1.3TUJUAN MASALAH
A. Mengetahui apa yang menjadi permasalahan objek observasi
B. Memberitahu tentang pandangan Islam terhadapnya
C. Memberikan solusi atas permasalahannya
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 PERMASALAHAN
Saya suka bermain game CODM (call of duty) sampai saya melakukan top up (mengeluarkan
uang) untuk mendapatkan item, senjata, skin, dan karakter yang bagus. Saya sudah tahu
tentang gharar yang terdapat pada gacha, tetapi saya hampir semua uang top up saya pakai
untuk mendapatkan sesuatu dalam game tetapi bukan dengan cara spin, akan tetapi cp (uang
dalam CODM) saya tersisa 1 dan karena tidak terpakai dan sayang, saya pakai untuk nge spin
(undi) apakah hal tersebut termasuk gharar?
Ayat di atas tidak secara tegas melarang jual-beli gharar. Akan tetapi ada dua poin
terkandung dalam ayat tersebut yang mengarah kepada haramnya gharar.
Poin pertama, Allah SWT melarang memakan harta orang lain secara batil. Para
ulama menjelaskan yang dimaksud dengan batil di sini di antaranya adalah transaksi-
transaksi yang dilarang seperti mencuri, riba, judi, dan gharar.
Poin kedua, pada ayat di atas juga tersirat adanya kewajiban menghadirkan unsur
saling ridha dalam jual-beli. Sedangkan gharar menghilangkan unsur saling ridha tersbut,
sebab gharar menimbulkan potensi adanya pihak yang merasa dirugikan. Sehingga gharar
termasuk jual-beli yang terlarang.
Dalam beberepa literatur bahwa asbabunnuzul dari ayat ini seperti yang dikisahkan
oleh Ibnu Jarir bahwa ayat ini diturunkan karena pada waktu para orang-orang arab banyak
yang melakukan kegiatan memakan harta dengan cara yang tidak syar'i.
َو اَل َتْأُك ُلٓو ۟ا َأْم َٰو َلُك م َبْيَنُك م ِبٱْلَٰب ِط ِل َو ُتْد ُلو۟ا ِبَهٓا ِإَلى ٱْلُح َّك اِم ِلَتْأُك ُلو۟ا َفِر يًقا ِّم ْن َأْم َٰو ِل ٱلَّناِس ِبٱِإْل ْثِم َو َأنُتْم َتْع َلُم وَن
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamu dengan
jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya
kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat)
dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS. al-Baqarah: 188).
Jual-beli kerikil yang disebut dalam hadis di atas memiliki beberapa penafsiran, di
antaranya bahwa yang dimaksud adalah praktik di zaman jahiliyah di mana orang menjual
tanah dengan cara melemparkan kerikil. Sejauh lemparan kerikil itulah luas tanah yang dijual.
Penafsiran yang lain yang dimaksud dengan jualbeli kerikil dalam hadis adalah jual-
beli dengan cara meletakkan beberapa barang, kemudian pembeli melemparkan kerikil ke
arah barang-barang itu.
Barang yang terkena lemparan kerikil itulah yang didapat oleh pembeli.
Dua jenis praktik jual-beli di atas terlarang sebab mengandung gharar. Pembeli tidak punya
kepastian berapa luas tanah dan barang apa yang akan didapatnya.
Ikan yang boleh dijual adalah ikan yang sudah ditangkap yang jelas keberadaannya,
jelas kualitasnya, jelas berapa beratnya dan lain sebagainya.
Dari Imran bin Hushain, diriwayatkan secara marfu’, bahwa Rasulullah ﷺ
melarang jual-beli susu hewan yang belum diperah, jual-beli janin yang masih dalam perut
induknya, jual-beli ikan yang masih di air, jual-beli madhamin, malaqih, hablil habalah dan
jual-beli gharar.
Madhamin yaitu seorang penjual mengawinkan unta jantannya dengan unta betina,
maka anak unta yang dilahirkan oleh induknya (dari hasil perkawinan tersebut) akan menjadi
milik pembeli dengan harga sekian.
