PRAKTIK
DEBAT
KELAS X SMA/MA
PRAKTIK
DEBAT
KELAS X SMA/MA
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat-Nya sehingga instrumen penilaian
praktik debat untuk peserta didik kelas X SMA/MA ini dapat terselesaikan dan terujikan
dengan baik. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan terima kasih mendalam kepada Dr.
Farida Agus Setiawati, M.Si. yang telah berkenan membimbing saya di sela-sela kesibukannya.
Terima kasih pula saya sampaikan kepada segenap ahli materi dan para subjek penelitian yang
telah membantu dalam penghimpunan data ketika pengujian instrumen. Terima kasih
selanjutnya pun saya sampaikan kepada seluruh pihak yang telah mendukung dalam
penyelesaian instrumen penilaian praktik debat ini.
Instrumen penilaian ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan alat evaluasi nonkognitif.
Instrumen dapat dimanfaatkan untuk mengukur keterampilan berbicara pada pembelajaran
Bahasa Indonesia, khususnya kompetensi praktik debat peserta didik kelas X SMA/MA.
Instrumen disusun berdasar kajian teori dan ditujukan untuk digunakan para Guru Bahasa
Indonesia kelas X. Semoga dengan tersusunnya instrumen ini, keterampilan peserta didik
dalam berdebat dapat terukur dan teridentifikasi tingkat kemampuannya berdasar
kategorisasi nilai yang telah ditentukan.
Instrumen penilaian yang dikembangkan tidak luput dari kekurangan. Oleh sebab itu, segala
kritik saran yang bermanfaat bagi perbaikan instrumen penilaian ini sangat diharapkan.
Semoga instrumen penilaian praktik debat dapat berguna bagi pelaksanaan penilaian
nonkognitif yang berlangsung pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA/MA dan
menambah referensi alat evaluasi praktik debat pada umumnya.
Penyusun,
Septiana Farida
4
5
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................................2
Kata Pengantar...........................................................................................................................4
Daftar Isi...................................................................................................................................6
Bagian I Pendahuluan................................................................................................................8
A. Validitas Instrumen.....................................................................................................14
B. Reliabilitas Instrumen................................................................................................22
Bagian 5 Penutup........................................................................................................................36
Daftar Pustaka...........................................................................................................................40
6
7
Pendahuluan
9
A. Latar Belakang Instrumen
1
Sejalan dengan uraian di atas maka diperlukan pengembangan instrumen penilaian
kompetensi praktik debat yang diwujudkan dalam bentuk instrumen nontes berupa
lembar pengamatan. Lembar pengamatan untuk diisi oleh guru ketika menilai praktik
debat peserta didik di dalam kelas. Pengembangan instrumen dilakukan berpedoman
pada teori berbicara yang berlaku pada praktik debat. Instrumen bermanfaat untuk
penilaian KD 4.12 pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA/MA semester genap
yang berbunyi mengonstruksi permasalahan/isu, sudut pandang dan argumen beberapa
pihak dan simpulan dari debat secara lisan untuk menunjukkan esensi dari debat.
B. Tujuan Pengukuran
C. Konsep Instrumen
Instrumen penilaian yang dikembangkan berupa lembar pengamatan ceklis untuk diisi
oleh Guru Bahasa Indonesia kelas X SMA/MA, yaitu digunakan untuk menilai
keterampilan berbicara peserta didik khususnya ketika praktik debat berlangsung.
D. Spesifikasi Instrumen
1
Karakteristik
Instrumen
1
A. Validitas Instrumen
Validitas instrumen yang diperoleh adalah validitas isi dan validitas konstruk. Validitas
isi melalui proses validasi terhadap 10 expert judgement, sedangkan validitas konstruk
melalui analisis faktor eksploratori dengan bantuan program SPSS dari data hasil uji
coba luas.
a. Validitas Isi
Validasi terhadap expert judgement (ahli) dilakukan sebelum produk digunakan untuk
uji coba. Validasi ahli dilakukan terhadap dua orang Dosen Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia serta delapan orang Guru Bahasa Indonesia kelas X. Validasi ahli
bertujuan memperoleh nilai validitas konten/isi yang dihitung menggunakan formula
Indeks Aiken’s V. Berdasar proses validasi ahli yang telah dilakukan terhadap produk
awal diperoleh hasil bahwa dari 44 butir yang dikembangkan terdapat 6 butir
pernyataan tidak memenuhi nilai kriteria minimal sehingga harus digugurkan. Kriteria
minimal butir yang gugur didasarkan pada nilai validitas Aiken’s yang tertera pada Tabel
Aiken’s. Berikut ini nilai validitas yang diperoleh pada masing-masing butir.
