Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH ANATOMI TUMBUHAN

JARINGAN PELINDUNG
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Anatomi Tumbuhan
Dosen Pengampu : Dr. Evie Palenewen, M.Pd

Disusun Oleh :
KELOMPOK 2

Triana Adawiyah : 2205016037


Afif Amalia : 2205016038
Desy Amanda Putri : 2205016040
Aura Anastacia Aldany : 2205016047
Indah Damayanti : 2205016053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................................
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................3
1.3 TUJUAN........................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................
PEMBAHASAN........................................................................................................................
2.1.........................................................................................................................5
2.2.........................................................................................................................4
2.4.........................................................................................................................5
2.5.........................................................................................................................6
2.6………7
BAB III....................................................................................................................................
PENUTUP................................................................................................................................
3.1 KESIMPULAN............................................................................................10
3.2 SARAN........................................................................................................18
DAFTAR PUSTKA.................................................................................................................
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkah dan rahmat serta hidayah yang diberikan, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Anatomi Tumbuhan yang berjudul “Jaringan Pelindung”.
Sebelumnya kami selaku penulis makalah ini ingin berterima kasih kepada Ibu Dr.
Evie Palenewen, M.Pd selaku dosen pengmpu mata kuliah ini yang telah
memberikan tugas kepada kami.
Makalah ini telah kami buat untuk memenuhi nilai tugas pada mata kuliah
Anatomi Tumbuhan. Dengan menggunakan berbagai sumber bacaan seperti buku
dan jurnal kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami selaku penulis makalah
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam pengerjaan
makalah ini. Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dan untuk kemajuan pengetahuan.
Akhir kata, kami selaku penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan bermanfaat di masa depan bagi kita semua. Tak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu
menyelesaikan tugas makalah ini.

Samarinda, 13 Oktober 2023

Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan Kegiatan
1. untuk mengetahui definisi jaringan epidermis
2. untuk mengetahui sifat-sifat epidermis
3. untuk mengetahui tentang sel Bulliform
4. untuk mengetahui stomata pada epidermis
5. untuk mengetahui proses terbentuknya stomata
6. untuk mengetahui gerakan membuka dan menutup pada stomata
7. untuk mengetahui tentang trichomata
8. untuk mengetahui bentuk dan fungsi trichomata
9. untuk mengetahui epidermis yang berlapis-lapis
1.3 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan jaringan epidermis?
2. Bagaimana sifat-sifat yang ada pada epidermis?
3. Apa yang dimaksud dengan Sel Bulliform?
4. Apa yang dimaksud dengan stomata?
5. Bagaimana proses terbentuknya stomata?
6. Gerakan apa saja yang terdapat pada stomata?
7. Apa yang dimasud dengan trichomata?
8. Bagaimana bentuk dan fungsi trichomata?
9. Lapisan apa saja yang ada pada epidermis yang berlapis-lapis?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jaringan Epidermis


