Anda di halaman 1dari 45

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tuntutan dasar kebutuhan hidup manusia adalah meliputi pangan, sandang

dan papan, yang kemudian tumbuh dan berkembang dengan berbagai tuntutan

hidup lainnya. Salah satu tuntutan hidup manusia yang bersifat kesenangan adalah

memanfaatkan tembakau atau kini dikenal luas dengan merokok. Kegiatan ini

sudah dimulai sejak Colombus mendarat di benua Amerika pada tahun 1518 1,

yaitu ketika bangsa Indian mengisap tembakau. Penanaman tembakau pun mulai

berkembang luas menembus batas-batas negara lain,termasuk Indonesia.

Realitanya rokok adalah salah satu aset negara yang cukup besar bagi

bangsa Indonesia, tidak terhitung berapa banyak sumbangan financial yang masuk

ke kas negara dari bisnis yang satu ini. Jadi selain berbahaya bagi kesehatan,

rokok juga menjadi satu alternatif untuk kesejahteraan masyarakat misalnya;

membuka lapangan pekerjaan yang besar dan tingkat kesejahtraan petani dapat

tercukupi dengan pertanian tembakau. Dengan peringkat kelima dunia sebagai

negara dengan konsumsi rokok terbesar, yang perlu kita garis bawahi adalah

bagaimanakah kelanjutan hidup bangsa Indonesia apabila generasi penerusnya

hancur hanya karena sebungkus rokok.2

Rokok ilegal adalah produk tembakau yang diproduksi, diperdagangkan,

atau dijual tanpa mematuhi peraturan dan pajak yang berlaku. Ini dapat mencakup

berbagai bentuk pelanggaran, seperti perdagangan rokok tanpa membayar pajak,


1
Aiman Husaini,Tobat merokok Rahasia dan Cara Empaik Berhenti Merokok (Cet. 1;
Depok: Pustaka Iman, 2019), h. 15
2
Mangku Sitepoe, Kekhususan Merokok (Jakarta: PT. Grasindo, 2021), h. 14.
2

produksi rokok tanpa lisensi, dan peredaran rokok palsu atau ilegal. Rokok ilegal

dapat menyebabkan banyak masalh, termasuk merugikan pendapatan negara,

risiko kesehatan yang tidak terkendali, dan mendorong aktivitas kriminal. Rokok

ilegal mengacu pada produk tembakau yang diproduksi, diperdagangkan, atau

dijual di luar kerangka hukum dan regulasi yang berlaku.3 Rokok ilegal dapat

mencakup berbagai jenis produk, seperti rokok tanpa cukai, rokok palsu, rokok

kontraband, dan rokok eceran yang tidak memenuhi persyaratan peraturan

kesehatan dan keamanan. keilegalan rokok tersebut dapat dilihat denga tidak

adanya pantum (bukti lunas bea cukai) yang biasanya ditempelkan di bungkus

rokok yang tergolong ke dalam rokok yang tidak ilegal. Di sisi lain dalam

praktiknya, penjual dengan pembeli tidak mengetahui perusahaan yang

memproduksi rokok tersebut. Di mana hal itu didukung dengan tidak

dicantumkannya nama dan alamat rokok tersebut di bungkusnya sebagaimana


4
terdapat pada bungkus rokok non ilegal, seperti PT. Gudang Garam.

Jual beli dalam Fikih Muamalah merupakan aspek penting dalam

kehidupan ekonomi umat Muslim. Transaksi jual beli dalam Islam harus

mengikuti prinsip-prinsip syariah yang telah ditetapkan dalam Al-Quran dan

Sunnah Nabi Muhammad. Ada beberapa prinsip utama dalam jual beli dalam

Fikih Muamalah yaitu Prinsip Keadilan (‘Adl): Transaksi jual beli harus adil bagi

kedua belah pihak. Harga dan kondisi barang atau jasa harus jelas dan tidak ada

3
Redaksi Plus, Stop Merokok (Depok: Penebar Swadaya, 2018).
4
Suryo Sukendro, Pilosofi Merokok (Cet. 1; Yokyakarta: pinus Book Publisher, 2017), h.
60.
3

unsur penipuan atau ketidakadilan dalam prosesnya. 5 Prinsip Kesepakatan (Ijab

dan Qabul): Transaksi jual beli memerlukan ijab (penawaran) dari penjual dan

qabul (penerimaan) dari pembeli. Kedua belah pihak harus secara sah dan dengan

suka rela menyetujui transaksi tersebut. Prinsip Kepastian (Gharar): Transaksi jual

beli tidak boleh melibatkan ketidakpastian yang berlebihan. Informasi yang cukup

harus disediakan agar kedua belah pihak memahami dengan jelas apa yang

mereka beli atau jual. Prinsip Kehalalan (Halal): Barang atau jasa yang

diperjualbelikan harus halal, sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Barang yang

haram atau dilarang oleh agama Islam tidak boleh diperjualbelikan. Prinsip

Tanggung Jawab Sosial (Maslahah): Transaksi jual beli tidak boleh merugikan

masyarakat atau lingkungan. Prinsip ini menekankan pentingnya kepentingan

umum dan kemaslahatan bersama. 6

Dalam kehidupan sehari-hari, praktik jual beli menjadi hal yang tidak

terelakkan. Praktik jual beli telah menjadi bagian integral dalam perekonomian

masyarakat modern. Namun, di dalam praktik jual beli terdapat banyak aspek

yang harus diperhatikan, termasuk dari sudut pandang hukum Islam atau fiqh

muamalah. Salah satu aspek yang menjadi perhatian dalam kajian fiqh muamalah

dan faktor terjadi jual beli rokok ilegal.

Praktik jual beli rokok illegal menjadi perhatian serius dalam masyarakat

karena melibatkan banyak aspek, mulai dari masalah kesehatan, legalitas, keadilan

manfaat dan tanggung jawab sosial hingga etika dalam Islam, jual beli merupakan

salah satu bentuk transaksi muamalah yang diatur oleh prinsip-prinsip syariah.
5
Andi Intan Cahyani, Fiqh Muamalah (makassar: Alauddin Univercity press, 2017), h.
49
6
Dr. H. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: pt.Raja Grafindo persada, 2020), h. 69
4

Oleh karena itu, penting untuk melakukan tinjauan mendalam terhadap praktik

jual beli rokok illegal dari tinjauan fiqh muamalah. Namun, jika ingin mendekati

pandangan umum dalam Islam terhadap masalah penggunaan rokok ilegal,

beberapa prinsip dasar yang sering ditekankan dalam Islam adalah menjaga

kesehatan, menghindari perbuatan yang merusak tubuh, dan menjauhi hal-hal

yang dianggap haram atau melanggar hukum. Dalam konteks ini, jika rokok ilegal

melanggar hukum atau merusak kesehatan.

Jual beli rokok ilegal terjadi di Gampong Peutoe Kecamatan Indrajaya

Kabupaten Pidie antara pemilik toko sebagai penjual dengan masyarakat selaku

pembelinya. Di mana hal itu diawali dengan adanya penyediaan rokok tersebut di

toko-toko yang ada di Gampong Peutoe untuk diperjual belikan oleh pemilik toko

kepada masyarakat sebagai pembelinya.

Di dalam proses rokok ilegal, hal yang paling mendasar yaitu proses

transaksi. Alhasil menunjukkan bahwa transaksi diawali oleh produsen,

distributor, toko grosir, pengecer. Pada transaksi rokok tanpa cukai, peneliti

menemukan bahwa distributor memiliki peranganda yaitu sebagai pemasok bahan

baku serta sebagai media penyalur rokok tanpa cukai.

Berdasarkan uraian diatas dan juga didukung dengan fenomena-fenomena

yang terjadi, yaitu jual beli rokok ilegal di Gampong Peutoe. Oleh karena itu,

penyusun tertarik untuk mengkaji permasalahan ini atas dasar pertimbangan untuk

mendatangkan manfaat dan menghindari mafsadat terhadap faktor-faktor jual beli

rokok ilegal dan tinjauan Fikih muamalah. Sehingga penulis berinisiatif menulis
5

skripsi dengan judul Analisis Fikih Mualamah Terhadap Praktik Jual Beli Rokok

Ilegal di Gampong Peutoe Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis dapat

merumuskan rumusan malasalah sebagai berikut:

1. Apa faktor-faktor menyebabkan terjadinya jual beli rokok ilegal di

Gampong Peutoe Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie?

2. Bagaimana tinjaun Fikih Muamalah terhadap jual beli rokok ilegal di

Gampong Peutoe Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa faktor-faktor menyebabkan terjadinya jual beli

rokok ilegal di Gampong Peutoe Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie

2. Untuk menjelaskan tinjaun Fikih Muamalah terhadap jual beli rokok ilegal

di Gampong Peutoe Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie

D. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu

manfaat teoretis dan manfaat praktis:

1. Diharapkan dapat berguna bagi pengembangan pengetahuan dan

memberikan sumbangan bagi Institut Agama Islam Negeri

Lhokseumawe khususnya mahasiswa Fakultas Syariah Jurusan Hukum

Ekonomi Syariah serta memberikan pemahaman yang luas di bidang


6

muamalah terutama tentang jual beli yang diperbolehkan dan yang

dilarang dalam Islam.

