Anda di halaman 1dari 19

lOMoARcPSD|33735849

Scribd - kjaxojd

Metode Statistika Multivariat (Universitas Terbuka)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Anjas Ahmad Ernas (anjasernas06@gmail.com)
Tugas 2. Perencanaan Kota

No Tugas Tutorial Skor Maksimal Sumber Tugas Tutorial


1 LANJUTKAN proposal 100 Modul 4, 5, 6
perencanaan pembangunan kota
dari TUGAS 1 dalam tugas ini
mengenai topic berikut (pilih
salah satu): (1) Kota yang baru
saja terkena bencana; (2) Daerah
tertinggal; (3) Kota besar yang
mengalami permasalahan
kompleks, menjadi makalah
yang lengkap!
a. Proposal dibuat dengan
system bab: Bab 1
Pendahuluan, Bab 2
Tinjauan Literatur, Bab 3
Metode Penelitian
b. Jelaskan latar belakang
masalah kota yang akan
dibangun!
c. Jelaskan masalah yang
dihadapi oleh kota yang
akan dibangun!
d. Jelaskan konsep dan teori
yang sesuai untuk
pembangunan kota yang
akan dibangun!
e. Jelaskan analisis dari
permasalahan dan solusi
yang dikaitkan dengan
teori!
f. Buatlah kesimpulan!
g. Tuliskan daftar pustaka
yang digunakan untuk
menulis proposal
h. Buat cover depan yang
berisi nama, NIM, mata
kuliah, kelas, dosen
pengampu, nama
program studi, nama
fakultas , dan tahun
i. Buatlah kata pengantar
j. Buatlah daftar isi
k. Batlah daftar tabel, dan
gambar (jika ada)
l. Font 12, spasi 1.5

Downloaded by Anjas Ahmad Ernas


TUGAS 2
PERENCANAAN KOTA

TEMA
“PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL”

DIBUAT OLEH :

NAMA : KRISTIA ALVIORA


NIM 041119503
MATA KULIAH : PERENCANAAN
KOTA DOSEN PEMBIMBING : DWI
PUTRANTO RIAU

PROGRAM STUDI
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
UNIVERSITAS TERBUKA
2

Downloaded by Anjas Ahmad Ernas


TAHUN 2019

Downloaded by Anjas Ahmad Ernas


KATA PENGANTAR

Pujih dan Syukur Kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah
ini tepat pada waktunya. Makalah ini Membahas “ Pembangunan Daerah Tertingal”.
Dalam penyusunan makalah ini, Kami banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai teman saya itu bisa teratasi. Oleh
karena itu, Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dari pembaca sangat Kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

Downloaded by Anjas Ahmad Ernas


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
C. Tujuan ................................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN LITERATUR

2.1 Pengertian Daerah Tertinggal.....................................................................6


2.2 Faktor Penyebab Daerah Tertinggal...........................................................6
2.3 Kriteria Penetapan Daerah Tertinggal.........................................................7
2.4 Pandangan Masyarakat Daerah Tertinggal Terhadap Pendidikan..............8
2.5 Pendidikan Di Daerah Tertinggal...............................................................9
2.6 Program-Program Pembangunan yang dilakukan pemerintah.................10
Pemerintah................................................................................................11
2.7 Pemberdayaan Masyarakat.......................................................................11

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................13
3.2 Teknik Pengumpulan Data...................................................................13

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...........................................................................................14
4.2 Saran.....................................................................................................14
Daftar Pustaka.............................................................................................................16

