi ukuran unruk employee engagement.

Menurut Schaufeli & Bakker (2009:295) terdapat 3 karakterisitik

dalam employee engagement, diantaranya yaitu:

1. Vigor. dikarekteristikan dengan tingkatan energi yang tinggi

serta ketangguhan mental ketika bekerja, serta keinginan untuk

memberikan usaha terhadap pekerjaan dan juga ketahanan

dalam menghadapi kesulitan.

2. Dedication. dikarakteristikan dengan rasa antusias, inspirasi,

kebanggaan, dan tantangan.

3. Absobtion. dikarakterisitikan dengan berkonsentrasi penuh

dalam pekerjaan dan senang ketika dilibatkan dalam pekerjaan,

sehingga waktu akan tersa berjalan dengan cepat.

Berdasarkan definisi diatas, dikembangkan sebuah alat ukur

untuk mengukur aspek-aspek dari vigor, dedication dan absorbtion

yang disebut Utrecht Work Engagement Scale (UWES) (Schaufeli &


54

Bakker, 2009). Vigor dinilai dari 6 pertanyaan yang mengacu kepada

tingginya energi dan ketahanan, kemauan berusaha lebih, tidak

mudah lelah dan kegigihan dalam mengahdapi kesulitan,

diantaranya adalah:

a. At my work, I feel bursting with energy.

b. At my job, I feel strong adn vigorous.

c. When i get up in the morning, I feel like going to work.

d. I can continue working for very long periods at a time.

e. At my job, I an very resilient, mentally.

f. At my work I alwas preservere, even when things do not go

well.

Dedication dinilai dari 5 item pertanyaan yang mengacu pada

signifikansi dalam kerja, rasa antusias dan bangga terhadap

pekerjaan, dan rasa terinspirasi dan tertangtang oleh pkerjaan yang

dilakukannya, diantaranya adalah:

a. I find the work that i do full of meaning and purpose.

b. I am enthusiastic about my job.

c. My job inspires me.

d. I am proud on the work that I do.

e. To me, my job is challenging.

Absorbtion diukur dari 6 item pertanyaan yang mengacu pada

totalitas dan rasa senang ketika bekerja dan sulit melepaskan diri

dari pekerjaan sehingga waktu terasa berlalu dengan cepat dan lupa

akan apapun yang ada di sekitar, diantaranya adalah:


55

a. Time flies when I'm working.

b. When I am working, I forget everything else around me.

c. I feel happy when I am working intensely.

d. I am immersed in my work.

e. I get carried away when I'm working.

f. It's difficult to detach myself from my job.

2.7 Hubungan Antar Variabel

1. Kepemimpinan transformasional dengan kepuasan kerja

Kepemimpinan yang ditampilkan seorang pemimpin transformasional

diharapkan dapat meningkatkan upaya bawahan untuk mencapai

hasil kerja yang optimal. Kepemimpinan ini merupakan salah satu

Kepemimpinan yang mulai diperhitungkan kegunaannya dalam

menghadapi perubahan satu organisasi. Kepemimpinan

transformasional menyangkut bagaimana mendorong orang lain

untuk berkembang dan menghasilkan performa melebihi standar

yang diharapkan (Bass, 2016:202). Pimpinan yang memiliki gaya

transformasional mampu menginspirasi orang lain untuk melihat

masa depan dengan optimis, memproyeksikan visi yang ideal, dan

mampu mengkomunikasikan bahwa visi tersebut sehingga dapat

dicapai (Robbins, 2017:207). Penelitian yang dilakukan oleh

Andreani & Petrik (2016), Malik et al. (2017), Pratama (2016),

Mangkunegara & Miftahuddin (2016), Mohammad et al. (2011),

Qabool & Jalees (2017), Muslichah & Asrori (2018) menyatakan


56

bahwa kepemimpinan transformasional memberikan pengaruh positif

dan signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai.

2. Transfer pelatihan dengan kepuasan kerja

Pelaksanaan pelatihan mempunyai hubungan yang erat serta

mempunyai arah yang sama, yaitu meningkatkan skill, knowledge,

dan attitude dari pegawai. Karena faktor yang mempengaruhi

pencapaian kerja adalah kepuasan pegawai (satisfaction).

Peningkatan pelatihan dalam sebuah organisasi akan mampu

meningkatkan kepuasan kerja secara langsung dan signifikan

(Bernardin & Russel, 2010:102). Penelitian yang dilakukan oleh

Zumrah et al. (2013), Diliantari & Dewi (2019), Vasudevan (2014)

menyatakan bahwa transfer pelatihan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai.

3. Keterlibatan pegawai dengan kepuasan kerja

Robbins & Judge (2015:142) keterlibatan kerja diartikan sebagai

suatu ukuran sampai dimana individu secara psikologis memihak

pekerjaan mereka dan menganggap penting tingkat kinerja yang

dicapai sebagai penghargaan diri. Keterlibatan kerja mempunyai

konsekuensi berupa hasil kerja, yang diantaranya adalah kinerja.

Oleh karena itu dengan semakin terlibat dalam pekerjaannya,

pegawai diharapkan dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik

karena individu dengan tingkat keterlibatan yang tingi pada

pekerjaannya akan memandang bahwa pekerjaan mereka

merupakan bagian yang penting dari kehidupan pegawai. Penelitian


57

yang dilakukan oleh Markos & Sridevi (2010), Arifin et al. (2019),

Perangin-Angin et al. (2020) menyatakan bahwa keterlibatan

pegawai berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja

pegawai, berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh

Bellani et al. (2018), Sumarni et al. (2019), Sulistiono et al. (2019)

menyatakan bahwa keterlibatan pegawai tidak berpengaruh

signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai.

4. Kepemimpinan transformasional dengan Kinerja

Kepemimpinan transformasional merupakan salah satu faktor yang

berkaitan dengan kegiatan serta proses pengarahan dan

pendelegasian orang lain dalam mencapai tujuan tertentu (Robbins &

Judge, 2015:204). Bass (2016:210) mengatakan bahwa,

kepemimpinan transformasional berbeda dengan kepemimpinan

transaksional dalam dua hal. Pertama, pemimpin transformasional

bertindak efektif, karena mengenali kebutuhan bawahan. Berbeda

dengan kepemimpinan transaksional yang bertindak aktif. Kedua,

pemimpin transformasional yang efektif berusaha menaikkan

kebutuhan bawahan sehingga, dapat meningkatkan kerja dan

mendorong bawahan untuk lebih maju dalam pencapaian kinerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2016), Mangkunegara &

Miftahuddin (2016), Qabool & Jalees (2017) menyatakan bahwa

kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja pegawai. Berbeda halnya dengan penelitian yang

dilakukan oleh Marnis (2012) menyatakan bahwa kepemimpinan


58

transformasional memberikan pengaruh tidak signifikan terhadap

kinerja pegawai.

5. Transfer pelatihan dengan Kinerja

Pegawai yang berkualitas dan mampu menghasilkan kinerja pegawai

adalah yang mengerti dan paham terhadap sesuatu pekerjaan yang

akan dilakukannya, pegawai yang memiliki kemampuan yang sejalan

dengan kebutuhan tugas dan fungsinya merupakan syarat

terciptanya pegawai yang professional. Optimalisasi pelatihan maka

akan meningkatkan kinerja pegawai dalam mencapai tujuan

organisasi sejalan dengan keinginan dan kebutuhan perusahaan

(Gibson & Ivancevich, 2011:102). Hubungan transfer pelatihan

terhadap kinerja dapat digambarkan melalui penelitian yang

dilakukan oleh Vasudevan (2014), Al-Mzary et al. (2015), Pudjiarti et

al. (2019), Diliantari & Dewi (2019) menyatakan bahwa transfer

pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

pegawai.

6. Keterlibatan pegawai dengan Kinerja

Keterlibatan pegawai (Employee engagement) merupakan salah satu

dari faktor human capital yang akan membawa pada keberhasilan

jika dapat dikelola dengan baik secara konsisten. Schiemann

(2011:30) mengartikan engagement (keterikatan) sebagai energi dari

pegawai untuk membatu organisasi tersebut mencapai tujuannya.

Keterikatan dianggap sebagai elemen penting yang melekat pada

tenaga kerja yang sehat. Keterikatan pegawai dapat mencakup


59

advokasi (pembelaan) terhadap organisasi tempatnya bekerja.

Schiemann (2011:22) mengatakan bahwa secara garis besar

employee engagement mampu meningkatkan kinerja pegawai.

Ketika pegawai telah merasa terikat terhadap organisasi maka

pegawai tersebut akan memberikan upaya extra untuk kemajuan

organisasi, berupa optimalisasi kinerja. Pengaruh keterlibatan

pegawai terhadap kinerja pegawai dapat dinyatakan dalam penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Perangin-Angin et al. (2020), Dajani

(2015), Kertiriasih et al. (2018), Pongton & Suntrayuth (2019),

Sumarni et al. (2019), Osborne & Hammoud (2017), Tanwar (2017),

Tampubolon (2016), Motyka (2018), Shahid (2019) menyatakan

bahwa keterlibatan pegawai berpengaruh signifikan terhadap kinerja

pegawai.

7. Kepuasan kerja dengan Kinerja

Davis & Newstrom, (2013:104), memberikan pengertian bahwa

kinerja pegawai menunjukkan kesesuaian antara hasil kerja pegawai

yang timbul dan target yang telah ditetapkan untuk menyelesaikan

pekerjaan, jadi kinerja pegawai juga berkaitan erat dengan teori

keadilan, perjanjian psikologis, dan motivasi, selain itu, hubungan

antara kinerja pegawai dan kepuasan kerja juga dieksplorasi dengan

menunjukkan hubungan antara kinerja pegawai dan kepuasan kerja,

hal ini memberikan pengertian bahwa kepuasan kerja pegawai

mempunyai dampak atau pengaruh dalam peningkatan kinerja

pegawai. Kesenjangan juga terdapat dalam hubungan antara


60

kepuasan dan kinerja pegawai, penelitian yang dilakukan oleh

Mazeed et al. (2019), Pongton & Suntrayuth (2019), Perangin-Angin

et al. (2020), Sumarni et al. (2019), Tampubolon (2016), Tho’in &

Muliasari (2020), Arifin et al. (2019), Diliantari & Dewi (2019),

Mangkunegara & Miftahuddin (2016) menyatakan bahwa kepuasan

memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai, berbeda

halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistiono et al.

(2019), Andreani & Petrik (2016) menyatakan bahwa kepuasan

memberikan pengaruh tidak signifikan terhadap kinerja pegawai.

2.8 Kerangka Konsepsional Penelitian

Kerangka konsep ini dibentuk atas dasar kajian teori yang telah

dikemukakan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya kerangka konseptual

dalam penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 2.1: Kerangka Konsepsional


61

2.9 Hipotesis

Memperhatikan latar belakang masalah, kajian teoritis

penelitian terdahulu, hubungan antar variabel serta kerangka konsep

maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

1) Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai pada Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur.

2) Transfer pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kepuasan kerja pegawai pada Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur.

3) Keterlibatan pegawai berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kepuasan kerja pegawai pada Perusahaan Daerah

Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur.

4) Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja pegawai pada Perusahaan Daerah

Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur.

5) Transfer pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja pegawai pada Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya

Provinsi Kalimantan Timur.

6) Keterlibatan pegawai berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja pegawai pada Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur.


62

7) Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja pegawai pada Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya

Provinsi Kalimantan Timur.

8) Kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja pegawai melalui kepuasan kerja

pada Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur.

9) Transfer pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja pegawai melalui kepuasan kerja pada Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur.

10) Keterlibatan pegawai berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja pegawai melalui kepuasan kerja pada

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan

Timur.
63

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari

dua kelompok variabel yaitu: variabel tidak bebas (dependent variabel)

yang dalam peneltian ini ditunjukkan oleh kepuasan dan kinerja (Y) dan

penggunaan variabel-variabel bebas (independent variabel) (X) yaitu

keterlibatan pegawai, transfer pelatihan, dan kepemimpinan

transformasional.

3.2 Definisi Operasional Variabel

Agar penelitian ini lebih terfokus sesuai dengan identifikasi

variabel penelitian, maka definisi operasional dari masing-masing

variabel adalah:

a. Kepemimpinan transformasional (X1)

Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan pemimpin

dalam mendorong pegawai untuk berbuat lebih baik, meningkatkan

kepercayaan diri pegawai yang akan berpengaruh terhadap

peningkatan kinerja pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti

Satya Provinsi Kalimantan Timur. Indikator dari variabel

kepemimpinan transformasional adalah sebagai beirkut:

1) Pengaruh ideal: Pimpinan bisa memberikan penerapan perilaku

yang baik kepada pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti

Satya Provinsi Kalimantan Timur.


64

2) Motivasi yang menginspirasi: Pimpinan mampu mengarahkan

pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur untuk tetap fokus saat bekerja.

3) Rangsangan intelektual: Pimpinan mengarahkan pegawai

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan

Timur kepada sikap yakin kepada kemampuan sendiri.

4) Pertimbangan yang diadaptasi: Pimpinan mengajarkan kepada

pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur bagaimana untuk bekerja dengan baik agar

target pekerjaan yang ingin dicapai dapat terealisasi.

b. Transfer pelatihan (X2)

Transfer pelatihan adalah proses penerapan pengetahuan

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur.

Indikator transfer of training adalah sebagai berikut:

1) Penggunaan selanjutnya adalah pegawai Perusahaan Daerah

Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur yang telah

mengikuti pelatihan dapat menerapkan hasil pelatihan yang

diterima untuk meningkatkan kinerjanya.