2. Manfaat praktis adalah menjelaskan bahwa hasil penelitian

bermanfaat memberikan sumbangan pemikiran pemecahan masalah

yang berhubungan dengan topik atau tema dari penelitian, khususnya

bagi masyarakat Peutoe, dan juga bagi peneliti sebagai Tugas Akhir

Kuliah.

E. Definisi Operasional

1. Fikih Muamalah

Fikih muamalah sebagai suatu disiplin ilmu harus difahami secara

komprehensif. Pemahaman tersebut harus dimulai dengan memahami

pengertian dan maksudnya. Memahami pengertian suatu disiplin

dapat memberikan gambaran tentang apa yang menjadi bahasan,

ruang lingkup dan materi yang ada di dalamnya. Fikih muamalah

secara bahasa terdiri dari dua kata, fikih dan muamalah. Kedua kata

ini harus dibedah masing-masing dari sisi etimologi dan terminologi

sebelum masuk ke dalam pengertiannya secara majemuk.

Kata fikih merupakan kata serapan dari bahasa arab yang diambil

dari kata ‫ فقها يفقه فقه‬yang berarti faham dan mengerti, baik atas hal-hal

yang kelihatan maupun yang tersembunyi. 7 Sebagian ulama juga

menambahkan bahwa kata fikih secara bahasa berarti memahami

sesuatu secara mendalam dan tidak hanya sekedar tahu. Jika

7
Majma’ al-Lugah al-‘Arabiyah, Al-Mu’jam al-Wasīṭ, jil. 2 (Kairo: Maktabah al-Syurūq
al-Daulīyah, 2004), h. 698.
7

seseorang mengatakan ‫ )كالمك فقهت‬aku mengerti perkataanmu) maka

orang tersebut benar-benar memahami maksud dan tujuan perkataan

lawan bicaranya. 8

Ibnu khaldun menjelaskan bahwa pengetahuan tentang hukum-

hukum Allah swt. tentang amal perbuatan manusia dalam term

kewajiban, larangan, anjuran, makruh dan mubah yang didapatkan

dari al-Qur`an dan hadis serta dalil-dalil lainnya sehingga ketika lahir

konklusi hukum atas sebuah perbuatan berdasarkan dalil maka itulah

fikih. 9

Pengertian ini menunjukkan bahwa fikih secara garis besar

bermuara pada perilaku dan tindak-tanduk manusia yang dapat dilihat

secara kasat mata. Baik dalam konteks vertikal atau hubungan dengan

Sang Pencipta maupun dalam konteks horizontal atau hubungan

sesama manusia.

Sedangkan kata muamalah berasal dari kata – ‫يعامل – عامل‬yang

‫( فاعل – يفاعل – مفاعلة‬wazan (timbangan dengan ‫معاملة‬artinya

berinteraksi dalam jual beli atau hal lainnya.6 Kata muamalah juga

dapat berarti jika kamu bermuamalah dengan seseorang berarti kamu

berinteraksi, bergaul atau berbaur dengannya. Perlu digarisbawahi

bahwa kata muamalah hanya berlaku bagi manusia dan tidak berlaku

8
Wizārah al-Awqāf wa al-Syu`un al-Islamīyah al-Kuwaitīyah, AlMausū’ah al-Fiqhīyah
al-Kuwaitīyah, jil. 1 (Kuwait: Dār Al-Salasil, 1427H), cet. 2, h. 12
9
Muhammad Ustman Syabir, Al-Madkhal Ilā Fiqh al-Mu’āmalāt alMālīyah (Oman: Dār
al-Nafā`is, 2018), cet. 2, h. 10.
8

bagi makhluk lain seperti antar binatang. 10 Dari sisi terminologi,

muamalah memiliki berbagai definisi, baik didasari oleh ruang

lingkupnya maupun didasari dari sisi penamaan sebagai suatu disiplin

ilmu. Sebelum melihat definisi muamalah sebagai suatu disiplin ilmu

maka kita lihat terlebih dahulu maksud dari muamalah berdasarkan

ruang lingkupnya.

2. Jual Beli

Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu membutuhkan pihak

lain untuk mencukupi kebutuhannya. Hal itu karena kebutuhan

menusia berbeda-beda. Salah satu cara yang dilakukan manusia untuk

dapat memenuhi kebutuhannya adalah melalui jual beli. Pembahasan

buku di bawah ini mencakup pengertian dan dasar hukum jual beli,

syarat sah jual beli, rukun jual beli, macam-macam jual beli, dan

bentuk-bentuk jual beli yang dilarang dalam Islam. Jual beli dalam

istilah fiqh disebut dengan al-bai῾ dalam bahasa Arab terkadang

digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu kata asy-syira' (beli).

Dengan demikian, kata al-bai'iiberarti jual beli. Secara terminologi,

terdapat beberapa definisi jual beli yang dikemukakan Ulama Fiqh,

sekalipun substansi dan tujuan masing-masing definisi adalah sama,

yaitu tukar menukar barang dengan cara tertentu atau tukarmenukar

sesuatu dengan yang sepadan menurut cara yang dibenarkan. Jual beli

ialah pertukaran barang atas dasar saling rela atau memindahkan milik

10
Muhammad Ustman Syabir, Al-Madkhal, h. 11.
9

dengan ganti yang dapat dibenarkan (berupa alat tukar sah). 11

Pengertian jual beliiisecara syara’ adalah tukar menukar harta dengan

harta lain memiliki dan memberi kepemilikan. Sebagian ulama

memberi pengertian tukar-menukar harta meskipun masih ada dalam

tanggungan atau kemanfaatan yang mubah dengan sesuatu yang

semisal dengan keduanya, untuk memberikan secara tetap.

3. Rokok Ilegal

Rokok Ilegal adalah rokok yang beredar di masyarakat namun

tidak memenuhi kewajiban sebagai barang kena cukai berupa

pembayaran cukai yang ditandai dengan pita cukai. Pita Cukai

merupakan dokumen sekuriti negara dalam bentuk kertas yang

memiliki sifat dengan spesifikasi tertentu yang bertujuan sebagai

pertanda bahwa rokok tersebut sudah dilunasi cukainya. Rokok ilegal

adalah rokok yang beredar di wilayah Indonesia baik yang berasal

dari produk dalam negeri maupun impor yang tidak mengikuti

peraturan yang berlaku di wilayah hukum Indonesia. Adapun ciri-ciri

rokok ilegal antara lain tidak dilekati dengan pita cukai (rokok polos),

dilekati dengan pita cukai palsu, dilekati dengan pita cukai bekas,

dan/atau dilekati dengan pita cukai yang tidak sesuai peruntukannya.12

F. Kajian Terdahulu

Untuk memudahkan penulis dan supaya tidak terjadi plagiat dan terdapat

persamaan dalam penelitian ini, peneliti melakukan penelusuran secara umum,

11
Gemala Dewi,Hukum Perikatan Islam diIndonesia,(Jakarta:Kencana,2016), h.101
12
Bea Cukai, Rokok Ilegal, Jakarta, 2018
11

baik digital maupun manual di beberapa pustaka dan blog (internet), peneliti

memperoleh beberapa karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang hampir sama

dengan penelitian ini, yaitu:ii

Skripsi yang disusun oleh Juli Anglaina “Pengawasan Terhadap Peredaran

Rokok Ilegal dan Pita Cukai Palsu di Kota Bandar Lampung (2019) Fakultas

Hukum Universitas Lampung. Hasil penelitian dari skripsi Juli Angliana ini yaitu

Bentuk pengawasan terhadap peredaran rokok ilegal yang dilakukan oleh

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan dinas intansi terkait adalah melalui

pengendalian produksi di wilayah pemasok cukai hasil tembakau ilegal dan

pengendalian peredaran di wilayah peredaran cukai hasil tembakau ilegal.

Sedangkan faktor yang dapat menghambat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan

dinas instansi terkait dalam rangka efektifitas pengawasan peredaran rokok ilegal

adalah masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap rokok ilegal, masih

lemahnya pengawasan dan penindakan yang dilakukan oleh aparat terkait, masih

kurangnya kesadaran produsen rokok dalam memproduksi rokok ilegal

(keuntungan dengan modal dagang yang kecil), masih lemahnya aturan atau

regulasi terhadap peredaran rokok ilegal, dan adanya kenaikan tarif cukai.

