Anda di halaman 1dari 41

INSTRUMEN PENILAIAN

PRAKTIK
DEBAT
KELAS X SMA/MA

SEPTIANA FARIDA, S.PD.


DR. FARIDA AGUS SETIAWATI, M.SI.
INSTRUMEN PENILAIAN

PRAKTIK
DEBAT
KELAS X SMA/MA

SEPTIANA FARIDA, S.PD.


DR. FARIDA AGUS SETIAWATI, M.SI.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat-Nya sehingga instrumen penilaian
praktik debat untuk peserta didik kelas X SMA/MA ini dapat terselesaikan dan terujikan
dengan baik. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan terima kasih mendalam kepada Dr.
Farida Agus Setiawati, M.Si. yang telah berkenan membimbing saya di sela-sela kesibukannya.
Terima kasih pula saya sampaikan kepada segenap ahli materi dan para subjek penelitian yang
telah membantu dalam penghimpunan data ketika pengujian instrumen. Terima kasih
selanjutnya pun saya sampaikan kepada seluruh pihak yang telah mendukung dalam
penyelesaian instrumen penilaian praktik debat ini.

Instrumen penilaian ini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan alat evaluasi nonkognitif.
Instrumen dapat dimanfaatkan untuk mengukur keterampilan berbicara pada pembelajaran
Bahasa Indonesia, khususnya kompetensi praktik debat peserta didik kelas X SMA/MA.
Instrumen disusun berdasar kajian teori dan ditujukan untuk digunakan para Guru Bahasa
Indonesia kelas X. Semoga dengan tersusunnya instrumen ini, keterampilan peserta didik
dalam berdebat dapat terukur dan teridentifikasi tingkat kemampuannya berdasar
kategorisasi nilai yang telah ditentukan.

Instrumen penilaian yang dikembangkan tidak luput dari kekurangan. Oleh sebab itu, segala
kritik saran yang bermanfaat bagi perbaikan instrumen penilaian ini sangat diharapkan.
Semoga instrumen penilaian praktik debat dapat berguna bagi pelaksanaan penilaian
nonkognitif yang berlangsung pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA/MA dan
menambah referensi alat evaluasi praktik debat pada umumnya.

Yogyakarta, Agustus 2019

Penyusun,

Septiana Farida

4
5
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................................2

Kata Pengantar...........................................................................................................................4

Daftar Isi...................................................................................................................................6

Bagian I Pendahuluan................................................................................................................8

A. Latar Belakang Instrumen.........................................................................................10


B. Tujuan Pengukuran.......................................................................................................11
C. Konsep Instrumen........................................................................................................11
D. Spesifikasi Instrumen................................................................................................11

Bagian 2 Karakteristik Instrumen.........................................................................................12

A. Validitas Instrumen.....................................................................................................14
B. Reliabilitas Instrumen................................................................................................22

Bagian 3 Instrumen Penelitian................................................................................................26

Bagian 4 Petunjuk Penggunaan dan Penyekoran..................................................................32

Bagian 5 Penutup........................................................................................................................36

A. Simpulan tentang Produk............................................................................................38


B. Simpulan Pemanfaatan Produk...................................................................................38

Daftar Pustaka...........................................................................................................................40

6
7
Pendahuluan
9
A. Latar Belakang Instrumen

Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu


mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Bentuk evaluasi akhir pembelajaran
Bahasa Indonesia yang berupa evaluasi kognitif hanya memfokuskan pada aspek
keterampilan membaca dan menulis. Oleh karena itu, evaluasi keterampilan
mendengarkan dan berbicara dievaluasi ketika praktik pembelajaran berlangsung
(Nurgiyantoro, 2001:7; Isnainar, 2013).

Keberhasilan pencapaian tujuan kompetensi pembelajaran turut ditentukan oleh alat


evaluasi yang memadai. Selama ini yang terjadi bentuk evaluasi keterampilan membaca
dan menulis melalui instrumen kognitif tes, sedangkan evaluasi keterampilan
mendengarkan dan berbicara melalui instrumen nontes yang masih belum tersusun
khusus.

Evaluasi keterampilan berbicara meliputi dimensi teknik berbicara yang di dalamnya


terdiri atas spesifikasi indikator penilaian yang perlu diamati. Berbagai hal ini secara
umum belum dilakukan secara praktis oleh para Guru Bahasa Indonesia di berbagai
tingkat sekolah. Pada realitanya evaluasi keterampilan ini sering dipaksakan dalam
bentuk evaluasi kognitif melalui pertanyaan teori atau apabila dilakukan secara
praktik direalisasikan tanpa pedoman instrumen secara khusus. Hal ini terjadi karena
keterampilan berbicara sebagai bentuk komunikasi visual yang nyata pun sering
dianggap sebagai kompetensi yang mudah, baik untuk dilakukan maupun dinilai
(Morelent, 2012; Isnainar, 2013). Padahal, praktik evaluasi keterampilan berbicara
bukan hal yang mudah dilakukan (Sari dkk., 2016: 2) dan bentuk evaluasi berupa
instrumen nontes yang dapat berwujud lembar observasi, angket, atau rubrik penilaian
serta membutuhkan kecermatan pada proses pengevaluasiannya.

