HALAMAN JUDUL
LAPORAN ORIENTASI PERAWAT BARU
RSUD PALEMBANG BARI
TAHUN 2023
OLEH:
BIDANG KEPERAWATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Orientasi Khusus Perawat Baru Bidang Keperawatan RSUD Palembang
BARI yang dilaksanakan pada tanggal 19 Juni sampai dengan 19 September
2023.
Dalam penyusunan laporan orientasi ini, penulis mendapat banyak bantuan,
bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak baik itu secara langsung maupun
tidak langsung, baik berupa moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu dr. Hj. Makiani, S.H., M.M., MARS, selaku Direktur RSUD Palembang BARI.
2. Bapak dr. Amalia, M.Kes, selaku Wakil Direktur Pelayanan RSUD Palembang
BARI.
3. Ibu Ns. Hj. Masrianah, S.Kep., M.Kes, selaku Kepala Bidang Keperawatan
RSUD Palembang BARI.
4. Ibu Farida Andriani, S.ST., M.Kes, selaku Kasie SDM dan Etika Profesi
Keperawatan.
5. Ibu Ns. Hj. Erni Endriani, S.Kep., M.M, selaku Kasie Logistik dan Asuhan
Keperawatan.
6. Segenap Kepala Ruangan dan Koordinator Ruangan RSUD Palembang BARI.
7. Seluruh Karyawan/Karyawati RSUD Palembang BARI.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan
penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua dan semoga segala
bantuan yang telah diberikan, sebagai amal shaleh senantiasa mendapat Ridho
Allah SWT, sehingga laporan orientasi khusus ini dapat bermanfaat bagi kita
semua
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................ iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
BAB I........................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Landasan Hukum.......................................................................................................
C. Maksud dan Tujuan...................................................................................................
1. Tujuan Umum..............................................................................................3
2. Tujuan Khusus............................................................................................3
BAB II....................................................................................................................... 4
A. Profil RSUD Palembang BARI...................................................................................
1. Sejarah RSUD Palembang BARI................................................................4
2. Visi, Misi, dan Motto RSUD Palembang BARI............................................5
3. Struktur Organisasi......................................................................................6
4. Fasilitas Pelayanan.....................................................................................8
B. Profil Bidang Keperawatan......................................................................................
1. Visi Bidang Keperawatan..........................................................................10
2. Misi Bidang Keperawatan..........................................................................11
3. Motto Bidang Keperawatan.......................................................................11
C. Uraian Tugas Perawat.............................................................................................
BAB III.................................................................................................................... 14
A. Laporan Pendahuluan.............................................................................................
.........................................................................................................................14
.........................................................................................................................23
Tinjauan Teori Chronic Kidney Disease (CKD)................................................31
B. Laporan Kasus.........................................................................................................
1. .................................................................................................................. 52
2. ……….......................................................................................................55
3. Resume Kasus III (Chronic Kidney Disease (CKD)).................................58
4. .................................................................................................................. 61
5. .................................................................................................................. 64
BAB IV....................................................................................................................67
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 70
LAMPIRAN............................................................................................................. 72
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber Daya Insani (SDI) memiliki peran strategis bagi suatu
organisasi. Sumber Daya Insani yang handal, ramah, peduli dan
berkarakter akan mampu menjadikan organisasi berkembang dengan
pesat dan mampu bersaing di era global. Mengingat pentingnya
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang terus mengalami
perubahan maka setiap individu maupun kelompok dituntut harus mampu
meningkatkan kinerjanya. Salah satu hal yang dapat mewujudkannya
perlu adanya program orientasi kerja. Program orientasi kerja merupakan
suatu upaya mensosialisasikan pekerjaan dan organisasi kepada
pegawai baru untuk meningkatkan kontribusi pegawai baru tersebut
menjadi lebih efektif terhadap organisasi. Kegiatan dalam program
orientasi kerja lebih ditekankan kepada pemberian informasi yang
berhubungan dengan pekerjaan staf tersebut sesuai dengan posisinya
dalam bekerja (Hana, 2019).
Mengingat pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia
yang terus mengalami perubahan maka setiap individu maupun
kelompok dituntut harus mampu meningkatkan kinerjanya. Salah satu hal
yang dapat mewujudkannya perlu adanya program orientasi kerja.