Downloaded by Anjas Ahmad Ernas


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tujuan pelaksanaan pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
pelayanan dan kesejahteraan masyarakat di daerah agar semakin baik, memberi
kesempatan pada daerah untuk mengatur dan mengurus daerahnya sendiri,
dan meringankan beban pemerintah pusat agar pelaksanaan pemerintahan
dan pembangunan didaerah lebih efektif dan efisien. Faktor pendukung
tercapainya tujuan pembangunan daerah dipengaruhi oleh kondisi
perekonomian daerah yang stabil, sumber daya manusia yang berkualitas,
kemampuan keuangan daerah yang baik, infrastruktur yang memadai, dan
kemudahan akan akses pelayanan publik di daerah. Apabila daerah tidak
mampu menciptakan faktor - faktor pendukung sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan pemerintah, maka tujuan pembangunan daerah akan sulit
dicapai. Kegagalan dalam mengembangkan faktor pendukung tersebut
menyebabkan timbulnya kesenjangan antara daerah pedesaan dan perkotaan,
yang berakibat pada munculnya daerah tertinggal yang miskin dan terbelakang
(Syahza, 2012).
Daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang relatif kurang berkembang
dibandingkan daerah lain dalam skala nasional, dan berpenduduk yang
relatif tertinggal (Bappenas, 2006). Sedangkan menurut Kepmen PDT nomor
1 tahun 2005 tentang Strategi Nasional Pembangunan Daerah Tertinggal,
daerah tertinggal didefinisikan sebagai daerah kabupaten yang masyarakat
serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan dengan daerah
lain dalam skala nasional.
Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 tentang Penetapan Daerah
Tertinggal Tahun 2015 – 2019 disebutkan, daerah tertinggal adalah daerah
kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang
dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional. Pada Peraturan
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi No.3
Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Penentuan Indikator Daerah Tertinggal
secara Nasional, suatu daerah ditetapkan sebagai daerah tertinggal
berdasarkan kriteria :
a. Perekonomian masyarakat;
b. Sumber daya manusia;
c. Sarana dan prasarana;
d. Kemampuan keuangan daerah;
6

Downloaded by Anjas Ahmad Ernas


e. Aksesibiltas; dan
f. Karakteristik daerah.

Kriteria ketertinggalan sebagaimana dimaksud diukur berdasarkan indikator


dan sub indikator. Menurut Perpres, pemerintah menetapkan daerah tertinggal
setiap lima tahun sekali secara nasional berdasarkan kriteria, indikator, dan sub
indikator ketertinggalan daerah. Penetapan daerah tertinggal sebagaimana
dimaksud dilakukan berdasarkan usulan menteri dengan melibatkan
kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah. Dalam hal adanya
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah kabupaten atau upaya
mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam, menurut
Perpres ini, presiden dapat menetapkan daerah tertinggal baru.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksut dengan Daerah tertinggal?
2. Apa yang menyebapkan daerah tertinggal?
3. Bagaimana karakteristik daerah tertinggal?
4. Bagaimana pendidikan didaerah tertinggal?
5. Bagaiman pembangunan pada daerah tertinggal?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian daerah tertinggal.
2. Untuk mengetahui apa yang menyebapkan suatu daerah dapat tertinggal
3. Untuk mengetahui karakteristik daerah tertinggal.
4. Untuk mengetahui pendidikan daerah tertinggal.
5. Untuk mengetahui pembangunan didaerah tertinggal.

Downloaded by Anjas Ahmad Ernas


BAB II
TINJAUAN LITERATUR

2.1 Pengertian Daerah Tertinggal


Secara umum yang dimaksud dengan Daerah Tertinggal adalah daerah Kabupaten
yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan
daerah lain dalam skala nasional. Pengertian daerah tertinggal sebenarnya multi-
interpretatif dan amat luas. Meski demikian, ciri umumnya antara lain: tingkat
kemiskinan tinggi, kegiatan ekonomi amat terbatas dan terfokus pada sumberdaya
alam, minimnya sarana dan prasarana, serta kualitas SDM yang rendah.
Daerah tertinggal secara fisik terkadang lokasinya amat terisolasi. Beberapa
pengertian wilayah tertinggal telah disusun oleh masing-masing instansi sektoral
dengan pendekatan dan penekanan pada sektor terkait (misal: transmigrasi,
perhubungan, pulau-pulau kecil dan pesisir, Kimpraswil, dan lain sebagainya).
Wilayah tertinggal secara definitif dapat meliputi dan melewati batas administratif
daerah sesuai dengan keterkaitan fungsional berdasarkan dimensi ketertinggalan
yang menjadi faktor penghambat peningkatan kesejahteraan masyarakat di
wilayah tersebut.
Berdasarkan Keputusan Menteri pembangunan daerah tertinggal Nomor
001/KEP/M-PDT/I/2005 tentang Strategi Nasional Pembangunan Daerah
Tertinggal, yang dimaksud dengan Daerah Tertinggal adalah daerah Kabupaten
yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan
daerah lain dalam skala nasional. Konsep daerah tertinggal pada dasarnya berbeda
dengan konsep daerah miskin. Oleh karenanya, program pembangunan daerah
tertinggal berbeda dengan program penanggulangan kemiskinan