Malaqih yaitu jual beli janin hewan yang masih berada dalam perut induknya.
Para ulama sepakat bahwa jual beli ini adalah bathil (tidak sah) karena mengandung unsur
gharar.
Ibnul Mundzir rahimahullah berkata, “Mereka (para ulama) telah sepakat bahwa jual
beli madhamin dan malaqih tidak diperbolehkan. Alasannya ada dua hal:
1) Adanya ketidakjelasan hewan/sperma yang dijualbelikan, karena sifat serta hidup dan
matinya tidak bisa diketahui secara pasti.
2) Hewan/sperma ini tidak bisa diserahkan kepada si pembeli.
Salah satu bentuk jual beli yang mengandung gharar yaitu jual beli barang yang
belum ada (ma’dum). Salah satu bentuk Ma’dum adalah jual beli Habal Al Habalah (janin
hewan ternak) dalam bentuk mudhamin (masih di dalam tubuh jantan) atau malaqih (masih di
dalam tubuh betina).
Contohya yaitu jual beli susu yang belum diperah, janin dalam perut betina, atau wol
yang masih menyatu di kulit hewan.
Jika tidak memiliki kejelasan, maka transaksi tersebut termasuk dalam kategori
gharar. Contoh sederhananya, ketika ada penjual yang menjual anak sapi yang masih berada
dalam kandungan yang belum jelas sifat dan bentuknya ketika nanti lahir. .Penjual dan
pembeli tidak tahu mangga tersebut manis atau tidak.
Pada bentuk ini, unsur gharar ada pada nominal harga objek transaksi. Contohnya,
hari ini sebuah jaket dijual dengan harga 1 juta rupiah apabila dibayar lunas. Jika dibeli esok
hari, harganya naik menjadi 1.5 juta rupiah. Namun, jika kita membayar dengan sistem
angsuran, nominal totalnya menjadi 2 juta rupiah.
Gharar dalam sebuah transaksi ada dua macam. Ada yang fahisy yang berarti gharar
yang berat dan dominan, dan ada gharar yang yasir artinya ringan atau sepele. Dan gharar
yang terlarang adalah yang fahisy bukan yang yasir. Dengan demikian, gharar yang sedikit
diperbolehkan dan tidak merusak keabsahan akad. Ini perkara yang telah disepakati para
ulama, sebagaimana disampaikan Ibn Rusyd dalam Bidayah al-Mujtahid (2/155) dan al-
Imam an-Nawawi dalam al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab (9/258).
Para ulama memberikan contoh dengan masuk ke kamar mandi umum untuk mandi
dengan membayar. Ini mengandung gharar, karena orang berbeda dalam penggunaan air dan
lamanya tinggal di dalam. Demikian juga, persewaan (rental) mobil untuk sehari atau dua
hari, karena orang berbeda-beda dalam penggunaannya dan cara pemakaiannya. Ini semua
mengandung gharar, namun dimaafkan syari’at karena gharar-nya tidak besar. Atau contoh
lain seperti membayar sewa kontrakan atau kos setiap bulan dengan harga yang sama,
padahal hari dalam sebulan itu beda-beda, ada yang 31 hari, 30 hari, 29 hari, dan 28 hari.
َع ْن اْبِن ُع َم َر ُكَّنا َنْش َتِر ي الَّطَع اَم ِم ْن الُّر ْك َباِن ِج َزاًفا َفَنَهاَنا َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأْن َنِبيَع ُه َح َّتى َنْنُقَلُه ِم ْن َم َك اِنِه
Dari Abdullah ibn Umar رضي هللا عنهماberkata, “Dahulu kami (para Sahabat) membeli
makanan secara taksiran, maka Rasulullah صلى هللا عليه وسلمmelarang kami menjual lagi
sampai kami memindahkannya dari tempat belinya.” (HR Muslim: 1526)
Makna dari: ِج َز اًفاadalah jual beli makanan tanpa ditakar, tanpa ditimbang, dan tanpa
ukuran tertentu, tetapi menggunakan sistem taksiran. Dan inilah makna jual beli borongan.