2) Frekuensi penggunaan, adalah kemampuan pegawai

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan

Timur untuk terus menerus melakukan transfer of training di

tempat kerja.

3) Peningkatan efektifitas adalah keadaan di mana pelatihan yang

diikuti pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi


65

Kalimantan Timur mampu membantu pegawai mengerjakan

pekerjaan dengan lebih efektif.

4) Faster adalah pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya

Provinsi Kalimantan Timur mampu menyelesaikan pekerjaan

dengan cepat dari biasanya

5) Fewer mistakes adalah pegawai Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur mampu untuk

meminimalisir terjadinya kesalahan di tempat kerja.

c. Keterlibatan pegawai (X3)

Keterlibatan pegawai adalah pegawai Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur secara aktif memiliki

kemampuan dalam menjalankan suatu pekerjaan, adapun indikator

dari variabel keterlibatan pegawai sebagai berikut:

1) Vigor pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur mempunyai keinginan untuk memberikan

usaha optimal terhadap pekerjaan.

2) Dedication adalah pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti

Satya Provinsi Kalimantan Timur memiliki rasa antusias terhadap

pekerjaannya.

3) Absorption adalah pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti

Satya Provinsi Kalimantan Timur mampu berkonsentrasi penuh

ketika terlibat dalam pekerjaan.


66

d. Kepuasan (Y1)

Kepuasan kerja adalah tingkat perasaan positif pegawai Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur terhadap

pekerjaan. Batasan mengenai indikator yang mempengaruhi

kepuasan kerja yaitu:

1) Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur puas terhadap pekerjaan itu sendiri (work

itself)

2) Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur puas terhadap gaji atau upah (pay)

3) Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur puas terhadap promosi (promotion)

4) Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur puas terhadap hubungan dengan atasan

(supervision)

5) Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur puas terhadap teman sekerja (workers)

e. Kinerja (Y2)

Kinerja pegawai adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur.

Mengidentifikasi adanya kinerja pada pegawai didasarkan pada

indikator sebagai berikut:

1) Kuantitas. Hasil kerja yang pegawai Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur kerjakan sesuai dengan


67

target kuantitas yang ditetapkan

2) Kualitas. Hasil kerja yang pegawai Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur kerjakan sesuai dengan

target kualitas yang ditetapkan

3) Waktu. Hasil kerja yang pegawai Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur kerjakan sesuai dengan

target waktu yang ditetapkan

4) Orientasi pelayanan. Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti

Satya Provinsi Kalimantan Timur bertekad memberikan

pengabdian terbaik untuk Perusahaan Daerah

5) Integritas. Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya

Provinsi Kalimantan Timur telah terbiasa mematuhi aturan yang

ada

6) Disiplin. Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya

Provinsi Kalimantan Timur selalu menghindari pelanggaran

aturan di Perusahaan Daerah

7) Kerjasama. Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya

Provinsi Kalimantan Timur merasa nyaman untuk bekerjasama

dengan rekan kerja

3.3 Jenis Penelitian

Berdasarkan bentuk data yang diamati pada penelitian ini,

maka penelitian ini termasuk penelitian jenis survey. Penelitian

survei yang dimaksudkan adalah untuk memberikan penjelasan

atau disebut sebagai explanatory research atau confirmatory


68

research. Penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil

sampel dari satu populasi dengan menggunakan angket/kuisioner

sebagai alat pengumpulan data pokok.

Berdasarkan bentuk permasalahannya, maka penelitian ini

termasuk penelitian ekplanatory, yaitu penelitian yang berusaha

menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian

melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan.

Hubungan kausal yang akan dijelaskan dalam penelitian ini

adalah pengaruh keterlibatan pegawai transfer pelatihan dan

kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan kerja pegawai

dan kinerja.

3.4 Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini melibatkan seluruh Pegawai Negeri Sipil

di Lingkungan kerja Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur berjumlah 33 responden, Sugiyono (2013:81)

menjelaskan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini adalah nonprobability sampling. Semakin besar

jumlah sampel maka semakin baik, Sampel penelitian ini adalah

pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur, dengan menggunakan metode sensus.

Berdasarkan penjabaran tersebut diatas maka dapat diketahui

jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 responden.


69

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer dan data sekunder. Data sekunder diambil dari laporan

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur.

Data primer yaitu data yang berhubungan dengan indikator

keterlibatan pegawai, transfer pelatihan, dan kepemimpinan

transformasional terhadap kepuasan kerja dan kinerja yang didapat

dari responden yang mengisi kuisioner. Data dalam penelitian ini

dikumpulkan dengan beberapa metode, yaitu sebagai berikut: a.

Penelitian kepustakaan (library research) yaitu pencarian bahan-

bahan dan toeri-teori dengan mempelajari, meneliti, mengkaji serta

menelaah literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah yang

akan diteliti b. Observasi, yaitu pengumpulan data melalui

pengamatan langsung pada objek yang diteliti c. Kuisioner, yaitu

pengumpulan data dengan momberikan daftar pertanyaan kepada

responden yang bersifat tertutup dengan beberapa alternatif pilihan

jawaban d. Wawancara, yaitu cara pengumpulan data dengan

berpedoman pada daftar pertanyaan sebelumnya. Cara ini

berguna pula untuk mendapatkan masukan-masukan yang kiranya

belum tercakup didalam pertanyaan kuisioner.

3.6 Alat Analisis

a) Uji validitas dan reliabilitas

Pengujian validitas dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu

alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Suatu instrumen
70

dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan

mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dari hasil

jawaban responden dikumpulkan dan ditabulasikan yang selanjutnya

dilakukan pengujian validitas dengan menghitung korelasi antara

massing-masing butir pernyataan dengan skor total dengan

menggunakan rumus teknik korelasi product moment dari pearson.

Pengukuran ini menunjukkan korelasi antar variabel terhadap total

skornya, nilai koefisien r = 0,3 dianggap cukup valid. Angka ini

ditetapkan sebagai konvensi yang didasarkan pada asumsi distribusi

skor dari kelompok subyek yang berjumlah besar (Sugiyono,

2013:124). Jadi jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari

0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.

Uji reliabilitas ini dilakukan untuk melihat apakah suatu

instrumen cukup dapat dipercaya atau tidak untuk digunakan

sebagai alat pengumpul data, apakah instrumen tersebut sudah baik

atau belum, sehingga akan menghasilkan data yang dapat dipercaya

pula. Dengan perkataan lain reliabilitas dipakai untuk menunjukkan

sejauhmana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila

pengukuran diulangi dua kali atau lebih. Secara umum kriteria

reliabilitas alpha dikatakan reliabel apabila koefisien alpha > 0,6.

b) Analisis Data Penelitian

Dalam penelitian ini, metode analisis data yang akan

digunakan adalah analisis Structural Equation Modelling (SEM).


71

Metode analisis ini digunakan untuk menganalisis pola hubungan

antar variabel.

Dalam penelitian ini analisis data menggunakan pendekatan

Partial Least Square (PLS). PLS adalah model persamaan Structural

Equation Modeling (SEM) yang berbasis komponen atau varian.

Ghozali (2008:18), PLS merupakan pendekatan alternatif yang

bergeser dari pendekatan SEM berbasis kovarian menjadi berbasis

varian. SEM yang berbasis kovarian umumnya menguji

kausalitas/teori sedangkan PLS lebih bersifat predictive model. PLS

merupakan metode analisis yang powerfull (Ghozali, 2008:18),

karena tidak didasarkan pada banyak asumsi, misalnya: data harus

terdistribusi normal, sampel tidak harus besar. Selain dapat

digunakan untuk mengkonfirmasi teori, PLS juga dapat digunakan

untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel laten. PLS

dapat sekaligus menganalisis konstruk yang dibentuk dengan

indikator reflektif dan formatif.

Ghozali (2008:19) tujuan PLS adalah membantu peneliti untuk

tujuan prediksi. Model formalnya mendefinisikan variabel laten

adalah linear agregat dari indikator-indikatornya. Weight estimate

untuk menciptakan komponen skor variabel laten didapat

berdasarkan bagaimana inner model (model struktural yang

menghubungkan antar variabel laten) dan outer model (model

pengukuran yaitu hubungan antara indikator dengan konstruknya)


72

dispesifikasi. Hasilnya adalah residual variance dari variabel

dependen.

Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat

dikategorikan menjadi tiga. Pertama, adalah weight estimate yang

digunakan untuk menciptakan skor variabel laten. Kedua,

mencerminkan estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan

variabel laten dan antar variabel laten dan indikatornya (loading).

Ketiga, berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai

konstanta regresi) untuk indikator dan variabel laten (Ghozali,

2008:19).

Langkah-langkah pemodelan persamaan struktural berbasis

PLS dengan software adalah sebagai berikut:

1. Langkah pertama: Merancang model struktural (inner model)

Perancangan model struktural hubungan antar variabel laten

pada PLS didasarkan pada rumusan masalah atau hipotesis

penelitian.

2. Langkah kedua: Merancang model pengukuran (outer model)

Perancangan model pengukuran (outer model) dalam PLS

sangat penting karena terkait dengan apakah indikator bersifat

refleksif atau formatif.

3. Langkah ketiga: Mengkonstruksi diagram jalur

Bilamana langkah satu dan dua sudah dilakukan, maka agar

hasilnya lebih mudah dipahami, hasil perancangan inner model


73

dan outer model tersebut, selanjutnya dinyatakan dalam bentuk

diagram jalur sebagai berikut:

Adapaun pengukuran inner dan outer model adalah sebagai

berikut :

1. Menilai outer model atau model pengukuran.

Suatu konsep dan model penelitian tidak dapat di uji

dalam suatu model prediksi hubungan relasional dan kausal

jika belum melewati tahap purifikasi dalam model pengukuran.

Model pengukuran sendiri digunakan untuk menguji validitas

konstruk dan reliabilitas instrument. Uji validitas dilakukan untuk

mengetahui kemampuan instrumen penelitin mengukur apa

yang seharusnya diukur (Jogiyanto, 2011: 69).


74

Validitas dinilai dengan cara melihat convergent validity

(besarnya original sample estimate / loading factor untuk

masing-masing konstruk). Loading factor diatas 0,70 sangat

direkomendasikan, namun demikian loading factor 0,50 – 0,60

masih dapat ditolerir sepanjang model masih dalam tahap

pengembangan. (Jogiyanto, 2011: 82).

Valid diskriminan dapat dilihat dari nilai average variance

extracted (AVE). Konstruk dengan validitas yang baik

dipersyaratkan nilai AVE harus diatas 0,50, apabila nilai AVE

diatas 0,50 artinya instrument variabel tersebut dikatan valid

diskriminan. Cara lain untuk mengetahui validitas diskriminan

variabel dapat diperoleh dari akar kuadrat AVE (√𝐴𝑉𝐸) suatu

konstruk dibandingkan dengan nilai korelasi antara konstruk

lainnya. Jika nilai lebih tinggi daripada korelasi antar konstruk

yang lain maka dapat disimpulkan instrument penelitian

memenuhi kriteria validitas diskriminan. (Jogiyanto, 2011: 82).

Sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk mengukur

konsistensi alat ukur dalam mengukur suatu konsep atau dapat

juga digunakan untuk mengukur konsistensi responden dalam

menjawab item pertanyaan dalam kuesioner atau instrument-

penelitian. Berikut akan dijelaskan lebih rinci tentang konsep

validitas dan reliabilitas dalam model pengukuran PLS.

(Jogiyanto, 2011: 70).


75

Untuk mengetahui reliabilitas semua konstruk dapat dilihat

dari nilai composite reliability. Konstruk reliabel jika nilai

composite reliability nilai diatas 0,70. Untuk cronbach alpha >

0,6. (Jogiyanto, 2011: 83).

2. Menilai Inner model atau model structural.

Model struktural dalam PLS di evaluasi dengan

menggunakan R2 untuk konstruk dependen, nilai koefisien path

atau t-values tiap path untuk uji signifikansi antar konstruk

dalam model structural. Nilai R2 digunakan untuk mengukur

tingkat variasi perubahan variabel independen terhadap

variabel dependen. Semakin tinggi nilai R2 berarti semakin baik

model prediksi dari model penelitian yang diajukan (Jogiyanto,

2011:72).

Nilai koefisien path atau inner model menunjukkan tingkat

signifikansi dalam pengujian hipotesis. Skor koefisien path atau

inner model yang ditunjukkan oleh nilai T-statistic harus diatas

1.96 untuk hipotesis dua ekor (two-tailed) dan diatas 1.64 untuk

hipotesis satu ekor (one-tailed) untuk pengujian hipotesis pada

alpha 5 persen dan power 80 persen (Jogiyanto, 2011:73).


76

BAB IV
REKAPITULASI JAWABAN RESPONDEN

4.1. Data Penelitian

4.1.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden penelitian ini menggambarkan

identitas responden berdasarkan jenis kelamin, usia, dan masa kerja

dari Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur. Dari responden sebanyak 33 orang, maka

dideskripsikan karakteristik responden sebagai berikut:

Tabel 4.1: Karakteristik Responden Penelitian


Karakteristik Responden Jumlah %
Jenis kelamin
1) Laki-laki 25 75%
2) Perempuan 8 25%
Usia responden
1) < 25 Tahun 3 10%
2) 26 – 35 Tahun 7 20%
3) 36 – 45 Tahun 15 45%
4) 46 – 50 Tahun 5 15%
5) > 50 Tahun 3 10%
Pendidikan
1) SMA / SMK 2 5%
2) D1 / D2 / D3 5 15%
3) S1 18 55%
4) S2 8 25%
5) S3 0 0%
Masa kerja
1) < 5 Tahun 26 80%
2) 10 – 20 Tahun 3 10%
3) 21 – 30 Tahun 3 8%
4) > 31 Tahun 1 2%
Sumber: Data Primer, diolah peneliti 2023.

Berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian

besar responden penelitian ini adalah jenis kelamin laki-laki yaitu


77

sebanyak 25 orang atau 75%. Berdasarkan usia responden

menunjukkan bahwa responden penelitian ini paling banyak berusia

36-45 tahun yaitu sebanyak 15 orang atau 45%. Berdasarkan

pendidikan responden menunjukkan bahwa responden penelitian ini

paling banyak berpendidikan S1 yaitu sebanyak 18 orang atau 55%.

Berdasarkan masa kerja menunjukkan bahwa responden penelitian

ini paling banyak memiliki masa kerja dibawah 5 tahun yaitu

sebanyak 26 orang atau 80%.

4.1.2. Deskripsi Variabel Penelitian

Teknik analisis deskripsi variabel penelitian menggunakan

skala Likert dengan memberikan angka minimum interval 1 dan

maksimal 5, kemudian dilakukan perhitungan rata-rata jawaban

responden. Kategori mean skor pertanyaan pada masing-masing

indikator ditentukan berdasarkan rentang skala kategori.

Sehingga posisi keputusannya menjadi:

Skor 1 – 1,79 : Sangat rendah

Skor 1,8 – 2,59 : Rendah

Skor 2,6 – 3,39 : Sedang

Skor 3,4 – 4,19 : Tinggi

Skor 4,2 – 5 : Sangat tinggi

Berdasarkan hasil tanggapan dari 33 responden tentang

variabel-variabel penelitian, maka peneliti akan menguraikan secara

rinci jawaban responden yang dikelompokkan dalam deskriptif

kualitatif, sebagai berikut:


78

1) Deskripsi Kepemimpinan transformasional

Untuk variabel persepsi Kepemimpinan transformasional pada

penelitian ini diukur menggunakan beberapa indikator. Jawaban

responden terkait dengan indikator untuk variabel persepsi

Kepemimpinan transformasional, adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2
Deskripsi Persepsi Kepemimpinan transformasional
Jawaban
No Pernyataan Mean
STS TS CS S SS
0% 0% 9,1% 27,3% 63,6%
1 (X1.1) 4,54
0 0 3 9 21
0% 0% 12,1% 42,4% 45,5%
2 (X1.2) 4,33
0 0 4 14 15
0% 0% 12,1% 9,1% 78,8%
3 (X1.3) 4,66
0 0 4 3 26
0% 0% 9,1% 15,2% 75,8%
4 (X1.4) 4,66
0 0 3 5 25
Sumber: Data Primer Diolah Penulis, 2023.

Dari Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pengaruh ideal: pimpinan

bisa memberikan penerapan perilaku yang baik kepada pegawai

dominan responden menjawab sangat setuju sebesar 63,6% atau 21

responden dengan nilai mean sebesar 4,54 dengan kategori sangat

tinggi. Motivasi yang menginspirasi: Pimpinan mampu mengarahkan

pegawai untuk tetap fokus dalam bekerja dominan responden

menjawab sangat setuju sebesar 45,5% atau 15 responden dengan

nilai mean sebesar 4,33 dengan kategori sangat tinggi. Rangsangan

intelektual: Pimpinan mengarahkan pegawai dominan responden

menjawab sangat setuju sebesar 78,8% atau 26 responden dengan

nilai mean sebesar 4,66 dengan kategori sangat tinggi.

Pertimbangan yang diadaptasi: Pimpinan mengajarkan kepada


79

pegawai dominan responden menjawab sangat setuju sebesar

75,8% atau 25 responden dengan nilai mean sebesar 4,66 dengan

kategori sangat tinggi.

2) Deskripsi Transfer pelatihan

Jawaban responden terkait dengan indikator untuk variabel

persepsi Transfer pelatihan, adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3
Deskripsi Persepsi Transfer pelatihan
Jawaban
No Pernyataan Mean
STS TS CS S SS
0% 0% 12,1% 27,3% 60,6%
1 (X2.1) 4,48
0 0 4 9 20
0% 0% 12,1% 30,3% 57,6%
2 (X2.2) 4,45
0 0 4 10 19
0% 6,1% 27,3% 30,3% 36,4%
3 (X2.3) 3,96
0 2 9 10 12
0% 0% 9,1% 27,3% 63,6%
4 (X2.4) 4,54
0 0 3 9 21
0% 0% 12,1% 24,2% 63,6%
5 (X2.5) 4,51
0 0 4 8 21
Sumber: Data Primer Diolah Penulis, 2023.

Dari Tabel 4.3 menunjukkan bahwa Penggunaan selanjutnya adalah

pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur yang telah mengikuti pelatihan dapat menerapkan

hasil pelatihan yang diterima untuk meningkatkan kinerjanya

dominan responden menjawab sangat setuju sebesar 60,6% atau 20

responden dengan nilai mean sebesar 4,48 dengan kategori sangat

tinggi. Frekuensi penggunaan, adalah kemampuan pegawai

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur

untuk terus menerus melakukan transfer of training di tempat kerja


80

dominan responden menjawab sangat setuju sebesar 57,6% atau 19

responden dengan nilai mean sebesar 4,45 dengan kategori sangat

tinggi. Peningkatan efektifitas adalah keadaan di mana pelatihan

yang diikuti pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya

Provinsi Kalimantan Timur mampu membantu pegawai mengerjakan

pekerjaan dengan lebih efektif dominan responden menjawab sangat

setuju sebesar 36,4% atau 12 responden dengan nilai mean sebesar

3,39 dengan kategori tinggi. Faster adalah pegawai Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur mampu

menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dari biasanya dominan

responden menjawab sangat setuju sebesar 63,6% atau 21

responden dengan nilai mean sebesar 4,54 dengan kategori sangat

tinggi. Fewer mistakes adalah pegawai Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur mampu untuk meminimalisir

terjadinya kesalahan di tempat kerja dominan responden menjawab

sangat setuju sebesar 63,6% atau 21 responden dengan nilai mean

sebesar 4,51 dengan kategori sangat tinggi.

3) Deskripsi Keterlibatan pegawai

Untuk variabel persepsi Keterlibatan pegawai pada penelitian ini

diukur menggunakan beberapa indikator. Jawaban indikator untuk

variabel persepsi Keterlibatan pegawai, sebagai berikut:

Tabel 4.4
Deskripsi Persepsi Keterlibatan pegawai
Jawaban
No Pernyataan Mean
STS TS CS S SS
1 (X3.1) 0% 0% 18,2% 36,4% 45,5% 4,27
81

Jawaban
No Pernyataan Mean
STS TS CS S SS
0 0 6 12 15
0% 3% 9,1% 36,4% 51,5%
2 (X3.2) 4,36
0 1 3 12 17
0% 3% 15,2% 27,3% 54,5%
3 (X3.3) 4,33
0 1 5 9 18
Sumber: Data Primer Diolah Penulis, 2023.

Dari Tabel 4.4 menunjukkan bahwa indikator Vigor pegawai

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur

mempunyai keinginan untuk memberikan usaha optimal terhadap

pekerjaan dominan responden menjawab sangat setuju sebesar

45,5% atau 15 responden dengan nilai mean sebesar 4,27 dengan

kategori sangat tinggi. Dedication adalah pegawai Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur memiliki rasa

antusias terhadap pekerjaannya dominan responden menjawab

sangat setuju sebesar 51,5% atau 17 responden dengan nilai mean

sebesar 4,36 dengan kategori sangat tinggi. Absorption adalah

pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur mampu berkonsentrasi penuh ketika terlibat dalam

pekerjaan dominan responden menjawab sangat setuju sebesar

54,5% atau 18 responden dengan nilai mean sebesar 4,33 dengan

kategori sangat tinggi.

4) Deskripsi Kepuasan kerja

Untuk variabel persepsi Kepuasan kerja pada penelitian ini

diukur menggunakan beberapa indikator. Jawaban responden terkait


82

dengan indikator untuk variabel persepsi Kepuasan kerja, adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.5
Deskripsi Persepsi Kepuasan kerja
Jawaban
No Pernyataan Mean
STS TS CS S SS
0% 0% 9,1% 24,2% 66,7%
1 (Y1.1) 4,57
0 0 3 8 22
0% 12,1% 21,2% 45,5% 21,2%
2 (Y1.2) 3,75
0 4 7 15 7
0% 0% 6,1% 48,5% 45,5%
3 (Y1.3) 4,39
0 0 2 16 15
0% 0% 12,1% 15,2% 72,7%
4 (Y1.4) 4,60
0 0 4 5 24
15,2% 15,2% 24,2% 27,3% 18,2%
5 (Y1.5) 3,18
5 5 8 9 6
Sumber: Data Primer Diolah Penulis, 2023.

Dari Tabel 4.5 menunjukkan bahwa indikator Pegawai Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur puas terhadap

pekerjaan itu sendiri (work itself) dominan responden menjawab

sangat setuju sebesar 66,7% atau 22 responden dengan nilai mean

sebesar 4,57 dengan kategori sangat tinggi. Pegawai Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur puas terhadap

gaji atau upah (pay) dominan responden menjawab setuju sebesar

45,5% atau 15 responden dengan nilai mean sebesar 3,75 dengan

kategori tinggi. Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya

Provinsi Kalimantan Timur puas terhadap promosi (promotion)

dominan responden menjawab setuju sebesar 48,5% atau 16

responden dengan nilai mean sebesar 4,39 dengan kategori sangat

tinggi. Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur puas terhadap hubungan dengan atasan


83

(supervision) dominan responden menjawab sangat setuju sebesar

72,7% atau 24 responden dengan nilai mean sebesar 4,60 dengan

kategori sangat tinggi. Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti

Satya Provinsi Kalimantan Timur puas terhadap teman sekerja

(workers)dominan responden menjawab setuju sebesar 27,3% atau

9 responden dengan nilai mean sebesar 3,18 dengan kategori

sedang.

5) Deskripsi Kinerja pegawai

Untuk variabel persepsi kinerja pegawai pada penelitian ini

diukur menggunakan beberapa indikator. Jawaban responden terkait

dengan indikator untuk variabel persepsi kinerja pegawai, adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.5
Deskripsi Persepsi Kinerja pegawai
Jawaban
No Pernyataan Mean
STS TS CS S SS
0% 3% 15,2% 24,2% 57,6%
1 (Y2.1) 4,36
0 1 5 8 19
0% 3% 12,1% 18,2% 66,7%
2 (Y2.2) 4,48
0 1 4 6 22
0% 3% 9,1% 33,3% 54,5%
3 (Y2.3) 4,39
0 1 3 11 18
0% 3% 12,1% 21,1% 63,6%
4 (Y2.4) 4,45
0 1 4 7 21
0% 0% 6,1% 24,2% 69,7%
5 (Y2.5) 4,63
0 0 2 8 23
0% 0% 18,2% 30,3% 51,5%
6 (Y2.6) 4,33
0 0 6 10 17
21,2% 6,1% 12,1% 15,2% 45,5%
7 (Y2.7) 3,57
7 2 4 5 15
Sumber: Data Primer Diolah Penulis, 2023.
84

Dari Tabel 4.5 menunjukkan bahwa indikator Kuantitas. Hasil kerja

yang pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur kerjakan sesuai dengan target kuantitas yang

ditetapkan dominan responden menjawab sangat setuju sebesar

57,6% atau 19 responden dengan nilai mean sebesar 4,36 dengan

kategori sangat tinggi. Kualitas hasil kerja yang pegawai Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur kerjakan

sesuai dengan target kualitas yang ditetapkan dominan responden

menjawab sangat setuju sebesar 66,7% atau 22 responden dengan

nilai mean sebesar 4,48 dengan kategori sangat tinggi. Waktu. Hasil

kerja yang pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur kerjakan sesuai dengan target waktu yang

ditetapkan dominan responden menjawab sangat setuju sebesar

54,5% atau 18 responden dengan nilai mean sebesar 4,39 dengan

kategori sangat tinggi. Orientasi pelayanan. Pegawai Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur bertekad

memberikan pengabdian terbaik untuk Perusahaan Daerah dominan

responden menjawab sangat setuju sebesar 63,6% atau 21

responden. Integritas dengan nilai mean sebesar 4,45 dengan

kategori sangat tinggi. Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti

Satya Provinsi Kalimantan Timur telah terbiasa mematuhi aturan

yang ada dominan responden menjawab sangat setuju sebesar

69,7% atau 23 responden dengan nilai mean sebesar 4,63 dengan

kategori sangat tinggi. Disiplin. Pegawai Perusahaan Daerah Melati


85

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur selalu menghindari

pelanggaran aturan di Perusahaan Daerah dominan responden

menjawab sangat setuju sebesar 51,5% atau 17 responden dengan

nilai mean sebesar 4,33 dengan kategori sangat tinggi. Kerjasama.

Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur merasa nyaman untuk bekerjasama dengan rekan

kerja dominan responden menjawab sangat setuju sebesar 45,5%

atau 15 responden dengan nilai mean sebesar 4,57 dengan kategori

tinggi.
86

BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Penelitian

Berdasarkan nilai loading factor untuk masing-masing indikator

dari beberapa variabel sehingga diperoleh model penelitian yang

mula-mula dengan gambar sebagai berikut:

Gambar 5.1:
Loading Factors (sebelum eliminasi)
87

Berdasarkan gambar tersebut diatas nampak bahwa loading

factor X2.3, Y1.2, Y1.5, Y2.6, Y2.7 nilainya dibawah atau lebih kecil

dibandingkan dengan 0.50 sehingga penelitian dapat dilanjutkan

untuk mengetahui loading factor setelah eliminasi. Berdasarkan nilai

loading factor untuk masing-masing indikator dari beberapa variabel

sehingga diperoleh model penelitian yang baru dengan gambar

sebagai berikut:

Gambar 5.2:
Loading Factors (setelah eliminasi)
88

Berdasarkan gambar tersebut diatas nampak bahwa semua

loading factor nilainya 0.50 sehingga penelitian dapat dilanjutkan

untuk menganalisis model pengukuran atau outer model dan model

structural atau inner model.

a. Model Pengukuran atau Outer Model

1. Convergent Validity

Validitas dinilai dengan cara melihat convergent validity

(besarnya original sample estimate/loading factor untuk masing-

masing konstruk). Loading factor diatas 0,70 sangat

direkomendasikan, namun demikian loading factor 0,50 – 0,60 masih

dapat ditolerir sepanjang model masih dalam tahap pengembangan.

Dari hasil output model penelitian ditemukan loading factor diatas

0,50 dan T-Statistik signifikan (> 1,96 atau p-value < 0,05). Hal ini

terlihat dari tabel 5.1. Resulte for Outer Loading dimana original

sample estimation > 0,50 dan T-Statistic > 1,96 sehingga instrument

penelitian dikatakan memenuhi covergant validity.

Tabel 5.1: Results for Outer Loadings


Original T P
Outer Loadings
Sample Statistics Values
X1.1  Kepemimpinan Transformasional (X1) 0,854 11,334 0,000
X1.2  Kepemimpinan Transformasional (X1) 0,725 6,489 0,000
X1.3  Kepemimpinan Transformasional (X1) 0,915 23,374 0,000
X1.4  Kepemimpinan Transformasional (X1) 0,914 15,479 0,000
X2.1  Transfer Pelatihan (X2) 0,879 14,897 0,000
X2.2  Transfer Pelatihan (X2) 0,761 5,990 0,000
X2.4  Transfer Pelatihan (X2) 0,833 11,531 0,000
X2.5  Transfer Pelatihan (X2) 0,872 16,713 0,000
X3.1  Keterlibatan Pegawai (X3) 0,927 11,085 0,000
X3.2  Keterlibatan Pegawai (X3) 0,981 12,861 0,000
X3.3  Keterlibatan Pegawai (X3) 0,964 11,497 0,000
Y1.1  Kepuasan Kerja (Y1) 0,875 15,277 0,000
89

Original T P
Outer Loadings
Sample Statistics Values
Y1.3  Kepuasan Kerja (Y1) 0,832 12,168 0,000
Y1.4  Kepuasan Kerja (Y1) 0,836 7,918 0,000
Y2.1  Kinerja Pegawai (Y2) 0,892 28,437 0,000
Y2.2  Kinerja Pegawai (Y2) 0,956 44,654 0,000
Y2.3  Kinerja Pegawai (Y2) 0,936 28,783 0,000
Y2.4  Kinerja Pegawai (Y2) 0,878 12,154 0,000
Y2.5  Kinerja Pegawai (Y2) 0,858 10,042 0,000
Sumber: Output SmartPLS

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui melalui original sample

estimate indikator yang memberikan pengaruh dominan terhadap

masing- masing variabel eksogen dan endogen dalam penelitian

dengan keterangan sebagai berikut:

a) Indikator yang memberikan pengaruh terhadap Kepemimpinan

transformasional dengan nilai paling tinggi adalah indikator X1.3.

b) Indikator yang memberikan pengaruh terhadap transfer

pelatihan dengan nilai paling tinggi adalah indikator X2.1.

c) Indikator yang memberikan pengaruh terhadap keterlibatan

pegawai dengan nilai paling tinggi adalah indikator X3.2.

d) Indikator yang memberikan pengaruh terhadap kepuasan kerja

dengan nilai paling tinggi adalah indikator Y1.1.

e) Indikator yang memberikan pengaruh terhadap kinerja dengan

nilai paling tinggi adalah indikator Y2.2.

2. Discriminant Validity

Untuk mengetahui variabel dapat dikatakan valid diskriminan

dapat dilihat dari nilai average variance extracted (AVE). Konstruk

dengan validitas yang baik dipersyaratkan nilai AVE harus diatas


90

0,50. Average Variance Extracted menunjukan nilai AVE diatas 0,50

artinya instrument variabel tersebut dikatan valid diskriminan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa nilai dari

Average Variance Extracted (AVE) adalah sebagai berikut:

a) Kepemimpinan transformasional (X1) = 0,732 > 0,50 (Valid)

b) Transfer pelatihan (X2) = 0,701 > 0,50 (Valid)

c) Keterlibatan pegawai (X3) = 0,917 > 0,50 (Valid)

d) Kepuasan kerja (Y1) = 0,719 > 0,50 (Valid)

e) Kinerja pegawai (Y2) = 0,818 > 0,50 (Valid)

3. Composite Reliability

Untuk mengetahui reliabilitas semua konstruk dapat dilihat dari

nilai composite reliability. Konstruk reliabel jika nilai composite

reliability nilai diatas 0,70. Hasil output menunjukkan seluruh

konstruk pada variabel Kepemimpinan transformasional, transfer

pelatihan, keterlibatan pegawai, kepuasan kerja dan kinerja reliabel

karena nilai composite reliability > 0,70, dengan keterangan tabel

sebagai berikut:

Tabel 5.2: Composite Reliability


Composite
Variabel Keterangan
Reliability
Kepemimpinan transformasional (X1) 0,915 >0,70 (Reliabel)
Transfer pelatihan (X2) 0,904 >0,70 (Reliabel)
Keterlibatan pegawai (X3) 0,971 >0,70 (Reliabel)
Kepuasan kerja (Y1) 0,885 >0,70 (Reliabel)
Kinerja pegawai (Y2) 0,957 >0,70 (Reliabel)
Sumber: Output SmartPLS
91

b. Model Struktural atau Inner Model

1. Pemeriksaan Goodness of Fit Model

Pemeriksaan model dapat dilihat dari nilai R2 (R-square).

Artinya model dapat menjelaskan fenomena atau variasi kepuasan

kerja dapat dijelaskan oleh variabel Kepemimpinan transformasional,

transfer pelatihan dan keterlibatan pegawai sebesar 81 persen

(0,810 x 100%) sedangkan sisanya dijelaskan oleh variasi variabel

lain diluar dari model penelitian sebesar 19 (100% - 81%).

Fenomena atau variasi kinerja dapat dijelaskan oleh variabel

Kepemimpinan transformasional, transfer pelatihan dan keterlibatan

pegawai serta kepuasan kerja sebesar 84,6 persen (0,846 x 100%)

sedangkan sisanya dijelaskan oleh variasi variabel lain diluar dari

model penelitian sebesar 15,4 persen (100% - 84,6%), dengan

penjelasan tabel dibawah ini:

Tabel 5.3: R – square


R – square
Kepemimpinan transformasional
Transfer pelatihan
Keterlibatan pegawai
Kepuasan kerja 0,810
Kinerja 0,846
Sumber: Output SmartPLS

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dibuat persamaan untuk menghitung

Q-square predictive relevance, sebagai berikut:

Q2 = 1 – (1 – R12) (1 – R22)

= 1 – (1 – 0,810) (1 – 0,846) = 0,970


92

Hasil perhitungan memperlihatkan nilai predictive relevance sebesar

0,970 atau 97%, sehingga model layak dikatakan memiliki nilai

prediktif yang relevan. Nilai predictive relevance sebesar 97%

mengindikasikan bahwa keragaman data yang dapat dijelaskan oleh

model tersebut adalah sebesar 97% atau dengan kata lain informasi

yang terkandung dalam data 97% dapat dijelaskan oleh model

tersebut. Sedangkan sisanya 3% dijelaskan oleh variabel lain (yang

belum terkandung dalam model) dan error. Hasil ini dikatakan bahwa

model SmartPLS yang terbentuk sudah cukup baik, karena dapat

menjelaskan 97% dari informasi secara keseluruhan, sehingga layak

untuk diinterpretasikan.

2. Pengujian t-test

Pada program smartPLS dilakukan dengan t-test pada masing-

masing jalur. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 5.4 dibawah ini:

Tabel 5.4: Results for Inner Weights


Original T P
Path Coefficients Justifikasi
Sample Statistics Values

Pengaruh Langsung (Direct Effect)

Kepemimpinan
Positif
transfromasional (X1) → 0,561 4,938 0,000
signifikan
Kepuasan kerja (Y1)
Transfer pelatihan (X2) → Positif
0,417 3,345 0,001
Kepuasan kerja (Y1) signifikan
Keterlibatan pegawai (X3) Positif tidak
0,170 1,578 0,115
→ Kepuasan kerja (Y1) signifikan
Kepemimpinan
Positif tidak
transfromasional (X1) → 0,138 0,647 0,518
signifikan
Kinerja pegawai (Y2)
Transfer pelatihan (X2) → Positif
0,447 2,230 0,026
Kinerja pegawai (Y2) signifikan
Keterlibatan pegawai (X3) Negatif tidak
-0,018 0,266 0,790
→ Kinerja pegawai (Y2) signifikan
Kepuasan kerja (Y1) → Positif tidak
0,344 1,455 0,146
Kinerja pegawai (Y2) signifikan
93

Original T P
Path Coefficients Justifikasi
Sample Statistics Values

Pengaruh tidak Langsung (Indirect Effect)

Kepemimpinan
transfromasional (X1) → Positif tidak
0,193 1,368 0,172
Kepuasan kerja (Y1) → signifikan
Kinerja pegawai (Y2)
Transfer pelatihan (X2) →
Positif tidak
Kepuasan kerja (Y1) → 0,143 1,288 0,198
signifikan
Kinerja pegawai (Y2)
Keterlibatan pegawai (X3)
Positif tidak
→ Kepuasan kerja (Y1) → 0,059 0,874 0,382
signifikan
Kinerja pegawai (Y2)
Sumber: Output SmartPLS

Berdasarkan tabel 5.4 maka dapat diketahui pengaruh positif

dan tingkat signifikansi masing-masing variabel, apabila T-Statistic >

1.96 berarti variabel eksogen memberikan pengaruh signifikan

terhadap variabel endogen dan apabila T-Statistic < 1.96 maka

variabel eksogen memberikan pengaruh tidak signifikan terhadap

variabel endogen dengan penjelasan sebagai berikut:

1) Pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan

kerja; kepemimpinan transformasional memberikan pengaruh

positif terhadap kepuasan kerja dengan nilai koefisien sebesar

0,561 dapat diketahui pula bahwa kepemimpinan

transformasional memberikan pengaruh signifikan terhadap

kepuasan kerja pegawai pada Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur hal ini dapat dibuktikan

melalui nilai t statistic (1,96 < 4,938) dan nilai p values (0,05 >

0,000).

2) Pengaruh transfer pelatihan terhadap kepuasan kerja; transfer

pelatihan memberikan pengaruh positif terhadap kepuasan


94

kerja dengan nilai koefisien sebesar 0,417 dapat diketahui pula

bahwa transfer pelatihan memberikan pengaruh signifikan

terhadap kepuasan kerja pegawai pada Perusahaan Daerah

Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur hal ini dapat

dibuktikan melalui nilai t statistic (1,96 < 3,345) dan nilai p

values (0,05 > 0,001).

3) Pengaruh keterlibatan pegawai terhadap kepuasan kerja;

keterlibatan pegawai memberikan pengaruh positif terhadap

kepuasan kerja dengan nilai koefisien sebesar 0,170 dapat

diketahui pula bahwa keterlibatan pegawai memberikan

pengaruh tidak signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai

pada Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur hal ini dapat dibuktikan melalui nilai t statistic

(1,96 > 1,578) dan nilai p values (0,05 < 0,115).

4) Pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kinerja;

kepemimpinan transformasional memberikan pengaruh positif

terhadap kinerja pegawai dengan nilai koefisien sebesar 0,138

dapat diketahui pula bahwa kepemimpinan transformasional

memberikan pengaruh tidak signifikan terhadap kinerja

Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur hal ini dapat dibuktikan melalui nilai t statistic

(1,96 > 0,647) dan nilai p values (0,05 < 0,518).

5) Pengaruh transfer pelatihan terhadap kinerja; transfer pelatihan

memberikan pengaruh positif terhadap kinerja pegawai dengan


95

nilai koefisien sebesar 0,447 dapat diketahui pula bahwa

transfer pelatihan memberikan pengaruh signifikan terhadap

kinerja Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya

Provinsi Kalimantan Timur hal ini dapat dibuktikan melalui nilai t

statistic (1,96 < 2,230) dan nilai p values (0,05 > 0,026).

6) Pengaruh keterlibatan pegawai terhadap kinerja; keterlibatan

pegawai memberikan pengaruh negatif terhadap kinerja

pegawai dengan nilai koefisien sebesar -0,018 dapat diketahui

pula bahwa keterlibatan pegawai memberikan pengaruh tidak

signifikan terhadap kinerja Pegawai Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur hal ini dapat dibuktikan

melalui nilai t statistic (1,96 > 0,266) dan nilai p values (0,05 <

0,790).

7) Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja; kepuasan kerja

memberikan pengaruh positif terhadap kinerja pegawai dengan

nilai koefisien sebesar 0,344 dapat diketahui pula bahwa

kepuasan kerja memberikan pengaruh tidak signifikan terhadap

kinerja Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya

Provinsi Kalimantan Timur hal ini dapat dibuktikan melalui nilai t

statistic (1,96 > 1,455) dan nilai p values (0,05 < 0,146).

8) Pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kinerja

melalui kepuasan kerja; kepemimpinan transformasional

memberikan pengaruh positif terhadap kinerja pegawai melalui

kepuasan kerja dengan nilai koefisien sebesar 0,193 dapat


96

diketahui pula bahwa kepemimpinan transformasional

memberikan pengaruh tidak signifikan terhadap kinerja

Pegawai melalui kepuasan kerja Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur hal ini dapat dibuktikan

melalui nilai t statistic (1,96 > 1,368) dan nilai p values (0,05 <

0,172).

9) Pengaruh transfer pelatihan terhadap kinerja melalui kepuasan

kerja; transfer pelatihan memberikan pengaruh positif terhadap

kinerja pegawai melalui kepuasan kerja dengan nilai koefisien

sebesar 0,143 dapat diketahui pula bahwa transfer pelatihan

memberikan pengaruh tidak signifikan terhadap kinerja

Pegawai melalui kepuasan kerja Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur hal ini dapat dibuktikan

melalui nilai t statistic (1,96 > 1,288) dan nilai p values (0,05 <

0,198).

10) Pengaruh keterlibatan pegawai terhadap kinerja melalui

kepuasan kerja; keterlibatan pegawai memberikan pengaruh

positif terhadap kinerja pegawai melalui kepuasan kerja dengan

nilai koefisien sebesar 0,059 dapat diketahui pula bahwa

keterlibatan pegawai memberikan pengaruh tidak signifikan

terhadap kinerja Pegawai melalui kepuasan kerja Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur hal ini

dapat dibuktikan melalui nilai t statistic (1,96 > 0,874) dan nilai p

values (0,05 < 0,382).


97

5.2. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diperoleh persamaan

pengaruh Kepemimpinan transformasional, transfer pelatihan dan

keterlibatan pegawai terhadap kepuasan kerja serta pengaruh

Kepemimpinan transformasional, transfer pelatihan dan keterlibatan

pegawai terhadap kepuasan kerja dan kinerja sebagai berikut:

1. Kepemimpinan transformasional dengan kepuasan kerja

Pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kepuasan

kerja; kepemimpinan transformasional memberikan pengaruh positif

terhadap kepuasan kerja dengan nilai koefisien sebesar 0,561 dapat

diketahui pula bahwa kepemimpinan transformasional memberikan

pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai pada

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur

hal ini dapat dibuktikan melalui nilai t statistic (1,96 < 4,938) dan nilai

p values (0,05 > 0,000), hal ini mempunyai makna bahwa apabila

kepemimpinan transformasional mengalami peningkatan maka

kepuasan kerja juga akan mengalami peningkatan, setiap

peningkatan kepemimpinan transformasional akan mampu

meningkatkan kepuasan kerja secara nyata atau signifikan kepada

pegawai.

Kepemimpinan transformasional Indikator yang memberikan

pengaruh terhadap Kepemimpinan transformasional dengan nilai

paling tinggi adalah indikator Rangsangan intelektual: Pimpinan

mengarahkan pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya


98

Provinsi Kalimantan Timur kepada sikap yakin kepada kemampuan

sendiri memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap

kepuasan kerja pegawai Indikator yang memberikan pengaruh

terhadap kepuasan kerja dengan nilai paling tinggi adalah indikator

Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur puas terhadap pekerjaan itu sendiri (work itself),

hal ini mempunyai makna bahwa kepemimpinan transformasional

yang diukur melalui Pengaruh ideal: Pimpinan bisa memberikan

penerapan perilaku yang baik kepada pegawai Perusahaan Daerah

Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur. Motivasi yang

menginspirasi: Pimpinan mampu mengarahkan pegawai Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur untuk tetap

fokus saat bekerja. Rangsangan intelektual: Pimpinan mengarahkan

pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur kepada sikap yakin kepada kemampuan sendiri.

Pertimbangan yang diadaptasi: Pimpinan mengajarkan kepada

pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur bagaimana untuk bekerja dengan baik agar target

pekerjaan yang ingin dicapai dapat terealisasi telah mampu

mendorong peningkatan kepuasan kerja pegawai yang diukur

melalui Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur puas terhadap pekerjaan itu sendiri (work itself).

Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur puas terhadap promosi (promotion). Pegawai


99

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur

puas terhadap hubungan dengan atasan (supervision).

Kepemimpinan yang ditampilkan seorang pemimpin

transformasional diharapkan dapat meningkatkan upaya bawahan

untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Kepemimpinan ini

merupakan salah satu Kepemimpinan yang mulai diperhitungkan

kegunaannya dalam menghadapi perubahan satu organisasi.

Kepemimpinan transformasional menyangkut bagaimana mendorong

orang lain untuk berkembang dan menghasilkan performa melebihi

standar yang diharapkan (Bass, 2016:202). Pimpinan yang memiliki

gaya transformasional mampu menginspirasi orang lain untuk

melihat masa depan dengan optimis, memproyeksikan visi yang

ideal, dan mampu mengkomunikasikan bahwa visi tersebut sehingga

dapat dicapai (Robbins, 2017:207). Penelitian yang dilakukan oleh

Andreani & Petrik (2016), Malik et al. (2017), Pratama (2016),

Mangkunegara & Miftahuddin (2016), Mohammad et al. (2011),

Qabool & Jalees (2017), Muslichah & Asrori (2018) menyatakan

bahwa kepemimpinan transformasional memberikan pengaruh positif

dan signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai.

2. Transfer pelatihan dengan kepuasan kerja

Pengaruh transfer pelatihan terhadap kepuasan kerja; transfer

pelatihan memberikan pengaruh positif terhadap kepuasan kerja

dengan nilai koefisien sebesar 0,417 dapat diketahui pula bahwa

transfer pelatihan memberikan pengaruh signifikan terhadap


100

kepuasan kerja pegawai pada Perusahaan Daerah Melati Bhakti

Satya Provinsi Kalimantan Timur hal ini dapat dibuktikan melalui nilai

t statistic (1,96 < 3,345) dan nilai p values (0,05 > 0,001), hal ini

mempunyai makna bahwa apabila transfer pelatihan mengalami

peningkatan maka kepuasan kerja juga akan mengalami

peningkatan, setiap peningkatan transfer pelatihan akan mampu

meningkatkan kepuasan kerja secara nyata atau signifikan kepada

pegawai.

Transfer pelatihan Indikator yang memberikan pengaruh

terhadap transfer pelatihan dengan nilai paling tinggi adalah indikator

Penggunaan selanjutnya adalah pegawai Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur yang telah mengikuti

pelatihan dapat menerapkan hasil pelatihan yang diterima untuk

meningkatkan kinerjanya memberikan pengaruh positif dan signifikan

terhadap kepuasan kerja pegawai Indikator yang memberikan

pengaruh terhadap kepuasan kerja dengan nilai paling tinggi adalah

indikator Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur puas terhadap pekerjaan itu sendiri (work itself),

hal ini mempunyai makna bahwa Transfer pelatihan yang diukur

melalui Penggunaan selanjutnya adalah pegawai Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur yang telah

mengikuti pelatihan dapat menerapkan hasil pelatihan yang diterima

untuk meningkatkan kinerjanya. Frekuensi penggunaan, adalah

kemampuan pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya


101

Provinsi Kalimantan Timur untuk terus menerus melakukan transfer

of training di tempat kerja. Faster adalah pegawai Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur mampu

menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dari biasanya. Fewer

mistakes adalah pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya

Provinsi Kalimantan Timur mampu untuk meminimalisir terjadinya

kesalahan di tempat kerja telah mampu mendorong peningkatan

kepuasan kerja pegawai yang diukur melalui Pegawai Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur puas

terhadap pekerjaan itu sendiri (work itself). Pegawai Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur puas

terhadap promosi (promotion). Pegawai Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur puas terhadap hubungan

dengan atasan (supervision).

Pelaksanaan pelatihan mempunyai hubungan yang erat serta

mempunyai arah yang sama, yaitu meningkatkan skill, knowledge,

dan attitude dari pegawai. Karena faktor yang mempengaruhi

pencapaian kerja adalah kepuasan pegawai (satisfaction).

Peningkatan pelatihan dalam sebuah organisasi akan mampu

meningkatkan kepuasan kerja secara langsung dan signifikan

(Bernardin & Russel, 2010:102). Penelitian yang dilakukan oleh

Zumrah et al. (2013), Diliantari & Dewi (2019), Vasudevan (2014)

menyatakan bahwa transfer pelatihan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai.


102

3. Keterlibatan pegawai dengan kepuasan kerja

Pengaruh keterlibatan pegawai terhadap kepuasan kerja;

keterlibatan pegawai memberikan pengaruh positif terhadap

kepuasan kerja dengan nilai koefisien sebesar 0,170 dapat diketahui

pula bahwa keterlibatan pegawai memberikan pengaruh tidak

signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai pada Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur hal ini dapat

dibuktikan melalui nilai t statistic (1,96 > 1,578) dan nilai p values

(0,05 < 0,115), hal ini mempunyai makna bahwa apabila keterlibatan

pegawai mengalami peningkatan maka kepuasan kerja juga akan

mengalami peningkatan, setiap peningkatan keterlibatan pegawai

belum mampu meningkatkan kepuasan kerja secara nyata atau

signifikan kepada pegawai.

Keterlibatan pegawai Indikator yang memberikan pengaruh

terhadap keterlibatan pegawai dengan nilai paling tinggi adalah

indikator Dedication adalah pegawai Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur memiliki rasa antusias

terhadap pekerjaannya memberikan pengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai Indikator yang

memberikan pengaruh terhadap kepuasan kerja dengan nilai paling

tinggi adalah indikator Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti

Satya Provinsi Kalimantan Timur puas terhadap pekerjaan itu sendiri

(work itself), hal ini mempunyai makna bahwa Keterlibatan pegawai

yang diukur melalui Vigor pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti


103

Satya Provinsi Kalimantan Timur mempunyai keinginan untuk

memberikan usaha optimal terhadap pekerjaan. Dedication adalah

pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur memiliki rasa antusias terhadap pekerjaannya.

Absorption adalah pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya

Provinsi Kalimantan Timur mampu berkonsentrasi penuh ketika

terlibat dalam pekerjaan belum mampu mendorong peningkatan

kepuasan kerja pegawai yang diukur melalui Pegawai Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur puas

terhadap pekerjaan itu sendiri (work itself). Pegawai Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur puas

terhadap promosi (promotion). Pegawai Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur puas terhadap hubungan

dengan atasan (supervision).

Robbins & Judge (2015:142) keterlibatan kerja diartikan

sebagai suatu ukuran sampai dimana individu secara psikologis

memihak pekerjaan mereka dan menganggap penting tingkat kinerja

yang dicapai sebagai penghargaan diri. Keterlibatan kerja

mempunyai konsekuensi berupa hasil kerja, yang diantaranya adalah

kinerja. Oleh karena itu dengan semakin terlibat dalam

pekerjaannya, pegawai diharapkan dapat menghasilkan kinerja yang

lebih baik karena individu dengan tingkat keterlibatan yang tingi pada

pekerjaannya akan memandang bahwa pekerjaan mereka

merupakan bagian yang penting dari kehidupan pegawai. Penelitian


104

yang dilakukan oleh Markos & Sridevi (2010), Arifin et al. (2019),

Perangin-Angin et al. (2020) menyatakan bahwa keterlibatan

pegawai berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja

pegawai, berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh

Bellani et al. (2018), Sumarni et al. (2019), Sulistiono et al. (2019)

menyatakan bahwa keterlibatan pegawai tidak berpengaruh

signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai.

4. Kepemimpinan transformasional dengan Kinerja

Pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kinerja;

kepemimpinan transformasional memberikan pengaruh positif

terhadap kinerja pegawai dengan nilai koefisien sebesar 0,138 dapat

diketahui pula bahwa kepemimpinan transformasional memberikan

pengaruh tidak signifikan terhadap kinerja Pegawai Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur hal ini dapat

dibuktikan melalui nilai t statistic (1,96 > 0,647) dan nilai p values

(0,05 < 0,518), hal ini mempunyai makna bahwa apabila

kepemimpinan transformasional mengalami peningkatan maka

kinerja pegawai juga akan mengalami peningkatan, akan tetapi

dalam penelitian ini setiap peningkatan kepemimpinan

transformasional belum mampu meningkatkan kinerja pegawai

secara nyata atau signifikan.

Indikator kepemimpinan transformasional yang memberikan

pengaruh terhadap Kepemimpinan transformasional dengan nilai

paling tinggi adalah indikator Rangsangan intelektual: Pimpinan


105

mengarahkan pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya

Provinsi Kalimantan Timur kepada sikap yakin kepada kemampuan

sendiri memberikan pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

kinerja pegawai Indikator yang memberikan pengaruh terhadap

kinerja dengan nilai paling tinggi adalah indikator Kualitas. Hasil kerja

yang pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur kerjakan sesuai dengan target kualitas yang

ditetapkan, hal ini mempunyai makna bahwa Kepemimpinan

transformasional yang diukur melalui belum mampu mendorong

peningkatan kinerja pegawai yang diukur melalui Kuantitas. Hasil

kerja yang pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur kerjakan sesuai dengan target kuantitas yang

ditetapkan. Kualitas. Hasil kerja yang pegawai Perusahaan Daerah

Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur kerjakan sesuai

dengan target kualitas yang ditetapkan. Waktu. Hasil kerja yang

pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur kerjakan sesuai dengan target waktu yang

ditetapkan. Orientasi pelayanan. Pegawai Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur bertekad memberikan

pengabdian terbaik untuk Perusahaan Daerah. Integritas. Pegawai

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur

telah terbiasa mematuhi aturan yang ada.