2.2 Faktor Penyebab Daerah Tertinggal


Suatu daerah dikategorikan sebagai daerah tertinggal, karena beberapa faktor
penyebab, yaitu:
1. Geografis
Umumnya secara geografis daerah tertinggal relatif sulit dijangkau karena
letaknya yang jauh di pedalaman, perbukitan/ pegunungan, kepulauan, pesisir,
dan pulau-pulau terpencil atau karena faktor geomorfologis lainnya sehingga
sulit dijangkau oleh jaringan baik transportasi maupun media komunikasi.
2. Sumberdaya Alam
Beberapa daerah tertinggal tidak memiliki potensi sumberdaya alam, daerah
yang memiliki sumberdaya alam yang besar namun lingkungan sekitarnya

Downloaded by Anjas Ahmad Ernas


merupakan daerah yang dilindungi atau tidak dapat dieksploitasi, dan daerah
tertinggal akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan.
3. Sumberdaya Manusia
Pada umumnya masyarakat di daerah tertinggal mempunyai tingkat
pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah serta
kelembagaan adat yang belum berkembang.
4. Prasarana dan Sarana
Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, air bersih, irigasi,
kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya yang menyebabkan masyarakat
di daerah tertinggal tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas
ekonomi dan sosial.
5. Daerah Terisolasi, Rawan Konflik dan Rawan Bencana
Daerah tertinggal secara fisik lokasinya amat terisolasi, disamping itu
seringnya suatu daerah mengalami konflik sosial bencana alam seperti gempa
bumi, kekeringan dan banjir, dan dapat menyebabkan terganggunya kegiatan
pembangunan sosial dan ekonomi.
6. Kebijakan Pembangunan
Suatu daerah menjadi tertinggal dapat disebabkan oleh beberapa kebijakan
yang tidak tepat seperti kurang memihak pada pembangunan daerah
tertinggal, kesalahan pendekatan dan prioritas pembangunan, serta tidak
dilibatkannya kelembagaan masyarakat adat dalam perencanaan dan
pembangunan.

2.3 Kriteria Penetapan Daerah Tertinggal


Untuk mengidentifikasi suatu kabupaten mengalami ketertinggalan dapat
diukur dengan menggunakan standar yang telah ditetapkan sebelumnya
mengacu pada Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi No. 3 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis Penentuan Indikator
Daerah Tertinggal Secara Nasional. Dalam hal mengidentifikasi masalah
ketertinggalan digunakan 6 (enam) kriteria dan 27 (dua puluh tujuh) indikator
daerah tertinggal yang meliputi:
1. Kriteria Perekonomian, yang terdiri dari 2 (dua) Indikator yaitu :
(a) Persentase penduduk miskin
(b) Pengeluaran Per Kapita Penduduk (rupiah).
2. Kriteria Sumber Daya Manusia (SDM), yang terdiri dari 3 (tiga)
Indikator yaitu:
(a) Angka Harapan Hidup atau AHH (tahun),
(b) Rata-Rata Lama Sekolah atau RLS (tahun)
9