Program orientasi kerja merupakan suatu upaya mensosialisasikan
pekerjaan dan organisasi kepada pegawai baru untuk meningkatkan
kontribusi pegawai baru tersebut menjadi lebih efektif terhadap organisasi
(Hariandja, 2019).
Alasan pelaksanaan dari program orientasi kerja adalah karena
adanya beberapa tantangan yang biasanya dihadapi oleh pegawai baru
khususnya pegawai yang masih muda dan belum berpengalaman ketika
pertama kali memasuki organisasi seperti menghadapi harapan yang
tidak realistis yang berkaitan dengan jenis pekerjaan yang akan
dilakukan, jumlah feedback atau bantuan yang diterima, keseimbangan
antara tujuan pribadi dan organisasi dan lain sebagainya (Hariandja,
2019).
Program orientasi diarahkan pada pembentukan kemampuan
khusus yang dibutuhkan pegawai sesuai dengan golongannya untuk
melaksanakan tugasnya dalam instansi. Mekanisme dan materi orientasi
organisasi disusun dan dilaksanakan oleh unit kerja, termasuk
menetapkan kelulusan dan pengendaliannya (Marquis & Huston, 2010).
3
B. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Repubik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan.
4. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang
Keperawatan.
5. Permen PAN & RB Nomor 35 tahun 2019 tentang jabatan fungsional
perawat.
4
Gambar 2.1
RSUD Palembang BARI
c. Motto
Kesembuhanan dan Kepuasan Pelanggan adalah Kebahagiaan
Kami.
3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah salah satu unsur yang menentukan
sukses atau tidaknya untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan.
Struktur organisasi yang baik harus mampu berfungsi sebagai alat
pengatur maupun pengawas seperti pelaksanaan, pencapaian, dan
tujuan, sehingga usaha- usaha yang dilakukan dapat berjalan secara
efisien dan efektif. Struktur organisasi yang disusun dengan baik dan
jelas akan mencerminkan sumber-sumber yang dimiliki dan di
gerakkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Di
bawah ini adalah struktur organisasi RSUD Palembang BARI.
8
9
4. Fasilitas Pelayanan
a. Janji Layanan RSUD Palembang BARI
Janji Layanan RSUD Palembang BARI yaitu sebagai berikut:
1) Unit gawat darurat
Dalam waktu kurang dari 5 menit, anda sudah mulai kami layani.
2) Unit pendaftaran
Sejak pasien datang sampai dengan dilayani di loket pendaftaran tidak
lebih dari 10 menit.
3) Unit Rawat Jalan
Pasien sudah dijalani paling lambat 30 menit setelah mendaftar di
loket pendaftaran.
4) Unit Laboratorium
Pemeriksaan cito dan sederhana, hasil jadi kurang dari 3 jam.
5) Unit Radiologi
Pelayanan photo sederhana dilaksanakan kurang dari 3 jam.
6) Unit Farmasi
Obat jadi diserahkan maksimal 30 merit sejak resep diterima. Obat
racikan diserahkan maksimal 60 menit sejak resep diterima.
4) NICU
e. Pelayanan Penunjang
Pelayanan penunjang dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
Pelayanan Penunjang Medis
1) Laboratorium
2) Bank Darah
3) Radiologi
4) Farmasi
5) Gizi
6) CSSD
7) Rekam Medis
8) Rehap Medik
9) Kamar Jenazah
10) Hemodialisa
Pelayanan Penunjang Non Medis
1) IPS-RS
2) IPL-RS
3) Laundry
A. Laporan Pendahuluan
1. Definisi CKD
Chronic Kidney Disease (CKD) atau Gagal Ginjal Kronis (GGK) adalah
penyakit ginjal tahap akhir yang ditandai dengan penurunan laju filtrasi
glomerulus <20%. CKD dapat diakibatkan oleh adanya destruksi jaringan
serta hilangnya fungsi ginjal yang berlangsung progresif. Penyakit ginjal
yang berlangsung secara progresif dan disertai awitan mendadak dapat
menghancurkan nefron serta menyebabkan kerusakan ginjal yang
irreversibel (Kowalak, 2017).