Debat termasuk ke dalam kompetensi keterampilan berbicara yang sangat kompleks.


Selain melibatkan personal berjumlah banyak, alur pelaksanaan debat membutuhkan
kompetensi strategi berbicara yang memadai. Pembicara selain dituntut dapat
menguasai mosi yang diberikan agar dapat berbicara lugas dan bernas juga harus
mampu meyakinkan serta kritis mematahkan pendapat lawan (Salim, 2015:100). Di
samping debat juga diperlukan sikap reflektif dan netral sekaligus kritis dalam
memeriksa argumen atau bukti yang digunakan. Pendebat harus mampu menilai masalah
dengan analisis kuat bukan sekadar mengandalkan interpretasi lawan (O’Connor, 2018:
90—91). Oleh karena itu, aspek keterampilan berbicara pada praktik debat meliputi
berbagai komponen. Komponen ini menjadi dasar penilaian kompetensi masing-masing
peserta didik ketika praktik debat.

1
Sejalan dengan uraian di atas maka diperlukan pengembangan instrumen penilaian
kompetensi praktik debat yang diwujudkan dalam bentuk instrumen nontes berupa
lembar pengamatan. Lembar pengamatan untuk diisi oleh guru ketika menilai praktik
debat peserta didik di dalam kelas. Pengembangan instrumen dilakukan berpedoman
pada teori berbicara yang berlaku pada praktik debat. Instrumen bermanfaat untuk
penilaian KD 4.12 pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA/MA semester genap
yang berbunyi mengonstruksi permasalahan/isu, sudut pandang dan argumen beberapa
pihak dan simpulan dari debat secara lisan untuk menunjukkan esensi dari debat.

B. Tujuan Pengukuran

Instrumen penilaian praktik debat dikembangkan untuk mengukur kemampuan peserta


didik kelas X SMA/MA ketika praktik debat berlangsung pada pembelajaran Bahasa
Indonesia.

C. Konsep Instrumen

Instrumen penilaian yang dikembangkan berupa lembar pengamatan ceklis untuk diisi
oleh Guru Bahasa Indonesia kelas X SMA/MA, yaitu digunakan untuk menilai
keterampilan berbicara peserta didik khususnya ketika praktik debat berlangsung.

D. Spesifikasi Instrumen

Pengembangan instrumen penilaian praktik debat yang dilakukan memiliki spesifikasi


produk sebagai berikut:
1. produk yang dihasilkan berupa lembar pengamatan instrumen nontes untuk menilai
praktik debat pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA/MA
2. instrumen lembar ceklis yang dihasilkan ditujukan untuk diisi Guru Bahasa
Indonesia ketika menilai peserta didik yang berdebat
3. instrumen berisi butir-butir pernyataan yang berasal dari dimensi teori dan
komponen penilaian praktik debat

1
Karakteristik

Instrumen
1
A. Validitas Instrumen

Validitas instrumen yang diperoleh adalah validitas isi dan validitas konstruk. Validitas
isi melalui proses validasi terhadap 10 expert judgement, sedangkan validitas konstruk
melalui analisis faktor eksploratori dengan bantuan program SPSS dari data hasil uji
coba luas.

a. Validitas Isi
Validasi terhadap expert judgement (ahli) dilakukan sebelum produk digunakan untuk
uji coba. Validasi ahli dilakukan terhadap dua orang Dosen Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia serta delapan orang Guru Bahasa Indonesia kelas X. Validasi ahli
bertujuan memperoleh nilai validitas konten/isi yang dihitung menggunakan formula
Indeks Aiken’s V. Berdasar proses validasi ahli yang telah dilakukan terhadap produk
awal diperoleh hasil bahwa dari 44 butir yang dikembangkan terdapat 6 butir
pernyataan tidak memenuhi nilai kriteria minimal sehingga harus digugurkan. Kriteria
minimal butir yang gugur didasarkan pada nilai validitas Aiken’s yang tertera pada Tabel
Aiken’s. Berikut ini nilai validitas yang diperoleh pada masing-masing butir.