Downloaded by Anjas Ahmad Ernas


(c) Angka Melek Huruf atau AMH (persen).
3. Kriteria Kemampuan Keuangan Daerah (KKD), yang terdiri hanya 1
(satu) indikator yaitu Kemampuan Keuangan Daerah.
4. Kriteria Infrastruktur atau Sarana Prasarana, yang terdiri dari 11
(sebelas)Indikator yang digolongkan atas Jalan antar desa melalui darat dan
Jalan antar desa bukan melalui darat (jumlah desa) yaitu :
a. Jalan antar desa melalui darat terdiri dari inidkator antara lain :
1) Jalan aspal atau beton (jumlah desa)
2) Jalan diperkeras (jumlah desa)
3) Jalan tanah (jumlah desa)
4) Jalan lainnya (jumlah desa).
b. Jalan antar desa bukan melalui darat (jumlah desa) terdiri dari inidkator -
indikator :
1) Pasar tanpa bangunan (jumlah desa)
2) Fasilitas kesehatan per 1000 penduduk (unit atau buah)
3) Dokter per 1000 penduduk (orang),
4) Fasilitas pendidikan dasar per 1000 penduduk (unit/buah)
5) Persentase rumahtangga pengguna listrik
6) Persentase rumahtangga pengguna telepon
7) Persentase rumahtangga pengguna air bersih.
5. Kriteria Aksesibilitas, yang terdiri dari 3 (tiga) Indikator yaitu :
a. Rata-rata jarak ke ibukota kabupaten (kilometer)
b. Akses ke pelayanan kesehatan (kilometer)
c. Akses ke pelayanan pendidikan dasar (kilometer)
6. Kriteria Karakteristik Daerah, yang terdiri dari 7 (tujuh) Indikator yaitu :
a. Gempa bumi (persentase jumlah desa)
b. Tanah longsor (persentase jumlah desa)
c. Banjir (persentase jumlah desa)
d. Bencana lainnya (persentase jumlah desa)
e. Kawasan hutan lindung (persentase jumlah desa)
f. Berlahan kritis (persentase jumlah desa)
g. Desa konflik (persentase jumlah desa).

2.4 Pandangan Masyarakat Daerah Tertinggal Terhadap Pendidikan


Daerah tertinggal merupakan daerah yang terisolir dari pembangunan yang
sedang berjalan. Tidak hanya secara fisik mereka tertinggal namun juga dari cara
berpikir masyarakatnya. Prinsip ‘banyak anak banyak rejeki’ seakan telah
menjamur dalam kehidupan mereka.
10

Downloaded by Anjas Ahmad Ernas


Pandangan masyarakat desa di daerah tertinggalpun cenderung lebih berorientasi
pada hal materiil, yaitu lebih menyukai jika anak-anaknya bekerja membantu
orang tua dari pada harus belajar di sekolah. Mungkin hal inilah yang
menyebabkan masyarakat desa di daerah tertinggal sulit melepaskan anak-anak
mereka untuk menuntut ilmu di tempat yang jauh. Mereka lebih suka melihat
anak-anak mereka di rumah membantu orang tua di ladang, tambak atau sawah.
Paradigma seperti inilah yang telah ada dalam diri mereka sejak lama dan sulit
untuk dirubah. Bagi masyarakat pedalaman, yang berpencar, pendidikan belum
merupakan prioritas karena anak-anak masih dipandang sebagai alat produksi
bagi keluarga, perbedaan ini perlu dieliminir. Masyarakat disana berpikir bahwa
sekolah kurang berguna untuk wanita. Karena pada akhirnya wanita akan kembali
ke dapur dan hanya bekerja sebatas mengurus rumah, suami dan anak-anak.

2.5 Pendidikan di Daerah Tertinggal


Sarana komunikasi yang kurang baik dan jauhnya daerah dari pusat pemerintahan
menjadi salah satu penyebab tertinggalnya daerah dari pembangunan pendidikan.
Pemberlakuan Undang-undang no. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah
mengisyaratkan pada kita mengenai perkembangan daerah-daerah dengan suasana
yang lebih kondusif dan demokratis. Namun ternyata hal ini juga berimbas pada
pendidikan.
Sebenarnya, masih banyak daerah yang belum siap menerima kebijakan
pemerintah yang baru yang menyerahkan kebebasan pada pemerintah daerah
untuk mengatur pendidikan yang selama ini selalu berbasis pada pemerintah
pusat. Hal ini dapat terlihat dari ketidaksiapan daerah yang tertinggal dalam
menghadapi situasi ini.
Terlihat dari sarana dan prasarana yang kurang memadai.seperti akses jalan
menuju sekolah, bangunan sekolah yang rapuh, serta buku-buku yang digunakan
dalam mengajar. Hal tersebut berhubungan erat dengan masalah dana yang
kurang tersedia di setiap daerah. Ini menjadi masalah yang mendasar bagi
pemerintah daerah, kecuali jika pemerintah pusat dapat membantu mereka
mengatasi masalah ketersediaan dana ini. Yang kedua adalah masalah Sumber
Daya Manusia (SDM) yang belum memadai. Tidak hanya mengenai kuantitasnya
namun juga kualitasnya yang jauh dibawah standar kelayakan. Masih terdapat
beberapa daerah yang SDM nya masih belum memadai dan mengerti bagaimana
konsep pendidikan yang sebaiknya diterapkan. Terlihat juga dari tenaga pengajar
yang kebanyakan honorer. Banyak dari tenaga pengajar tersebut merupakan
relawan yang bersedia membantu mengajar.