Sedangkan perbandingan dengan skripsi saya ini adalah di dalam skripsi ini akan

meneliti tentang mekanisme dan juga perspektif islam tentang jual beli barang

tanpa pajak bea cukai. 13

Selanjutnya oleh T. Rifki Upaya Hukum Terhadap Tindak Pidana Penjual

Rokok Ilegal Tanpa Cukai Menurut Pasal 54 Dan 56 UndangUndang Nomor

13
Juli Anglaina “Pengawasan Terhadap Peredaran Roko Ilegal dan Pita Cukai Palsu di
Kota Bandar Lampung” Skripsi Fakultas Hukum Universitas Lampung 2019
11

39 Tahun 2007 Tentang Cukai (Penelitian di Kantor Pengawasan Dan

Pelayanan Bea Dan Cukai Tmp C Banda Aceh)14 Hasil Penelitian Upaya

hukum dari Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai TMP C

Banda Aceh untuk mencegah dan mengurangi penjualan rokok illegal yaitu

dengan cara melakukan penindakan dan Razia ke beberapa kios kecil yang

masih sangat banyak terdapat pedagang yang melakukan kegiatan jual beli

rokok illegal, yakni rokok yang tidak ada pita cukai. Dalam hal ini, pihak bea

dan cukai memberikan pengetahuan dan sosialisasi terkait sanksi pidana dari

penjualan rokok illegal agar para pedagang tidak menerima atau memperjual

belikan rokok tersebut. Kemudian pihak bea dan cukai juga memberikan

surat tilang dagangan kepada para pedagang sebanyak satu kali yaitu sebagai

peringatan untuk dapat memberikan efek jera. Setelah itu, pihak Kantor Bea

dan Cukai juga melakukan penyitaan terhadap barang – barang yang tidak

memiliki izin (illegal) yaitu seperti rokok – rokok illegal yang beredar di

pasaran dan juga dianggap sangat wajar untuk dapat di perjual belikan.

Iswanda Gustiriano (2021) Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau dengan judul

Pengawasan Peredaran Rokok Tanpa Pita Cukai Menurut Undang –

Undang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Cukai Di Kabupaten Rokan Hilir.15

dalam skripsi ini menjelaskan tentang rokok ilegal adalah rokok yang

14
T. Rifki, Upaya Hukum Terhadap Tindak Pidana Penjual Rokok Ilegal Tanpa Cukai
Menurut Pasal 54 Dan 56 UndangUndang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Cukai (Penelitian di
Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tmp C Banda Aceh), UIN Arraniry Banda
Aceh
15
Jurnal Annisa Dwi Khairani, “Penegakan Hukum Terhadap Penyelundupan Rokok dan
Minuman Keras Oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea Cukai Selat Panjang Berdasarkan
Undang-Undang No.39 Tahun 2007 Tentang Cukai”, Vol. 4, Nomor 2, Oktober, 2017, h. 2.
12

beredar diwilayah Indonesia yang dalam pembuatan dan peredarannya tidak

memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengawasan terhadap

peredaran rokok ilegal harus dilakukan secara tegas oleh dinas instansi

terkait. Selain itu skripsi ini juga membahas tentang Pengawasan Peredaran

Rokok Tanpa Cukai Menurut Undang – Undang Nomor 39 Tahun 2007

Tentang Cukai Di Kabupaten Rokan Hilir dan juga Faktor Yang

Mempengaruhi Pengawasan Perederan Rokok Tanpa Pita Cukai Di

Kabupaten Rokan Hilir.

Selanjutnya penelitian Melinda Tenriola (2020) Mahasiswi Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin Makassar dengan skripsinya yang berjudul

“Tinjauan Yuridis Terhadap Turut Serta Dalam Tindak Pidana Cukai Hasil

Tembakau Di Wilayah Hukum Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan

CukaiI TMP B Makasar (Studi Kasus Putusan No. 1469/Pid. Sus/2018/PN.

MKS)”16 Skripsi ini menjelaskan tentang hasil analisis data tersebut

diperoleh hasil sebagai berikut : (1) penerapan hukum pidana materiil oleh

Hakim sudah tepat karena unsur pasal 54 Undang - Undang RI No. 11 Tahun

1995 sebagaimana telah diubah menjadi Undang - Undang No. 39 Tahun

2007 tentang Cukai Jo. Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP terbukti karena dengan

memperhatikan faktafakta yuridis yang ada dan lebih sesuai dengan fakta

yuridis yang terungkap. (2) Pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan

putusan dalam perkara dengan nomor putusan 1469/Pid.Sus/2018/PN.Mks

16
Melinda Tenriola “Tinjauan Yuridis Terhadap Turut Serta Dalam Tindak Pidana Cukai
Hasil Tembakau Di Wilayah Hukum Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan CukaiI TMP B
Makasar (Studi Kasus PutusanNo.1469/Pid.Sus/2018/PN.MKS)” Skripsi Makassar: Universitas
Hasanuddin Makasar 2020.
13

yaitu penjatuhan putusan didasarkan pada alat bukti yang terungkap di

persidangan dan juga mempertimbangkan alasan-alasan yang memberatkan

dan alasan-alasan yang meringankan dari diri terdakwa dimana putusan yang

dijatuhkan dalam kasus ini adalah pidana penjara selama 1 Tahun dan pidana

denda sebesar 2 x Rp.34.262.000 = Rp.68.524.000 dengan ketentuan apabila

denda tidak dibayar diganti dengan pidana penjara selama 2 bulan sehingga

pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan sudah memenuhi rasa

keadilan.

Dan selanjutnya yaitu penelitian “Evaluasi Pemungutan Cukai Hasil

Tembakau di Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai Tipe

Madya Cukai Malang”.17 Diteliti oleh Mochammad Al Musadieq dkk pada

2016. Dalam penelitian ini penulis membahas tentang mengetahui dan

mengevaluasi sistem pemungutan Cukai dan tarif yang diberlakukan untuk

pengenaan cukai di Kota Malang. Hasil penelitian yang dibahas oleh

Mochammad Al Musadieq adalah untuk mengetahui dan mengevaluasi

sistem pemungutan Cukai dan tarif yang diberlakukan untuk pengenaan

cukai di Kota Malang. Hasil dari penelitian ini yaitu pelaksanaan

pemungutan KPPBC Tipe Madya Malang belum berjalan secara optimal,

adanya trouble dalam pemungutan sisitem online menjadi penghambat dalam

upaya KPPBC Tipe Madya Cukai Malang untuk meningkatkan kualitas

pelayanan supaya target dapat tercapai secara maksimal. Hambatan lain dari

kenaikan tarif cukai yang dikenakan sebagaimana telah berubah sebanyak


17
Mochammad Al Musadieq dkk, Evaluasi Pemungutan Cukai Hasil Tembakau di
Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai Tipe Madya Cukai Malang, Kota Malang
2020.
14

tiga kali dalam 5 Tahun PMK Nomer 205/PMK.011/2014 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomer

179/PMK.011/2012 Tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau. Dampak kenaikan

tarif cukai yang semakin naik membuat berkurangnya jumlah pengusaha

rokok di Kota Malang yang memilih untuk menutup usahanya karena

mengalami kerugian setiap tahunya faktor lain yang membuat kerugian.

Hambatan dari eksternal yaitu masih berdaranya rokok illegal diluar sana

membuat kerugian bagi perusahaan rokok yang aktif membayar cukai dan

kampanye iklan anti merokok yang sedang digalakkan pemerintah, dengan

masih adanya rokok ilegal semakin lama akan merugikan baik pihak pabrik

rokok resmi maupun juga akan merugikan pemerintah sebagai penarik pajak

cukai rokok.
15

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Fikih Muamalah

1. Pengertian Fikih Muamalah

Fikih muamalah sebagai suatu disiplin ilmu harus difahami secara

komprehensif. Pemahaman tersebut harus dimulai dengan memahami

pengertian dan maksudnya. Memahami pengertian suatu disiplin dapat

memberikan gambaran tentang apa yang menjadi bahasvan, ruang lingkup

dan materi yang ada di dalamnya. Fikih muamalah secara bahasa terdiri

dari dua kata, fikih dan muamalah. Kedua kata ini harus dibedah masing-

masing dari sisi etimologi dan terminologi sebelum masuk ke dalam

pengertiannya secara majemuk. Kata fikih merupakan kata serapan dari

bahasa arab yang diambil dari kata ‫ فقها يفقه فقه‬yang berarti faham dan

mengerti, baik atas hal-hal yang kelihatan maupun yang tersembunyi.

Allah swt. berfirman dalam surah Hud ayat 91,18

‫ب َما نَ ْف َقهُ َكثِْي ًرا مِّمَّا تَ ُق ْو ُل‬


ُ ‫قَالُْوا يٰ ُش َعْي‬

Artinya: Mereka berkata, “Wahai Syuaib! Kami tidak banyak mengerti

tentang apa yang engkau katakan itu,

Sebagian ulama juga menambahkan bahwa kata fikih secara bahasa

berarti memahami sesuatu secara mendalam dan tidak hanya sekedar tahu.