Ditinjau dari asal katanya, yaitu dari bahasa Yunani, epi berarti di atas,
derma berarti kulit, maka epidermis adalah lapisan- lapisan sel yang berada
paling luar pada alat-alat tumbuhan primer, seperti: akar, batang, daun, bunga,
buah dan biji-biji.
2.2 Sifat-Sifat Epidermis
Dapat dikemukakan bahwa sel-sel epidermis yang memang berasal dari
meristem primer, dalam pembentukan jaringannya itu tentunya akan
merupakan jaringan primer. Menurut para ahli, epidermis ini biasanya
tersusun dari satu lapisan sel saja dan pada irisan permukaan sel-selnya
tampak berbentuk macam-macam, se- perti misalnya isodiametris yang
memanjang, berlekuk-lekuk atau menampakkan bentuk lainnya. Letak dari
sel-sel epidermis kenya taannya adalah demikian rapat sehingga karenanya di
antara sel- selnya tidak terdapat ruangan-ruangan antar sel (non-intercellular
spaces). Kenyataan bahwa adanya protoplas yang walaupun hanya sedikit
yang melekat pada dinding selnya, menandakan sel-sel epidermis itu masih
hidup. Vakuolanya yang besar terdapat di bagian tengah, berisi cairan sel
yang berwarna atau dapat pula tidak berwama. Adapun cairan yang berwama
ini karena antosion jelasnya warna antosian ini menutupi warna hijau jaringan
di bawahnya. Dengan demikian pada daun misalnya tidak akan ber warna
hijau, melainkan akan berwama lain: ungu, merah darah, kuning dan lain
sebagainya.
Plastida biasanya tidak terdapat dalam sel-sel epidermis. sekiranya ada sel
epidermis yang memilikinya hanyalah merupakanleukoplas, yang kecil-kecil.
Tentang kloroplas yang biasanya ter- dapat dalam sel-sel epidermis, hanya
pada tumbuh-tumbuhan yang mempertahankan hidupnya pada tempat-tempat
terlindung (lumut dan paku-pakuan). Dalam hal ini epidermis akan
melakukan fungsi sebagai pembantu dalam melaksanakan proses fotosintesis.
Penebalan-penebalan yang berlangsung pada dinding sel epi- dermis
biasanya merupakan penebalan-penebalan sekunder, yang terdiri dari selulosa
yang berwujud sebagai garis-garis (lamella). Kenyataan pada tumbuh-
tumbuhan yang hidup di atas tanah, pada tempat-tempat yang kering seperti
halnya dengan Xerophyt, dinding selnya yang telah memiliki penebalan-
penebalan selulosa, juga akan mengandung zat kutin. Pada dinding sel yang
saling berhadapan dengan udara lingkungannya (udara luar), umumnya
penebalan- penebalan tersebut adalah demikian tebal, bukan saja karena
adanya zat kutin tadi melainkan pula karena adanya lapisan kurikula. Dalam
keadaan demikian maka sel-sel epidermisnya menjadi sulit untuk dilalui air
yang tentunya pula menyebabkan penguapan-penguapanpun menjadi terbatas.
sehubungan dengan terdapatnya zat kutin dan lapisan kutikula pada
membran sel. Kutin dan kutikula sering terdapat pada seluruh bagian dari
tumbuhan. Dalam hal ini termasuk pula meristem ujung batang, pada bagian-
bagian bunga, kelenjer-kelenjer nektar serta rambut-rambut, kecuali pada
bagian akamya ke dua zat tersebut memang tidak terdapat. Ternyata bahwa
tidak jarang pula dinding sel epidermis yang berada di bagian dalam
mengandung kedua zat itu, terutama kalau sel-selnya berbatasan dengan
ruang-ruang udara di bagian dalam
Kutikula yang terdapat di bagian dalam (pada dinding yang sel-selnya
berbatasan dengan ruang-ruang udara di bagian dalam). biasanya hanya
terdapat pada sel-sel penutup dari stomata. Per- mukaan kutikula ini kalau
kita lihat dari atas akan menampakkan bentuk yang agak kasar, bergerigi
seakan-akan menunjukkan adanya garis-garis kutikula. Padahal mungkin saja
keadaan yang sebenamy adalah menipakan permukaan yang halus. Suatu
kenyataan lain mengemukakan bahwa pada tumbuhan yang tergolong
Hydrophy dan Higrophyt dinding selnya yang berhubungan dengan udara
lingkungan (udara luar) tidak mengandung zat kutin dan kutikula. Jadi
dinding selnya itu tetap tipis, keadaan yang demikian ini ter yata karena
tumbuhan golongan Hydrophyt dan Hygrophyt tidak melaksanakan
transpirasi yang kuat.
Permukaan kutikula kadang-kadang mengandung sejenis lemak dan
damar, tentang hal ini tampak pada Cressa cretica, Tamaris atau Frankenia.
Dapat pula mengandung zat caoutchouc yaitu pada Eucalyptus. PRIESTLEY,
seorang ahli botani yang namanya kita telah kenal pada urian di muka,
menyatakan bahwa susunan lapisan penebalan yang terdapat di bawah lapisan
kutikula itu adalah demikian kompleks, terdiri dari lamella-lamella selulosa,
kutin serta pektin. Adapun zat-zat lemak yang terdapat pada permukaan
kutikula itu berasal dari bahan-bahan lemak yang terdapat dalam tumbuhan
yang bergerak dan menembus lapisan-lapisan selulosa yang selanjutnya
melangsungkan pengendapan-pengendapan pada permukaan tadi.
Pada tumbuh-tumbuhan tertentu ternyata, bahwa sel-sel epi- dermisnya
selain mengandung kutikula mengandung pula lapisan lilin pada permukaan
sel-sel tersebut, yang tentunya berkaitan dengan terdapatnya zat-zat lemak
pada tumbuhan. Lapisan lilin ini tidak dapat ditembus oleh air bahkan
basahpun tidak. Pada per- mukaan kutikula lapisan lilin ini berbentuk butiran-
butiran kecil. seperti batang-batang halus yang ujungnya bengkok berupa
endapan mengerak, seperti lapisan kaca atau benda-benda viskeus.
2.3 SEL BULLIFORM
Beberapa ahli seperti GROB, GUTTENBERG. LINSBAUER serta LÖV
telah mengemukakan pendapatnya, bahwa pada epider- mis tumbuh-
tumbuhan dari ordo-ordo Monocotyledoeae (terkecuali Helobiae) terdapat
sel-sel bulliform yaitu sel-sel yang berbentuk bagaikan gelembung,
keadaannya lebih besar, bervakuola besar, sedang dinding selnya tipis. Sel-sel
demikian terdapat pada per- mukaan daun secara menyeluruh atau terbatas
hanya pada bagian- bagian yang melekuk di antara tulang-tulang daun.
Biasanya terdiri dari beberapa sel yang lebar, letaknya sejajar dengan tulang-
tulang.
Beberapa ciri lainnya yang menunjukkan sel-sel bulliform adalah sebagai
berikut:
1. Dapat terbentuk pada kedua permukaan daun
2. Di dalamnya tidak berisi benda-benda padat (kristal)
3. Hanya berisi cairan sel saja
4. Terkadang mengandung pula sedikit klorofil, bahkan keba- nyakan tidak
mengandung klorofil
5. Tannin dan kristal jaramg sekali terdapat
6. Dinding radial tipis, dinding luar relatif lebih tebal dari dinding sel
epidermis yang biasa
7. Dinding sel terdiri dari selulosa dan pektin, sedang dinding sel bagian luar
terdiri dari kutin dan kutikula.
Fungsi dari sel bulliform menurut Löv dan Skutch, utamanya adalah untuk
membuka atau membebaskan daun-daun yang menggulung. Kemampuan
dari fungsinya ini adalah karena sel sel bulliform tumbuh lebih cepat dan
lebih besar apabila di- bandingkan dengan sel-sel epidermis lainnya. Kondisi
inilah yang menyebabkan terbukanya daun-daun yang masih menggulung
EAMES lebih menjelaskan lagi tentang hal ini, menurut pendapatnya sel- sel
bulliform dapat mengadakan perubahan-perubahan turgor, ber peran penting