1
Nilai validitas Aiken’s yang diacu atau menjadi patokan pada Tabel Aiken’s adalah nilai
untuk sepuluh rater dan empat skala jawaban dengan taraf kesalahan 5%, yaitu sebesar
0,73. Oleh karena itulah, keenam butir dinyatakan tidak valid karena memiliki nilai
validitas < 0,73 sehingga butir yang lolos uji validitas isi sebanyak 38 butir. Lembar
instrumen dengan jumlah 38 butir inilah yang digunakan pada uji coba terbatas dan uji
coba luas. Keenam butir yang dinyatakan tidak lolos uji validitas aman digugurkan karena
indikator tiap komponen masih tetap terwakili melalui butir amatan dari pernyataan
lainnya.
b. Validitas Konstruk
Instrumen yang dikembangkan yang telah dinyatakan valid secara konten dan telah
direvisi kemudian digunakan pada uji coba terbatas. Selain itu. Instrument telah
dinyatakan memuaskan dan kuat dari penghitungan reliabilitas inter-rater Kappa.
Instrumen diujicobakan kepada 246 peserta didik dari empat sekolah berbeda. Pada
uji coba ini masing-masing peserta didik melaksanakan debat sesuai perannya sebagai
anggota kelompok pro dan kontra lalu secara langsung dinilai menggunakan instrumen
penilaian yang telah direvisi. Data nilai per butir para peserta didik dalam bentuk skor
dikotomus 1-0 direkap dan dianalisis faktor menggunakan Program SPSS.
Hasil analisis faktor yang dilakukan pada data 246 subjek untuk ke-12 butir dimensi
matter ditemukan butir nomor 1 memiliki nilai rotated component matrix < 0,3 dan butir
nomor 8 memiliki nilai antiimage correlation terkecil, yaitu sebesar 0,308. Oleh karena
itu, kedua butir ini digugurkan. Selanjutnya, butir yang merepresentasikan dimensi
matter dianalisis faktor kembali dengan terlebih dahulu mengeluarkan butir 1 dan butir
8 pada bagian Variables. Dengan melakukan analisis komponen faktor yang sama
dihasilkan nilai KMO sebesar 0.628
1
Tabel 2. Output KMO setelah Butir 1 dan 8 Digugurkan
Dari tampilan diketahui hasil analisis yang diperoleh adalah bahwa terdapat empat
faktor yang memiliki nilai Eigenvalue > 1. Rincian berikut adalah nilai rotated component
matrix. Apabila besarnya > 0,5 maka menunjukkan kecenderungan kategorisasi kompoen
butir.
1
Tabel 3. Nilai Rotated Component Matrix setelah Butir 1 dan 8 Digugurkan
Berdasar nilai rotated component matrix yang dihasilkan, keempat faktor yang
terbentuk mengelompokkan butir pernyataan dan mengarah pada penamaan faktor
sebagai berikut.
1
2) Hasil Analisis Faktor Butir 13 s.d. 24
Butir 13 s.d. 24 secara runtut mewakili dimensi method yang terdiri atas komponen cara
penyampaian argumen, cara penyampaian tangkisan, dan cara penyampaian tanggapan.
Cara penyampaian argumen memiliki dua indikator, yaitu pernyataan argumen dengan
empat pernyataan butir dan argumen pembicara dengan dua pernyataan butir. Indikator
dari komponen cara penyampaian tangkisan terbagi menjadi dua pernyataan butir
tangkisan terhadap lawan dan dua pernyataan butir tentang identifikasi tangkisan.
Komponen cara penyampaian tanggapan terbagi atas tanggapan objektif dengan dua
pernyataan butir dan struktur tanggapan juga dengan dua pernyataan butir.
Berdasarkan analisis faktor terhadap ke-12 butir dimensi method dihasilkan dua butir
pernyataan dengan nilai antiimage correlation terkecil, yaitu butir 16 sebesar 0,314 dan
butir 13 sebesar 0,473. Kedua butir digugurkan lalu ke-10 butir lainnya kembali
dianalisis dengan alur yang sama. Nilai KMO yang dihasilkan setelah analisis tahap kedua
adalah 0,841.
