Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 03 No.

02 (2023) 428-439
© Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

JTRESDA
Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/
p-ISSN : 2798-3420 I e-ISSN : 2477-6068

Studi Perencanaan Konduit Pengelak Bendungan Wairoro


Kabupaten Halmahera Tengah Provinsi Maluku Utara
Design Study of Diversion Conduit of Wairoro Dam, Central Halmahera
Regency, North Maluku Province
Fikri Akhdan Wiyata1*, Heri Suprijanto2, Andre Primantyo Hendrawan3
123
Departemen Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Jalan MT. Haryono No. 167,
Malang, 65145, Indonesia

Korespondensi Email : Abstrak: Di Provinsi Maluku Utara khususnya


Akhdan683@gmail.com Kabupaten Halmahera Tengah masih terjadi krisis air
bersih. Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah
DOI: merencanakan pembangunan Bendungan Wairoro.
https://doi.org/10.21776/ub.jtresda.2023.003.02.037 Sebelum dilakukan pembangunan bendungan,
pengelakan sungai harus direncanakan secara hati-hati.
Kata kunci: Saluran Pengelak, Konduit, Studi ini bertujuan untuk mendesain struktur pengelak
PLAXIS 8.6 , Bendungan pada Bendungan Wairoro menggunakan jenis konduit.
Dalam pemilihan bentuk dan dimensi konduit
Keywords: Diversion Channel, dilakukan analisis hidrolik dengan menganalisis
Conduit, PLAXIS 8.6, Dam dimensi yang optimal untuk saluran pengelak. Untuk
menentukan jenis lining pada saluran pengelak
Article history: dilakukan perhitungan gaya-gaya yang terjadi pada
Received: 02-06-2023 struktur pengelak. Gaya yang bekerja diukur pada
Accepted: 10-07-2023 kondisi kritis struktur pengelak dimana kondisi saluran
pengelak tepat di inti bendungan dan muka air waduk
maksimum. Dalam studi ini perhitungan pembebanan
dihitung menurut persamaan Mohr-Coulomb dan
Terzaghi. Perhitungan gaya di hitungan menggunakan
tabel koefisien dan aplikasi PLAXIS 8.6. Dari hasil
perhitungan didapatkan konduit bentuk persegi dimensi
3 m menggunakan lining beton tulangan rangkap tebal
0,75 m, dengan spesifikasi beton tulangan rangkap D19
– 300 untuk tulangan lentur dan D16 – 150 untuk
tulangan bagi.
Abstract: In Central Halmahera Regency, North
Maluku Province, clean water crisis is still a problem.
To overcome this problem the government plans to
build the Wairoro Dam. Before build a dam, river
diversion should be planned carefully. This study takes
the topic of diverting canal planning. This study aims
to design the diversion conduit structure of Wairoro
Dam. In selecting the shape and dimension of the
conduit, a hydraulic analysis is carried out to
determine the optimal dimension. The forces that occur
in the conduit are calculated to determine the type of
lining. The forces are measured in a critical condition
at the dam core and the maximum reservoir water level.
This study calculates the loading calculation according

*Penulis korespendensi: Akhdan683@gmail.com


Fikri Akhdan Wiyata 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 03 No. 02 (2023) p. 428-439

to the Mohr-Coulomb and Terzaghi equations. The


force calculation is calculated using the table
coefficient and the PLAXIS 8.6 application. From the
calculation results it can be obtained that conduit is a
rectangular shape of 3 m in width using double
reinforced concrete lining 0.75 m thick. With the
specification of double-reinforced concrete D19 - 300
for flexural bar of reinforcement and D16 - 150 for
distribution bar of reinforcement.