Tabel 1. Nilai Validitas Aiken’s


No. No. No.
V Keterangan V Keterangan V Keterangan
Butir Butir Butir
1 0,900 Valid 16 0,900 Valid 31 0,800 Valid
2 0,833 Valid 17 0,333 Tidak Valid 32 0,900 Valid
3 0,867 Valid 18 0,900 Valid 33 0,800 Valid
4 0,667 Tidak Valid 19 0,867 Valid 34 0,900 Valid
5 1,000 Valid 20 0,900 Valid 35 0,933 Valid
6 1,000 Valid 21 0,600 Tidak Valid 36 0,833 Valid
7 0,967 Valid 22 0,833 Valid 37 0,633 Tidak Valid
8 0,833 Valid 23 0,900 Valid 38 0,867 Valid
9 0,833 Valid 24 0,933 Valid 39 0,867 Valid
10 0,867 Valid 25 0,933 Valid 40 0,900 Valid
11 0,833 Valid 26 0,933 Valid 41 0,833 Valid
12 0,867 Valid 27 0,800 Valid 42 0,833 Valid
13 0,700 Tidak Valid 28 0,900 Valid 43 0,733 Valid
14 0,833 Valid 29 0,700 Tidak Valid 44 0,833 Valid
15 0,767 Valid 30 0,833 Valid

1
Nilai validitas Aiken’s yang diacu atau menjadi patokan pada Tabel Aiken’s adalah nilai
untuk sepuluh rater dan empat skala jawaban dengan taraf kesalahan 5%, yaitu sebesar
0,73. Oleh karena itulah, keenam butir dinyatakan tidak valid karena memiliki nilai
validitas < 0,73 sehingga butir yang lolos uji validitas isi sebanyak 38 butir. Lembar
instrumen dengan jumlah 38 butir inilah yang digunakan pada uji coba terbatas dan uji
coba luas. Keenam butir yang dinyatakan tidak lolos uji validitas aman digugurkan karena
indikator tiap komponen masih tetap terwakili melalui butir amatan dari pernyataan
lainnya.

b. Validitas Konstruk
Instrumen yang dikembangkan yang telah dinyatakan valid secara konten dan telah
direvisi kemudian digunakan pada uji coba terbatas. Selain itu. Instrument telah
dinyatakan memuaskan dan kuat dari penghitungan reliabilitas inter-rater Kappa.
Instrumen diujicobakan kepada 246 peserta didik dari empat sekolah berbeda. Pada
uji coba ini masing-masing peserta didik melaksanakan debat sesuai perannya sebagai
anggota kelompok pro dan kontra lalu secara langsung dinilai menggunakan instrumen
penilaian yang telah direvisi. Data nilai per butir para peserta didik dalam bentuk skor
dikotomus 1-0 direkap dan dianalisis faktor menggunakan Program SPSS.

1) Hasil Analisis Faktor Butir 1 s.d. 12


Hasil Analisis Faktor Butir 1 s.d. 12 merepresentasikan dimensi matter yang terdiri
atas komponen mosi, argumen, dan fakta dari argumen. Butir tersusun runtut dari tiap
komponen. Komponen mosi terbagi menjadi dua indikator, yaitu perumusan mosi dengan
dua pernyataan butir dan substansi mosi dengan satu pernyataan butir. Komponen
argumen terbagi menjadi substansi argumen dengan dua pernyataan butir dan argumen
tiap pembicara dengan tiga pernyataan butir. Kemudian, pada komponen fakta dari
argumen juga terdapat dua indikator di antaranya identitas fakta dengan tiga
pernyataan butir dan substansi fakta dengan satu pernyataan butir.

Hasil analisis faktor yang dilakukan pada data 246 subjek untuk ke-12 butir dimensi
matter ditemukan butir nomor 1 memiliki nilai rotated component matrix < 0,3 dan butir
nomor 8 memiliki nilai antiimage correlation terkecil, yaitu sebesar 0,308. Oleh karena
itu, kedua butir ini digugurkan. Selanjutnya, butir yang merepresentasikan dimensi
matter dianalisis faktor kembali dengan terlebih dahulu mengeluarkan butir 1 dan butir
8 pada bagian Variables. Dengan melakukan analisis komponen faktor yang sama
dihasilkan nilai KMO sebesar 0.628

1
Tabel 2. Output KMO setelah Butir 1 dan 8 Digugurkan

dan gambaran scree plot sebagai berikut.

Gambar 1. Tampilan Scree Plot Dimensi Matter

Dari tampilan diketahui hasil analisis yang diperoleh adalah bahwa terdapat empat
faktor yang memiliki nilai Eigenvalue > 1. Rincian berikut adalah nilai rotated component
matrix. Apabila besarnya > 0,5 maka menunjukkan kecenderungan kategorisasi kompoen
butir.

1
Tabel 3. Nilai Rotated Component Matrix setelah Butir 1 dan 8 Digugurkan

Berdasar nilai rotated component matrix yang dihasilkan, keempat faktor yang
terbentuk mengelompokkan butir pernyataan dan mengarah pada penamaan faktor
sebagai berikut.