dalam gerakan membuka dan menutup pada daun- daun yang dewasa, karena
sifatnya yang higroskopis atau dapat menyerap air.
Terhadap hal di atas ini, Linsbauer dan Burström temyata mengemukakan
pendapat lain. Linsbauer menyatakan, bahwa sel-sel bulliform tersebut, di
samping berfungsi sebagai tempat menyimpan air, kemungkinan mempunyai
peranan atas fungsi lainnya. Sedangkan Burstrom yang telah melakukan
beberapa percobaan dengan obykenya daun-daun gandum, secara tegas
menyatakan bahwa tentang membukanya daun-daun yang bergulung serta
gerakan-gerakan higroskopis, sel-sel bulliform tidaklah memperlihatkan
gejala-gejala seperti yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas.
2.4 STOMATA PADA EPIDERMIS
Stomata berasal dari kata Yunani: stoma yang mempunyai arti lubang
atau porus. ESAU mengartikannya sebagai sel-sel penutup dan porus yang
ada diantaranya. Jadi stomata adalah porus atau lubang-lubang yang terdapat
pada epidermis yang masing- masing dibatasi oleh dua buah "guard cell"
atau sel-sel penutup.
1. Guard cells adalah sel-sel epidermis yang telah mengalami perubahan
bentuk dan fungsi;
2. Guard cells dapat mengatur besarnya lubang-lubang yang ada di
antaranya;
Stomata umumnya terdapat pada bagian-bagian tumbuhan yang berwarna
hijau, jadi terutama sekali pada daun-daun. Pada "submerged aquatic plant"
atau tumbuhan yang hidup di bawah permukaan air terdapat pula alat-alat
yang struktur nya mirip dengan stomata, padahal alat-alat yang tersebut
bukanlah stomata. Pada akar-akar dan bagian tumbuhan yang kenyataannya
tidak berwarna hijau, stomata itu biasanya tidak terdapat atau tidak
dimilikinya. Demikian pula pada macam-macam alat-alat bunga yang
berwarna memang terdapat stomata, akan tetapi kadang-kadang stomata itu
idk berfungsi. Selanjutnya pada stamina dan gynaecium bunga akan terdapat
pula stomata tersebut. Pada daun-daun yang berwarna hijau stomata akan
terdapat pada kedua permukaannya, atau kemungkinan pula hanya terdapat
pada satu permukaannya saja, yaitu pad permukaan bagian bawah ("Abaxial
surface").
Ternyata pula bahwa sebuah stoma itu terdiri dari beberapa bagian, yaitu
bagian sel penutup, bagian celah, bagian yang merupakan sel tetangga,
ruang udara dalam, yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sel Penutup (“Guard cell”)
Sel penutup terdiri dari sepasang sel yang kelihatannya simetris,
umumnya berbentuk ginjal, pada dinding sel atas dan bawah kelihatan
pula adanya alat yang berbentuk sebagai birai ("ledges" = rigi-rigi).
Kadang-kadang birai tersebut hanya terdapat pada dinding sel bagian
atas. Adapun fungsi dari birai itu adalah sebagai berikut:
a. Birai pada dinding sel atas berfungsi sebagi pembatas ruang depan
("front cavity") di atas porusnya;
b. Birai pada dinding sel bawah berfungsi sebagai pembatas ruang
belakang ("back cavity") antara porus dengan ruang udara yang
terdapat di bawahnya;
Alat yang berbentuk sebagai birai ini biasanya terdiri dari kutikula.
Dinding sel yang telah dikemukakan di atas, jelasnya dinding sel-sel
penutup, ternyata mempunyai ketebalan yang berbeda-beda. Dapat
dibedakan pula tentang macamnya dinding sel pada sel penutup:
a. dinding perut pada sel penutup, yaitu dinding sel yang berbatasan
dengan celahnya;
b. dinding punggung pada sel penutup, merupakan dinding yang
letaknya berlawanan dengan dinding perut;
c. dinding luar pada penutup, yaitu dinding yang berbatasan dengan
udara luar;
d. dinding dalam pada sel penutup, yaitu dinding sel yang letaknya
berlawanan dengan dinding luar.
Sel-sel penutup merupakan sel-sel yang aktif (hidup), kloro-plas yang
selalu terdapat dalam sel-sel tersebut dapat mendorong peranan sel-sel
penutup dalam fotosintesis, dalam pembentukan tepung asimilasi.
2. Celah (“aperture” = porus)
Di antara kedua sel penutup akan terdapat celah (porus) yang
merupakan lubang kecil. Dalam hal ini sel penutup dapat mengatur
menutup atau membukanya porus tersebut. Porus dapat berhubung an
dengan udara di lingkungan luar yang sangat dibantu dengar. adanya
rongga depan dan birai-birai atas (front cavity - ledges atas). demikian
pula hubungannya dengan ruang udara dalam yang dibantu dengan
adanya rongga belakang dan birai-birai bawah (back cavity-ledges
bawah).
Dapat pula dijelaskan bahwa terjadinya porus atau celah-celah
tersebut adalah karena terjadi retakan-retakan secara sisogen pada
dinding selnya.
3. Sel Tetangga (“subsidiary-cells”)
Yang dimaksud dengan sel tetangga ("subsidiary cell") adalah sel-sel
yang memang berdampingan atau yang berada di sekitar sel- sel penutup
atau dapat dikatakan juga mengelilingi sel-sel penutup ("guard cells").
Sel-sel tetangga tadi dapat terdiri dari dua buah atau lebih yang secara
khusus melangsungkan fungsinya dengan berasiosasi dengan sel-sel
penutup. Sel-sel tetangga yang dinamakan pula sebagai "subsidiary
cells" atau "accessory cells" keadaannya memang dapat dibedakan dari
sel-sel spidermis lainnya.
4. Ruang udara dalam (“substomatal chamber”)
Ruang udara dalam ("substomatal chamber") merupakan suatu ruang
antar sel (intercellular space) yang besar, yang berfungsi ganda yaitu
bagi fotosintesis dan transpirasi dan juga respirasi. Ruang udara dalam ini
memiliki hubungan yang teratur dengan ruang-ruang antar sel lainnya
sampai yang letaknya di bagian dalam. Keadaan demikian sangat
menjamin hubungan yang lancar antar bagian tumbuhan yang paling
dalam dengan udara luar, terutama dalam pelaksanaan pertukaran gas,
seperti misalnya gas CO2 yang sangat penting bagi penyelenggaraan
proses fotosintesis.
Kalau diperhatikan dengan teliti tentang letaknya sel-sel penutup, dapat
dikatakan ada yang tepat pada permukaan epidermis dant ada pula yang
berada di atas atau di bawah permukaan epidermis. Perbedaan letak sel-sel
penutup ini sering digunakan untuk menen- tukan macam-macam stomata,
seperti berikut di bawah ini.
1. Stomata phaneropore
Yang dimaksud dengan stoma phaneropore yaitu stoma yang sel-sel
penutupnya terletak pada permukaan daun. Stoma seperti ini terdapat
pada tumbuh-tumbuhan Hydrophyt (tum buhan di air). Stoma yang
letaknya dipermukaan daun ins dapat menimbulkan banyaknya
pengeluaran air secara mudah dan biasanya dapat pula dikemukakan
bahwa epidermisnya tidak mempunyai lapisan kutikula.
2. Stomata crytopore
Stoma cryptopore ini ciri-cirinya apabila sel-sel penutupnya berada
jauh di bawah permukaan daun. Biasanya terdapat pada tumbuhan yang
dapat hidup di daerah kering (Xerophyt) yang dapat langsung menerima
radiasi matahari. Dengan demikian fungsinya untuk mengurangi
penguapan yang berlebihan, membantu fungsi epidermis, mempunyai
lapisan kutikula yang tebal serta rambut-rambut. Stomata seperti ini
sering terdapat pada tumbuhan golongan kaktus.