Kepemimpinan transformasional merupakan salah satu faktor

yang berkaitan dengan kegiatan serta proses pengarahan dan


106

pendelegasian orang lain dalam mencapai tujuan tertentu (Robbins &

Judge, 2015:204). Bass (2016:210) mengatakan bahwa,

kepemimpinan transformasional berbeda dengan kepemimpinan

transaksional dalam dua hal. Pertama, pemimpin transformasional

bertindak efektif, karena mengenali kebutuhan bawahan. Berbeda

dengan kepemimpinan transaksional yang bertindak aktif. Kedua,

pemimpin transformasional yang efektif berusaha menaikkan

kebutuhan bawahan sehingga, dapat meningkatkan kerja dan

mendorong bawahan untuk lebih maju dalam pencapaian kinerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2016), Mangkunegara &

Miftahuddin (2016), Qabool & Jalees (2017) menyatakan bahwa

kepemimpinan transformasional berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja pegawai. Berbeda halnya dengan penelitian yang

dilakukan oleh Marnis (2012) menyatakan bahwa kepemimpinan

transformasional memberikan pengaruh tidak signifikan terhadap

kinerja pegawai.

5. Transfer pelatihan dengan Kinerja

Pengaruh transfer pelatihan terhadap kinerja; transfer pelatihan

memberikan pengaruh positif terhadap kinerja pegawai dengan nilai

koefisien sebesar 0,447 dapat diketahui pula bahwa transfer

pelatihan memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja Pegawai

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur

hal ini dapat dibuktikan melalui nilai t statistic (1,96 < 2,230) dan nilai

p values (0,05 > 0,026), hal ini mempunyai makna bahwa apabila
107

transfer pelatihan mengalami peningkatan maka kinerja pegawai

juga akan mengalami peningkatan, setiap peningkatan transfer

pelatihan mampu meningkatkan kinerja pegawai secara nyata atau

signifikan.

Indikator yang memberikan pengaruh terhadap transfer

pelatihan dengan nilai paling tinggi adalah indikator Penggunaan

selanjutnya adalah pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya

Provinsi Kalimantan Timur yang telah mengikuti pelatihan dapat

menerapkan hasil pelatihan yang diterima untuk meningkatkan

kinerjanya memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja pegawai Indikator yang memberikan pengaruh terhadap

kinerja dengan nilai paling tinggi adalah indikator Kualitas. Hasil kerja

yang pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur kerjakan sesuai dengan target kualitas yang

ditetapkan, hal ini mempunyai makna bahwa Transfer pelatihan yang

diukur melalui Penggunaan selanjutnya adalah pegawai Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur yang telah

mengikuti pelatihan dapat menerapkan hasil pelatihan yang diterima

untuk meningkatkan kinerjanya. Frekuensi penggunaan, adalah

kemampuan pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya

Provinsi Kalimantan Timur untuk terus menerus melakukan transfer

of training di tempat kerja. Faster adalah pegawai Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur mampu

menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dari biasanya. Fewer


108

mistakes adalah pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya

Provinsi Kalimantan Timur mampu untuk meminimalisir terjadinya

kesalahan di tempat kerja telah mampu mendorong peningkatan

kinerja pegawai yang diukur melalui Kuantitas. Hasil kerja yang

pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur kerjakan sesuai dengan target kuantitas yang

ditetapkan. Kualitas. Hasil kerja yang pegawai Perusahaan Daerah

Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur kerjakan sesuai

dengan target kualitas yang ditetapkan. Waktu. Hasil kerja yang

pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur kerjakan sesuai dengan target waktu yang

ditetapkan. Orientasi pelayanan. Pegawai Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur bertekad memberikan

pengabdian terbaik untuk Perusahaan Daerah. Integritas. Pegawai

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur

telah terbiasa mematuhi aturan yang ada.

Pegawai yang berkualitas dan mampu menghasilkan kinerja

pegawai adalah yang mengerti dan paham terhadap sesuatu

pekerjaan yang akan dilakukannya, pegawai yang memiliki

kemampuan yang sejalan dengan kebutuhan tugas dan fungsinya

merupakan syarat terciptanya pegawai yang professional.

Optimalisasi pelatihan maka akan meningkatkan kinerja pegawai

dalam mencapai tujuan organisasi sejalan dengan keinginan dan

kebutuhan perusahaan (Gibson & Ivancevich, 2011:102). Hubungan


109

transfer pelatihan terhadap kinerja dapat digambarkan melalui

penelitian yang dilakukan oleh Vasudevan (2014), Al-Mzary et al.

(2015), Pudjiarti et al. (2019), Diliantari & Dewi (2019) menyatakan

bahwa transfer pelatihan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja pegawai.

6. Keterlibatan pegawai dengan Kinerja

Pengaruh keterlibatan pegawai terhadap kinerja; keterlibatan

pegawai memberikan pengaruh negatif terhadap kinerja pegawai

dengan nilai koefisien sebesar -0,018 dapat diketahui pula bahwa

keterlibatan pegawai memberikan pengaruh tidak signifikan terhadap

kinerja Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur hal ini dapat dibuktikan melalui nilai t statistic (1,96

> 0,266) dan nilai p values (0,05 < 0,790), hal ini mempunyai makna

bahwa apabila keterlibatan pegawai mengalami peningkatan maka

kinerja pegawai akan mengalami penurunan, setiap peningkatan

keterlibatan pegawai belum mampu meningkatkan kinerja pegawai

secara nyata atau signifikan.

Keterlibatan pegawai Indikator yang memberikan pengaruh

terhadap keterlibatan pegawai dengan nilai paling tinggi adalah

indikator Dedication adalah pegawai Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur memiliki rasa antusias

terhadap pekerjaannya memberikan pengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap kinerja pegawai Indikator yang memberikan

pengaruh terhadap kinerja dengan nilai paling tinggi adalah indikator


110

Kualitas. Hasil kerja yang pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti

Satya Provinsi Kalimantan Timur kerjakan sesuai dengan target

kualitas yang ditetapkan, hal ini mempunyai makna bahwa

Keterlibatan pegawai yang diukur melalui Vigor pegawai Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur mempunyai

keinginan untuk memberikan usaha optimal terhadap pekerjaan.

Dedication adalah pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya

Provinsi Kalimantan Timur memiliki rasa antusias terhadap

pekerjaannya. Absorption adalah pegawai Perusahaan Daerah

Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur mampu

berkonsentrasi penuh ketika terlibat dalam pekerjaan belum mampu

mendorong peningkatan kinerja pegawai yang diukur melalui

uantitas. Hasil kerja yang pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti

Satya Provinsi Kalimantan Timur kerjakan sesuai dengan target

kuantitas yang ditetapkan. Kualitas. Hasil kerja yang pegawai

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur

kerjakan sesuai dengan target kualitas yang ditetapkan. Waktu. Hasil

kerja yang pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur kerjakan sesuai dengan target waktu yang

ditetapkan. Orientasi pelayanan. Pegawai Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur bertekad memberikan

pengabdian terbaik untuk Perusahaan Daerah. Integritas. Pegawai

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur

telah terbiasa mematuhi aturan yang ada.


111

Keterlibatan pegawai (Employee engagement) merupakan

salah satu dari faktor human capital yang akan membawa pada

keberhasilan jika dapat dikelola dengan baik secara konsisten.

Schiemann (2011:30) mengartikan engagement (keterikatan)

sebagai energi dari pegawai untuk membatu organisasi tersebut

mencapai tujuannya. Keterikatan dianggap sebagai elemen penting

yang melekat pada tenaga kerja yang sehat. Keterikatan pegawai

dapat mencakup advokasi (pembelaan) terhadap organisasi

tempatnya bekerja. Schiemann (2011:22) mengatakan bahwa secara

garis besar employee engagement mampu meningkatkan kinerja

pegawai. Ketika pegawai telah merasa terikat terhadap organisasi

maka pegawai tersebut akan memberikan upaya extra untuk

kemajuan organisasi, berupa optimalisasi kinerja. Pengaruh

keterlibatan pegawai terhadap kinerja pegawai dapat dinyatakan

dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Perangin-Angin et al.

(2020), Dajani (2015), Kertiriasih et al. (2018), Pongton & Suntrayuth

(2019), Sumarni et al. (2019), Osborne & Hammoud (2017), Tanwar

(2017), Tampubolon (2016), Motyka (2018), Shahid (2019)

menyatakan bahwa keterlibatan pegawai berpengaruh signifikan

terhadap kinerja pegawai.

7. Kepuasan kerja dengan Kinerja

Pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja; kepuasan kerja

memberikan pengaruh positif terhadap kinerja pegawai dengan nilai

koefisien sebesar 0,344 dapat diketahui pula bahwa kepuasan kerja


112

memberikan pengaruh tidak signifikan terhadap kinerja Pegawai

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur

hal ini dapat dibuktikan melalui nilai t statistic (1,96 > 1,455) dan nilai

p values (0,05 < 0,146), hal ini mempunyai makna bahwa apabila

kepuasan kerja mengalami peningkatan maka kinerja pegawai juga

akan mengalami peningkatan, setiap peningkatan kepuasan kerja

belum mampu meningkatkan kinerja pegawai secara nyata atau

signifikan.

Indikator kepuasan kerja pegawai yang memberikan pengaruh

terhadap kepuasan kerja dengan nilai paling tinggi adalah indikator

Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur puas terhadap pekerjaan itu sendiri (work itself)

memberikan pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja

pegawai Indikator yang memberikan pengaruh terhadap kinerja

dengan nilai paling tinggi adalah indikator Kualitas. Hasil kerja yang

pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur kerjakan sesuai dengan target kualitas yang

ditetapkan, hal ini mempunyai makna bahwa Kepuasan kerja

pegawai yang diukur melalui Pegawai Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur puas terhadap pekerjaan itu

sendiri (work itself). Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti

Satya Provinsi Kalimantan Timur puas terhadap promosi (promotion).

Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur puas terhadap hubungan dengan atasan


113

(supervision) belum mampu mendorong peningkatan kinerja pegawai

yang diukur melalui Kuantitas. Hasil kerja yang pegawai Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur kerjakan

sesuai dengan target kuantitas yang ditetapkan. Kualitas. Hasil kerja

yang pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur kerjakan sesuai dengan target kualitas yang

ditetapkan. Waktu. Hasil kerja yang pegawai Perusahaan Daerah

Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur kerjakan sesuai

dengan target waktu yang ditetapkan. Orientasi pelayanan. Pegawai

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur

bertekad memberikan pengabdian terbaik untuk Perusahaan Daerah.

Integritas. Pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur telah terbiasa mematuhi aturan yang ada.

Davis & Newstrom, (2013:104), memberikan pengertian bahwa

kinerja pegawai menunjukkan kesesuaian antara hasil kerja pegawai

yang timbul dan target yang telah ditetapkan untuk menyelesaikan

pekerjaan, jadi kinerja pegawai juga berkaitan erat dengan teori

keadilan, perjanjian psikologis, dan motivasi, selain itu, hubungan

antara kinerja pegawai dan kepuasan kerja juga dieksplorasi dengan

menunjukkan hubungan antara kinerja pegawai dan kepuasan kerja,

hal ini memberikan pengertian bahwa kepuasan kerja pegawai

mempunyai dampak atau pengaruh dalam peningkatan kinerja

pegawai. Kesenjangan juga terdapat dalam hubungan antara

kepuasan dan kinerja pegawai, penelitian yang dilakukan oleh


114

Mazeed et al. (2019), Pongton & Suntrayuth (2019), Perangin-Angin

et al. (2020), Sumarni et al. (2019), Tampubolon (2016), Tho’in &

Muliasari (2020), Arifin et al. (2019), Diliantari & Dewi (2019),

Mangkunegara & Miftahuddin (2016) menyatakan bahwa kepuasan

memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai, berbeda

halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistiono et al.

(2019), Andreani & Petrik (2016) menyatakan bahwa kepuasan

memberikan pengaruh tidak signifikan terhadap kinerja pegawai.

8. Kepemimpinan Transformasional dengan Kinerja melalui

kepuasan kerja

Pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap kinerja

melalui kepuasan kerja; kepemimpinan transformasional

memberikan pengaruh positif terhadap kinerja pegawai melalui

kepuasan kerja dengan nilai koefisien sebesar 0,193 dapat diketahui

pula bahwa kepemimpinan transformasional memberikan pengaruh

tidak signifikan terhadap kinerja Pegawai melalui kepuasan kerja

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur

hal ini dapat dibuktikan melalui nilai t statistic (1,96 > 1,368) dan nilai

p values (0,05 < 0,172).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan sebagai

variabel yang memediasi pengaruh kepemimpinan transformasional

terhadap kinerja pegawai mampu menjadi variabel intervening

karena mempunyai nilai koefisien yang lebih besar dibandingkan


115

dengan pengaruh kepemimpinan transformasional secara langsung

terhadap kinerja pegawai.

Davis & Newstrom, (2013:104), memberikan pengertian bahwa

kinerja pegawai menunjukkan kesesuaian antara hasil kerja pegawai

yang timbul dan target yang telah ditetapkan untuk menyelesaikan

pekerjaan, jadi kinerja pegawai juga berkaitan erat dengan teori

keadilan, perjanjian psikologis, dan motivasi, selain itu, hubungan

antara kinerja pegawai dan kepuasan kerja juga dieksplorasi dengan

menunjukkan hubungan antara kinerja pegawai dan kepuasan kerja,

hal ini memberikan pengertian bahwa kepuasan kerja pegawai

mempunyai dampak atau pengaruh dalam peningkatan kinerja

pegawai. Kesenjangan juga terdapat dalam hubungan antara

kepuasan dan kinerja pegawai.