Jika seseorang mengatakan ‫( كالمك فقهت‬aku mengerti perkataanmu) maka

18
Majma’ al-Lugah al-‘Arabiyah, Al-Mu’jam al-Wasīṭ, jil. 2 (Kairo: Maktabah al-Syurūq
al-Daulīyah, 2018), h. 698

15
16

orang tersebut benar-benar memahami maksud dan tujuan perkataan lawan

bicaranya. 19

Ibnu khaldun menjelaskan bahwa pengetahuan tentang hukum-

hukum Allah swt. tentang amal perbuatan manusia dalam term kewajiban,

larangan, anjuran, makruh dan mubah yang didapatkan dari al-Qur`an dan

hadis serta dalil-dalil lainnya sehingga ketika lahir konklusi hukum atas

sebuah perbuatan berdasarkan dalil maka itulah fikih. 20 Pengertian ini

menunjukkan bahwa fikih secara garis besar bermuara pada perilaku dan

tindak-tanduk manusia yang dapat dilihat secara kasat mata. Baik dalam

konteks vertikal atau hubungan dengan Sang Pencipta maupun dalam

konteks horizontal atau hubungan sesama manusia. Fikih yang diartikan

dengan pemahaman ini tidak hanya terbatas pada mengetahui hukum

perbuatan, tetapi lebih dari itu, fikih juga berarti memahami sumber-

sumber hukum, pendeduksian dalil, ‘illah hukum, maqāṣid hukum,

sumbersumber hukum dan hal-hal substantif lainnya yang berkaitan

dengan hukum. 21

Dari sisi terminologi, muamalah memiliki berbagai definisi, baik didasari

oleh ruang lingkupnya maupun didasari dari sisi penamaan sebagai suatu

disiplin ilmu. Sebelum melihat definisi muamalah sebagai suatu disiplin

ilmu maka kita lihat terlebih dahulu maksud dari muamalah berdasarkan

19
Wizārah al-Awqāf wa al-Syu`un al-Islamīyah al-Kuwaitīyah, AlMausū’ah al-Fiqhīyah
al-Kuwaitīyah, jil. 1 (Kuwait: Dār Al-Salasil, 1427H), cet. 2, h. 12.
20
Muhammad Ustman Syabir, Al-Madkhal Ilā Fiqh al-Mu’āmalāt alMālīyah (Oman: Dār
al-Nafā`is, 2017), cet. 2, h. 10.
21
Muhammad Ustman Syabir, Al-Madkhal, h. 10
17

ruang lingkupnya. Perspektif yang berbeda-beda tentang ruang lingkup

muamalah setidaknya menghasil tiga jenis muamalah.

a. Jenis pertama

Hukum syariat yang mengatur interaksi antar sesama

manusia di dunia, baik hukum-hukum yang berkaitan dengan

harta, wanita dari sisi pernikahan dan perceraian, pertikaian,

perkara-perkara, harta warisan dan hal-hal lainnya. Pengertian ini

didasari dari pembagian fikih kepada dua bagian, ibadah dan

muamalah. Oleh karena itu, setiap hal yang mengatur hubungan

antar manusia dari segal aspek masuk dalam ruang lingkup

muamalah. Ibnu Abidin menyatakan bahwa muamalah terbagi ke

dalam lima bagian yaitu, transaksi keuangan, pernikahan,

pertikaian, amanah dan warisan.22Selaras dengan pembagian ini,

Muhammad Rawas Qal’ah Ji juga mengutarakan pengertian yang

hampir senada. Dengan bahasa lain, muamalah berarti hukum-

hukum syara’ yang mengatur hubungan antar manusia di dunia

dalam segala bidang.

b. Jenis kedua

Jenis kedua memberikan pengertian lain muamalah. Dalam

hal ini muamalah adalah: Hukum-hukum syariah yang mengatur

hubungan antar manusia di dalam aspek harta dan hubungan

dalam rumah tangga, baik pernikahan, perceraian, nafkah dan

22
Ibnu Abidin, Radd al-Muhtār ‘alā al-Darr al-Mukhtār, jil. 1 (Beirut: Dār al-Fikr,
1992), cet. 2, h. 79.
18

lain-lain. Pengertian ini sering kita jumpai dalam Mazhab

Hanafiyah. Hal ini didasari dari persepsi mereka bahwa

pernikahan memiliki interaksi yang kuat, khususnya antar suami

dan istri. Oleh karena itu, Jamaluddin Al-Rumy dalam bukunya

mengatakan bahwa pernikahan termasuk dalam pembahasan

muamalah. 23

c. Jenis Ketiga

Hukum-hukum syariah yang mengatur hubungan antar

manusia di dalam aspek harta. Pengertian ini didasari dari

pembagian fikih ke dalam beberapa bagian, yaitu ibadah,

mu’āmalah mālīyah, munākahāt (pernikahan), jināyah, ‘alāqah

dauliyah (hubungan internasional) dan lain-lain. Ketika fikih

dibagi ke dalam bagian yang lebih besar di mana hukum

pernikahan, hukum waris, hukum pidana Islam berdiri sendiri

maka istilah muamalah menyempit menjadi hanya sebatas perihal

harta dan keuangan. Di antara definisi yang selaras dengan jenis

ini adalah definisi muamalah yang diutarakan oleh Prof. Ali Fikri.

Menurut beliau muamalah adalah: Ilmu yang mengatur

pertukaran harta dengan harta dan manfaat di antara manusia

dengan cara pertukaran dan komitmen (pengikatan atas sesuatu).24

23
Jamaluddin al-Rumy, Al-‘Ināyah Syarh al-Hidāyah, jil. 3 (Beirut: Dār al-Fikr, t.th), h.
385.
24
Ali Fikri, Mu’āmalah al-Māddiyah wa al-`Adabīyah, jil. 1 (Kairo: Muṣṭafa al-Bāb al-
Halabī, 2017), cet. 1, h. 7.
19

Melihat tiga pembagian muamalah tersebut, dari yang terluas

sampai yang menyempit maka jenis ketiga lebih tepat untuk menjadi

definisi muamalah pada saat ini. Hal ini tidak lepas dari persepsi

masyarakat yang menganggap bahwa muamalah selalu berkaitan

dengan uang dan tuntunan keilmuan yang mengarahkan kepada

spesifikasi dan tidak lagi berkutat dalam perkara-perkara yang umum.

Maka tepat dirasa kalau muamalah diartikan dengan hukum-hukum

syariah yang mengatur hubungan antar manusia dalam perkara harta.25

Walaupun demikian, pengertian muamalah yang dijabarkan ulama-

ulama klasik dengan menjadikan muamalah dalam term luas tidak

mungkin untuk diacuhkan secara mutlak. Oleh karena itu, untuk

menghindari kerancuan dalam memahami ruang lingkup fikih

muamalah, para fuqaha memberikan kata mālīyah atau keuangan di

setiap lafaz fikih muamalah. Selain pengertian muamalah dengan

melihat ruang lingkupnya, berikut adalah pengertian muamalah yang

dipaparkan oleh beberapa ulama.

Pengetahuan yang mendalam tentang hukum-hukum yang

berhubungan dengan pertukaran harta yang digali dari maqāṣid

(tujuan) hukum tersebut serta ‘illat (sifat) dan sumbersumbernya yang

diselaraskan dengan tujuan umum dari syariat Islam dan hal tersebut

25
Muhammad Ustman Syabir, Al-Mu’āmalāṭ al-Mālīyah alMu’āṣirah (Oman: Dār al-
Nafā`is, 2018), cet. 6. h. 12
21

dimaksudkan agar hukum-hukum tersebut dapat diimplementasikan

ke dalam kasus-kasus baru.26

2. Pembagian Fikih Muamalah

Fikih muamalah memiliki banyak jenis. Jenis-jenis tersebut

tergantung dari dasar pembagiannya, apakah pembagiannya berdasarkan

muamalah dalam arti luas atau dalam arti sempit atau berdasarkan

karakteristiknya. Seperti mana yang telah dipaparkan sebelumnya, Ibnu

Abidin membagi muamalah dalam arti luas sehingga muamalah terdiri dari

lima bagian, yaitu:

a. Mu’āwaḍah mālīyah (transaksi keuangan)

b. Munākahāt (hukum pernikahan)

c. Mukhāṣamāt (pertikaian)

d. Amānāt

e. Tirkah (warisan)

Mencerna pembagian di atas maka muamalah menjadi satu

pembahasan yang sangat luas. Setiap interaksi antar manusia masuk ke

dalam ruang lingkup muamalah. Hal ini memungkinkan bila muamalah

dikembalikan ke artinya secara bahasa, yaitu interaksi sesama manusia.