Tabel 5. Output KMO setelah Butir 13 dan 16 Digugurkan
1
Scree Plot di atas menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor terbentuk yang ditandai
dengan nilai Eigenvalue > 1. Berikut adalah rincian nilai rotated component matrix
apabila besarannya > 0,5 maka menunjukkan kategorisasi pengelompokan komponen
butir.
Berdasar nilai rotated component matrix yang dihasilkan, ketiga faktor yang
terbentuk mengelompokkan butir pernyataan dan mengarah pada penamaan faktor
sebagai berikut.
Konsep pengelompokkan indikator pada setiap komponen dari dimensi method yang
dikembangkan telah sesuai dengan faktor yang terbentuk pada hasil analisis faktor yang
dilakukan. Faktor dominan dari dimensi ini terletak pada substansi cara menyampaikan
tanggapan yang pada konsep pengembangan dipilah menjadi dua indikator, yaitu
tanggapan dan tangkisan. Namun, pada hasil analisis faktor kedua indikator ini
cenderung mengelompok pada satu faktor. Karena tangkisan juga merupakan bentuk
1
tanggapan, faktor dinamai secara umum sebagai cara menanggapi argumen. Selebihnya,
butir 14, 15, dan 17 telah menempati faktor yang sama dengan konsep pengembangan
kisi awal.
Berdasarkan analisis faktor terhadap ke-12 butir dimensi manner dihasilkan satu butir
pernyataan dengan nilai rotated component matrix < 0,3, yaitu butir 38 sebesar 0,091.
Oleh karena itu, butir tersebut digugurkan kemudian 11 butir lainnya dianalisis ulang
dengan langkah yang sama. Butir 25 s.d. 37 yang dianalisis faktor ulang menghasilkan
nilai KMO sebesar 0,719.
2
Gambar 3. Tampilan Scree Plot Dimensi Manner
Dari gambar di atas diketahui bahwa terbentuk 4 faktor, yaitu terlihat 4 titik yang
melebihi dari nilai Eigenvalue > 1 . Dari nilai rotated component matrix yang dihasilkan
pengelompokkan keempat faktor tersebut dapat dirinci sebagai berikut.
Dari rincian di atas dapat diketahui pengelompokkan butir menjadi empat komponen
seperti yang dapat dilihat pada penggolongan dan penamaan faktor di bawah ini. Hal
ini terindikasi dari nilai rotated component > 0,5 termasuk pada kelompok mana.
2
Tabel 10. Penamaan Faktor Hasil EFA Dimensi Manner
B. Reliabilitas Instrumen
Nilai reliabilitas instrumen diperoleh dengan penghitungan rata-rata dari reliabilitas
inter-rater Formula Kappa terhadap 24 subjek dari empat sekolah berbeda, yaitu dari
MAN 3 Sleman, SMA N 9 Yogyakarta, SMA N 6 Yogyakarta, dan MAN 2 Kulonprogo.
Hasil penilaian antar dua penilai dari empat sekolah tersebut dikategorisasikan
terlebih dahulu kemudian dianalisis nilai Kappa-nya dengan bantuan Program SPSS.
Kategorisasi ditentukan menjadi lima kelompok berdasar panduan kategorisasi Azwar
(2012:140), yaitu dengan terlebih dahulu menghitung besar nilai minimal, nilai
maksimal, range, mean, dan standar deviasi.
Instrumen berupa lembar ceklis pengamatan sebanyak 38 butir pernyataan ada atau
tidak sehingga nilai minimalnya 0 dan nilai maksimalnya 38. Range atau rentang antara
nilai maksimal dan minimal, yaitu 38. Mean adalah nilai maksimal dan minimal dibagi
dua, yaitu 19. Standar deviasi diperoleh dari range dibagi enam, yaitu 6,3. Berdasar
patokan tersebut maka dapat diperoleh kategorisasi berikut.