Sisi pengambilan hukum dari hadits ini adalah bahwa jual beli sistem borongan itu
merupakan salah satu sistem jual beli yang dilakukan oleh para Sahabat pada zaman
Rasulullah صلى هللا عليه وسلمdan beliau tidak melarangnya. Hanya, beliau melarang untuk
menjualnya kembali sampai memindahkannya dari tempat semula. Dan ini
merupakan taqrir (perserujuan) beliau atas bolehnya jual beli sistem tersebut; seandainya
terlarang, pasti Rasulullah صلى هللا عليه وسلمakan melarangnya dan tidak hanya menyatakan hal
di atas.
Al-Hafizh Ibn Hajar رحمه هللاberkata, “Hadits ini menunjukkan bahwa jual beli
makanan dengan sistem taksiran hukumnya boleh.” (Fath al-Bari: 4351)
Al-Imam Ibn Qudamah رحمه هللاberkata, “Kami tidak mengetahui adanya perselisihan
dalam masalah ini.” (Lihat pula Mausu’ah al-Manahi Syar’iyyah oleh asy-Syaikh Salim al-
Hilali 2/233.)
Gharar yang mempengaruhi keabsahan akad hanya gharar yang besar. Jika ghararnya
kecil dan tidak mempengaruhi keabsahan akad, maka transaksinya dibolehkan.
Contoh: pembeli mobil yang tidak mengetahui bagian dalam mesin atau pembeli saham yang
tidak mengetahui rincian aset perusahaan.
Ibnu Qayyim berpendapat bahwa gharar dalam jumlah sedikit atau tidak mungkin
dihindari niscaya tidak mempengaruhi keabsahan akad, berbeda dengan gharar besar atau
gharar yang mungkin dihindari
Menurut Al Baji, gharar besar yaitu rasionya dalam akad terlalu besar sehingga orang
mengatakan bai’ ini gharar
Jual beli batal jika mengandung riba karena riba mutlak haram baik besar atau pun kecil.
َفِإن َّلۡم َتۡف َع ُلوْا َفۡأ َذُنوْا ِبَح ۡر ٖب ِّم َن ٱِهَّلل َو َر ُسو ۖۦِلِه َو ِإن ُتۡب ُتۡم َفَلُك ۡم ُر ُء وُس َأۡم َٰو ِلُك ۡم اَل َتۡظ ِلُم وَن َو اَل ُتۡظ َلُم وَن
“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa
Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba),
maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.”
Sedangkan gharar diharamkankan tapi tidak mutlak. Salah satunya jika ghararnya besar.
Cara menilai besar kecilnya gharar dikembalikan pada urf/kebiasaan. Jika biasa
dilakukan, maka boleh. Yang susah adalah menentukan gharar yang sedang karena akan
berbeda pendapat satu orang dengan orang lainnya. Untuk menentukannya dapat dilakukan
berdasarkan pendapat orang yang ahli dalam bidangnya.
Jika gharar dalam akad hanya sebagai pengikut, maka tidak merusak keabsahan akad.
Contoh: menjual binatang ternak yang bunting, menjual binatang ternak yang menyusui dan
menjual sebagian buah yang belum matang dalam satu pohon dibolehkan. Walaupun janin,
susu dan sebagian buah tersebut tidak jelas tapi keberadaanya hanya sebagai pengikut
sehingga tidak masalah.
Contoh lain: menjual unta bunting harganya beda dengan unta tidak bunting, akadnya
mengikut dengan jual beli induk. Jika akadnya jual beli janinnya, maka haram dan tidak sah
Contoh lain: dalam jual beli tiket transportasi yang di dalamnya terdapat harga tiket dan harga
premi asuransi. Asuransinya haram karena mengandung unsur riba dan gharar. Namun akad
jual belinya adalah tiketnya dan pengikutnya adalah asuransi. Jual beli seperti ini dibolehkan.