Tetapi hal ini membuat muamalah menjadi ruangan besar yang diisi

dengan perkaraperkara yang berbeda-beda bahkan tidak berhubungan

sehingga sekat atau pembatas sangat penting untuk memperjelas setiap

bagian yang ada. Dalam era kontemporer, ulama sudah mengklasifikan

26
Ibnu Abidin, Radd al-Muhtār, jil. 1, h. 79.
21

interaksi antar manusia sesuai dengan rumpunnya masingmasing.

Pernikahan dan segala yang berkaitan dengan seperti mahar, syarat sah

pernikahan dan perceraian dibahas secara khusus dalam fikih munākahāt.

Hal-hal yang berkaitan dengan harta warisan difokuskan pada fikih waris

atau tirkah. Demikian pula dengan tindak pidana, seperti pembunuhan,

pencurian dan lain sebagainya dirincikan di dalam pembahasan fikih

jināyah.

Istilah fikih muamalah masa ini juga mengalami penyempitan

makna. Pengistilahan muamalah saat ini selalu dikaitkan dengan transaksi-

transaksi keuangan. Jarang kita dengar muamalah difahami sebagai pidana

Islam ataupun warisan. Penyempitan makna ini memberikan efek positif

bagi pengkajian ilmu fikih mu’āmalah mālīyah. Buku-buku atau kajian-

kajian muamalah hanya fokus pada akad-akad keuangan tanpa

bersinggungan lagi dengan pembahasan yang lain.

B. Jual Beli

1. Pengertian Jual Beli

a. Jual beli secara etimologi

Akad secara bahasa adalah ikatan, mengikat. Dikatakan ikatan (al-

rabth) maksudnya adalah menghimpun atau mengumpulkan dua ujung

tali dan mengikatkan salah satunya pada yang lainnya hingga

keduanya keduanya bersambung dan menjadi seperti seutas tali yang

satu.27 Dalam fikih muamalah terdapat macam-macam akad

27
Gemala Dewi, Wirdyaningsih, Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di
Indonesia,( Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2018), h. 51
22

diantaranya yaitu, wadi'ah, ijarah, rahn, mudharabah, musyarokah,

wakalah, qardh, jual beli (al-bai') dan sebagainya. Sedangkan

pengertian jual beli sendiri menurut bahasa adalah mempertukarkan

sesuatu dengan sesuatu yang lain. Mempertukarkan sesuatu

maksudnya harta mempertukarkan benda dengan harta benda,

termasuk mempertukarkan harta benda dengan mata uang, yang dapat

disebut jual beli. Salah satu dari benda yang dipertukarkan disebut

dagangan (mabi'). Sedangkan pertukaran yang lain disebut harga

(tsaman). Sebagian fuqaha’ mengatakan bahwa jual beli ialah

pertukaran harta benda dengan harta benda. Yang dimaksud dengan

harta barang yang berharga atau bernilai termasuk mata uang.

Sebagian dari mereka menetapkan jual beli dengan menarik benda

dari milik suatu penukaran. Sedangkan menurut bahasa, jual beli

artinya menarik benda dari milik (para pihak) dengan jalan

petukaran.28

b. Jual beli menurut terminologi

Dalam hukum Islam, pengertian jual beli memiliki makna yang

berbeda menurut ulama fikih

1) Ulama Hanafiah berpendapat bahwa jual beli mempunyai

dua pengertian. Pertama, bersifat khususiiyaitu menjual

barang dengan mata uang (emas daniiperak). Kedua,

bersifat umum yaitu mempertukarkan benda dengan benda

28
Siah Khosyi’ah, Fiqh Muamalah Perbandingan, (Bandung, CV Pustaka Setia,
2017) , h. 45
23

menurut ketentuan tertentu. Istilah benda dapat mencakup

pengertian barang dan mata uang sedangkan sifat-sifat dari

benda tersebut harus dapat dinilai, yaitu benda-benda yang

berharga dan dapat dibenarkan dan dapat dibenarkan

penggunaannya oleh syara’. Benda-benda yang berharga itu

berupa bendaiitidak bergerak, seperti tanah dengan segala

isinya dan benda yang bergerak, yaitu benda yang dapat

dipindahkan seperti tanam-tanaman, binatang,

hartaiiperniagaan, barang-barang yang dapat ditakar dan

ditimbang.Adapun benda-benda yang tidak berharga dan

bertentangan dengan syariat, seperti babi, khamr (alkohol)

tidak sah diperjualbelikan, tidak boleh dijadikan harta

perniagaan, dan tidak boleh dijadikan harta perniagaan dan

tidak boleh dijadikan alat penukar. Jika benda-benda

tersebut dijadikan harta niaga, maka jual beli itu dipandang

batal.

2) Ulama Malikiyah mengatakan bahwa jual beli mempunyai

dua pengertian. Pengertian pertama, bersifat umum yang

mencakup seluruh macam kegiatan jual beli. Pengertian

kedua bersifat khusus, yang mencakup beberapa macam

jual beli saja. Jual beli dalam pengertian umum adalah

perikatan (transaksi tukar menukar) suatu yang bukan

kemanfaatan dan kenikmatan, ikatan tukar menukar itu


24

maksudnya ikatan yang mengandung pertukaran dari kedua

belah pihak (penjual dan pembeli), yaitu salah satu pihak

menyerahkan ganti penukaran atas sesuatu yang ditukarkan

oleh pihak lain. Maksud bukan kemanfaatan adalah objek

yang ditukarkan harus berupa zat atau benda, baik

berfungsi sebagaiiimabi‟ (yang dijual) maupun sebagai

tsaman (harganya). Adapun yang dimaksud dengan sesuatu

yang bukan kenikmatan adalah objeknya bukan suatu

barang yang memberikan kelezatan.

3) Ulama Syafi’iyah menyebutkan pengertian jual

beliiisebagai mempertukarkan harta dengan harta dalam

segi tertentu yaitu suatu ikatan yang mengandung

pertukaran harta dengan harta yang dikehendaki dengan

tukar menukar, yaitu masing-masing pihak menyerahkan

prestasi kepada pihak lain baik sebagai penjual maupun

pembeli secara khusus. Ikatan jual beli tersebut hendaknya

memberikan faedah khusus untuk memiliki benda.

4) Ulama Hanabilah berpendapat bahwa jual beli adalah

pertukaran harta dengan harta atau manfaat dengan manfaat

lain yang dibolehkan secara hukum untuk selamanya dan

pemberian manfaat tersebut bukan riba serta bukan bagi

hasil. Menukarkan harta dengan harta dalam pengertian di

atas adalah suatu perikatan yang mempunyaiiipertukaran


25

dari kedua pihak, misalnya menetapkan sesuatu sebagai

penukar yang lain. Harta yang dimaksud adalah mata uang

atau lainnya. Oleh karena itu, pertukaran harta perdagangan

dengan nilai harta perdagangan, termasuk pertukaran nilai

uang dengan nilai uang. 29

2. Dasar Hukum Jual Beli

Dalam Al-Qur'an, Sunah, and Ijma', jual beli merupakan suatu

bentuk kerjasama tolong menolong antar sesama manusia mempunyai kuat

landasan. Beberapa ayat al-Qur’an tentang jual beli diantaranya adalah:

Q.S. al-Baqarah (2): 275

ٰ ‫َواَ َح َّل ه‬
‫ّللاُ ا ْلبَ ْي َع َو َح َّر َم ال ِّر هبوا‬

Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba.30

Berdasarkan ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa Allah

telah menghalalkan jual beli kepada hamba-hambanya dengan baik dan

melarang praktik jual beli yang mengandung riba.

Q.S. al-Nisa (4): 29

‫اض ِّم ْن ُك ْم َو ََل تَ ْقتُلُوْ ا‬ ِ َ‫هياَيُّهَا الَّ ِذيْنَ ها َمنُوْ ا ََل تَأْ ُكلُوْ ا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم ِبا ْلب‬
َ ‫اط ِل اِ ََّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َج‬
ٍ ‫ارةً ع َْن تَ َر‬
ٰ ‫اَ ْنفُ َس ُك ْم اِ َّن ه‬
‫ّللاَ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlahkamusaling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan

yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu, dan janganlah kamu

29
Ibid, h. 47.
30
Departemen RI, Al-Qur‟an dan terjemahan.......h. 3
26

membunuh dirimu sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu31

‫صا ِة َوع َْن َبي ِْع ا ْلغ ََر ِر‬


َ ‫ّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ع َْن َبي ِْع ا ْل َح‬
َّ ‫صلَّى‬ َّ ‫نَ َهى َرسُو ُل‬
َ ِ‫ّللا‬