1. Pendahuluan
Di Provinsi Maluku Utara masih terjadi krisis air bersih khususnya pada Kabupaten Halamahera
Tengah[1]. Untuk mengatasi krisis air bersih salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan
menampung air hujan pada musim penghujan dan memanfaatkan air tersebut secara tepat guna dengan
menggunakan bangunan bendungan [2]. Oleh karena itu dibangunlah Bendungan Wairoro yang berupa
urugan tanah dan urugan batu yang dibangun untuk menahan dan menampung air, atau dapat
menampung lumpur sehingga terbentuk waduk [3]. Agar manfaat bendungan dapat dirasakan oleh
masyarakat diperlukan perencanaan yang tepat sehingga pembangunan dapat berjalan lancar.
Dalam proses konstruksi Bendungan Wairoro diperlukan bangunan pelengkap untuk menunjang
proses selama periode konstruksi. Salah satu bangunan pelengkap tersebut adalah saluran pengelak
yang berperan mengalihkan aliran sungai selama konstruksi bendungan berlangsung [4]. Dalam
perencanaan saluran pengelak ada berbagai aspek yang dipertimbangkan antara lain adalah kondisi
hidrologi, geologi, geografi, topografi, dan konfigurasi alur sungai [5]. Untuk membuat saluran
pengelak yang ekonomis perlu ditentukan dimensi dan jumlah yang optimal dengan pertimbangan aliran
air sungai yang akan dielakan.
Pemindahan aliran sungai pada hakikatnya dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan
menyesuaikan berbagai kondisi tempat kedudukan bendungan dibagi menjadi 3(tiga) metode yang biasa
digunakan pada bendung urugan [5]:
a) Penutupan sebagian aliran sungai.
b) Pembuatan saluran pengelak terbuka.
c) Pembuatan terowongan pengelak.

Pada suatu lembah yang sempit dan elevasi cukup tinggi, pengelakan sungai menggunakan
terowongan akan lebih effisien dibandingkan konduit . Konduit cocok diterapkan pada pondasi batuan
yang lebih jelek dan pada lembah yang cukup lebar, tetapi biaya konstruksinya akan lebih tinggi.
Dengan mempertimbangkan nilai ekonomis dilakukan optimalisasi terhadap bentuk conduit dan
diameter pada konduit [6].

2. Bahan dan Metode


2.1 Lokasi Penelitian
Bendungan Wairoro nantinya akan membendung Sungai Kuala Foyato dengan tampungan ±72,85
3
juta m . Sungai Kuala Foyato masuk ke dalam DAS Foya dengan luas 21,114 Ha berdasarkan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 4/PRT/M/2015 tentang Penetapan Wilayah
Sungai.

Gambar 1: Peta Administrasi Lokasi Rencana Bendungan Wairoro

429
Fikri Akhdan Wiyata 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 03 No. 02 (2023) p. 428-439

Pada Gambar 1 dapat dilihat lokasi studi ini terletak di Desa Wairoro, Kecamatan Weda Selatan,
Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara dengan koordinat lokasi studi terletak pada
sumbu X = 369524, Y = 21381.

2.2 Data Penelitian


Dalam penelitian diperlukan data-data untuk melakukan analisa perhitungan pada saluran pengelak
antara lain [7]:
a) Data hidrologi menggunakan debit rancangan tahun pada penelitian ini menggunakan debit
rencana 25 tahun.
b) Data geologi menggunakan data batuan dan material inti timbunan Bendungan Wairoro.
c) Data topografi didapat dari elevasi kontur pada Peta Topografi Genangan Bendungan Wairoro.

2.3 Metode
Pada tahapan awal dalam pengerjaan penelitian ini melakukan perhitungan volume tampungan,
perhitungan menggunakan peta kontur pada data topografi untuk mengetahui luasan antar kontur.
Menghitung hidrolika pada saluran dengan kondisi aliran bebas dan tekan berdasarkan bentuk dan
dimensi konduit. Penelusuran banjir rancangan dilakukan perhitungan luas tampungan dan hidrolika
untuk menganalisa dimensi saluran pengelak. Analisa dimensi saluran pengelak pada penelusuran banjir
rancangan menggunakan data hidrologi debit rencana 25 tahun.
Perhitungan pembebanan yang terjadi pada saluran pengelak dihitung saat kondisi kritis. Kondisi ini
dipilih padat saat kondisi saluran pengelak tepat pada inti bendungan dan waduk sudah terisi penuh.
Dari perhitungan pembebanan didapatkan nilai gaya-gaya yang terjadi pada struktur saluran pengelak
dihitung menggunakan tabel koefisien dan aplikasi PLAXIS 8.6. Dari perhitungan mekanika dapat
ditentukan jenis lining yang sesuai dengan kondisi saluran pengelak