Contoh lain: mengirim barang yang mana jenis barangnya wajib diasuransikan oleh ekspedisi
logistik. Jika akadnya dipisahkan antara jasa kirim dan asuransi, maka tidak boleh.
Sedangkan jika harga asuransi sudah dimasukkan dalam komponen biaya jasa kirim maka
dibolehkan.
3️. Akad yang mengandung gharar bukan termasuk akad yang dibutuhkan orang banyak
Jika suatu akad mengandung gharar dan akad tersebut dibutuhkan oleh orang banyak
hukumnya sah dan dibolehkan.
Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa mudharat gharar di bawah riba, oleh karena itu
diberi rukhsah (keringanan) jika dibutuhkan oleh orang banyak, karena jika diharamkan
mudharatnya lebih besar daripada dibolehkan.
Contoh: menjual barang yang tertimbun dalam tanah seperti wortel, bawang, umbi-umbian
dan menjual barang yang dimakan bagian dalamnya seperti semangka, telur, dll sekalipun
terdapat gharar maka dibolehkan karena kebutuhan orang banyak untuk menjual dengan cara
demikian tanpa dibuka terlebih dahulu bagian dalamnya atau dicabut dari tanah
Misalnya sseorang bersedekah dengan uang yang ada dalam dompetnya padahal dia tidak
tahu berapa jumlahnya atau seseorang yang menghadiahkan bingkisan kepada orang lain,
orang yang menerima tidak tahu isi dalam bingkisan tersebut, maka akadnya sah walaupun
mengandung gharar.
Gharar dalam jualbeli diharamkan karena prinsip akadnya mu’awadhoh, yaitu ada tukar
menukar dan timbal balik antara penjual pembeli.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa bahwa mata uang kripto adalah barang
haram. Argumen MUI adalah kripto mengandung unsur gharar, dharar, qimar. Gharar berarti
transaksi mengandung ketidakpastian, dharar yakni bisa merugikan salah satu pihak, dan
qimar artinya bersifat spekulatif atau perjudian. Dalam keterangannya, Ketua MUI Bidang
Fatwa KH Asrorun Niam Sholeh mengatakan, alasan penggunaan mata uang kripto
diharamkan, yakni mengandung unsur gharar, dharar, serta bertentangan dengan Undang-
undang Nomor 7 Tahun 2011 dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 17 Tahun 2015.
2.3.7 POSISI GACHA DALAM GHARAR
Posisi gacha dalam gharar adalah gharar yang terjadi pada akad jual beli, yang mana
ini merupakan salah satu kriteria gharar yang haram. Gacha yang haram adalah gacha yang
menggunakan uang asli atau harus melakukan top up terlebih dahulu agar bisa melakukan
gacha tersebut, lain halnya dengan gacha yang tidak dengan menggunakan uang asli, yaitu
uang di dalam game yang didapatkan dengan cara seperti menyelesaikan misi, login atau
mengundang teman. Dalam hal ini gacha terbagi menjadi 2 :
Yaitu gacha yang menggunakan uang asli, dikarenakan dalam gacha terdapat ketidakpastian
apa yang akan kita dapat dari undian atau gacha yang dilakukan.
Yaitu gacha yang menggunakan uang di dalam game, yang didapatkan bukan dengan cara
mengeluarkan uang atau top up, melainkan dengan cara seperti menyelesaikan misi, login,
mengundang teman dan semisalnya. Artinya tidak ada uang asli yang dikorbankan untuk
melakukan gacha atau undian itu.
Ulama berbeda pendapat terhadap gharar pertengahan, ada yang mengatakan boleh,
ada yang mengatakan haram. Maka pandangan saya adalah Dikembalikan dalam fikihnya
berdasarkan ahli/expert di bidangnya masing-masing agar dapat menentukan nilai ghararnya.