SCHWENDENER telah mengemukakan pula tentang tipe-tipe stoma


berdasarkan penelitian-penelitiannya menurut letak pene- balan-penebalan
pada sel-sel penutup. Perhatikan gambar di bawah ini.
1. Tipe Amaryllidaceae

Bentuk sel penutupnya kalau dilihat dari atas adalah berbentuk seperti
ginjal: Dinding punggungnya tipis akan tetapi dinding perutnya lebih
tebal, baik dinding atas maupun dinding bawah ternyata mempunyai
penebalan-penebalan kutikula. Sel-sel tetangganya berbatasan dengan sel
penutup. Stomata tipe ini biasanya terdapat pada kebanyakan
Dicotyledoneae dan kadang- kadang ada juga pada Monocotyledoneae.
2. Tipe Helleborus

Bentuk sel penutupnya dilihat dari atas adalah juga berbentuk seperti
ginjal, hanya pada bentuk ini dinding punggung dan demikian pula
dinding perutnya adalah tipis, akan tetapi dinding atas dan bawahnya
masing-masing lebih tebal.
3. Tipe Graminea

Bentuk sel penutupnya dapat dikatakan seperti halter, dinding sel


penutup bagian tengahnya adalah tebal, bagian ini merupakan penopang
pada halter tersebut. Masing-masing ujung dinding selnya tipis,
sedangkan dinding atas dan bawahnya demikian tebal. Bentuk stoma
seperti ini biasanya terdapat pada tumbuh- tumbuhan golongan
Gramineae dan Cyperaceae saja.
4. Tipe Mnium