Mulai

Data Data Data


Topografi Hidrologi Geologi

Perhitungan
Perhitungan gaya-gaya yang
pembebana berkerja

Analisa Perhitungan
Perhitungan Peneluran
dimensi struktur linning
volume banjir
optimal
tampungan rancangan Ya

Selesai
Tidak

Gambar 2: Diagram Alir Pengerjaan Penelitian

2.4 Persamaan
2.4.1 Hidrolika Saluran Pengelak
Di Dalam saluran pengelak terdapat 2(dua) kondisi aliran, yaitu aliran bebas dan aliran tekan.
Kondisi aliran ini dipengaruhi oleh kemiringan saluran, bentuk, dan kekasaran saluran. Dalam saluran

430
Fikri Akhdan Wiyata 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 03 No. 02 (2023) p. 428-439

terbuka digunakan Rumus Manning untuk menentukan laju aliran menggunakan kemiringan
permukaan air, luas penampang, dan keliling basah dari panjang saluran seragam [3].
1
𝑉 = 𝑅 2/3 𝑆 1/2 𝑃𝑒𝑟𝑠. 1
𝑛
1
𝑄 = 𝐴 𝑥 𝑅 2/3 𝑆 1/2 𝑃𝑒𝑟𝑠. 2
𝑛
Keterangan:
v = kecepatan aliran (m/s)
n = koefisien kecepatan manning
R = jari-jari hidrolis =A/P (m)
S = kemiringan saluran pengelak
Q = debit yang mengalir lewat saluran pengelak (m 3 /s)
A = luas penampang basah (m2)
Aliran tekan pada konduit terjadi bila ketinggian muka air di hulu pengelak (H) lebih dari 1,2
diameter pengalak (D). Pada kondisi ini bila seluruh saluran pengelak terisi penuh maka untuk
hubungan head dan debit dapat ditentukan dengan menerapkan persamaan Bernoulli [8].
19,63𝑛2 𝐿 𝑣 2
ℎ𝐿 = (1 + 𝐾𝑒 + ) 𝑃𝑒𝑟𝑠. 3
𝑅4/3 2𝑔

𝐷
1/2
𝐻+𝐿𝑠𝑖𝑛 𝜃− 2
𝑄 = 𝐴√2𝑔 [ 19,63𝑛2𝐿
] 𝑃𝑒𝑟𝑠. 4
(1+ 𝐾𝑒 + )
𝑅4/3
Keterangan:
ℎ𝐿 = kehilangan energi total pada saluran pengelak.
Ke = koefisien kehilangan energi akibat ketajaman sudut inlet pada saluran pengelak.
Q = debit yang mengalir lewat saluran pengelak (m3 /s)
D = diameter saluran (m)
R = jari-jari belokan saluran (m)
 = Sudut kemiringan saluran (°)
2.4.2 Volume Tampungan Waduk
Untuk keperluan ini diperlukan peta topografi dengan skala 1:10.000 dengan beda tinggi 5m atau
10m. Harus dicari luas yang dibatasi oleh masing-masing kontur dengan planimeter. Volume antara 2
kontur yang berurutan dapat dicari dengan rumus [9].
1
𝑉 = 𝑍(𝐹𝑦 + 𝐹𝑥√𝐹𝑦 + 𝐹𝑥) 𝑃𝑒𝑟𝑠. 6
3
Keterangan:
V = Volume pada kontur (m3)
Z = Beda tinggi antar kontur (m)
Fy = Luas pada kontur Y (m2)
Fx = Luas pada kontur x (m2)