11

Downloaded by Anjas Ahmad Ernas


Data hingga tahun 2005 menunjukkan, bangunan SD dan SMP di daerah
tertinggal di Sumatera Utara berjumlah 9.735 unit, dengan 63.997 kelas.
Sedangkan jumlah siswa sebanyak 2.002.371 orang. Sedangkan jumlah tenaga
guru yang ada sebatas 84.241 orang.
Beberapa daerah yang tertinggal mempunyai Anggaran Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang sangat rendah, hal ini menyebabkan mereka merasa sangat berat
untuk dapat menyelenggarakan pendidikan dengan layak. “Karena anggarana
Pendapatan Asli Daerah (PAD) mereka sangat rendah, beberapa daerah yang
selama ini kita kenal dengan daerah tertinggal merasa keberatan untuk langsung
menerima beban kewenangan kebijakan desentralisasi pendidikan ini.
Pembiayaan pembangunan yang mereka lakukan selama ini banyak ditunjang
oleh pusat atau propinsi. Pendapatan asli daerah mereka tergolong masih sangat
rendah” (Chan, Sam, 2006)
Masalah lain, yaitu masyarakat daerah tertinggal adalah masyarakat yang gamang
atau takut terhadap upaya pembaruan. Perubahan kurikulum, uji coba model, dan
uji coba mekanisme sering dianggap para pengajar sebagai sebuah malapetaka
atau setidaknya menjadi beban yang cukup berat untuk mereka. Serta LSM yang
bergerak di bidang pendidikan masih kurang.

2.6 Program-Program Pembangunan yang dilakukan pemerintah Pemerintah


Sudah cukup banyak usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi
masalah ketertinggalan daerah selama ini. Salah satunya yaitu pemerintah
mengeluarkan Permen PDT No. 07/ PER/ W-PDT /III/2007 tentang perubahan
strategi pembangunan daerah tertinggal. Ini merupakan implementasi teknis dari
Undang-undang nomor 25 tahun 2005 tentang sistem perencanaan pembangunan
nasional.
Kementrian PDT juga membuat sasaran pembangunan daerah tertinggal yang
terbagi dalam sasaran jangka menengah (RPJMN) dan sasaran jangka panjang
(RPJPN). Kedua program kerja tersebut mempunyai tujuan untuk mempercepat
pertumbuhan daerah-daerah yang tertinggal. Pemerintah juga mengadakan
Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal atau disebut juga dngan
P2DTK. Program (Sarpung) Sarjana Pulang Kampung juga diterapkan Pemkab
Tapin, Kalimantan Selatan untuk mrnyebarkan tenaga pendidik di daerah mereka.
Program beasiswa dan penggalangan dana untuk anak-anak yang mempunyai
masalah ekonomi juga semakin digalakkan karena pada dasarnya masalah
ekonomi kerap menjadi masalah utama yang membelenggu masyarakat di daerah
tertinggal. Masalah ini sepatutnya tidak hanya menjadi tugas pemerintah dalam