2
Tabel 11. Kategorisasi Kemampuan Praktik Debat Peserta Didik
Predikat Rentang Nilai Skor Nominal
Sangat Rendah X ≤ 9,55 1
Rendah 9,55 < X ≤ 15,85 2
Sedang 15,85 < X ≤ 22,15 3
Tinggi 22,15 < X ≤ 28,45 4
Sangat Tinggi X > 28,45 5
Hasil penilaian terhadap 24 subjek yang terbagi menjadi empat sekolah diperoleh
kategorisasi skor nominal berkisar antara 4 dan 5. Berikut ini secara berurutan adalah
nilai reliabilitas inter-rater dari data uji coba terbatas di MAN 3 Sleman, SMA N 6
Yogyakarta, SMA N 9 Yogyakarta, dan MAN 2 Kulonprogo. Data dianalisis
penghitungan nilai reliabilitas Kappa menggunakan bantuan Program SPSS dengan
menu Analyze – Descriptive Statistics – Crosstab.
2
Tabel 15. Output Nilai Reliabilitas Kappa dari MAN 2 Kulonprogo
Nilai reliabilitas Kappa yang diperoleh dari data MAN 3 Sleman, SMA N 6 Yogyakarta,
dan SMA N 9 Yogyakarta masing-masing sebesar 0,571, sedangkan nilai reliabilitas
Kappa dari data MAN 2 Kulonprogo diperoleh sempurna, yaitu sebesar 1. Nilai
reliabilitas Kappa instrumen penilaian yang dikembangkan dihitung dari rerata
keempat nilai tersebut. Nilai rerata reliabilitas Kappa yang diperoleh adalah sebesar
0,678. Berdasar kategorisasi nilai reliabilitas Kappa oleh Fleiss maka dapat diketahui
bahwa instrumen penilaian praktik debat yang dikembangkan berada pada predikat
memuaskan karena berada pada rentang 0,61 s.d. 0,75. Dikuatkan oleh Garson (2013:
65) yang juga menyampaikan untuk nilai reliabilitas inter-rater Kappa antara 0.6 s.d.
0,79 termasuk pada kategori substansial (kokoh). Oleh sebab itu, dapat dikatakan
bahwa instrumen yang dikembangkan reliabel.
2
2
Instrumen
Penilaian
2
Instrumen yang dihasilkan dari penelitian pengembangan berupa instrumen penilaian
praktik debat pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk peserta didik kelas X
SMA/MA yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen awal yang
dikembangkan terdiri atas 44 butir, tetapi setelah diuji coba lapangan dan dianalisis
faktor dilakukan revisi sehingga butir instrumen final berjumlah 33 butir. Berikut
instrumen final yang dihasilkan.
Nomor
Dimensi Komponen Indikator
Butir
A. Materi A.1 Mosi A.1.1 Perumusan Mosi 1
A.2 Argumen A.2.1 Substansi Argumen 2, 3
A.3 Isi 4, 5, 6
Argumen
Pembicara
A.4 Fakta dari A.3.1 Identitas Fakta 7, 8, 9
Argumen A.3.2 Substansi Fakta 10
B. Metode B.1 Cara B.1.1 Pernyataan Argumen 11, 12
Penyampaian
Argumen
B.2 Aturan 13
Berargumen
B.3 Cara B.3.1 Tanggapan Objektif 14, 15,
Penyampaian 16, 17,
Tanggapan 18,
B.3.2 Struktur Tanggapan 19, 20
C. Sikap C.1 Ekspresi C.1.1 Kontak Mata 21
C.1.2 Gerak-gerik 22, 23
C.2 Penampilan C.2.1 Cara Berdiri 24, 25,
26
C.3 Vokal C.3.1 Suara dan Kecepatan 27, 28
C.3.2 Nada 29, 30
C.3.3 Kejelasan 31, 32
Pengucapan Kata
C.4 Kostum 33
2
Tabel 17. Lembar Instrumen Final
Penilaian
No. Pernyataan Butir Keterangan
Ada Tidak
1. Menguraikan pengertian spesifik dari mosi
2. Mengungkap pernyataan menerima atau menolak terhadap mosi
3. Pernyataan menerima atau menolak dilengkapi argumen
4. Menerangkan ruang lingkup (latar belakang/tujuan) mosi
5. Argumen pembicara tidak keluar dari mosi
6. Argumen tiap pembicara didasarkan pondasi argumen yang sama
7. Menggunakan referensi kasus sebagai fakta yang relevan dengan mosi
8. Kasus yang digunakan sebagai bukti fakta adalah kasus mutakhir
9. Ada keterangan sumber fakta
10. Mengungkap penjelasan hubungan (sebab akibat) antara fakta dengan mosi
11. Menyampaikan alasan argumen dengan kalimat lugas