Bentuk sel penutup pada stomata ini adalah juga berbentuk seperti
ginjal. Dinding perutnya sudah pasti tipis, adapun dinding-dinding
lainnya dapat dikatakan tipis ataupun tebal. Stoma bentuk ini terdapat
pada golongan Bryophyta serta Pteridiophyt
2.5 CARA TERBENTUKNYA STOMATA
Dalam botani, cara pertumbuhannya atau terbentuknya alat alau bagian
tumbuhan disebut ontogeni, jadi yang sekarang akan kita perbincangkan
adalah ontogeni stomata. Pada permulaannya sel-sel protoderm
melangsungkan pembe- lahan-pembelahan dan terjadi beberapa kali. Dari
hasil-hasil pem- belahan ini sel-sel tertentu akan membentuk stomata. Sel-
sel tersebut akan membelah dalam dua bagian yang biasanya tidak sama,
yang masing-masing mempunyai dinding sel baru yang terbentuk secara
antiklinal. Dari dua bagian sel yang tidak sama besar selanjutnya dapat
dikemukakan sebagai berkut:
1. Sel yang berbentuk kecil
Sel ini akan tumbuh lebih dahulu, berbentuk bulat dan kemudian
jorong, sel ini merupakan sel induk dari sel-sel penutup. Sel-sel induk
dari sel penutup ini kemudian akan membelah lagi menjadi dua buah sel
yang simetris yang dalam hal ini dinding-dinding selnya yang baru
terletak longitudal Sedang dua sel anak yang terjadi bentuknya adalah
seperi ginjal, sampai pada tahapan ini berarti telah terbentuk seps sang
sel penutup. Selanjutnya dinding sel yang telah terbentuk karena menga-
lam perkembangan, dengan sendirinya akan mengalami pula retakan.
Dengan demikian terjadilah porus di antara ke dua sel penutup tersebut.
2. Sel yang besar
Sel yang besar karena pertumbuhan dan perkembangannya akan
melangsungkan pula pembelahan-pembelahan. Selanjutnya terbentuk sel-
sel yang dalam perkembangannya akan mengi- tari sel-sel penutup yang
telah terjadi (seperti diterangkan di atas). Di antara sel-sel yang mengitari
ini, karena letaknya berdekatan dengan sel-sel penutup tersebut, sel-sel
itu akan merupakan sel-sel tetangga (“subsidiary cells”).
Sampai di sini pembentukan stoma belum dapat dikatakan lengkap
karena "ruang udara dalam" atau "substomatal chamber" belum terjadi.
Tentang terjadinya "ruang udara dalam" dapat dikemukakan sebagai berikut:
di bawah sel-sel penutup seperti telah dikemukakan, terjadi ruang-ruang
antar sel atau intercellular spaces yang besar. Bertambah dewasanya stomata
yang telah ada, akan bertambah besar pula intercellular spacesnya. Dengan
demikian maka akan terbentuklah ruang udara dalam yang dimaksudkan di
atas, dan dengan terbentuknya ruang udara dalam ini, terbentuk pula stoma
yang lengkap.
2.6 GERAKAN MEMBUKA DAN MENUTUPNYA STOMATA
Sebagaimana kita telah ketahui, dalam tumbuh-tumbuhan berlangsung
secara teratur pertukaran berbagai gas yang diper lukannnya, yaitu pada
bagian-bagian dalam dari tumbuhan dengan udara luar atau lingkungan
udara bagian luar. Pengatur dari gerakan- gerakan ini adalah stoma, yang
juga mengatur berlangsungnya penguapan, dalam pengertian mengatur agar
tidak terjadi keku- rangan air bagi tumbuhan. Pengaturan-pengaturan ini
dilangsungkan melaui porus terletak di antara kedua sel penutup sama
sekali. Gerakan-gerakan ini sebenamya datang dari sel-sel penutup yang
mampu melakukan perubahan-perubahan bentuk, karena memiliki dinding-
dinding sel yang bersifat "elastis dan yang tidak sam tebalnya.
Perubahan bentuk dan gerakan pada sel-sel penutup ini tentu ada yang
mendorongnya yaitu pengaruh-pengaruh dari luar, sepeni pengaruh
temperatur, air radiasi dan zat-zat kimia. Sehubungan dengan adanya
dorongan-dorongan (yang bersifat pengaruh) itu maka tedapatlah beberapa
istilah sebagai sebutan atas adanya do- rongan-dorongan tersebut, antara
lain:
a. Gerak-gerak yang dilakukan sel penutup – gerak nasti;
b. Pengaruh gerak adalah temperature – gerak termonasti;
c. Pengaruh gerak adalah air – hidronasti;
d. Pengaruh gerak adalah cahaya – fotonasti;
e. Pengaruh gerak adalah zat-zat kimia – khemonasti;
1. Pengaruh perubahan pada dinding sel penutup
Sebagai telah dikemukakan bahwa berlangsungnya perubah an-
perubahan pada dinding sel penutup adalah tidak sama, ternyata bahwa
ketidaksamaan dalam perubahan ini telah mempengaruhi perubahan-
perubahan pada besamya garis tengah dari porus, hal ini demikian besar
peranannya dalam membuka atau menutupnya porus. jelasnya:
a. Dalam hal sel penutup itu akan melangsungkan penyerapan air,
dinding sel penutup bagian luar menjadi lebih melembung di banding
dengan dinding sel penutup bagian dalam, dengan demikian bentuk
sel berubah menjadi seperti kurva dan poruspun menjadi terbuka;