2. Etiologi CKD
Menurut Guyton & Hall (2018), etiologi CKD antara lain:
a. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis yang menyebar ke tubular, ruang interstisial dan
vaskular menggambarkan penyakit peradangan pada glomerulus tahap
akhir yang ditandai dengan kerusakan glomerulus secara progresif,
perlahan-lahan, membahayakan, berlangsung lama sekitar 10 – 30
tahun, dan merupakan penyebab utama penyakit renal tahap akhir.
b. Nefropati Diabetik
Nefropati diabetik merupakan kelainan degeneratif vaskuler ginjal
yang berhubungan dengan gangguan metabolisme karbohidrat.
Terdapat 5 fase penyakit nefropati diabetik. Pada Fase I terjadi
hiperfiltrasi dengan peningkatan nilai GFR, AER (albumin excretion
rate), dan hipertropi ginjal. Pada fase II ekskresi albumin relatif normal
(<30 mg/24jam), tetapi pada beberapa penderita dengan hiperfiltrasi
yang menetap dapat berkembang menjadi nefropati diabetik. Pada Fase
III terdapat mikro albuminuria (30 – 300 mg/24jam). Fase IV ekresi
albumin >300 mg/24jam dan terjadi hipertensi serta penurunan GFR.
Fase V merupakan tahap ESRD dan dialisis biasanya dimulai ketika
GFRnya sudah turun sampai 15 ml/mnt.
16
c. Nefrosklerosis Hipertensi
Nefroskerosis hipertensif merupakan penyakit ginjal yang
diakibatkan rusaknya vaskularisasi di ginjal oleh adanya peningkatan
tekanan darah.
d. Penyakit ginjal polikistik
Suatu kelainan genetik berupa pertumbuhan banyak kista seperti
anggur yang berisi cairan di ginjal. Semakin lama, kedua ginjal akan
menjadi lebih besar. Selanjutnya, kista akan mengambil alih dan
merusak jaringan ginjal. Kondisi ini dapat menyebabkan penyakit ginjal
kronis bahkan ESRD.
e. Pielonefritis kronis dan nefritis interstitial lain
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus, dan
jaringan interstisial. Bakteri dapat masuk ke kandung kemih melalui
uretra dan menjalar ke ginjal. Pielonefritis akut biasanya berlangsung
selama 1 – 2 minggu. Pielonefritis kronis dapat mengakibatkan inflamasi
berulang dan jaringan parut yang dapat menyebabkan terjadinya CKD.
f. Diabetes Melitus
Kadar glukosa yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya glikosilasi
protein membran basalis, sehingga terjadi penebalan selaput membran
basalis. Penumpukan zat serupa glikoprotein membran basalis juga
terjadi pada mesangium sehingga lambat laun kapiler-kapiler
glomerulus terdesak dan aliran darah terganggu yang dapat
menyebabkan glomerulo sklerosis dan hipertrofi nefron yang akan
menimbulkan nefropati diabetik.
g. Hipertensi
Peningkatan tekanan dan regangan yang kronik pada arteriol dan
glomeruli dapat menyebabkan sklerosis pada pembuluh darah glomeruli
atau glomerulosklerosis. Penurunan jumlah nefron akan menyebabkan
proses adaptif, yaitu meningkatnya aliran darah, peningkatan LFG, dan
peningkatan keluaran urin di dalam nefron yang masih bertahan. Proses
ini melibatkan hipertrofi dan vasodilatasi nefron serta perubahan
fungsional yang menurunkan tahanan vaskular dan reabsorbsi tubulus
di dalam nefron yang masih bertahan. Perubahan fungsi ginjal dalam
waktu yang lama dapat mengakibatkan kerusakan lebih lanjut pada
nefron yang ada.
17
3. Patofisiologi CKD
Patofisologi gagal ginjal kronis tergantung pada penyakit yang
mendasarinya. Penurunan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural
dan fungsional nefron yang masih tersisa. Molekul vasoaktif seperti sitokin
dan growth factor memperantarai proses kompensasi ginjal. Proses
kompensasi ini akan mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi yang diikuti
oleh meningkatnya tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses
adaptasi akan berlangsung secara singkat dan dilanjutkan proses
maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa dan diikuti dengan
penurunan fungsi nefron yang progresif.
Peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron intrarenal juga
dapat mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis, dan progresifitas.
Progresifitas CKD juga dapat dipengaruhi oleh albuminuria, hipertensi,
dislipidemia serta hiperglikemia.
Pada stadium awal CKD terdapat kehilangan daya cadang ginjal (renal
reserve) tetapi nilai GFR masih normal. Selanjutnya akan terjadi
penurunan nefron progresif yang ditandai dengan meningkatnya kadar
urea dan kreatinin serum. Pada LFG 60% penderita masih asimtomatik,
tetapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. LFG 30%
akan terjadi keluhan pada pasien seperti, nokturia, badan lemah, mual,
nafsu makan kurang dan penurunan berat badan. LFG di bawah 30%,
pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti,
anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan
kalsium, pruritus, mual, muntah, dan lain sebagainya. Pasien juga mudah
terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas, infeksi
saluran cerna, gangguan keseimbangan air seperti hipo atau hipervolemi
serta gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan kalium.
Pada LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih
serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal
replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal (Kowalak,
2017).
18
4. Klasifikasi CKD
Klasifikasi CKD menurut (Kowalak, 2017) adalah:
b. Manifestasi dermatologis
Kulit menjadi putih berlilin akibat penimbunan pigmen urin dan
anemia, tekstur kulit kering dan bersisik, rambut menjadi rapuh, berubah
warna serta terdapat pruritus pada penderita uremia.
c. Manifestasi gastrointestinal
Anoreksia, nausea, vomiting, singultus, penurunan aliran saliva,
haus serta stomatitis.
d. Perubahan neuromuskular
Perubahan tingkat kesadaran dan mental, penurunan konsentrasi,
fasikulasi, dan konvulsi.
e. Perubahan hematologis
Perdarahan, keletihan dan letargi, sakit kepala, kelemahan, lebih
mudah mengantuk, pernapasan kussmaul bahkan koma.
7. Penatalaksanaan CKD
Penanganan CKD dapat dilakukan dengan cara (USRDS, 2017):
a. Kepatuhan diet
Kepatuhan diet menerapkan prinsip diet rendah protein, natrium,
dan kalium yang berfungsi untuk mempertahankan fungsi ginjal secara
terus menerus. Penderita CKD harus dapat meluangkan waktu untuk
menjalani pengobatan yang dibutuhkan.
b. Terapi konservatif
Terapi konservatif berfungsi dalam mencegah memburuknya fungsi
ginjal secara progresif, memperbaiki metabolisme tubuh, mengurangi
keluhan akibat toksin azotemia serta memelihara keseimbangan cairan
dan elektrolit.
c. Terapi pengganti ginjal
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit CKD stadium 5
pada saat nilai GFR kurang dari 15 mL/menit. Terapi pengganti ginjal
terdiri dari hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal.
8. Komplikasi CKD
Komplikasi yang dapat dtimbulkan dari penyakit CKD adalah (Brunner &
Suddarth, 2018):
a. Penyakit tulang
Penurunan kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung akan
mengakibatkan dekasifilkasi matriks tulang, sehinggal tulang akan
menjadi rapuh (osteoporosis) dan jika berlangsung lama makan
menyebabkan phatologis.
b. Penyakit Kardiovaskuler
Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara
sistemik berupa hipertensi, kelainan lipid, inteloransi glukosa, dan
kelainan himodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri).
c. Anemia
Selain berfungsi sebagai sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam
rangkaian hormonal (endokrin). Sekresi eritropoetin yang mengalami
defisiensi di ginjal akan mengakibatkan penurunan hemoglobin.
d. Disfungsi seksual
21
B. Laporan Kasus
1. Resume Kasus III (Chronic Kidney Disease (CKD)
a. Pengkajian Keperawatan
Tanggal MRS : 07 Agustus 2023
Tanggal Pengkajian : 07 Agustus 2023
NRM : 57.59.88
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Tanggal Lahir : 06 Maret 1987
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat :
2) Status Kesehatan Ini
a) Keluhan utama
Tn. A mengeluh sesak nafas
b) Riwayat penyakit sekarang
Tn. A datang dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari smrs,
sesak nafas tidak di pengaruhi cuaca, kaki bengkak sejak 1 minggu
terahir. Batuk (-), pilek (-), demam (-), BAB dan BAK normal. Tn. A
rencana HD hari ini. Tn. A mengatan jadwal HD setiap hari senin
dan kamis.