Artinya: “ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang jual beli al-

hashah ( dengan melempar batu ) dan jual beli gharar.” (HR Muslim).32

Diantara hikmah larangan jual beli gharar adalah untuk menjaga

harta orang lain dan menghindari perselisihan dan permusuhan yang

muncul akibat adanya penipuan dan pertaruhan. Gharar adalah transaksi

bisnis yang mengandung ketidakjelasan bagi para pihak, baik dari segi

kuantitas, fisik, kualitas, waktu penyerahan, bahkan objek transaksinya

pun bisa jadi masih bersifat spekulatif. Ketidakpastian ini melanggar

prinsip syariah yang idealnya harus transparan dan memberi keuntungan

bagi kedua belah pihak Dengan demikian, Islam memandang bahwa gharar

adalah hal yang merugikan para pihak, terutama pembeli. Hal ini karena

jika konsumen sudah membayar terlebih dahulu tanpa melihat objek

transaksi, jika ternyata barang tersebut tidak sesuai kehendaknya, tentu

akan menimbulkan sengketa atau kerugian. 33

Allah mengharamkan kepada umat Islam memakan harta sesama

dengan jalan batil, misalnya dengan cara mencuri, korupsi, menipu,

merampok, memeras dan dengan jalan lain yang tidak dibenarkan Allah,

31
Al-Qur’an, Q.S. An-Nisa’ Ayat 29, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Penafsir Al-
Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, (Jakarta, 2018), h. 12
32
Riwayat Muslim hadits no. 3915
33
HR Muslim, Kitab Al-Buyu, Bab : Buthlaan Bai Al-Hashah wal Bai Alladzi Fihi
Gharar, 1513
27

kecuali dengan jalan perniagaan atau jual beli dengan didasari atas dasar

suka sama suka dan saling menguntungkan. 34

3. Rukun Jual Beli

Ulama fikih berbeda pendapat dalam menyikapi rukun akad dalam

jual beli. Jumhur ulama berpendapat bahwa rukun akad terdiri atas :

1. Akad

Pengertian akad menurut bahasa adalah ikatan yang ada di antara

ujung suatu barang. Sedangkan menurut istilah ahli fikih ijab qabul

menurut cara yang disyari’atkan sehingga tampak akibatnya. 35

Menurut Prof. Hasbi Ash-Shiddiqy, akad secara bahasa adalah al-

Rabt (mengikat) yaitu mengumpulkan dua tepi tali dan mengikat

salahsatunya dengan yang lain, sehingga bersambung, lalu keduanya

menjadi sebagai sepotong benda. Sedangkan akad menurut istilah

yaitu perkataan antara ijab qabul dengan cara yang dibenarkan oleh

syara’ yang menetapkan kedua belah pihak.36

2. Pihak-pihak yang berakad

Artinya yaitu dua pihak terdiri dari bai' (penjual) dan musytari

(pembeli). Disebut juga aqid, yaitu orang yang melakukan akad dalam

jual beli.

34
Shobirin, Jual Beli Dalam Pandangan Islam, BISNIS, (Vol. 3 No. 2 Desember 2016),
h. 45
35
Wahbah Al-Zuhaily, al-Fiqh al Islami wa adilah, Juz IV, Dar Fikr, (Mesir,2020), h.
115
36
TM. Hasby Ash-Shiddiqiey, Pengantar Muamalah, (Jakarta;Bulan Bintang, 2017), h
21.
28

3. Objek akad

Maksudnya untuk menjadi sahnya jual beli harus ada ma'qud alaih

yaitu barang menjadi objek jual beli atau yang menjadi sebab

terjadinya perjanjian jual beli. 37

4. Syarat Jual Beli

Adapun syarat sahnya jual beli menurut Jumhur ulama, sesuai dengan

rukun jual beli yaitu terkait dengan subjeknya, objeknya dan ijab qabul.

Selain memiliki rukun, al-bai' juga memiliki syarat. Adapun yang menjadi

syarat-syarat jual beli adalah sebagai berikut :

Pertama, tentang subjeknya, yaitu kedua belah pihak yang melakukan

perjanjian jual beli (penjual dan pembeli) disyaratkan:

1. Berakal sehat

2. Dengan kehendak sendiri (tidak ada paksaan)

3. Kedua belah pihak tidak mubadzir

4. Baligh atau telah dewasa. 38

Kedua, tentang objeknya. Yang dimaksud dengan objek jual beli adalah

benda yang menjadi sebab terjadinya jual beli. Benda tersebut harus

memenuhi syarat-syarat :

1. Suci barang

2. Dapat dimanfaatkan

3. Milik orang yang melakukan akad

4. Mampu diserahkan
37
Pasaribu Chairuman dan Suhwardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta,
Sinar Grafika, 2020), h. 37
38
Suhwardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta, Sinar Grafika, 2019), h. 130
29

5. Barang yang diakadkan di tangan. 39

Ketiga, lafadz atau ijab qabul. Ijab adalah pernyataan pihak pertama

mengenai isi perikatan yang diinginkan. Sedangkan qabul adalah pernyataan

pihak kedua untuk menerimanya. Ijab qabul itu diadakan dengan maksud

untuk menunjukkan adanya suka rela timbal balik terhadap perikatan yang

dilakukan oleh keduabelah pihak. 40

Maksud diadakannya syarat-syarat ini adalah untuk mencegah terjadinya

perselisihan diantara manusia, menjaga kemaslahatan pihak-pihak yang

melakuka akad, dan menghilangkan sifat gharar (penipuan). Apabila syarat

in’iqad (terjadinya akad) rusak (tidak terpenuhi) maka akad menjadi batal.

Apabila syarat sah tidak terpenuhi, maka amenurut hanafiah akad menjadi

fasid. Apabila syarat nafadz (kelangsungan akad) tidak terpenuhi maka akad

menjai mauquf (ditangguhkan), dan apabila syarat luzum (mengikat) yang

tidak terpenuh, maka akad menjadi mukhayyar (diberi kesempatan memilih)

atau diteruskan atau dibatalkan. 41

Secara umum akad jual beli harus terhindar daripada 6 macam yaitu:

a. ketidakjelasan (Jahalah) artinya ketidakjelasan dalam barang untuk

dijual, baik jenisnya, macamnya, atau kadarnya menurut pembeli

serta dalam langkah-langkah penjaminan. Misalnya penjual

memberi syarat kepada seseorang penjamin. Dalam hal ini

39
Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta, Sinar Grafika, 2018) h.
67
40
Ahmad Azhar Bashir, Asas-asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam), (Jakarta,
Sinar Grafika, 2016), h. 65
41
Ibid., 187.
31

penjamin tersebut harus jelas. Apabila tidak jelas maka jual beli

menjadi batal.42

b. Pemaksaan (Al-Ikrah) yaitu mendorong orang lain dipaksakan

untuk melakukan sesuatu perbuatan yang tidak disukainya.

Paksaan ini ada dua macam yaitu paksaan tidak terbatas dan

paksaan relatif.

c. Pembatasan dengan waktu artinya jual beli dengan dibatasi waktu

seperti: ''saya jual barang ini kepadamu untuk selama satu tahun'',

jual beli seperti ini hukumnya fasid, kerena kepemilikan atas suatu

barang tidak bisa dibatasi dengan waktu.

d. Penipuan yang artinya penipuan yang bersifat barang, seperti orang

menjual kambing dengan pernyataan kambing itu air susunya

sehari 10 liter, padahal pada kenyataan paing banyak 2 liter. Akan

tetapi, apabila ia menjual dengan penyataan bahwa air susu

lumayan banyak tanpa menyebutkan kadarnya maka termasuk

syarat yang sahih, akan tetapi, apabila penipuan ada wujudnya

barang ini membatalkan jual beli.

e. Syarat yang merusak artinya setiap syarat yang ada manfaatnya

bagi salah satu pihak yang bertransaksi tetapi syarat tersebut tidak

ada dalam syara' dan adat kebiasaan, atau tidak dikehendaki oleh

akad, atau tidak selaras dengan tujuan akad. Seperti orang menjual

42
H. Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2019), h. 179
31

motor dengan syarat ia menjual akan mengunakannya selama satu

bulan setelah terjadinya akad jual beli.

4. Jual Beli dalam Hukum Positif

Jual beli juga diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

pada Buku III yaitu tentang perikatan. Pada Pasal 1457 dijelaskan yaitu

bahwa jual beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu

mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang

lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. 43

Pengertian jual beli dalam hukum perlindungan konsumen sendiri

tidak dijelaskan secara langsung. Dalam sejarahnya, perlindungan

onsumen pernah secara prinsipal menganut asas the privity of contract.