b. Dalam hal berkurangnya air di dalam sel penutup. volume sel
penutup akan berubah yaitu menjadi berkurang pula, dalam keadaan
demikian dinding sel menjadi lurus, dan poruspun segera menutup
(menjadi tertutup).
2. Faktor-faktor penting dalam gerakan sel penutup
Cahaya dan air dianggap sebagai faktor-faktor yang penting bagi
berlangsungnya gerakan-gerakan sel penutup, anggapan ini adalah
berdasarkan hasil penelitian para ahli, antara lain:
a. el-sel penutup akan menjadi jenuh berisi air dengan ter- dapatnya
banyak air dalam daun misalnya, selanjutnya sel- sel penutup ini akan
melembung dan stomatapun terbukalah. Selanjutnya dalam keadaan
terjadinya kekurangan air, tegangan turgorpun akan menjadi
berkurang, dan stomatapun akan tertutup.
b. Pada kebanyakan tumbuh-tumbuhan pengaruh cahaya me- megang
peranan penting, pada waktu ada cahaya - siang hari- stomata akan
terbuka, sebaliknya pada waktu keadaan menjadi gelap - malam hari -
stomata akan tertutup.
3. Pengaruh proses kimia terhadap Gerakan sel penutup
Berlangsungnya proses-proses kimiawi dalam sel-sel penutup akan
sangat berpengaruh terhadap turgor sel-sel penutup. Tegangan pada
turgor akan demikian dipengaruhi dalam terjadinya perubahan dari zat
tepung menjadi zat gula dalam sel penutup atau sebaliknya perubahan
dari zat gula menjadi tepung, jelasnya seperti apa yang dikemukakan oleh
ILJIN:
a. Apabila zat tepung berubah menjadi gula (perhatikan proses
enzimatis) maka konsentrasi cairan sel dan tegangan permukaan di
dalam sel akan naik. Dalam hal ini sel-sel penutup itu melangsungkan
pengisapan air, volumenya akan bertam bah, serta terjadi perubahan
bentuk sel-selnya, yang berbentuk kurva, Poruspun akan menjadi
bertambah lebar sehubungan dengan gerak menjauhnya di antara
kedua sel penutup tadi.
b. Akan tetapi dalam hal terjadinya perubahan dari zat gula men jadi
tepung, maka berlangsung proses yang sebaliknya dari apa yang
dikemukakan pada (a).
Perlu perhatikan, bahwa dorongan atau rangsangan-rangsangan faktor
luar pada perubahan-perubahan zat tepung di dalam sel-sel penutup
ataupun sel-sel lainnya pada daun adalah berbeda, jelasnya:
a. Pembentukan tepung dalam sel-sel mesofil yaitu dalam cahaya siang
hari sedangkan perubahannya dilakukan dalam keadaan gelap - malam
hari. Perubahan-perubahan ini ternyata akan berlawanan kalau kita
memperhatikan sel-sel penutup. Artinya dalam sel-sel penutup zat-zat
tepung itu akan menjadi larut dalam cahaya yang selanjutnya akan
dibentuk kembali dalam gelap.
b. Ternyata pula bahwa kekurangan air akan mempunyai pengaruh
terhadap berubahnya zat-zat gula menjadi tepung. stoma tertutup,- dan
sebaliknya bila jumlah air yang cukup di dalam cairan sel akan
berlangsung perubahan zat tepung menjadi zat gula dan akan
menyebabkan terbukanya stomata
Selanjutnya dapat dikemukakan pula, bahwa mekanisme gerakan-
gerakan stomata tersebut akan sangat terganggu apabila dipengaruhi oleh
faktor-faktor lingkungan yang serba ekstrim atau dalam keadaan-keadaan
yang ekstrim. Misalnya karena penguapan yang terlalu besar/berlebihan,
kenaikan temperatur di atas 40° C. karena pengaruh-pengaruh garam Na
dan K, dan lain sebagainya yang di luar dari kebiasaan.
Tegangan turgor yang bertambah dalam sel-sel penutup dikarenakan
air di sekitar sel-sel penutup terhisap ke dalamnya. menyebabkan
terbukanya stomata. Adapun tertariknya air ke dalam sel-sel penutup
adalah karena konsentrasi gula dalam cairan sel penutup menjadi naik,
dan permeabelitas plasma terhadap air bertambah, yang kesemuanya
dikarenakan oleh aktifitas enzim amilase, diastase dan fosforilase serta
oleh naiknya pH cairan sel penutup.
Adapun aktifitas enzim serta kenaikan pH itu adalah dikare- nakan
dalam sel-sel penutup berlangsung proses-proses fotosintesis, sebagian
CO2 akan diasimilir. Hal ini tentunya berpengaruh pada pH cairan sel
penutup yang pada mulanya rendah bersifat asam karena mengandung
banyak asam. Selanjutnya dengan pengaruh cahaya matahari (radiasi)
akan berlangsung asimilasi, yang dalam proses ini memungkinkan
naiknya pH cairan sel, yang pada proses ini pula - (fotosintesis) - dalam
sel-seel penutup akan terbentuk gula.
2.7 TRICHOMATA (RAMBUT-RAMBUT)
Trichomata yang arti sebenarnya adalah "rambut-rambut yang tumbuh"
(berasal dari kata Yunani), asalnya adalah dari sel-sel epidermis yang
bentuk, susunan serta fungsinya memang bervariasi.
Trichomata itu terdapat pada hampir semua organ tumbuh-tumbuhan
(pada epidermisnya). Jelasnya yaitu selama organ-organ tumbuh-tumbuhan