Hasil pengkajian didapatkan KU lemas, pucat, GCS 15, BB 68
Kg TB 160 cm. TD 210/100 mmHg, N 98 x/mnt, RR 28x/mnt, T
36.90C SPO2 96%. Hasil laboratorium: RBC 2,16 juta µ/L, WBC 7,7
ribu µ/L, PLT 153 mm3, HB 6,1 g/dL, HT 18%, Ureum 158 mg/dL,
dan Creatinine 14,7 mg/dL, Natrium 148 mmol/L dan Kalium 5,3
mmol/L.
Berdasarkan hasil kolaborasi dari dokter, Tn. A mendapat terapi
oksigenisasi nasal kanule 5 Lpm, IVFD RL gtt 10x/mnt, injeksi
furosemide 1x1 amp, injeksi omeprazole 2x1 vial, Amlodipin 1x10
mg, Candesartan 1x16 mg, Asam folat 3x1 tab, Spironolactone 1x25
mg, KSR 2x1 tab, tablet tambah darah 1x1 tab, transfuse PRC 3 kolf
dan Pro HD sesuai jadwal.
b. Diagnosis Keperawatan
Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas d.d mengeluh sesak
nafas, nafas dangkal RR 28x/mnt.
23
c. Intervensi Keperawatan
Diagnosis
Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
Keperawatan
Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen mual
efektif b.d
tindakan keperawatan Observasi:
hambatan upaya
nafas d.d selama 6 jam, sesak - Monitor TTV dan SPO2
mengeluh sesak
nafas berkurang - Mengidentifikasi dan
nafas, nafas
dangkal RR dengan kriteria hasil: mengelola kepatenan
28x/mnt.
- jalan nafas
- - Monitor pola nafas
- Tekanan ekspirasi (frekuensi,kedalaman
meningkat dan usaha nafas)
- Tekanan inspirasi Terapeutik
meningkat - Berikan teknik
- Dispnea nonfarmakologis.
meningkat - Modifikasi lingkungan
- Penggunaan otot yang nyaman.
bantu nafas Edukasi
meningkat - Anjurkan istirahat dan
- Pernafasan cuping tidur.
hidung menurun - Anjurkan makan dengan
- Frekuensi porsi kecil tapi sering.
pernafasan Kolaborasi
membaik - Pemberian obat
- Kedalaman nafas antiemetik.
membaik
- Ekskrusi dada
membaik
07.30
O KU sedang lemas, GCS 15
TTV: TD 120/70 mmHg, N 80 x/mnt, RR 19x/mnt, T
36.50C.
A Nausea teratasi sebagian
P Intervensi dilanjutkan: Manajemen mual
- Identifikasi TTV.
- Monitor mual.
- Monitor intake output.
- Fasilitasi untuk istirahat
- Anjurkan menggunakan teknik
nonfarmakologis.
- Kolaborasi pemberian analgesik.
08.00 I - Mengkaji TTV pasien: TTV: TD 120/80 mmHg,
N 90 x/mnt, RR 20x/mnt, T 36.20C.
08.05 - Mengkaji frekuensi mual pasien: pasien masih
mual.
08.10 - Menganjurkan menggunakan terapi
nonfarmakologis: arometerapi.
12.00 - Memberikan terapi injeksi sesuai order dokter:
analgesik natrium diklofenak, antiemetik
ondansetron.
13.00 - Memberikan terapi cairan sesuai order dokter:
Kidmin flash.
13.30 E Tn.Z mengatakan masih sedikit mual, tapi sedikit
bertenaga
R Mengajarkan terapi nonfarmakologis: aromaterapi
atau air rebusan jahe
25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Selama kegiatan orientasi khusus, penulis memilih 5 kasus pasien rawat
inap yang akan diobservasi dan dianalisis tentang penatalaksanaan penyakit
yaitu Chronic Kidney Disease (CKD).