12. Menyatakan simpulan argumen secara singkat dan tegas
13. Mematuhi durasi waktu yang telah ditetapkan untuk setiap pembicara
14. Menyampaikan tangkisan atas izin moderator
15. Mengungkap tangkisan dengan sebab jelas (contoh yang salah/tidak relevan dengan
mosi/tidak logis)
16. Menyampaikan tangkisan dengan bertanggung jawab (diperkuat fakta)
17. Mengemukakan tanggapan dengan objektif
18. Menyampaikan tanggapan dengan alasan (diperkuat data)
19. Mengungkap tanggapan dengan spesifik berupa kritik/saran
20. Menyampaikan tanggapan dengan santun
21. Ada keberanian menatap mata audiens (lawan) secara personal
22. Melakukan gerakan tangan secara alami ketika berbicara
23. Gerakan diciptakan sewajarnya; tidak berlebihan (menganggu fokus dalam memahami
argumen)
2
Penilaian
No. Pernyataan Butir Keterangan
Ada Tidak
24. Menciptakan mimik wajah yang ramah ketika menyampaikan
argumen/tangkisan/tanggapan (tidak sinis)
25. Menyimak argumen dengan mimik tenang/khidmat (tidak memunculkan mimik yang
mengandung cibiran)
26. Menempatkan diri dengan sikap berdiri yang baik ketika berargumen
27. Memperhatikan tekanan (keras lembut) suara sesuai substansi argumen yang
disampaikan
28. Memproduksi suara dengan menyesuaikan luas ruangan
29. Memperhatikan intonasi bicara (tinggi rendah); tidak monoton (datar)
30. Memberikan jeda pada penyampaian kalimat
31. Mengucapkan kata per kata dengan jelas
32. Penggunaan kata sederhana; bukan istilah rumit
33. Mengenakan pakaian yang rapi
3
Petunjuk Penggunaan
dan Penyekoran
33
A. Petunjuk Penggunaan
Instrumen berupa lembar pengamatan yang terdiri atas kolom “Pernyataan Butir”,
kolom penilaian “Ya” dan “Tidak”, serta kolom “Keterangan”. Kolom “Pernyataan Butir”
merupakan pernyataan yang mengungkap aspek-aspek yang diamati ketika peserta
didik praktik debat. Kolom “Ya” dan “Tidak” merupakan kolom penilaian untuk diisi oleh
guru dengan ceklis (√) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (ketika peserta didik
melaksanakan praktik debat). Keadaan tersebut disesuaikan dengan aspek yang
terdapat pada kolom “Pernyataan Butir”. Kolom “Keterangan” agar diisi oleh guru
dengan catatan-catatan tambahan bila diperlukan. Satu lembar instrumen pengamatan
ditujukan untuk satu peserta didik.
B. Petunjuk Penyekoran
Penentuan skor pada lembar pengamatan dilakukan apabila pernyataan ditemukan atau
teramati maka pada lembar instrumen diberi ceklis pada kolom “Ada”. Sebaliknya,
apabila pernyataan tidak ditemukan atau teramati maka pada lembar instrumen diberi
ceklis pada kolom “Tidak”. Ceklis pada kolom turut menentukan skor yang diperoleh
peserta didik karena setiap pernyataan yang dinilai “Ada” memiliki skor 1 dan “Tidak”
memiliki skor 0.
Jumlah skor dari butir yang teramati dapat dikelompokkan ke dalam kategorisasi
kemampuan praktik debat peserta didik. Kemudian, dari kategorisasi ini diketahui skor
atau predikat tingkat kemampuan peserta didik pada praktik debat.
Pemerolehan skor minimal adalah 0 dan skor maksimal 38. Range atau rentang antara
nilai maksimal dan minimal, yaitu 38. Mean adalah nilai maksimal dan minimal dibagi
dua, yaitu 19. Standar deviasi diperoleh dari range dibagi enam, yaitu 6,3. Berdasar
patokan tersebut maka ditentukan kategorisasi. Jumlah pemerolehan skor dimasukkan
dalam rentang nilai yang telah ditentukan. Selanjutnya, berdasar letak rentang nilai
diketahui predikat/tingkat kemampuan praktik debat peserta didik.