itu masih hidup/aktif. Di samping itu terdapat juga trichomata yang
hidupnya hanya sebentar. Trichomata ini biasanya tumbuh lebih dahulu,
menjelang atau dalam hubungan dengan pertumbuhan organ tumbuhannya.
Kalau diperhatikan dari susunannya, maka kita akan men- dapatkan
trichomata yang unicellular atau terdiri dari satu sel, dan yang multicellular
atau yang bersel banyak.
1. Yang unicellular umumnya tidak bercabang, tetapi ada kalanya pula yang
bercabang;
2. Yang multicellular terdiri dari satu deretan sel atau beberapa lapisan sel,
bercabang seperti pohon - (dendroid) atau dapat juga mempunyai cabang
yang memanjang dan mendatar- ("stellate hairs").
Menurut NETOLITZKY, trichomata yang multicellular terdiri dari:
1. Bagian kaki yang dikitari oleh sel-sel epidermis, dan
2. Bagian badan yang menonjol ke permukaan epidermis
Adapun bentuk sel-sel epidermis yang mengitari bagian kaki terkadang
mempunyai bentuk yang berbeda dengan bentuk sel epi- dermis umumnya.
Terkadang trichoma ini berbentuk pendek yang tampak berupa
penonjolan-penonjolan pada permukaan epidermis, bagaikan bukit- bukit
kecil. Oleh para ahli bagian trichoma seperti ini disebut Papilla. Papilla
merupakan alat sekresi yang biasanya mengeluarkan semacam lendir.
Papilla yang tidak mengeluarkan sejenis lendir melainkan hanya
mengeluarkan air, disebut Papullae. Perhatikan gambar di bawah ini.
Papilla yang diketemukan pada epidermis daun mahkota bunga sebagai
papullae, daun mahkota tersebut apabila kita pegang per- mukaannya terasa
tidak rata melainkan bergelombang, hal ini tidak lain karena adanya papilla-
papilla.
2.8 BENTUK DAN FUNGSI TRICHOMATA
Para ahli ada yang membedakan trichoma ini dengan mem- perhatikan
kepada bentuknya, yaitu (a) trichoma sebagai rambut, dan (b) trichoma
sebagai sisik. Yang termasuk dalam trichoma sebagai rambut (hairs) ialah
trichoma unicellular, sedangkan yang dimaksud dengan trichoma sebagai
sisik ("peltate hair," scale" yaitu trichoma yang dianggap berbentuk peltatus
atau perisai/sisik, bagian bawali trichoma ini melekat pada permukaan
epidermis. Selain kedua bentuk di atas, trichoma dapat pula berbentuk
gelembung (glandular hair), yang terdiri dari tangkai dan kepala, baik
unicel- lular ataupun multicellular. Bagian kepala trichoma ini terdiri dari
sel-sel sekresi.
Pada beberapa macam tumbuh-tumbuhan, sel-sel epidermis akar, telah
menunjukkan sel-sel bentuk khusus yang merupakan trikhoblas
("trichoblas")- atau sel-sel pembentuk bulu-bulu akar. Dengan adanya
trikhoblas itu, akan dapat dibedakan dengan sel-sel lain yang tidak dapat
membentuk bulu-bulu akar. Pembentukan bulu-bulu akar yang jelas akan
sangat tergantung pada jumlah trikhoblasnya, yang artinya:
1. Apabila trikhoblasnya banyak atau kuat (diferensiasi kuat), maka bulu-
bulu akar akan tampak sangat jelas,
2. Sebaliknya apabila sel-sel tertentu pembentuk bulu-bulu akar (trikhoblas)
jumlahnya kecil atau lemah (diferensiasi lemah), dengan sendirinya bulu-
bulu akarnyapun kurang jelas.
Tentang umurnya bulu-bulu akar ternyata telah dapat diperkirakan pula
oleh para ahli, dalam hal ini dinyatakan bahwa umumnya umur bulu-bulu
akar itu hanya beberapa hari saja (berumur pendek). Bulu-bulu akar yang
tua akan segera lepas dan mati dan apabila sel-sel epidermisnya itu tidak
lepas maka se- lanjutnya akan terjadi penggabusan atau mengayu.
Para ahli mendapatkan pula suatu bentuk lain pada epidermis, yang
merupakan alat tambahan yang tidak jarang ditampakkan oleh tumbuhan.
Yang jelas bukan trichoma, tetapi alat tambahan yang disebut emergentia
yaitu alat tambahan yang biasanya berbentuk terjolan-tonjolan yang
terbentuk tidak saja oleh lapisan sel-sel epi- dermis, melainkan juga oleh
sel-sel yang berada di bawah epidermis.
Penjelasan yang dikemukakan oleh NETOLITZKY, antara lain
menyatakan bahwa perbedaan yang jelas antara trichoma dan emergentia
sepintas lalu memang tidak tampak, karena terdapat pula trichoma yang
terdiri dari sel-sel epidermis dan sel-sel yang ada di bawahnya ikut
membantu pembentukan trichoma itu. Dalam hal membedakan trichoma
dengan emergentia hanya dapat dilakukan dengan satu cara pelepasan, yaitu
apabila trichoma itu dilepaskan dari alat tumbuhan akan lebih mudah serta
tidak menimbulkan luka yang dalam. Berbeda dengan emergentia yang
apabila dilepaskan dari alat tumbuhan, selain lebih sukar, juga akan
menimbulkan lulka atau bekas yang dalam. Hal ini tentu saja akan berlaku
demikian karena emergentia ini biasanya merupakan duri tempel, misalnya
pada Datura, dadap.yang diibaratkan dengan melepaskan duri pada buah