Artinya, pelaku usaha hanya dapat dimintakan pertanggungjawaban

hukumnya sepanjang ada hubungan kontaktual antara dirinya dan

konsumen. Oleh karena itu, ada pandangan bahwa hukum perlindungan

konsumen berkorelasi erat dengan hukum perikatan, khususnya perikatan

perdata.44

C. Rokok Ilegal

1. Pengertian Rokok Ilegal

Dikatakan oleh Syarif Hidayat sebagai Direktur Kepabeanan Internasional

serta Antar Lembaga Bea Cukai, rokok ilegal yaitu rokok yang belum

dilunasi cukainya. Rokok ilegal yaitu rokok yang berada dipasaran dan

43
KUH Perdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) dan KUHA Perdata (kitab
Undang-Undang Hukum Acara Perdata, Cetakan I, (Pustaka Buana, 2015), h. 318
44
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, (Jakarta, PT Grasindo, 2006),
h. 16
32

dilakukan penjualan yang menyalahi aturan keuangan, bea cukai maupun

aturan lain. Rokok ilegal bisa berupa barang asli yang diciptakan dibawah

naungan pemilik merek dagangnya, namun diedarkan tanpa melakukan

pembayaran pajak ataupun juga bisa berupa rokok palsu, yakni rokok tiruan

yang dibuat dengan tidak adanya perizinan. 45

2. Ciri-ciri Rokok Ilegal

a. Rokok tanpa pita cukai

Rokok tanpa pita cukai yang dimaksud yaitu rokok yang diedarkan

secara bebas tanpa dilengkapi dengan pita cukai pada kemasannya

(polos).

b. Rokok dengan pita cukai palsu

Ciri-ciri pita cukai berikut dapat digunakan untuk menentukan

keasliannya:

a) Cetakan pita cukai asli, cetakannya tajam.

b) Apabila disinari menggunakan lampu UV, kertas pita cukai

akan tampak serat berpendar yang warnanya biru, kuning.

c) Hologram di pita cukai aslinya akan tampak memiliki dimensi

apabila dilihat dari segi yang beragam.

c. Rokok dengan pita cukai bekas

Adanya lipatan, bekas lem, atau sobekan pada pita cukai dapat

dimanfaatkan untuk mengidentifikasi rokok yang mengandung

sisa.

45
Brown, David. "Economic Factors Driving the Illicit Cigarette Market." International
Journal of Criminology, vol. 15, no. 4, 2019, hal. 267-285.
33

d. Rokok dengan pita cukai berbeda

Pita cukai yang berbeda yang dimaksudkan yaitu rokok dengan

kemasan yang dilekati pita cukai namun personalisasi dan

peruntukannya salah. Untuk dapat mengetahuinya, perlu

melakukan perbandingan antara informasi yang ada di kemasan

dengan informasi yang ada pada pita cukai seperti nama

perusahaan yang memproduksi pita cukai. atas kepunyaan pita

cukai yang bisa diamati melalui kode personalisasi dalam pita

cukai. 46

46
mith, John. "Illegal Cigarette Trade: A Global Perspective." Journal of Economic
Crime Studies, vol. 25, no. 2, 2018, hal. 45-62.
34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Adapun Lokasi Penelitian ini adalah masyarakat di Gampong Peutoe

Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie merupakan salah satu desa yang terjadi

praktik tentang Jual Beli Roko Ilegal di Gampong tersebut. Alasan penulis

mengambil penelitian di lokasi tersebut adalah karena masih banyak masyarakat

yang melakukan jual beli rokok ilegal.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif (field reseach), penelitian kancah atau lapangan yaitu sesuai

dengan bidangnya, maka kancah penelitian akan berbeda-beda tempatnya.

Penelitian pendidikan mempunyai kancah bukan saja di sekolah tetapi dapat di

keluarga, di masyarakat, di pabrik, di rumah sakit, asal semuanya mengarah

tercapainya tujuan pendidikan. 47

Penelitian ini bersifat deskriptif. Deskriptif dapat diartikan suatu metode

dalam memcari fakta status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi,

suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang dengan

interprestasi yang tepat.48 Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk memperoleh

informasi-informasi mengenai keadaan saat ini dan melihat kaitan anatara

variabel-variabel yang ada.

47
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2017), h. 10.
48
Sedarmayanti, Metodelogi Penelitian, (Bandung: Mandar Maju, 2019), h. 31.

34
35

Sementara itu, pendekatan yang peneliti gunakan adalah pendekatan penelitian

eksperimen karena metode tersebut digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Sebagaimana yang

dikemukakan Ridwan, metode penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang

berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam

kondisi yang terkontrol secara ketat.49

Dalam penulisan ini, hal tersebut ditunjuk untuk memaparkan penguatan

kelembagaan Masyarakat dalam Praktik Jual Beli rokok ilegal di Gampong Peutoe

Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie tersebut sesuai atau tidak sesuai menurut

ketentuan menurut Fikih Muamalah. Alasan peneliti menggunakan penelitian

kualitatif dan pendekatan study lapangan mencoba mendeskripsikan temuan-

temuan di lokasi penelitian.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat yang di gunakan oleh peneliti dalam melakukan

penelitian, adapun instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai

instrumen kunci (Human Instrumen), dan perangkat pendukung lainnya yang akan

peneliti gunakan dalam penelitian ini, yaitu seperti pedoman wawancara,

pedoman observasi, handphone (camera dan rekaman), dan lain-lain yang

dianggap perlu untuk mengumpulkan informasi di lapangan.

D. Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian field research maka sumber data

berasal langsung dari lapangan yang dihimpun untuk mendapatkan data yang

49
Ridwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula,
(Bandung: Alfabeta, 2016) , h. 50.
36

akurat penulis mengambil tempat penelitian di masyarakat di Gampong Peutoe

Kecamatan Indrajaya Kabupaten Pidie. Sumber penelitian ini diperoleh dari tiga

sumber, yaitu:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan,ii

data primer dapat dikumpulkan melalui wawancara dan diperoleh langsung dari

sumber pertama adalah masyarakat yang melakukan jual beli rokok ilegal,

melakukan praktik rokok ilegal di Gampong Peutoe Kecamatan Indrajaya

Kabupaten Pidie, dan 4 (empat) masyarakat, untuk mendapatkan bukti yang kuat

sebagai pendukung argumentasi.

2. Sumber data Sekunder

Sumber sekunder adalah sumber dari bahan bacaan. Sumber data sekunder

adalah data kedua yaitu data yang diambil dari sumber kedua data sekunder ini

mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil- hasil penelitian yang

berwujud laporan dan sebagainya. 50

E. Teknik Pengumpulan Data

Bila ditinjau dari teknik penelitian yang diterapkan, maka peneliti

menggunakan pendekatan konten analisis yaitu suatu metode pengumpulan

informasi dan data dari menganalisis isi, yaitu dengan menganalisis dan mencari

informasi dengan teliti diiiperpustakaan, dan media lainnya untuk memperoleh

data tentang penelitian peneliti gunakan dengan tiga metode yaitu :

50
S. Nasution, Metode Research, (Penelitian Ilmiah ), Cet. 11, (Jakarta: Bumi Aksara,
2020), h. 143.
37

a. Observasi

Observasi, yaitu suatu teknik penelitian yang dilakukan dengan

cara mengadakan pengamatan terhadap obyek baik secara langsung atau

tidak.51 Kegunaan dari observasi tersebut adalah untuk mengadakan

pengamatan setelah peneliti hadir di lapangan dan mencari data yang

diperlukan serta menentukan permasalahan-permasalahan yang

berkenaan dengan prakik jual beli rokok ilegal dalam masyarakat.

b. Wawancara atau Interview

Dalam penelitian ini penulis mengunakan jenis wawacara adalah

bagaimana wawancara dilakukan dengan informan atau pengguna yang

berkaitan dengan praktik jual beli rokok ilegal.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian yang meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan,

media-media, seminar atau data yang relevan pada penelitian. Teknik

dokumentasi diperlukan untuk mencari data tentang data transaksi dalam

Fikih Muamalah dan hukum positif yang berkaitan dengan masalah pada

penelitian ini.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode dokumentasi

dalam penggumpulan data, yang berupa data orang-orang yang pernah

melakukan Praktik Jual Beli Rokok Ilegal di Gampong Peutoe Kecamatan

Indrajaya Kabupaten Pidie.