12

Downloaded by Anjas Ahmad Ernas


menyelesaikannya, namun juga menjadi tanggung jawab masyarakat dalam
pelaksanaannya.
Pembukaan UUD 1945 yang berisi tujuan pendidikan nasional adalah membentuk
warga Negara yang cerdas, mandiri dan dilandasi oleh ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Hal ini sepatutnya menjadi landasan utama dalam merealisasikan
pendidikan yang berbasis pemberdayaan masyarakat agar terlatih kecerdasannya.
Strategi pembangunan daerah tertinggal disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi masing-masing daerah. Strategi dimaksud meliputi:
1. Pengembangan ekonomi lokal, strategi ini diarahkan untuk mengembangkan
ekonomi daerah tertinggal dengan didasarkan pada pendayagunaan potensi
sumberdaya local (sumberdaya manusia, sumberdaya kelembagaan, serta
sumberdaya fisik) yang dimiliki masing-masing daerah, oleh pemerintah
dan masyarakat, melalui pemerintah daerah maupun kelompok-kelompok
kelembagaan berbasis masyarakat yang ada.
2. Pemberdayaan Masyarakat, strategi ini diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan sosial, budaya,
ekonomi, dan politik.
3. Perluasan Kesempatan, strategi ini diarahkan untuk membuka keterisolasian
daerah tertinggal agar mempunyai keterkaitan dengan daerah maju
4. Peningkatan Kapasitas, strategi ini diarahkan untuk meningkatkan
kapasitas kelembagaan dan sumberdaya manusia pemerintahan dan
masyarakat di daerah tertinggal.
5. Peningkatan Mitigasi, Rehabilitasi dan Peningkatan, strategi ini diarahkan
untuk mengurangi resiko dan memulihkan dampak kerusakan yang
diakibatkan oleh konflik dan bencana alam serta berbagai aspek dalam
wilayah perbatasan.

2.7 Pemberdayaan Masyarakat


Selama ini kita mengenal tiga kategori pendidikan. Pertama yaitu pendidikan
formal, seperti yang selalu kita lihat di sekolah-sekolah dengan ciri ada guru,
murid, bangku, papan tulis. Kedua yaitu pendidikan informal tetapi mempunyai
pola seperti pendidikan formal, seperti pengadaan kursus dan lain-lain yang
memberikan ijazah sebagai tanda kredibilitasnya. Ada juga pendidikan non
formal yang tidak memberikan ijasah, sertifikat dan lain-lain. Pendidikan seperti
ini biasanya digunakan untuk meningkatkan mutu SDM. Dalam pembangunan
pendidikan di daerah tertinggal, sebaiknya masyarakat ikut dilibatkan dalam
banyak keputusan. Karena jika tidak, masyarakat akan merasa kurang memiliki
dan acuh tak acuh dan mungkin hanya akan menunggu sampai pembangunan
13

Downloaded by Anjas Ahmad Ernas


tersebut selesai dilaksanakan Pendidikan dengan upaya memberdayakan
masyarakat selalu menekankan pentingnya partisipasi masyarakat pada setiap
kegiatan belajar dan bertujuan untuk menjawab kebutuhan masyarakat.
Banyak hal yang dapat dilakukan pemerintah maupun masyarakat sendiri dalam
rangka membentu mengaplikasikan pendidikan yang menggunakan masyarakat
sendiri sebagai pondasi dan pembangunnya. Salah satunya dengan adanya
bantuan teknis, dalam hal ini pendidikan formal maupun informal dapat dilakukan
masyarakat dan pemerintah dengan mengirimkan tenaga ahli serta pendidikan
atau pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan. Cara lain yaitu dengan subsidi
dana penyelenggaraan kependidikan formal maupun informal berbasis masyarakat
yang bersumber dari pemerintah dan pemerintah daerah berupa biaya operasi.
Selain itu, sumber daya lain yang dapat membantu dalam menyukseskan
pendidikan berbasis masyarakat yaitu berupa pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan. Semua hal tersebut dapat tersedia dengan adanya kerja sama yang
terbuka antara pemerintah, pemerintah daerah, Tokoh-tokoh masyarakat serata
LSM terkait yang diharapkan dapat membantu proses pendidikan ini.

14

Downloaded by Anjas Ahmad Ernas


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi Penelitian adalah Kecamatan Tabir Barat Kabupaten Merangin Provinsi
Jambi. Pemilihan daerah penelitian dilakukan dengan metode purpasive sampling
atau memilih sampel dengan pertimbangan tertentu, yaitu :
1. Kecamatan Tabir Barat merupakan daerah terpencil di Kabupaten Merangin
dimana akses transportasi disana masih menggunakan transportasi air.
2. Masih banyaknya potensi ekonomi, khususnya sumber daya lokal yang belum
dimanfaatkan oleh masyarakat.
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2019