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penyakit ginjal tahap akhir yang
ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus <20%. CKD dapat
diakibatkan oleh adanya destruksi jaringan serta hilangnya fungsi ginjal yang
berlangsung progresif. Patofisologi gagal ginjal kronis tergantung pada
penyakit yang mendasarinya seperti DM, hipertensi, glomerulonefritis, dll.
Klasifikasi CKD dibagi menjadi 5 stage yang didasarkan pada nilai GFR.
Penanganan CKD dapat dilakukan dengan kepatuhan diet, terapi konservatif,
dan terapi pengganti ginjal (hemodialisis) (Kowalak, 2017; Brunner & Suddarth,
2018).
Hasil observasi yang dilakukan pada pasien CKD di RSUD Palembang
BARI, didapatkan bahwa pasien CKD berada pada stage 5 dan
penatalaksanaan yang diberikan sudah sesuai dengan teori dan penelitian
yang ada. Pasien akan dilakukan hemodialisis, pembatasan cairan, dan
pemantauan intake output. Pasien diberikan terapi oksigenisasi nasal kanule 5
Lpm, IVFD RL gtt 10x/mnt, injeksi furosemide 1x1 amp, injeksi omeprazole 2x1
vial, Amlodipin 1x10 mg, Candesartan 1x16 mg, Asam folat 3x1 tab,
Spironolactone 1x25 mg, KSR 2x1 tab, tablet tambah darah 1x1 tab, transfuse
PRC 3 kolf dan Pro HD sesuai jadwal. Pasien juga diajarkan teknik distraksi
dengan tehnik rilaksasi nafas dalam.
B. Saran
1. Laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi karyawan
RSUD Palembang BARI untuk mengetahui struktur organisasi, visi, misi
dan motto, lingkungan baru, nilai-nilai dan budaya organisasi Bidang
Keperawatan RSUD Palembang BARI.
2. Laporan ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi RSUD Palembang
BARI khusunya profesi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
pasien.
26
DAFTAR PUSTAKA
Agoes. (2013). Pengetahuan praktis ragam penyakit mematikan yang paling sering
menyerang kita. Jogjakarta: Buku Biru.
Bararah, T., & Jauhar, M. (2013). Asuhan keperawatan panduan lengkap menjadi
perawat profesional. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Bayhakki., & Hasneli, Y. (2017). Hubungan lama menjalani hemodialisis dengan
intra-dialytic weight gain (idwg) pada pasien hemodialisis. JKP, 5(3), 242 –
248.
Brunner., & Suddarth. (2018). Buku ajar keperawatan medikal bedah (Ed. 8).
Jakarta: EGC.
Cahyono, S. (2014). Batu empedu. Yogyakarta: Kanisus.
Centers for Disease Control and Prevention. (2017). National Chronic Kidney
Disease Fact Sheet 2017. US Department of Health and Human Services,
Center for Disease Control and Prevention. Diakses pada
https://www.cdc.gov/kidneydisease/pdf/kidney_factsheet.pdf.
Corwin. (2009). Patofisiologis: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.
Deters, L., Costabile, R., Leveille, R., Moore, C.. (2021). Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH). Medscape. Diakses pada
https://emedicine.medscape.com/article/437359-overview
Diki, A. B. (2018). Pengaruh pembidaian terhadap penurunan skala nyeri pada
pasien fraktur di ruang igd rumah sakit tk ii dr a.k gani palembang tahun 2018.
Eknoyan, G., & Lameire, N. (2013). Kdigo 2012 clinical practice guideline for the
evaluation and management of chronic kidney disease. Kidney Int, 3(1), 81 –
90.
Febyan. F., Dhilion, H. R. S., Ndraha, S., & Tendean, M. (2017). Karakteristik
penderita kolelitiasis berdasarkan faktor risiko di Rumah Sakit Umum Daerah
Koja. Jurnal Kedokteran Meditek, 23(63), 50 – 56.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2018). Buku ajar fisiologi kedokteran (ed. 9). Jakarta:
EGC.
Hana, C. (2019). Orientasi Pegawai Baru RSUP Persahabatan. Diakses pada
https://rsuppersahabatan.co.id/berita/read/orientasi-pegawai-baru-rsup-
persahabatan.
Hariandja, M. T. E. (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia Pengadaan,
Pengembangan, Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivitas Pegawai
(P. G. W. Indonesia (ed.)).
27
LAMPIRAN