2.4.3 Penelusuran Banjir Rancangan


Penelusuran banjir didasarkan atas hukum-hukum dasar hidrolika. Yang ditinjau hanyalah hukum
kontinuitas, sedangkan untuk persamaan selanjutnya menggunakan cara empiris dari pengamatan banjir
[10].
𝐼1 +𝐼2 𝑄 +𝑄 𝑆 −𝑆
+ 1 2= 2 1 𝑃𝑒𝑟𝑠. 7
2 2 ∆𝑡
Keterangan:
S1 = Storage pada permulaan t (m3)
S2 = Storage pada akhir t (m3)
I1 = Inflow pada permulaan t (m3/s)
I2 = Inflow pada akhir t (m3/s)
O1 = Outflow pada permulaan t (m3/s)
O2 = Outflow pada akhir t (m3/s)

431
Fikri Akhdan Wiyata 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 03 No. 02 (2023) p. 428-439

2.4.4 Pembebanan Saluran Pengelak


Terzaghi (1946) mengemukakan bahwa faktor beban batuan (H p) adalah ketinggian zona
pelonggaran di atas terowongan, yang kemungkinan besar akan membuat lengkungan baja [11].

𝑃𝑣 = 𝛾. 𝐻𝑝 𝑃𝑒𝑟𝑠. 8
Keterangan:
Pv = Tekanan vertikal atas saluran (KN/m)
𝛾 = berat jenis batuan (KN/m3)
Hp = Head Pressure (m)
Menurut Coulomb tekanan tanah aktif dan pasif yang bekerja pada tembok penahan menganggap
bawah bidang longsor adalah rata. Geseran antara tembok dengan tanah di belakang tembok ikut
diperhitungkan [12].
𝑐𝑜𝑠 2(∅−𝜃)
𝐾𝑎 = 𝑠𝑖𝑛(𝛼+∅).𝑠𝑖𝑛(∅−𝛼) 2
𝑃𝑒𝑟𝑠. 9
𝑐𝑜𝑠 2𝜃.𝑐𝑜𝑠(𝛿+𝜃)(1+√ )
𝑐𝑜𝑠(𝛿+𝜃).𝑐𝑜𝑠(𝜃−𝛼)
1
𝑃𝑎 = 2 𝐾𝑎. 𝛾𝐻 2 𝑃𝑒𝑟𝑠. 10
Keterangan:
∅ = Sudut geser tanah (°).
𝜃 = Sudut kemiringan dinding penahan (°).
𝛿 = Sudut geser antara tanah dengan dinding (°).
H = Ketinggian dinding (m)
𝛼 = Sudut kemiringan tanah urugan (°).

2.4.5 Penulangan Saluran Pengelak


Pada saluran pengelak tipe beton yang digunakan merupakan beton plat. Analisa perencanaan
pembetonan dan penulangan berdasarkan SNI 2847-2019. Perhitungan ditinjau berdasarkan momen
yang terjadi, yaitu pada momen maksimum. Beberapa parameter yang digunakan dalam perencanaan
penulangan konstruksi saluran pengelak adalah sebagai berikut [13][14].
0,85𝑓′𝑐 2𝑅𝑛
𝜌𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = [1 − √1 − ] 𝑃𝑒𝑟𝑠. 11
𝑓𝑦 0,85𝑓′𝑐
𝑓′𝑐 600
𝜌𝑏 = 0,85 𝑥 𝛽1 ( ) 𝑃𝑒𝑟𝑠. 12
𝑓𝑦 600+𝑓𝑦
𝑓𝑦
0,003+𝐸
𝑠
𝜌𝑚𝑎𝑥 = 𝜌𝑏 ( ) 𝑃𝑒𝑟𝑠. 13
0,009
Keterangan:
ρ = Rasio Tulangan
f’c = Kuat tekan beton rencana (Mpa)
fy = Kuat tarik baja (Mpa)

3. Hasil dan Pembahasan


Penentuan dimensi konduit diuji menggunakan bentuk persegi dan lingkaran pada dimensi 2,5m, 3m
dan 3,5m. Dilakukan penelusuran banjir rancangan untuk mengetahui ketinggian muka air maksimum
pada hulu inlet konduit agar dapat diketahui dimensi dan bentuk yang paling sesuai.