Tabel 4. Penamaan Faktor Hasil EFA Dimensi Matter


Komponen No. Butir Presentase Penamaan Faktor
ke- Pernyataan Varians
1 9, 10, 11, 12 33,879 Fakta dari Argumen
2 4, 5 19,435 Pernyataan Argumen
3 3, 6, 7 17,586 Isi Argumen Pembicara
4 2 10,970 Pengantar Argumen

Hasil analisis menunjukkan bahwa komponen yang dikembangkan pada instrumen


sebagian besar telah sesuai dengan kenyataan di lapangan meskipun ada perbaikan yang
perlu dilakukan. Butir 1 dapat digugurkan karena selain sudah terwakili oleh butir 2,
tetapi “Perumusan Mosi” pada praktik debat umumnya telah dirumuskan sebelum debat
tersebut dilakukan. Oleh sebab itu, butir 1 bukan merupakan butir yang harus diamati
pada pelaksanaan praktik debat karena sifatnya otomatis ada. Butir 8 dapat digugurkan
karena masing-masing pembicara mengacu pada konsep argumen yang sama sehingga
tidak dapat dipisahkan dan setiap pembicara memperkuat argumen pembicara lainnya.
Oleh sebab itu, argumen tidak perlu dibatasi secara khusus antar-pembicara.

1
2) Hasil Analisis Faktor Butir 13 s.d. 24
Butir 13 s.d. 24 secara runtut mewakili dimensi method yang terdiri atas komponen cara
penyampaian argumen, cara penyampaian tangkisan, dan cara penyampaian tanggapan.
Cara penyampaian argumen memiliki dua indikator, yaitu pernyataan argumen dengan
empat pernyataan butir dan argumen pembicara dengan dua pernyataan butir. Indikator
dari komponen cara penyampaian tangkisan terbagi menjadi dua pernyataan butir
tangkisan terhadap lawan dan dua pernyataan butir tentang identifikasi tangkisan.
Komponen cara penyampaian tanggapan terbagi atas tanggapan objektif dengan dua
pernyataan butir dan struktur tanggapan juga dengan dua pernyataan butir.

Berdasarkan analisis faktor terhadap ke-12 butir dimensi method dihasilkan dua butir
pernyataan dengan nilai antiimage correlation terkecil, yaitu butir 16 sebesar 0,314 dan
butir 13 sebesar 0,473. Kedua butir digugurkan lalu ke-10 butir lainnya kembali
dianalisis dengan alur yang sama. Nilai KMO yang dihasilkan setelah analisis tahap kedua
adalah 0,841.
Tabel 5. Output KMO setelah Butir 13 dan 16 Digugurkan

dan tampilan scree plot sebagai berikut.

Gambar 2. Tampilan Scree Plot Dimensi Method

1
Scree Plot di atas menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor terbentuk yang ditandai
dengan nilai Eigenvalue > 1. Berikut adalah rincian nilai rotated component matrix
apabila besarannya > 0,5 maka menunjukkan kategorisasi pengelompokan komponen
butir.

Tabel 6. Nilai Rotated Component Matrix setelah Butir 13 dan 16 Digugurkan

Berdasar nilai rotated component matrix yang dihasilkan, ketiga faktor yang
terbentuk mengelompokkan butir pernyataan dan mengarah pada penamaan faktor
sebagai berikut.

Tabel 7. Penamaan Faktor Hasil EFA Dimensi Method

Komponen No. Butir Presentase Penamaan Faktor


ke- Pernyataan Varians
1 18, 19, 20, 21, 22, 49,769 Cara Menanggapi Argumen
23, 24
2 14, 15 12,412 Cara Menyampaikan Argumen
3 17 10,974 Aturan Berargumen

Konsep pengelompokkan indikator pada setiap komponen dari dimensi method yang
dikembangkan telah sesuai dengan faktor yang terbentuk pada hasil analisis faktor yang
dilakukan. Faktor dominan dari dimensi ini terletak pada substansi cara menyampaikan
tanggapan yang pada konsep pengembangan dipilah menjadi dua indikator, yaitu
tanggapan dan tangkisan. Namun, pada hasil analisis faktor kedua indikator ini
cenderung mengelompok pada satu faktor. Karena tangkisan juga merupakan bentuk

1
tanggapan, faktor dinamai secara umum sebagai cara menanggapi argumen. Selebihnya,
butir 14, 15, dan 17 telah menempati faktor yang sama dengan konsep pengembangan
kisi awal.

3) Hasil Analisis Faktor Butir 25 s.d. 38


Butir 25 s.d. 38 berisi pernyataan-pernyataan runtut dari dimensi manner yang
tersusun atas komponen ekspresi, penampilan, dan vokal. Indikator kontak mata dengan
satu pernyataan butir, gerak-gerik dengan dua pernyataan butir, dan mimik wajah juga
dengan dua pernyataan butir merupakan jabaran dari komponen ekspresi. Komponen
penampilan terinci oleh masing-masing satu pernyataan dari indikator cara berdiri dan
kostum. Komponen vokal terdiri atas indikator suara dan kecepatan dengan dua
pernyataan butir serta nada dan kejelasan pengucapan yang juga dirinci masing-masing
dalam dua pernyataan butir.