durian.
Selain pembagian macam-macam trichoma seperti bagan diatas,
berdasarkan bentuk dan susunannya dapat ditentukan pula tentang
fungsinya, antara lain sebagai berikut:
1. Trichoma dapat memperbesar fungsi epidermis sebagai ja- ringan
pelindung, terutama mencegah penguapan yang ber- lebihan, perhatikan
trichoma pada daun, tulang daun, batang serta cabang tumbuhan yang
hidup di darat;
2. Trichoma sebagai alat pengisap air dan garam-garam tanah, perhatikan
bulu-bulu akar pada akar tumbuhan, pada biji-biji tumbuhan (kapas).
3. Trichoma sebagai pembantu penyebaran biji serta pengisapan air dan
memungkinkan biji-biji itu tumbuh (kapas).
4. Trichoma sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan luar, perhatikan
tentang rambut-rambut penyengat.
5. Trichoma sebagai alat penerus rangsangan yang datang dari luar, yaitu
trichoma yang terdiri dari sel-sel hidup, perhatikan trichoma pada daun-
daun tembakau; dan
6. Trichoma sebagai alat sekresi.
2.9 EPIDERMIS YANG BERLAPIS-LAPIS
DE BARRY dan GUTTENBERG mengemukakan tentang adanya
hypodermis, yaitu lapisan-lapisan sel di bawah epidermis yang mempunyai
bentuk yang berbeda dengan sel-sel parenkim (di sebelah bawahnya) baik
morfologi maupun fisiologisnya. Hypo- dermis berasal dari kata Yunani,
hypo berarti di bawah, derma berarti kulit Dengan bentuknya yang berbeda
ini maka lapisan/ jaringan hydrodermis itu dapat mudah dibedakan dengan
lapisan yang ada di bawahnya. Para ahli di atas dapat pula menjelaskan,
bahwa jaringan hypodermis ini adalah berasal dari protoderm yang
melangsungkan pembelahan-pembelahannya secara periklinal.
Seorang ahli botani lainnya yang bemama LINSBAUER telah
memberikan sebutan/nama pada lapisan-lapisan/jaringan yang berasal dari
protoderm itu sebagai multiseriate epidermis atau epidermis yang berlapis-
lapis dan selanjutnya muliseriate epidermis dibagi menjadi;
1. niseriate epidermis, yang dimaksud dengan ini ialah suatu lapisan yang
paling luar yang merupakan epidermis biasa yang mempunyai lapisan-
lapisan kutikula.
2. hypodermis - sering pula disebut hydrodermis-, yaitu lapisan- lapisan
sebelah dalam uniseriate epidermis yang berfungsi sebagai penyimpanan
air, (jaringan/lapisan yang tidak mengandung klorofil).
Dapat pula diperoleh ketentuan bahwa hidrodermis atau hyd- rodermis
ini biasanya terdapat pada tumbuh-tumbuhan dari familia Moraceae
(Fiscus), Pittosporaceae, Piperaceae (Piperaomia), Bego- niaceae,
Malvaceae, Monocotyledoneae (palm, anggrek), paku- pakuan dan lain-lain.
Adapun nama lain bagi epidermis yang demikian ialah velamen yang
berarti lapisan yang menutupi yang diberikan oleh LINSBAUER dan
EUGARD. Misalnya perhatikan tanaman anggrek di mana velamen ini
terdapat pada akar-akar udara.
Pada tumbuhan jenis Moraceae, misalnya Ficus, semula daunnya hanya
mempunyai satu lapisan sel epidermis yang paling luar (ingat uniseriate
epidermis). Selanjutnya sel-sel itu melangsungkan pembelahan-pembelahan
secara periklinal, dan terjadilah lapisan lapisan dari sel-sel anak di
bawahnya. Dalam kondisi ini selama perkembangan pertumbuhannya,
berlangsung pula pembelahan- pembelahan antiklinal. Pertumbuhan lapisan-
lapisan sel yang ter- nyata lebih cepat adalah lapisan sel yang berada di
sebelah dalam bila dibandingkan dengan lapisan sel yang berada di sebelah
luar. Hal ini sangat berpengaruh, dalam pengertian bahwa lapisan sel
sebelah dalam akan bertambah besar sedang lapisan sel sebelah luar adalah
tetap kecil.
Sel-sel epidermis tertentu dari daun Ficus tidak melangsungkan
pembelahan, melainkan terus tumbuh, yang dalam pertumbuhannya itu
terjadi pertambahan besar ke bagian bawah. Selanjutnya berkem- bang,
masuk dan mendesak di antara sel-sel mesofil, yang dikemu dian waktu sel-
sel ini akan menjadi sel litosis ("lithocyst").

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan kajian yang telah kami kumpulkan untuk melengkapi
makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa
3.2 SARAN
Kami sadar masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari segi
penulisan, maupun bahasa yang kami sajikan dan gunakan. Oleh karena itu,
kami memohon saran agar dapat mengembangkan makalah yang akan kami
buat kedepannya menjadi semakin baik lagi, dan semoga makalah yang kami
buat dapat memperluas wawasan kita semua mengenai jaringan pelindung.
DAFTAR RUJUKAN

Sutrian, Y. 2011. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan (Tentang Sel dan


Jaringan). Jakarta: PT RINEKA CIPTA. pp. 131-158.

Anda mungkin juga menyukai