3.1 Volume Tampungan Waduk


Perhitungan lengkung kapasitas waduk akan digunakan untuk analisa hidrolika pada penentuan
dimensi conduit. Hasil perhitungan lengkung kapasitas waduk berdasarkan data topografi sebagai
berikut:

432
Fikri Akhdan Wiyata 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 03 No. 02 (2023) p. 428-439

Luas (m2)
3000000 2000000 1000000 0
36

34

32
Elevasi (m)

30 Volume
28
Luas
26

24

22
0 5000000 10000000 15000000 20000000
Volume (m3)

Gambar 3: Volume Tampungan Waduk

3.2 Hidrolika Saluran Pengelak


Hidrolika saluran pengelak dihitung berdasarkan dua kondisi yaitu pada kondisi aliran bebas dan
kondisi aliran tekan (H>1,2D). Didapatkan hasil grafik hidrolik saluran pengelak pada bentuk persegi
dan lingkaran dengan dimensi 2,5 m, 3 m, dan 3,5 m sebagai berikut:

30

25

20
H (m)

15 D=2,5m
D=3m

10 D=3,5m

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160
Debit (m³/dtk)

Gambar 4: Grafik Hidrolik Saluran Pengelak Bentuk Lingkaran

433
Fikri Akhdan Wiyata 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 03 No. 02 (2023) p. 428-439

30

25

20
H (m)

15 D=2,5m
D=3m
10
D=3,5m

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220
Debit (m³/dtk)

Gambar 5: Grafik Hidrolik Saluran Pengelak Bentuk Persegi

Dari hasil perhitungan hidrolika pada Gambar 4 dan Gambar 5 diketahaui debit yang mengalira
pada konduit bentuk persegi lebih besar dari pada lingkaran.

3.3 Penelusuran Banjir Rancangan


Dalam perhitungan penelusuran banjir rancangan menggunakan Qrencana 25 tahun, dengan hasil
perhitungan hidrolik dan kapasitas tampungan waduk dari perhitungan sebelumnya didapatkan hasil
perhitungan sebagai berikut:
200

150
Q(m³/s)

Q Inflow
100
D=2,5m
50 D=3m

0 D=3,5m
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
T (Jam)

Gambar 6: Grafik Hidrograf Inflow dan Outflow Konduit Bentuk Lingkaran

180
160
140
120
Q(m³/s)

100 Q Inflow
80 D=2,5m
60
40 D=3m
20 D=3,5m
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40
T (Jam)

Gambar 7: Grafik Hidrograf Inflow dan Outflow Konduit Bentuk Persegi

434
Fikri Akhdan Wiyata 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 03 No. 02 (2023) p. 428-439

Dari hasil perhitungan penelusuran banjir pada saluran pengelak didapatkan rekapitulasi pada Tabel
1. Dari hasil rekapitulasi digunakan konduit bentuk persegi dengan dimensi 3 m. Konduit jenis persegi
ini dipilih karena ketinggian muka air lebih kecil daripada bentuk lingkaran dengan dimensi 3 m
dianggap cukup dan efisien.
Tabel 1: Rekapitulasi Ketinggian Muka Air Hulu Saluran Pengelak
Konduit Q Max H Max
El.Ma
Bentuk Dimensi (m) (m³/s) (m)
2,5 33,20 3,77 28,77
Lingkaran 3 47,64 3,55 28,55
3,5 52,55 3,41 28,41
2,5 44,87 3,34 28,34
Persegi 3 61,81 2,85 27,85
3,5 85,08 2,52 27,52