Berdasarkan analisis faktor terhadap ke-12 butir dimensi manner dihasilkan satu butir
pernyataan dengan nilai rotated component matrix < 0,3, yaitu butir 38 sebesar 0,091.
Oleh karena itu, butir tersebut digugurkan kemudian 11 butir lainnya dianalisis ulang
dengan langkah yang sama. Butir 25 s.d. 37 yang dianalisis faktor ulang menghasilkan
nilai KMO sebesar 0,719.

Tabel 8. Output Nilai KMO setelah Butir 38 Digugurkan

Gambaran scree plot yang dihasilkan sebagai berikut.

2
Gambar 3. Tampilan Scree Plot Dimensi Manner

Dari gambar di atas diketahui bahwa terbentuk 4 faktor, yaitu terlihat 4 titik yang
melebihi dari nilai Eigenvalue > 1 . Dari nilai rotated component matrix yang dihasilkan
pengelompokkan keempat faktor tersebut dapat dirinci sebagai berikut.

Tabel 9. Nilai Rotated Component Matrix setelah Butir 38 Digugurkan

Dari rincian di atas dapat diketahui pengelompokkan butir menjadi empat komponen
seperti yang dapat dilihat pada penggolongan dan penamaan faktor di bawah ini. Hal
ini terindikasi dari nilai rotated component > 0,5 termasuk pada kelompok mana.

2
Tabel 10. Penamaan Faktor Hasil EFA Dimensi Manner

Komponen No. Butir Pernyataan Presentase Penamaan Faktor


ke- Varians
1 32, 33, 34, 35, 36, 37 21,875 Vokal
2 25, 26, 27 18,320 Penampilan
3 28, 29, 30 11,513 Ekspresi
4 31 8,999 Kostum

Butir 32 s.d. 37 sebelumnya teridentifikasi pada indikator secara spesifik untuk


komponen vokal, tetapi setelah dilakukan analisis faktor ternyata seluruh butir ini
menunjukkan kesatuan. Oleh karena itu, butir 32 s.d. 37 membentuk komponen
terfokus sebagai vokal. Butir 25 dan butir 26-27 merupakan indikator berbeda, tetapi
termasuk pada komponen yang sama. Namun, setelah dilaksanakan analisis faktor
dapat dikategorisasi ke dalam komponen penampilan. Selanjutnya, butir 30 pada
pengembangan awal merupakan komponen yang berbeda dari butir 28-29. Akan tetapi,
analisis faktor cenderung mengelompokkan ketiga butir tersebut dan dapat
dikategorikasn sebagai komponen ekspresi. Butir 31 secara mandiri menduduki faktor
komponen kostum karena memang berupa pernyataan yang mendeskripsikan kostum.

B. Reliabilitas Instrumen
Nilai reliabilitas instrumen diperoleh dengan penghitungan rata-rata dari reliabilitas
inter-rater Formula Kappa terhadap 24 subjek dari empat sekolah berbeda, yaitu dari
MAN 3 Sleman, SMA N 9 Yogyakarta, SMA N 6 Yogyakarta, dan MAN 2 Kulonprogo.
Hasil penilaian antar dua penilai dari empat sekolah tersebut dikategorisasikan
terlebih dahulu kemudian dianalisis nilai Kappa-nya dengan bantuan Program SPSS.
Kategorisasi ditentukan menjadi lima kelompok berdasar panduan kategorisasi Azwar
(2012:140), yaitu dengan terlebih dahulu menghitung besar nilai minimal, nilai
maksimal, range, mean, dan standar deviasi.

Instrumen berupa lembar ceklis pengamatan sebanyak 38 butir pernyataan ada atau
tidak sehingga nilai minimalnya 0 dan nilai maksimalnya 38. Range atau rentang antara
nilai maksimal dan minimal, yaitu 38. Mean adalah nilai maksimal dan minimal dibagi
dua, yaitu 19. Standar deviasi diperoleh dari range dibagi enam, yaitu 6,3. Berdasar
patokan tersebut maka dapat diperoleh kategorisasi berikut.

2
Tabel 11. Kategorisasi Kemampuan Praktik Debat Peserta Didik
Predikat Rentang Nilai Skor Nominal
Sangat Rendah X ≤ 9,55 1
Rendah 9,55 < X ≤ 15,85 2
Sedang 15,85 < X ≤ 22,15 3
Tinggi 22,15 < X ≤ 28,45 4
Sangat Tinggi X > 28,45 5

Hasil penilaian terhadap 24 subjek yang terbagi menjadi empat sekolah diperoleh
kategorisasi skor nominal berkisar antara 4 dan 5. Berikut ini secara berurutan adalah
nilai reliabilitas inter-rater dari data uji coba terbatas di MAN 3 Sleman, SMA N 6
Yogyakarta, SMA N 9 Yogyakarta, dan MAN 2 Kulonprogo. Data dianalisis
penghitungan nilai reliabilitas Kappa menggunakan bantuan Program SPSS dengan
menu Analyze – Descriptive Statistics – Crosstab.