Kepemimpinan yang ditampilkan seorang pemimpin

transformasional diharapkan dapat meningkatkan upaya bawahan

untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Kepemimpinan ini

merupakan salah satu Kepemimpinan yang mulai diperhitungkan

kegunaannya dalam menghadapi perubahan satu organisasi.

Kepemimpinan transformasional menyangkut bagaimana mendorong

orang lain untuk berkembang dan menghasilkan performa melebihi

standar yang diharapkan (Bass, 2016:202). Pimpinan yang memiliki

gaya transformasional mampu menginspirasi orang lain untuk

melihat masa depan dengan optimis, memproyeksikan visi yang


116

ideal, dan mampu mengkomunikasikan bahwa visi tersebut sehingga

dapat dicapai (Robbins, 2017:207).

9. Transfer Pelatihan dengan Kinerja melalui kepuasan kerja

Pengaruh transfer pelatihan terhadap kinerja melalui kepuasan

kerja; transfer pelatihan memberikan pengaruh positif terhadap

kinerja pegawai melalui kepuasan kerja dengan nilai koefisien

sebesar 0,143 dapat diketahui pula bahwa transfer pelatihan

memberikan pengaruh tidak signifikan terhadap kinerja Pegawai

melalui kepuasan kerja Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya

Provinsi Kalimantan Timur hal ini dapat dibuktikan melalui nilai t

statistic (1,96 > 1,288) dan nilai p values (0,05 < 0,198).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan sebagai

variabel yang memediasi pengaruh transfer pelatihan terhadap

kinerja pegawai tidak mampu menjadi variabel intervening karena

mempunyai nilai koefisien yang lebih kecil dibandingkan dengan

pengaruh transfer pelatihan secara langsung terhadap kinerja

pegawai.

Davis & Newstrom, (2013:104), memberikan pengertian bahwa

kinerja pegawai menunjukkan kesesuaian antara hasil kerja pegawai

yang timbul dan target yang telah ditetapkan untuk menyelesaikan

pekerjaan, jadi kinerja pegawai juga berkaitan erat dengan teori

keadilan, perjanjian psikologis, dan motivasi, selain itu, hubungan

antara kinerja pegawai dan kepuasan kerja juga dieksplorasi dengan

menunjukkan hubungan antara kinerja pegawai dan kepuasan kerja,


117

hal ini memberikan pengertian bahwa kepuasan kerja pegawai

mempunyai dampak atau pengaruh dalam peningkatan kinerja

pegawai. Kesenjangan juga terdapat dalam hubungan antara

kepuasan dan kinerja pegawai.

Pelaksanaan pelatihan mempunyai hubungan yang erat serta

mempunyai arah yang sama, yaitu meningkatkan skill, knowledge,

dan attitude dari pegawai. Karena faktor yang mempengaruhi

pencapaian kerja adalah kepuasan pegawai (satisfaction).

Peningkatan pelatihan dalam sebuah organisasi akan mampu

meningkatkan kepuasan kerja secara langsung dan signifikan

(Bernardin & Russel, 2010:102).

10. Keterlibatan pegawai dengan Kinerja melalui kepuasan kerja

Pengaruh keterlibatan pegawai terhadap kinerja melalui

kepuasan kerja; keterlibatan pegawai memberikan pengaruh positif

terhadap kinerja pegawai melalui kepuasan kerja dengan nilai

koefisien sebesar 0,059 dapat diketahui pula bahwa keterlibatan

pegawai memberikan pengaruh tidak signifikan terhadap kinerja

Pegawai melalui kepuasan kerja Perusahaan Daerah Melati Bhakti

Satya Provinsi Kalimantan Timur hal ini dapat dibuktikan melalui nilai

t statistic (1,96 > 0,874) dan nilai p values (0,05 < 0,382).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan sebagai

variabel yang memediasi pengaruh keterlibatan pegawai terhadap

kinerja pegawai mampu menjadi variabel intervening karena

mempunyai nilai koefisien yang lebih besar dibandingkan dengan


118

pengaruh keterlibatan pegawai secara langsung terhadap kinerja

pegawai.

Davis & Newstrom, (2013:104), memberikan pengertian bahwa

kinerja pegawai menunjukkan kesesuaian antara hasil kerja pegawai

yang timbul dan target yang telah ditetapkan untuk menyelesaikan

pekerjaan, jadi kinerja pegawai juga berkaitan erat dengan teori

keadilan, perjanjian psikologis, dan motivasi, selain itu, hubungan

antara kinerja pegawai dan kepuasan kerja juga dieksplorasi dengan

menunjukkan hubungan antara kinerja pegawai dan kepuasan kerja,

hal ini memberikan pengertian bahwa kepuasan kerja pegawai

mempunyai dampak atau pengaruh dalam peningkatan kinerja

pegawai. Kesenjangan juga terdapat dalam hubungan antara

kepuasan dan kinerja pegawai.

Robbins & Judge (2015:142) keterlibatan kerja diartikan

sebagai suatu ukuran sampai dimana individu secara psikologis

memihak pekerjaan mereka dan menganggap penting tingkat kinerja

yang dicapai sebagai penghargaan diri. Keterlibatan kerja

mempunyai konsekuensi berupa hasil kerja, yang diantaranya adalah

kinerja. Oleh karena itu dengan semakin terlibat dalam

pekerjaannya, pegawai diharapkan dapat menghasilkan kinerja yang

lebih baik karena individu dengan tingkat keterlibatan yang tingi pada

pekerjaannya akan memandang bahwa pekerjaan mereka

merupakan bagian yang penting dari kehidupan pegawai.


119

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Terkait dengan hubungan antara variabel pada model,

berdasarkan hasil analisis yang telah dikemukakan pada bab

sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Kepemimpinan transformasional memberikan pengaruh positif

dan signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai pada

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan

Timur, hal ini mempunyai makna bahwa apabila kepemimpinan

transformasional mengalami peningkatan maka kepuasan kerja

juga akan mengalami peningkatan, setiap peningkatan

kepemimpinan transformasional akan mampu meningkatkan

kepuasan kerja pegawai secara nyata atau signifikan.

2) Transfer pelatihan memberikan pengaruh positif dan signifikan

terhadap kepuasan kerja pegawai pada Perusahaan Daerah

Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur, hal ini

mempunyai makna bahwa apabila transfer pelatihan mengalami

peningkatan maka kepuasan kerja juga akan mengalami

peningkatan, setiap peningkatan transfer pelatihan akan mampu

meningkatkan kepuasan kerja pegawai secara nyata atau

signifikan.

3) Keterlibatan pegawai memberikan pengaruh positif tidak

signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai pada Perusahaan


120

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur, hal ini

mempunyai makna bahwa setiap peningkatan keterlibatan

pegawai belum mampu meningkatkan kepuasan kerja pegawai

secara nyata atau signifikan.

4) Kepemimpinan transformasional memberikan pengaruh positif

tidak signifikan terhadap kinerja pegawai Perusahaan Daerah

Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur, hal ini

mempunyai makna bahwa setiap peningkatan kepemimpinan

transformasional belum mampu meningkatkan kinerja pegawai

secara nyata atau signifikan.

5) Transfer pelatihan memberikan pengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti

Satya Provinsi Kalimantan Timur, hal ini mempunyai makna

bahwa apabila transfer pelatihan mengalami peningkatan maka

kinerja pegawai juga akan mengalami peningkatan.

6) Keterlibatan pegawai memberikan pengaruh negatif tidak

signifikan terhadap kinerja pegawai Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur, hal ini mempunyai

makna bahwa apabila keterlibatan pegawai mengalami

peningkatan maka kinerja pegawai akan mengalami penurunan,

setiap peningkatan keterlibatan pegawai belum mampu

meningkatkan kinerja pegawai secara nyata atau signifikan.

7) Kepuasan kerja memberikan pengaruh positif tidak signifikan

terhadap kinerja pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti


121

Satya Provinsi Kalimantan Timur, setiap peningkatan kepuasan

kerja belum mampu meningkatkan kinerja pegawai secara nyata

atau signifikan.

8) Kepuasan sebagai variabel yang memediasi pengaruh

kepemimpinan transformasional terhadap kinerja pegawai

mampu menjadi variabel intervening karena mempunyai nilai

koefisien yang lebih besar dibandingkan dengan pengaruh

kepemimpinan transformasional secara langsung terhadap

kinerja pegawai.

9) Kepuasan sebagai variabel yang memediasi pengaruh transfer

pelatihan terhadap kinerja pegawai tidak mampu menjadi

variabel intervening karena mempunyai nilai koefisien yang lebih

kecil dibandingkan dengan pengaruh transfer pelatihan secara

langsung terhadap kinerja pegawai.

10) Kepuasan sebagai variabel yang memediasi pengaruh

keterlibatan pegawai terhadap kinerja pegawai mampu menjadi

variabel intervening karena mempunyai nilai koefisien yang lebih

besar dibandingkan dengan pengaruh keterlibatan pegawai

secara langsung terhadap kinerja pegawai.

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1) Kepemimpinan transformasional harus terus lebih ditingkatkan

peran pemimpin di dalam kegiatan organisasi terutama


122

kemampuan memimpin dalam mengarahkan pegawai

Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan

Timur kepada sikap yakin kepada kemampuan sendiri.

Pemimpin mencoba mulai melibatkan bawahan dalam

Menyusun program kerja unit, menerima masukan dan saran

dari bawahan untuk memperbaiki kinerja unit kerja sehingga

hubungan antara pimpinan dan bawahan terjalin dengan baik.

2) Hendaknya Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur memaksimalkan implementasi prinsip-prinsip

transfer pelatihan yang belum tercapai, dan melakukan evaluasi

transfer pelatihan oleh organisasi setelah melakukan

pengambilan keputusan maupun evaluasi pekerjaan,

disarankan bahwa pegawai Perusahaan Daerah Melati Bhakti

Satya Provinsi Kalimantan Timur yang telah mengikuti pelatihan

dapat menerapkan hasil pelatihan yang diterima untuk

meningkatkan kinerjanya

3) Keterlibatan pegawai yang ada saat ini terus dikembangkan

kearah yang memaksimalkan kepuasan sumber daya manusia

terutama yang berhubungan dengan sistem yang berjalan saat

ini. Untuk menjaga keterlibatan pegawai terhadap Perusahaan

Daerah tetap baik, disarankan agar organisasi memikirkan

bentuk organisasi dengan struktur yang lebih horizontal dengan

hirarkinya tidak terlalu banyak sehingga dapat cepat dalam

mengambil keputusan, penyampaian informasi dan sebagainya,


123

hal tersebut dapat di realisasikan melalui pegawai Perusahaan

Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur memiliki

rasa antusias terhadap pekerjaannya.

4) Pimpinan hendakya menerapkan rangsangan intelektual

kepada pegawai dengan cara pimpinan mengarahkan pegawai

untuk mempunyai keyakinan bahwa pegawai mempunyai

kemampuan dari diri sendiri dalam menjalankan tugasnya.

5) Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi Kalimantan

Timur disarankan untuk dapat mempertahankan dan

meningkatkan pola transfer pelatihan yang tercipta dengan baik

yang sudah dilakukan pegawai dengan atasan, hal ini dapat

diimplementasikan melalui pegawai Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur yang telah mengikuti

pelatihan dapat menerapkan hasil pelatihan yang diterima

untuk meningkatkan kinerjanya.

6) Keterlibatan pegawai dalam hubungannya terhadap kinerja

pegawai yang berorientasi dalam implementasi pelayanan. Hal

ini dapat terwujud apabila pegawai Perusahaan Daerah Melati

Bhakti Satya Provinsi Kalimantan Timur memiliki rasa antusias

terhadap pekerjaannya sehingga mampu menyelesaikan

pekerjaan sesuai dengan harapan Perusahaan Daerah.

7) Penguatan kepuasan kerja Perusahaan Daerah Melati Bhakti

Satya Provinsi Kalimantan Timur dapat dilakukan melalui

kegiatan sosialisasi tentang kepuasan akan pekerjaan dan


124

pelatihan yang dapat meningkatkan kesadaran tentang

bagaimana berfikir dan berperilaku yang bermanfaat bagi

pegawai dan Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya Provinsi

Kalimantan Timur, implementasi penguatan kepuasan dapat

dilakukan melalui menciptakan semangat kepada pegawai agar

puas terhadap pekerjaannya sendiri, sehingga mampu

menghasilkan kinerja yang berkualitas.

8) Saran untuk penelitian selanjutnya adalah melakukan analisis

pengaruh kepemimpinan transformasional transfer pelatihan

dan keterlibatan pegawai terhadap kepuasan kerja dan kinerja

pada beberapa Perusahaan Daerah Melati Bhakti Satya

Provinsi Kalimantan Timur di daerah lainnya dengan jumlah

responden sesuai dengan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas

Pelabuhan setempat.
125

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mzary, Maaly Mefleh Mohammed. Abedallah (Mohammad Hani) D.A Al-


rifai Mohammed Omer Eid Al-Momany. (2015). Training and its
Impact on the Performance of Employees at Jordanian Universities
from the Perspective of Employees: The Case of Yarmouk
University. Journal of Education and Practice www.iiste.org ISSN
2222-1735 (Paper) ISSN 2222-288X (Online) Vol.6, No.32, 2015.

Andreani, Fransisca. Petrik, Abelio. (2016). Employee Performance As


The Impact Of Transformational Leadership And Job Satisfaction In
Pt Anugerah Baru Denpasar. Jurnal Manajemen Dan
Kewirausahaan, VOL.18, NO. 1, MARET 2016: 25–32.

Arifin, Zainal. Nazief Nirwanto. Abdul Manan. (2019). Improving the Effect
of Work Satisfaction on Job Performance through Employee
Engagement. Vol. 2 No. 1 (2019) e-ISSN: 2615-1707. Page: 1-9
International Journal of Multi Discipline Science (IJ-MDS) is licensed
under.