3.4 Pembebanan Saluran Pengelak


Pembebanan dihitung pada kondisi konduit tepat berada diatas zona inti bendungan yang dianggap
sebagai kondisi kritis. Pada perhitungan pembebanan pemilihan ketebalan lining sangat mempengaruhi
beban yang bekerja. Pembebanan yang dihitung pada penelitian ini pembebanan pembebanan timbunan
vertikal, pembebanan tekanan tanah horizontal, pembebanan struktur, dan pembebanan hidrostatik Pada
𝑟
perhitungan ini dipilih ketebalan lining (t = ) didapatkan hasil sebagai berikut:
2

Gambar 8: Kondisi Pembebanan dan Detail Dimensi Konduit

Pada perhitungan pembebanan timbunan vertikal menggunakan teori terzaghi dengan pemilihan
klasifikasi Squeezing Rock. Untuk tekanan tanah horizontal dihitung kondisi normal dan kondisi
pengaruh gempa.
Tabel 2: Rekapitulasi Pembebanan Saluran Pengelak
Kondisi Normal Kondisi Gempa
Beban Vertiakal Horizontal Vertiakal Horizontal
KN/m2 KN/m2 KN/m2 KN/m2
Struktur 270,00 - 270 -
Timbunan 327,73 110,02 327,73 129,61
Air 184,50 230 185 229,50
Uplift 229,50 229,50

435
Fikri Akhdan Wiyata 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 03 No. 02 (2023) p. 428-439

Total 1011,73 339,52 1011,73 359,11

Dari Tabel 2 diketahui nilai pembebanan total vertikal dan horizontal yang terjadi pada konduit
saat kondisi normal dan gempa.

3.5 Mekanika Struktur Saluran Pengelak

Tabel 3: Rekapitulasi Mekanika Struktur Saluran Pengelak


Total Gaya (KNm)
Point Kondisi Normal Kondisi Gempa
Momen Normal Lintang Momen Normal Lintang
1 546,32 222,35 0,00 542,75 235,90 0,00
2 381,24 222,35 425,59 377,67 235,90 425,59
3 -71,78 222,35 769,32 -75,35 235,90 769,32
4 -298,40 1031,21 -199,15 -298,79 1031,21 -211,42
5 -191,05 1252,05 -129,76 -186,17 1252,05 -138,22
6 -144,04 1472,89 -14,19 -136,41 1472,89 -16,30
7 -187,22 1693,73 147,78 -180,65 1693,73 154,59
8 -352,21 1914,57 355,93 -351,81 1914,57 374,19
9 -92,48 610,27 -1040,30 -96,54 642,52 -1040,30
10 433,71 610,27 -401,63 429,65 642,52 -401,63
11 569,37 610,27 0,00 565,31 642,52 0,00
Maximum 569,37 1914,57 769,32 565,31 1914,57 769,32
Perhitungan gaya – gaya pada saluran berdasarkan berdasarkan buku “Beggs Deformeter Stress
Analysis of Single Barrel Conduits” [15]. Dari hasil perhitungan pada Tabel 3 didaptakan nilai momen
maksimum yang terjadi pada konduit sebesar 569,37 KNm.

3.6 Perhitungan dengan Aplikasi PLAXIS 8.6


Dari hasil perhitungan menggunakan aplikasi PLAXIS 8.6 pada Gambar 9 dan Gambar 10
didapatkan nilai gaya – gaya yang bekerja pada struktur saluran pengelak. Didapatkan nilai maksimum
untuk gaya momen sebesar 510,56 KNm dan gaya geser maksimum sebesar 851,57 KNm.