Tabel 12. Output Nilai Reliabilitas Kappa dari MAN 3 Sleman

Tabel 13. Output Nilai Reliabilitas Kappa dari SMA N 6 Yogyakarta

Tabel 14. Output Nilai Reliabilitas Kappa dari SMA N 9 Yogyakarta

2
Tabel 15. Output Nilai Reliabilitas Kappa dari MAN 2 Kulonprogo

Nilai reliabilitas Kappa yang diperoleh dari data MAN 3 Sleman, SMA N 6 Yogyakarta,
dan SMA N 9 Yogyakarta masing-masing sebesar 0,571, sedangkan nilai reliabilitas
Kappa dari data MAN 2 Kulonprogo diperoleh sempurna, yaitu sebesar 1. Nilai
reliabilitas Kappa instrumen penilaian yang dikembangkan dihitung dari rerata
keempat nilai tersebut. Nilai rerata reliabilitas Kappa yang diperoleh adalah sebesar
0,678. Berdasar kategorisasi nilai reliabilitas Kappa oleh Fleiss maka dapat diketahui
bahwa instrumen penilaian praktik debat yang dikembangkan berada pada predikat
memuaskan karena berada pada rentang 0,61 s.d. 0,75. Dikuatkan oleh Garson (2013:
65) yang juga menyampaikan untuk nilai reliabilitas inter-rater Kappa antara 0.6 s.d.
0,79 termasuk pada kategori substansial (kokoh). Oleh sebab itu, dapat dikatakan
bahwa instrumen yang dikembangkan reliabel.

2
2
Instrumen

Penilaian
2
Instrumen yang dihasilkan dari penelitian pengembangan berupa instrumen penilaian
praktik debat pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk peserta didik kelas X
SMA/MA yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen awal yang
dikembangkan terdiri atas 44 butir, tetapi setelah diuji coba lapangan dan dianalisis
faktor dilakukan revisi sehingga butir instrumen final berjumlah 33 butir. Berikut
instrumen final yang dihasilkan.

Tabel 16. Kisi-Kisi Instrumen Final

Nomor
Dimensi Komponen Indikator
Butir
A. Materi A.1 Mosi A.1.1 Perumusan Mosi 1
A.2 Argumen A.2.1 Substansi Argumen 2, 3
A.3 Isi 4, 5, 6
Argumen
Pembicara
A.4 Fakta dari A.3.1 Identitas Fakta 7, 8, 9
Argumen A.3.2 Substansi Fakta 10
B. Metode B.1 Cara B.1.1 Pernyataan Argumen 11, 12
Penyampaian
Argumen
B.2 Aturan 13
Berargumen
B.3 Cara B.3.1 Tanggapan Objektif 14, 15,
Penyampaian 16, 17,
Tanggapan 18,
B.3.2 Struktur Tanggapan 19, 20
C. Sikap C.1 Ekspresi C.1.1 Kontak Mata 21
C.1.2 Gerak-gerik 22, 23
C.2 Penampilan C.2.1 Cara Berdiri 24, 25,
26
C.3 Vokal C.3.1 Suara dan Kecepatan 27, 28
C.3.2 Nada 29, 30
C.3.3 Kejelasan 31, 32
Pengucapan Kata
C.4 Kostum 33

2
Tabel 17. Lembar Instrumen Final

Penilaian
No. Pernyataan Butir Keterangan
Ada Tidak
1. Menguraikan pengertian spesifik dari mosi
2. Mengungkap pernyataan menerima atau menolak terhadap mosi
3. Pernyataan menerima atau menolak dilengkapi argumen
4. Menerangkan ruang lingkup (latar belakang/tujuan) mosi
5. Argumen pembicara tidak keluar dari mosi
6. Argumen tiap pembicara didasarkan pondasi argumen yang sama
7. Menggunakan referensi kasus sebagai fakta yang relevan dengan mosi
8. Kasus yang digunakan sebagai bukti fakta adalah kasus mutakhir
9. Ada keterangan sumber fakta
10. Mengungkap penjelasan hubungan (sebab akibat) antara fakta dengan mosi
11. Menyampaikan alasan argumen dengan kalimat lugas
12. Menyatakan simpulan argumen secara singkat dan tegas
13. Mematuhi durasi waktu yang telah ditetapkan untuk setiap pembicara
14. Menyampaikan tangkisan atas izin moderator
15. Mengungkap tangkisan dengan sebab jelas (contoh yang salah/tidak relevan dengan
mosi/tidak logis)
16. Menyampaikan tangkisan dengan bertanggung jawab (diperkuat fakta)
17. Mengemukakan tanggapan dengan objektif
18. Menyampaikan tanggapan dengan alasan (diperkuat data)
19. Mengungkap tanggapan dengan spesifik berupa kritik/saran
20. Menyampaikan tanggapan dengan santun
21. Ada keberanian menatap mata audiens (lawan) secara personal
22. Melakukan gerakan tangan secara alami ketika berbicara
23. Gerakan diciptakan sewajarnya; tidak berlebihan (menganggu fokus dalam memahami
argumen)