Misal dalam pembangunan rumah/gedung. Orang awam yang tidak tahu komposisinya maka
baginya ghararnya besar. Namun bagi yang mengerti dan sudah ahli/expert di bidang
pembangunan rumah/gedung maka ghararnya kecil. Menurut saya sendiri, gharar sedang atau
pertengahan itu tidak ada, yang ada hanya gharar kecil dan besar, artinya, jika ada yang
menganggap hal ini adalah gharar sedang, pernyataan dia itu salah terhadap gharar yang
terkandung dalam perkaranya, gharar yang terkandung dalam perkara tersebut pasti antara
gharar kecil atau gharar besar, antara diperbolehkan atau diharamkan.
Hal yang dilakukan Zaki adalah mengundi di dalam game, dan yang namanya undian, pasti
ada ketidakpastian di dalamnya, entah Zaki akan mendapatkan apa dan Zaki tidak tahu
menahu apa yang akan didapatkannya. Namun dalam kasus Zaki, disitu dikatakan bahwa
hanya 1 CP yang dia gunakan untuk melakukan kegiatan undian, Maka jawabannya adalah
tetap saja hal itu adalah gharar karena mengandung ketidakpastian, akan tetapi hal tersebut
masuk ke gharar kecil atau shogir, karena yang digunakan Zaki untuk melakukan undian
hanyalah 1 CP dan juga ketika 1 CP tersebut dirupiahkan, itu tidak banyak. Para ulama
mengatakan bahwa, gharar kecil itu dimaafkan, seperti misalnya dalam kasus yang lain yaitu,
membayar sewa ruko, kontrakan, kos selama berbulan-bulan dan dengan harga yang sama,
hal itu terdapat ketidakpastian dalam jumlah hari dalam setiap bulan, ada yang 31, 30, 29,
bahkan 28, akan tetapi karena rentang perbedaannya tidak terlalu jauh dari 31 sampai 28,
maka hal tersebut termasuk gharar kecil dan dimaafkan.
2.5 SOLUSI
1. Jangan pernah top up di game apapun, toh ada banyak item, skin, senjata, skin senjata,
karakter, skin hero, dan lain sebagainya yang gratis, dan juga bagus-bagus, bahkan
terkadang melebihi skin-skin yang berbayar.
2. Jangan mengundi, kalaupun tetap ingin top up, maka jangan mendapatkan item, skin,
senjata atau hero dengan cara mengundi atau gacha, karena ada item, skin, senjata,
hero lain yang bisa didapatkan dengan top up dan tidak dengan cara mengundi,
artinya kita pasti mendapatkan hal tersebut. Toh, jika dengan mengundi, belum tentu
item, skin, senjata, hero yang kita inginkan bisa didapatkan, karena adanya gharar
atau ketidakpastian kita dalam mendapatkannya.
3. Cari game lain yang tidak ada top up di dalamnya, ada banyak game lain yang aman
dari hal-hal gharar, seperti minecraft dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Hal yang dilakukan Zaki berupa mengundi dengan sisa uang game hasil dari top up
yang dilakukannya yaitu hanya 1 CP dalam mata uang game itu
2. Pandangan Islam terhadapnya adalah hal itu dikategorikan sebagai gharar kecil dan
dimaafkan
3. Solusi nya adalah jangan pernah top up di game apapun, game itu hanya untuk
kesenangan dan hanya sementara belaka. Dan juga banyak item, skin, senjata, hero
yang bagus-bagus dan bisa kita dapatkan dengan gratis tanpa mengeluarkan uang.
kalaupun tetap ingin top up, maka jangan mendapatkan item, skin, senjata atau hero
dengan cara mengundi atau gacha, karena ada item, skin, senjata, hero lain yang bisa
didapatkan dengan top up dan tidak dengan cara mengundi, artinya kita pasti
mendapatkan hal tersebut. Toh, jika dengan mengundi, belum tentu item, skin, senjata,
hero yang kita inginkan bisa didapatkan, karena adanya gharar atau ketidakpastian
kita dalam mendapatkannya. Dan yang terakhir cari game lain yang tidak ada top up
di dalamnya, ada banyak game lain yang aman dari hal-hal gharar, seperti minecraft
dan lain-lain.