3.2 Teknik Pengumpulan Data


3.2.1 Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Dimana
dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas
pertanyaan. Tujuan melakukan wawancara adalah memungkinkan kita
untuk masuk dalam perspektif orang lain. Adalah tanggung jawab
pewawancara menyediakan kerangka kerja, yang orang dapat
menanggapi dengan rasa nyaman, tepat dan jujur terhadap pertanyaan
terbuka (Patton, 2009). Wawancara dalam penelitian ini menggunakan
jenis wawancara mendalam dengan pertanyaan terbuka dan
wawancara dengan responden terpilih.
3.2.2 Dokumentasi
Penggunaan dokumen resmi dalam penelitian sebagai sumber data
telah lama digunakan sebagai alat untuk menguji, menafsirkan bahkan
untuk meramalkan tentang suatu keadaan. Pengumpulan data
dokumentasi dimaksudkan untuk melengkapi data yang tidak
diperoleh dari kegiatan wawancara. Dokumen-dokumen tersebut
berasal dari Bappeda Kabupaten Merangin dan BPS Kabupaten
Merangin.

BAB IV
15

Downloaded by Anjas Ahmad Ernas


PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kriteria sebuah daerah tertinggal adalah berdasarkan kondisi sosial, budaya,
ekonomi dan wilayah (fungsi inter dan intra spasial baik pada aspek
lingkungan, aspek manusianya, maupun prasarana pendukungnya) kurang
berkembang dibandingkan daerah lain.
Pandangan masyarakat desa di daerah tertinggal cenderung lebih berorientasi
pada hal materiil, yaitu lebih menyukai jika anak-anaknya bekerja membantu
orang tua daripada harus belajar di sekolah. Mungkin hal inilah yang
menyebabkan masyarakat desa di daerah tertinggal.
Masyarakat daerah tertinggal adalah masyarakat yang gamang atau takut
terhadap upaya pembaruan. Perubahan kurikulum, uji coba model, dan uji
coba mekanisme sering dianggap para pengajar sebagai sebuah malapetaka
atau setidaknya menjadi beban yang cukup berat untuk mereka. Sudah cukup
banyak usaha-usaha yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi masalah
ketertinggalan daerah selama ini. Salah satunya yaitu pemerintah
mengeluarkan Permen PDT No. 07/ PER/ W-PDT /III/2007 tentang
perubahan strategi pembangunan daerah tertinggal. Ini merupakan
implementasi teknis dari Undang-undang nomor 25 tahun 2005 tentang sistem
perencanaan pembangunan nasional.
Kementrian PDT juga membuat sasaran pembangunan daerah tertinggal yang
terbagi dalam sasaran jangka menengah (RPJMN) dan sasaran jangka panjang
(RPJPN).
3.2 Saran
Daerah tertinggal masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan juga
masyarakat luas. Alangkah baiknya jika dalam pembangunan daerah
tertinggal ini pemerintah juga mengajak masyarakat ikut serta. Mengingat
pendidikan merupakan salah satu pilar penentu bangsa dimasa depan. Sebagai
masyarakat, kita harus mengubah pandangan masyarakat daerah tertinggal
tentang pendidikan, hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan pilar
penting dalam kehidupan bernegara.
Pendidikan juga teramat penting bagi setiap individu. Karena akan
beruhubungan selanjutnya kepada masa depan individu tersebut dan
selanjutnya juga akan berpengaruh pada bangsa dalam waktu mendatang.
Penyuluhan mengenai pentingnya pendidikan akan sangat dibutuhkan.
Perbaikan sarana-prasaran harus tetap ditingkatkan.

16

Downloaded by Anjas Ahmad Ernas


Pengawasan dana pendidikan harus berjalan transparan. Mengingat telah
banyak usaha yang telah dilakukan pemerintah, dan tingkat kepedulian yang
tinggi dari pemerintah daerah, maka bukan hal yang tidak mungkin bahwa
kita sebagai masyarakat dan abdi Negara untuk melanjutkan program-program
tersebut dan menjadikan Indonesia sebagai Negara yang maju dan terdepan
dalam pendidikan.

17

Downloaded by Anjas Ahmad Ernas


DAFTAR PUSTAKA

Utomo tjipto, Ruijter Kees. 1991. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan.


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Sam Tuti T, Chan Sam M. 2006. Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sastradipoera Koemaruddin. 1989. Kegunaan Konsep Gini dan Konsep Kesenjangan
Pendidikan. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Institut Keguruan
dan Ilmu Pendidikan

18

Downloaded by Anjas Ahmad Ernas

Anda mungkin juga menyukai