51
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2016), h. 71.
38

F. Teknik Analisis Data

Analisa data adalah proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke

dalam pola atau kategori dan uraian satuan dasar sehingga lebih mudah untuk

dibaca dan di interprestasikan.52 Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti

adalah teknik analisis model Interaktif dari Miles dan Huberman yang mencakup

tiga kegiatan yang bersamaan, yang berupa reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan. 53

Selanjutnya dilakukan dengan cara induktif yang mengarah pada

pengorganisasian data ke dalam klasifikasi sesuai dengan kebutuhan, dengan

memilah data yang penting dan yang tidak, lalu dipelajari dan mengambil

kesimpulan. 54 Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan

verifikasi data.

a. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari pustaka jumlahnya cukup banyak. Untuk

itu maka perlu dicatat secara intens dan rinci, seperti yang dikemukakan,

semakin lama peneliti di pustaka, maka data semakin banyak, kompleks

dan rumit. Untuk itu perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data,

mereduksi data merupakan membuat rangkuman, memilih hal-hal yang

penting dicari pola dan temanya. Reduksi data bisa dilakukan dengan

52
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Remadja Rosda Karya,
2018), h. 103.
53
Basrowi dan Suwardi, Memahami Penelitian Kulitatif, (Jakarta: Renaka Cipta, 2017),
h. 209
Sugionao, Memahamami Penelitian Kualitaif, (Bandung: Alfabeta, 2017), h. 92.
54
Muhajir, Metode Penelitian Kuaitatif, (Yogyakarta: Reke Sarasin, 2019), h. 123.
39

teknologi seperti notebook, laptop, komputer, dengan memberi tanda

khusus pada aspek-aspek yang tertentu.55

Penandaan data yaitu dilakukan dengan cara memberi catatan atau

tanda yang menyatakan jenis sumber data (Buku Literature atau

Dukumen) Pemegang hak ciptaiiberupa (Nama Penulis, Tahun terbit)iidan

pengarang buku tersebut, dan catatan tersebut ditempatkan di Footnote

(catatan kaki) dibagian bawah lebaran kertas penulisan teks atau paragraf

tersebut disertai juga dengan nomor halaman buku yang di kutip. Dalam

mereduksi data, setiap peneliti akan dipanduiioleh setiap tujuan yang akan

dicapai, tujuan utama dalam penelitian kualitatif adalah pada temuan.

b. Penyajian Data

Setelah data direduksikan, maka langkah selanjutnya adalah

mendisplaikan data. Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini

dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik, phie chard, pictogram dan

sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data akan

terooganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah

difahami.

c. Penarikan Kesimpulan

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and

Huberman penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan

masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukaniibukti-

bukti yang kuat yang mendukung pengumpulan data berikutnya. Tetapi

55
Sugiyono, Metode..., h. 247.
41

apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh

bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan

mengumpulkan data, maka kesimpulannya yang dikemukakan merupakan

kesimpulan yang kredibel.

.
41

DAFTAR PUSTAKA

Aiman Husaini,Tobat merokok Rahasia dan Cara Empaik Berhenti Merokok Cet.

1; Depok: Pustaka Iman, 2019

Mangku Sitepoe, Kekhususan Merokok Jakarta: PT. Grasindo, 2021

Redaksi Plus, Stop Merokok Depok: Penebar Swadaya, 2018.

Suryo Sukendro, Pilosofi Merokok Cet. 1; Yokyakarta: pinus Book Publisher,

2017

Andi Intan Cahyani, Fiqh Muamalah makassar: Alauddin Univercity press, 2021.

Dr. H. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: pt.Raja Grafindo persada, 2020.

Majma’ al-Lugah al-‘Arabiyah, Al-Mu’jam al-Wasīṭ, jil. 2 Kairo: Maktabah al-

Syurūq al-Daulīyah, 2018.

Wizārah al-Awqāf wa al-Syu`un al-Islamīyah al-Kuwaitīyah, AlMausū’ah al-

Fiqhīyah al-Kuwaitīyah, jil. 1 Kuwait: Dār Al-Salasil.

Muhammad Ustman Syabir, Al-Madkhal Ilā Fiqh al-Mu’āmalāt alMālīyah Oman:

Dār al-Nafā`is, 2018

Gemala Dewi,Hukum Perikatan Islam diIndonesia,Jakarta:Kencana,2016.

Bea Cukai, Rokok Ilegal, Jakarta, 2018.

Juli Anglaina “Pengawasan Terhadap Peredaran Roko Ilegal dan Pita Cukai

Palsu di Kota Bandar Lampung” Skripsi Fakultas Hukum Universitas

Lampung 2019.

T. Rifki, Upaya Hukum Terhadap Tindak Pidana Penjual Rokok Ilegal Tanpa

Cukai Menurut Pasal 54 Dan 56 UndangUndang Nomor 39 Tahun 2007


42

Tentang Cukai Penelitian di Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan

Cukai Tmp C Banda Aceh, UIN Arraniry Banda Aceh

Jurnal Annisa Dwi Khairani, “Penegakan Hukum Terhadap Penyelundupan

Rokok dan Minuman Keras Oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Bea

Cukai Selat Panjang Berdasarkan Undang-Undang No.39 Tahun 2007

Tentang Cukai”, Vol. 4, Nomor 2, Oktober, 2017.

Melinda Tenriola “Tinjauan Yuridis Terhadap Turut Serta Dalam Tindak Pidana

Cukai Hasil Tembakau Di Wilayah Hukum Kantor Pengawasan Dan

Pelayanan Bea Dan CukaiI TMP B Makasar Studi Kasus

PutusanNo.1469/Pid.Sus/2018/PN.MKS” Skripsi Makassar: Universitas

Hasanuddin Makasar 2020.

Mochammad Al Musadieq dkk, Evaluasi Pemungutan Cukai Hasil Tembakau di

Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai Tipe Madya Cukai

Malang, Kota Malang 2020.

Majma’ al-Lugah al-‘Arabiyah, Al-Mu’jam al-Wasīṭ, jil. 2 Kairo: Maktabah al-

Syurūq al-Daulīyah, 2018.

Wizārah al-Awqāf wa al-Syu`un al-Islamīyah al-Kuwaitīyah, AlMausū’ah al-

Fiqhīyah al-Kuwaitīyah, jil. 1 Kuwait: Dār Al-Salasil.

Muhammad Ustman Syabir, Al-Madkhal Ilā Fiqh al-Mu’āmalāt alMālīyah Oman:

Dār al-Nafā`is, 2017.

Ibnu Abidin, Radd al-Muhtār ‘alā al-Darr al-Mukhtār, jil. 1 Beirut: Dār al-Fikr,

1992.
43

Jamaluddin al-Rumy, Al-‘Ināyah Syarh al-Hidāyah, jil. 3 Beirut: Dār al-Fikr.

Ali Fikri, Mu’āmalah al-Māddiyah wa al-`Adabīyah, jil. 1 Kairo: Muṣṭafa al-Bāb

al-Halabī, 2017.

Muhammad Ustman Syabir, Al-Mu’āmalāṭ al-Mālīyah alMu’āṣirah Oman: Dār

al-Nafā`is, 2018.

Gemala Dewi, Wirdyaningsih, Yeni Salma Barlinti, Hukum Perikatan Islam di

Indonesia, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2018.

Siah Khosyi’ah, Fiqh Muamalah Perbandingan, Bandung, CV Pustaka Setia,

2017.

Departemen RI, Al-Qur‟an dan terjemahan.

Al-Qur’an, Q.S. An-Nisa’ Ayat 29, Yayasan Penyelenggara Penterjemah

PenafsirAl-Qur’an, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama

RI, Jakarta, 2018.

Riwayat Muslim hadits no. 3915

HR Muslim, Kitab Al-Buyu, Bab : Buthlaan Bai Al-Hashah wal Bai Alladzi Fihi

Gharar.

Shobirin, Jual Beli Dalam Pandangan Islam, BISNIS, Vol. 3 No. 2 Desember

2016.

Wahbah Al-Zuhaily, al-Fiqh al Islami wa adilah, Juz IV, Dar Fikr, Mesir,2020.

TM. Hasby Ash-Shiddiqiey, Pengantar Muamalah, Jakarta;Bulan Bintang, 2017.

Pasaribu Chairuman dan Suhwardi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam

Islam, Jakarta, Sinar Grafika, 2020.


44

Suhwardi K. Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta, Sinar Grafika, 2019.

Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta, Sinar Grafika, 2018

Ahmad Azhar Bashir, Asas-asas Hukum Muamalat Hukum Perdata Islam,

Jakarta, Sinar Grafika, 2016.

H. Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Jakarta: Amzah, 2019.

KUH Perdata Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan KUHA Perdata

kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata, Cetakan I, Pustaka Buana,

2015.

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia, Jakarta, PT Grasindo,

2006.

Brown, David. "Economic Factors Driving the Illicit Cigarette Market."

International Journal of Criminology, vol. 15, no. 4, 2019

Mith, John. "Illegal Cigarette Trade: A Global Perspective." Journal of Economic

Crime Studies, vol. 25, no. 2, 2018.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta, 2017

Sedarmayanti, Metodelogi Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 2019.

Ridwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula,

Bandung: Alfabeta, 2016 .

S. Nasution, Metode Research, Penelitian Ilmiah , Cet. 11, Jakarta: Bumi

Aksara, 2020.
45

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2016.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Remadja Rosda

Karya, 2018.

Basrowi dan Suwardi, Memahami Penelitian Kulitatif, Jakarta: Renaka Cipta,

2017.

Sugionao, Memahamami Penelitian Kualitaif, Bandung: Alfabeta, 2017.

Muhajir, Metode Penelitian Kuaitatif, Yogyakarta: Reke Sarasin, 2019.

Anda mungkin juga menyukai