Bass, B.M. (2016), Leadership and performance beyond expectations.


Free Press, New York, NY.

Bellani, Elvita. Sri Rezky Ramadhani. Muhammad Tamar. (2018). Job


Satisfaction as Predictor of Employee Engagement. Advances in
Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR),
volume 127 8th International Conference of Asian Association of
Indigenous and Cultural Psychology.

Bernardin, H. J. and Russel (2010) Human Resource Management. New


York: McGraw-Hill.

Daft, Richard L, (2012), Manajemen, Edisi Kelima Jilid Satu, Erlangga,


Jakarta.

Dajani, Maha Ahmed Zaki. (2015). The Impact of Employee Engagement


on Job Performance and Organisational Commitment in the Egyptian
Banking Sector. Journal of Business and Management Sciences,
2015, Vol. 3, No. 5, 138-147 Available online at
http://pubs.sciepub.com/jbms/3/5/1 © Science and Education
Publishing DOI:10.12691/jbms-3-5-1.

Davis and Newstrom (2013) Human Resources Management. 7th edn.


New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Davis, K. dan Newstrom, J. (2009). Human Behavior at Work.


Organization Behavior 8th Edition. Singapore: Mc. Graw-Hill.
International.
126

Dessler (2014) Innovation and Entrepreunership Practice and Principles.


New York: Harper & Row, Publiser, Inc.

Dessler, Gary, (2010), Human Resources Management, Eight Edition,


Prentice Hall, New Jersey.

Diliantari, Komang Richa Diah. Dewi, I Gst. A. Manuati. (2019). Effect of


Training and Compensation of Employee Performance Medicated by
Job Satisfaction. International Research Journal of Management, IT
& Social Sciences Vol. 6 No. 6, November 2019, pages: 95~103.

Gegenfurtner, Andreas. (2011). Motivation and transfer in professional


training: A meta-analysis of the moderating effects of knowledge
type, instruction, and assessment conditions. Educational Research
Review (Educ Res Rev) Publisher: Elsevier

Ghozali. (2008). Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Pertama, BPFE,


Yogyakarta.

Gibson, James, Donelly Jr H, James and Ivansevich M, John, (2011),


Fundamental of Management, Eight, Richard D, Irwin Inc,, New York.

Gomes, Faustino Cardoso, (2010), Manajemen Sumber Daya Manusia,


Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.

Jogiyanto, H. M. (2011). Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi Keempat.


BPFE. Yogyakarta.

Kaswan. (2015). Pengembangan Sumber Daya Manusia: Dari Konsepsi,


Paradigma, dan Fungsi Sampai Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Kertiriasih, Ni Nengah Rupadi. I Wayan Sujana, I Nengah Suardika.


(2018). The Effect of Leadership Style to Job Satisfaction, Employee
Engagement and Employee Performance Study at PT. Interbat, Bali,
Nusra, and Ambon. Available Online at www.ijcrr.in International
Journal of Contemporary Research and Review ISSN 0976 – 4852
Research CrossRef DOI: https://doi.org/10.15520/ijcrr/2018/9/03/468
March, 2018|Volume 09|Issue 03|.

Lislie W, Rue. Llyod, Byer, (2009), Management Skill and Apply


Application, Richard D, Irwin, Illinois, USA.

Luthans, F. (2016). Perilaku Organisasi Edisi Bahasa Indonesia ed.. d.


Alih Bahasa V.A Yuwono, Penyunt. Yogyakarta: Andi Offset.

Malik, Waqas Umer; Javed, Muqaddas; Hassan, Syed Taimoor (2017).


Influence of transformational leadership components on job
satisfaction and organizational commitment, Pakistan Journal of
Commerce and Social Sciences (PJCSS), ISSN 2309-8619, Johar
127

Education Society, Pakistan (JESPK), Lahore, Vol. 11, Iss. 1, pp.


147-166.

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. Miftahuddin. (2016). The Effect of


Transformational Leadership and Job Satisfaction on Employee
Performance. Universal Journal of Management 4(4): 189-195, 2016
http://www.hrpub.org DOI: 10.13189/ujm.2016.040404.

Markos, Solomon. Sridevi, M. Sandya. (2010). Employee Engagement:


The Key to Improving Performance. www.ccsenet.org/ijbm
International Journal of Business and Management Vol. 5, No. 12;
December 2010.

Marnis. (2012). Transformational Leadership In The Efforts Of Increasing


Motivation, Performance, And Job Satisfactions At Pt Bank Mandiri
Tbk. Journal of Economics, Business, and Accountancy Ventura
Volume 15, No. 2, August 2012, pages 273 – 288 Accreditation No.
110/DIKTI/Kep/2009.

Mathis R.L. dan Jackson J.H. (2006). Human Resource Management:


Manajemen Sumber Daya Manusia. Terjemahan Dian Angelia.
Jakarta: Salemba Empat.

Mathis, Robert & H. Jackson, John. (2011). Human Resource


Management (edisi 10). Jakarta: Salemba Empat.

Mathis, Robert L, dan John H, Jackson, (2009), Human Resource


Management (Manajemen Sumber Daya Manusia), Edisi 10,
Salemba Empat, Jakarta.

Maung, KhinMarlar dan Sujinda Chemsripong. (2014). Work Enviroment


Factors Influence on Transfer of Training in Myanmar.South East
Asia Journal of Contemporary Business, Economics and Law, Vol. 4,
Issue 1 (June) ISSN 2289-1560.

Mazeed, Shaik Abdul. Pabbati Saritha. Naiymunnisa Begum. Chitti Babu


Illangi. G. Manjula. (2019). Job Satisfaction and Employee
Engagement Contemporary Tools to Eliminate Stress among Work
Force in an Organization. International Journal of Innovative
Technology and Exploring Engineering (IJITEE) ISSN: 2278-3075,
Volume-8 Issue-11, September 2019.

Mohammad, Sulieman Ibraheem Shelash. Hussein Ali AL-Zeaud. Ayat


Mohammad Essam Batayneh. (2011). The relationship between
transformational leadership and employees’ satisfaction at Jordanian
private hospitals. BEH, April 2011 35 Business and Economic
Horizons © 2011 Prague Development Center Peer-reviewed and
Open access journal ISSN: 1804-1205 |
128

www.academicpublishingplatforms.com BEH Business and


Economic Horizons Volume 5 | Issue 2 | April 2011 |pp. 35-46.

Motyka, Blazej. (2018). Employee engagement and performance: a


systematic literature review. International Journal of Management
and Economics 2018; 54(3): 227–244.

Muslichah. Asrori, Sobikhul. (2018). The Effect of Transformational


Leadership Style on Job Satisfaction with Trust-In-Leader as
Intervening Variable. Journal of Innovation in Business and
Economics http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jibe Vol. 02 No. 02
December 2018 Page 61-70 P-ISSN: 2580-9431 E-ISSN: 2581-2025
61 Received: 09-09-2018. Accepted: 26-12-2018. Published: 31-12-
2018.

Noe R. (2017). Employee Training and Development. New York, NY:


McGraw Hill Education.

Northouse, Peter G. (2013). Kepemimpinan Teori dan Praktek. Edisi


Keenam. Jakarta: Indeks.

Osborne, Schrita. Hammoud, Mohamad S. (2017). Effective Employee


Engagement in the Workplace. International Journal of Applied
Management and Technology 2017, Volume 16, Issue 1, Pages 50–
67.

Perangin-Angin, Mutiara Rita. Lumbanraja, Prihatin. Absah, Yeni. (2020).


The Effect of Quality of Work Life and Work Engagement to
Employee Performance with Job Satisfaction as an Intervening
Variable in PT. Mopoly Raya Medan. International Journal of
Research and Review Vol.7; Issue: 2; February 2020 Website:
www.ijrrjournal.com Research Paper E-ISSN: 2349-9788; P-ISSN:
2454-2237.

Pongton, Pongpipat. Suntrayuth, Sid. (2019). Communication Satisfaction,


Employee Engagement, Job Satisfaction, And Job Performance In
Higher Education Institutions. ABAC Journal Vol.39 No.3 (July-
September, 2019 pp 90-110).

Pratama, Gilang. (2016). Effect Of Transformational Leadership Towards


Employee’s Performance Through Satisfaction And Moderated By
Culture. Effect of Transformational Leadership Towards Employee’s
Performance Through Satisfaction and Moderated by Culture. Jurnal
Ekonomi Volume 7 Nomor 2, November 2016.

Pudjiarti, Emiliana Sri. Honorata Ratnawati Dwi Putranti, Nurchayati.


(2019). Motivation to Transfer Training and Individual Performance:
The Influence of Transformative Learning and Supervisor Support.
Jurnal Dinamika Manajemen, 10 (2) 2019, 148-161
129

http://jdm.unnes.ac.idNationally Accredited based on the Decree of


the Minister of Research, Technology and Higher Education, Number
36a/E/KPT/2016.

Qabool, Sahar. Jalees, Tariq. (2017). Transformational Leadership and


Employee Attributes. Market Forces College of Management
Sciences Vol. XII, No. 2 December 2017.

Robbins, S. P. (2013) Perilaku Organisasi (Organizational Behavior).


Edited by R. Saraswati and F. Sirait. Jakarta: Salemba Empat.

Robbins, S. P., and Judge T. A, M. (2015). Perilaku Organisasi


(Organizational Behavior). Penerjemah: Ratna Saraswati & Febriella
Sirait. Pearson Education, Inc New Jersey Authirozed Translation
Salemba Empat. Jakarta.

Robbins, Stephen P, (2017), Organizational Behavior, Tenth Edition,


Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey.

Robinson, Tarigan. (2010). Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Bumi


Aksara. Jakarta.

Saks, A.M. (2006). Antecedents And Consequences Of Employee


Engagement. Journal of Managerial Psychology Vol. 21 No. 7, 2006

Schaufeli, W.B., Bakker, A.B., Van Rhenen, W. (2009). How Changes in


Job Demands and Resources Predict Burnout, Work Engagement,
and Sickness Absenteeism. Journal of Organizational Behavior. DOI:
10.1002/job.595. Published Online : John Wiley & Sons Ltd.

Schiemann A. W. (2011). Alignment capability engagement. PPM


Management. Jakarta.

Shahid, Amena. (2019). The Employee Engagement Framework: High


Impact Drivers and Outcomes. Journal of Management Research
ISSN 1941-899X 2019, Vol. 11, No. 2.

Snell S.A. dan Bohlander G.W. (2013). Principles of Human Resource


Management, 16th Editions. United States: South-Western.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung.

Sulistiono, Dedi. Aji Hermawan. and Anggraini Sukmawati. (2019). The


Effect Of Empowerment And Employee Engagement On Job
Satisfaction, Organizational Commitment And Its Impact On
Performance Of Ptpn V. Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol. 16 No.
3, November 2019 Accredited SINTA 2 by Directorate General of
Higher Education (DGHE), Republic of Indonesia No 30/E/KPT/2018.
130

Sumarni. Sry Rosita. Fitri Widiastuti. (2019). Employee's Engagement,


Work Discipline Toward Work Satisfaction And Its Impact On Human
Resource Performance (Study In Jambi Of Transportartion Agency,
Indonesia). Journal of Business Studies and Management Review
(JBSMR) Vol.3 No.1 December 2019 P-ISSN: 2597-369X E-ISSN:
2597-6265.

Tampubolon, Hotner (2016). The Relationship Between Employee


Engagement, Job Motivation, And Job Satisfaction Towards The
Employee Performance. Corporate Ownership & Control / Volume
13, Issue 2, Winter 2016, Continued – 2.

Tanwar, Anjum (2017). Impact of Employee Engagement on Performance.


International Journal of Advanced Engineering, Management and
Science (IJAEMS) [Vol-3, Issue-5, May- 2017]
https://dx.doi.org/10.24001/ijaems.3.5.16 ISSN: 2454-1311.

Terry, George R, (2009), Principle Of Management, Richard D, Irwin, Inc


Homewood, Illinois Irwin Dorsey Limited, Illinois, USA.

Thaif (2015) ‘Pengaruh Kompetensi, Motivasi, Komunikasi Dan


Kesejahteraan serta Diklat Terhadap Kinerja pegawai Dinas
Pendidikan’, Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, 4, pp. 47–
57.

Tho’in, Muhammad. Muliasari, Dewi. (2020). Analysis of Work Satisfaction,


Organizational Commitments, And Work Engagement Efffect Toward
Employee Performance In Sharia Banks. International Journal of
Economics, Business and Accounting Research (IJEBAR) Peer
Reviewed – International Journal Vol-4, Issue-2, 2020 (IJEBAR) E-
ISSN: 2614-1280 P-ISSN 2622-4771 https://jurnal.stie-
aas.ac.id/index.php/IJEBAR.

Vasudevan, H. (2014). Examining the Relationship of Training on Job


Satisfaction and Organizational Effectiveness. Int. J. Manag. Bus.
Res., 4 (3), 185-202, Summer 2014. International Business School
(IBS), University Technology Malaysia (UTM), Kuala Lumpur,
Malaysia.

Velada, R., Caetano, A., Michel, J. W., Lyons, B. D., & Kavanagh, M. J.
(2007). The Effects of Training Design, Individual Characteristics and
Work Environment on Transfer of Training. Ssrn, 282– 294

Zumrah, Abdul Rahim. Stephen Boyle and Erich C. Fein. (2013). The
consequences of transfer of training for service quality and job
satisfaction: an empirical study in the Malaysian public sector.
International Journal of Training and Development 17:4 ISSN 1360-
3736 doi: 10.1111/ijtd.12017.

Anda mungkin juga menyukai