Gambar 9: Bidang Gaya Momen Aplikasi PLAXIS 8.6

436
Fikri Akhdan Wiyata 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 03 No. 02 (2023) p. 428-439

3.7 Penulangan Saluran Pengelak

Tabel 4: Kombinasi Pembebanan Saluran


Pengelak

Gambar 10: Bidang Gaya Geser Aplikasi PLAXIS 8.6


Momen
Beban Mati (1,2) Beban Hidup (1,6) Total Terfaktor
Struktur (Mu)
Timbunan Timbunan
Struktur Hidrostatik KNm
Vertikal Horizontal
286,50 324,74 98,59 -39,47 670,37
Atap 217,61 226,52 57,28 -39,47 461,95 670,37
13,12 -19,47 -66,92 -39,47 -112,73
-129,03 -165,03 -80,97 -4,39 -379,41
-141,06 -149,54 27,82 53,97 -208,82
Dinding -153,09 -133,61 67,47 84,33 -134,90 -470,78
-164,03 -118,13 4,13 72,52 -205,50
-176,05 -102,20 -196,91 4,39 -470,78
13,12 15,93 -141,83 -44,86 -157,65
Bawah 261,35 181,84 147,89 -44,86 546,21 733,17
296,34 237,14 244,56 -44,86 733,17

Dari Tabel 4 nilai momen terfaktor (MU) setiap sisi struktur saluran pengelak yang digunakan untuk
menghitung desain penulangan lining. Pada penelitian ini desain tulangan menggunakan mutu baja fy
400 Mpa dan mutu beton fc’ 35 Mpa dengan tebal selimut 75 mm. Dalam perhitungan kombinansi
pembebanan menggunkan hasil perhitungan momen menggunkan pada Tabel 3.

Tabel 5: Rekapitulasi Perhitungan Penulangan


Plat
Dinding
Atas Bawah
Mu (KNm) 670,37 733,17 -470,78
b (mm) 4500
d (mm) 665,5 664 665,5
Rn (Mpa) 0,3737 0,4106 0,2625
ρperlu 0,0009 0,0010 0,0007
2
Asperlu (mm ) 2815,89 3088,62 1975,24
ρmin 0,002
Asmin(mm2) 5989,50
ρperlu < ρmin
Rasio Tulangan digunakan ρmin
Tulangan Digunakan D19 – 300
Ashitung 8506
ρhitung 0,0028
ρmax 0,0198

437
Fikri Akhdan Wiyata 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 03 No. 02 (2023) p. 428-439

OK !!! ρmin < ρhitung < ρmax


Tulangan D19 -300 aman digunakan

Dari hasil perhitungan pada Tabel 5 didapatkan desain tulangan untuk struktur lining saluran
pengelak. Pada tulangan pokok struktur konduit dari hasil analisa didapatkan desain tulangan D19 –
300. Untuk tulangan bagi digunakan desain tulangan D16 – 150 sesuai dengan ketentuan SNI 2019
mengenai rasio tulangan minimum untuk tulangan bagi.

Gambar 11: Detail Penulangan Saluran Pengelak Jenis Konduit Bentuk Persegi

Pada Gambar 11 menggunakan ketebalan beton 0,75 m dengan dimensi luar 3 m, sedangkan untuk
selimut beton beton berdasar SNI 2019 untuk bangunan air menggunakan ketebalan 0,075 m.