2
Penilaian
No. Pernyataan Butir Keterangan
Ada Tidak
24. Menciptakan mimik wajah yang ramah ketika menyampaikan
argumen/tangkisan/tanggapan (tidak sinis)
25. Menyimak argumen dengan mimik tenang/khidmat (tidak memunculkan mimik yang
mengandung cibiran)
26. Menempatkan diri dengan sikap berdiri yang baik ketika berargumen
27. Memperhatikan tekanan (keras lembut) suara sesuai substansi argumen yang
disampaikan
28. Memproduksi suara dengan menyesuaikan luas ruangan
29. Memperhatikan intonasi bicara (tinggi rendah); tidak monoton (datar)
30. Memberikan jeda pada penyampaian kalimat
31. Mengucapkan kata per kata dengan jelas
32. Penggunaan kata sederhana; bukan istilah rumit
33. Mengenakan pakaian yang rapi

3
Petunjuk Penggunaan

dan Penyekoran
33
A. Petunjuk Penggunaan
Instrumen berupa lembar pengamatan yang terdiri atas kolom “Pernyataan Butir”,
kolom penilaian “Ya” dan “Tidak”, serta kolom “Keterangan”. Kolom “Pernyataan Butir”
merupakan pernyataan yang mengungkap aspek-aspek yang diamati ketika peserta
didik praktik debat. Kolom “Ya” dan “Tidak” merupakan kolom penilaian untuk diisi oleh
guru dengan ceklis (√) sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (ketika peserta didik
melaksanakan praktik debat). Keadaan tersebut disesuaikan dengan aspek yang
terdapat pada kolom “Pernyataan Butir”. Kolom “Keterangan” agar diisi oleh guru
dengan catatan-catatan tambahan bila diperlukan. Satu lembar instrumen pengamatan
ditujukan untuk satu peserta didik.

B. Petunjuk Penyekoran
Penentuan skor pada lembar pengamatan dilakukan apabila pernyataan ditemukan atau
teramati maka pada lembar instrumen diberi ceklis pada kolom “Ada”. Sebaliknya,
apabila pernyataan tidak ditemukan atau teramati maka pada lembar instrumen diberi
ceklis pada kolom “Tidak”. Ceklis pada kolom turut menentukan skor yang diperoleh
peserta didik karena setiap pernyataan yang dinilai “Ada” memiliki skor 1 dan “Tidak”
memiliki skor 0.

Jumlah skor dari butir yang teramati dapat dikelompokkan ke dalam kategorisasi
kemampuan praktik debat peserta didik. Kemudian, dari kategorisasi ini diketahui skor
atau predikat tingkat kemampuan peserta didik pada praktik debat.

Pemerolehan skor minimal adalah 0 dan skor maksimal 38. Range atau rentang antara
nilai maksimal dan minimal, yaitu 38. Mean adalah nilai maksimal dan minimal dibagi
dua, yaitu 19. Standar deviasi diperoleh dari range dibagi enam, yaitu 6,3. Berdasar
patokan tersebut maka ditentukan kategorisasi. Jumlah pemerolehan skor dimasukkan
dalam rentang nilai yang telah ditentukan. Selanjutnya, berdasar letak rentang nilai
diketahui predikat/tingkat kemampuan praktik debat peserta didik.
Tabel 17. Kategorisasi Kemampuan Praktik Debat Peserta Didik

Predikat Rentang Nilai


Sangat Rendah X ≤ 9,55
Rendah 9,55 < X ≤ 15,85
Sedang 15,85 < X ≤ 22,15
Tinggi 22,15 < X ≤ 28,45
Sangat Tinggi X > 28,45

Contoh penskoran:

Seorang peserta didik memperoleh ceklis “Ya” pada instrumen sebanyak 28


pernyataan. Oleh karena itu, peserta didik tersebut dapat dikategorisasikan memiliki
kemampuan praktik debat pada predikat “Tinggi”

3
Penutup
3
A. Simpulan tentang Produk

Produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan berupa instrumen penilaian


praktik debat pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk peserta didik kelas X
SMA/MA yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Instrumen awal yang
dikembangkan terdiri atas 44 butir, tetapi setelah diuji coba lapangan dan dianalisis
faktor dilakukan revisi sehingga butir instrumen final berjumlah 33 butir.
Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka simpulan dari penelitian
pengembangan yang dilakukan sebagai berikut.