Tabel 17. Kategorisasi Kemampuan Praktik Debat Peserta Didik
Contoh penskoran:
3
Penutup
3
A. Simpulan tentang Produk
1. Produk instrumen penilaian praktik debat yang disusun telah teruji dan memiliki
nilai validitas konten yang memadai. Uji validitas konten dengan formula Indeks
Aiken’s V menghasilkan nilai validitas sebesar 0,73 dan tergolong valid. Revisi
produk tahap pertama dilakukan setelah penghitungan ini, yaitu menggugurkan
enam butir pernyataan sehingga instrumen berjumlah 38 butir dari yang
sebelumnya 44 butir.
2. Nilai reliabilitas produk termasuk kategori reliabel, yaitu sebesar 0,678.
Reliabilitas dihasilkan dari pernghitungan reliabilitas inter-rater menggunakan
koefisien Kappa, yaitu berdasarkan rata-rata dari empat nilai reliabilitas inter-
rater. Keempat nilai reliabilitas inter-rater didapat dari uji coba terbatas
terhadap peserta didik kelas X dari empat sekolah berbeda.
3. Jumlah butir pernyataan instrumen penilaian praktik debat yang dikembangkan
setelah melalui uji validitas konstruk dengan analisis faktor eksploratori (EFA)
adalah 33 butir yang berasal dari tiga dimensi penilaian. Tiga dimensi tersebut
meliputi dimensi Matter dengan 4 komponen/10 butir pernyataan; dimensi Method
dengan 3 komponen/10 butir pernyataan; dan dimensi Manner dengan 4
komponen/13 butir pernyataan.
Berdasar hasil analisis data diketahui kualitas dan keterbatasan dari instrumen
penilaian yang dikembangkan. Berikut beberapa saran pemanfaatan dari lembar
instrumen penilaian praktik debat yang telah dikembangkan.
1. Lembar instrumen dapat digunakan oleh para guru Bahasa Indonesia kelas X
SMA/MA untuk menilai peserta didik ketika praktik berdebat. Dalam hal ini,
kemampuan debat masing-masing peserta didik dapat teramati secara spesifik
3
karena butir pernyataan yang terdapat pada instrumen telah merepresentasikan
indikator dari tiga komponen utama penilaian praktik debat. Hal ini diperkuat pula
oleh hasil analisis validitas dan reliabilitas instrumen yang telah diperoleh.
2. Total butir pernyataan instrumen yang gugur adalah 11 butir dan masih terdapat
beberapa saran modifikasi model analisis faktor dari hasil analisis Path Diagram.
Oleh sebab itu, komposisi butir dari instrumen final masih memerlukan perbaikan,
khususnya pada letak pernyataan butir tertentu, sesuai saran modifikasi yang
diungkap dan teori yang menaungi.
3. Instrumen penilaian praktik debat yang dikembangkan bisa digunakan sebagai
acuan dalam penilaian debat pada lingkup kompetisi atau perlombaan. Tiga dimensi
utama instrumen berpedoman pada acuan yang dipakai oleh lembaga asosiasi debat
internasional. Di samping itu, turunan komponen dan butir indikator juga
dikorelasikan dengan kajian teori keterampilan berbicara umumnya dan
kemampuan berdebat khususnya sehingga relevan meskipun tetap ada butir yang
perlu penyesuaian khusus.
3
DAFTAR PUSTAKA
Garson, G. David. (2013). Validity and Reliability. USA: Statistical Publishing Associates.
Isnainar. (2013). Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Kota
Bengkulu Tahun Ajaran 2012-2013 dengan Pendekatan Komunikatif. Bengkulu:
Universitas Bengkulu
Morelent, Yetty. (2012). Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa melalui Kegiatan Bercerita
Berbasis Karakter di Sekolah Menengah Atas: Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa
Kelas X SMA Banuhampu Kabupaten Agam. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Nurgiyantoro, Burhan. (2001). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Edisi Ketiga.
Yogyakarta: BPFE.
O'Connor, Anne; Carpenter, Barry; Coughlan, Barry. Grounded Theory Review. Dec2018, Vol.
7 Issue 1, p90-103. 14p
Sari, Kadek Desy Indah, I Wayan Wendra, dan Ni Made Rai Wisudariani. (2016). Pelaksanaan
Evaluasi Pembelajaran Keterampilan Berbicara (Bercerita) dengan Materi Cerpen
pada Siswa Kelas IX D SMP Negeri 3 Singaraja. E-Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Vol. 5 No.3 Tahun 2016.