4. Kesimpulan

• Pemilihan dimensi saluran pengelak Bendungan Wairoro ditentukan dengan analisa hidrolika.
Analisa hidrolika dihitung dengan melakukan perbandingan bentuk dan dimensi konduit.
Bentuk konduit yang dipilih untuk perbandingan persegi dan lingkaran, Dengan dimensi
diameter yang dipilih 2,5m 3m, dan 3,5m. Dari hasil penelusuran banjir rancangan
menggunakan Qrencana 25 tahun dipilih bentuk konduit persegi dengan diameter dimensi 3m
dengan ketinggian muka air hulu 2,85m elevasi 27,85.
• Pembebanan yang terjadi pada kondisi operasional bendungan yang diasumsikan keadaan
bahaya didapatkan beban yang terjadi sebagai berikut:
a) Beban struktur : 270 KN/m2
b) Beban timbunan vertikal : 327,73 KN/m2
c) Beban timbunan horizontal normal (Pa) : 93,70 KN/m2
d) Beban timbunan horizontal gempa (Pae) : 107,27 KN/m2
e) Beban hidrostatik : 229,5 KN/m2
• Kondisi gaya yang bekerja pada konduit didapatkan nilai maksimum pada perhitungan
menggunakan koefisien gaya “Beggs Deformeter Stress Analysis of Single Barrel Conduits”
keadaan normal momen maksimum: 569,37 KNm. Pada perhitungan menggunakan aplikasi
PLAXIS 8.6 didapat momen maksimum: 510,56 KNm. Pada penelitian ini digunakan nilai
momen terbesar yang didapatkan hasil perhitungan,, hasil perhitungan terbesar pada
perhitungan menggunkan koefisien gaya “Beggs Deformeter Stress Analysis of Single Barrel
Conduits” sebesar 569,37 KNm.
• Pemilihan lining dengan menggunakan beton bertulang berdasarkan perhitungan pada SNI:
2847 – 2019 didapatkan spesifikasi Tulangan pokok: D19 – 300 dan Tulangan bagi: D16 – 150.
Dengan mutu baja yang digunakan fy 400 Mpa dan mutu beton fc’35 Mpa.

438
Fikri Akhdan Wiyata 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 03 No. 02 (2023) p. 428-439

Daftar Pustaka
[1] H. P. Fransiskus, “Ancaman krisi yang menghantui Ternate”, Kompas, 21 Oktober
2020.[online]. Sumber: https://www.kompas.id [Akses 20 Mei 2023]
[2] Khairi, M.A.F., Suprijanto, H., Hendrawan, A.P., “Keruntuhan Bendungan Rukoh Kabupaten
Pidie Menggunakan Aplikasi HEC-RAS dan Berbasis InaSAFE,”J. Teknologi dan Rekayasa
Sumber Daya Air, Vol. 2, No. 1, pp. 055-066, 2022, doi: https://doi.org/10.21776/ub.jtresda
[3] Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia,
No.27/PRT/M/2015 tentang Bendungan, Jakarta, 2015
[4] Rofikha, A.A., Marsudi, S., Cahya, E. N., “Analisis Struktur Terowongan Pengelak Pada
Bendungan Kualu Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatera Utara,” J. Teknik Pengairan,
Vol.10, No. 1, pp. 28-39, 2019, doi: https://doi.org/10.21776/ub.pengairan.2019.010.01.3
[5] Sosrodarsono, S., & Takeda, K, Bendungan Type Urugan, Jakarta, Penerbit: PT. Pradanya
Paramita, 1989
[6] Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, Modul Desain
Bangunan Pelengkap Pelatihan Perencanaan Bendungan Tingkat Dasar, Jakarta, 2015
[7] Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia, Laporan Akhir
Investigasi Geologi Bendungan Wairoro, Manado, PT. Globetek Glory Konsultan, 2019
[8] United States Department of The Interior, Design of Small Dams, Washington: A Water
Resources Technical Publication, 1987
[9] Soedibyo, Ir., Teknik Bendungan, Jakarta: Paradnya Paramita, 1993
[10] C.D. Soemarto, Ir. B.I.E. DIPL.H., Hidrologi Teknik, Surabaya: Usaha Nasional, 1987
[11] Singh, Bhawani., & Rajnish. K. Goel, Tunneling in Weak Rock, Bungalore: Elsevier, 2006
[12] Braja, M.Das., Mekanika Tanah Jilid 2 Prinsip Prinsip Rekayasa Geoteknis, Jakarta: Penerbit
Erlangga, 1993
[13] Badan Standardisasi Nasional, SNI 2847 – 2019 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan
Gedung Dan Penjelasan, Jakarta, 2019
[14] Setiawan, A., Perencanaan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847 : 2013, Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2016
[15] Philips, H. B., & I.E. Allen, Beggs Deformeter Stress Analysis of Single Barrel Conduits,
Colorado: United States Bureau of Reclamation, 1986

439

Anda mungkin juga menyukai