1. Produk instrumen penilaian praktik debat yang disusun telah teruji dan memiliki
nilai validitas konten yang memadai. Uji validitas konten dengan formula Indeks
Aiken’s V menghasilkan nilai validitas sebesar 0,73 dan tergolong valid. Revisi
produk tahap pertama dilakukan setelah penghitungan ini, yaitu menggugurkan
enam butir pernyataan sehingga instrumen berjumlah 38 butir dari yang
sebelumnya 44 butir.
2. Nilai reliabilitas produk termasuk kategori reliabel, yaitu sebesar 0,678.
Reliabilitas dihasilkan dari pernghitungan reliabilitas inter-rater menggunakan
koefisien Kappa, yaitu berdasarkan rata-rata dari empat nilai reliabilitas inter-
rater. Keempat nilai reliabilitas inter-rater didapat dari uji coba terbatas
terhadap peserta didik kelas X dari empat sekolah berbeda.
3. Jumlah butir pernyataan instrumen penilaian praktik debat yang dikembangkan
setelah melalui uji validitas konstruk dengan analisis faktor eksploratori (EFA)
adalah 33 butir yang berasal dari tiga dimensi penilaian. Tiga dimensi tersebut
meliputi dimensi Matter dengan 4 komponen/10 butir pernyataan; dimensi Method
dengan 3 komponen/10 butir pernyataan; dan dimensi Manner dengan 4
komponen/13 butir pernyataan.

B. Simpulan Pemanfaatan Produk

Berdasar hasil analisis data diketahui kualitas dan keterbatasan dari instrumen
penilaian yang dikembangkan. Berikut beberapa saran pemanfaatan dari lembar
instrumen penilaian praktik debat yang telah dikembangkan.
1. Lembar instrumen dapat digunakan oleh para guru Bahasa Indonesia kelas X
SMA/MA untuk menilai peserta didik ketika praktik berdebat. Dalam hal ini,
kemampuan debat masing-masing peserta didik dapat teramati secara spesifik

3
karena butir pernyataan yang terdapat pada instrumen telah merepresentasikan
indikator dari tiga komponen utama penilaian praktik debat. Hal ini diperkuat pula
oleh hasil analisis validitas dan reliabilitas instrumen yang telah diperoleh.
2. Total butir pernyataan instrumen yang gugur adalah 11 butir dan masih terdapat
beberapa saran modifikasi model analisis faktor dari hasil analisis Path Diagram.
Oleh sebab itu, komposisi butir dari instrumen final masih memerlukan perbaikan,
khususnya pada letak pernyataan butir tertentu, sesuai saran modifikasi yang
diungkap dan teori yang menaungi.
3. Instrumen penilaian praktik debat yang dikembangkan bisa digunakan sebagai
acuan dalam penilaian debat pada lingkup kompetisi atau perlombaan. Tiga dimensi
utama instrumen berpedoman pada acuan yang dipakai oleh lembaga asosiasi debat
internasional. Di samping itu, turunan komponen dan butir indikator juga
dikorelasikan dengan kajian teori keterampilan berbicara umumnya dan
kemampuan berdebat khususnya sehingga relevan meskipun tetap ada butir yang
perlu penyesuaian khusus.

3
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. (2017). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Garson, G. David. (2013). Validity and Reliability. USA: Statistical Publishing Associates.

Isnainar. (2013). Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Kota
Bengkulu Tahun Ajaran 2012-2013 dengan Pendekatan Komunikatif. Bengkulu:
Universitas Bengkulu

Morelent, Yetty. (2012). Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa melalui Kegiatan Bercerita
Berbasis Karakter di Sekolah Menengah Atas: Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa
Kelas X SMA Banuhampu Kabupaten Agam. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Nurgiyantoro, Burhan. (2001). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Edisi Ketiga.
Yogyakarta: BPFE.

O'Connor, Anne; Carpenter, Barry; Coughlan, Barry. Grounded Theory Review. Dec2018, Vol.
7 Issue 1, p90-103. 14p

Salim, Arskal. (2015). Debate as A Learning-Teaching Method: A Survey of Literature.


TARBIYA: Journal of Education in Muslim Society Vol. 2(1) page 97—104.

Sari, Kadek Desy Indah, I Wayan Wendra, dan Ni Made Rai Wisudariani. (2016). Pelaksanaan
Evaluasi Pembelajaran Keterampilan Berbicara (Bercerita) dengan Materi Cerpen
pada Siswa Kelas IX D SMP Negeri 3 Singaraja. E-Jurnal Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Vol. 5 No.3 Tahun 2016.

Anda mungkin juga menyukai