Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KEGIATAN

ORIENTASI KHUSUS PEGAWAI BARU


BIDANG KEPERAWATAN
RSUD PALEMBANG BARI
TAHUN 2023

HALAMAN JUDUL
LAPORAN ORIENTASI PERAWAT BARU
RSUD PALEMBANG BARI
TAHUN 2023

OLEH:

EMA YUNITA, A.Md. Kep


( CALON PEGAWAI PPPK )

BIDANG KEPERAWATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Orientasi Khusus Perawat Baru Bidang Keperawatan RSUD Palembang
BARI yang dilaksanakan pada tanggal 19 Juni sampai dengan 19 September
2023.
Dalam penyusunan laporan orientasi ini, penulis mendapat banyak bantuan,
bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak baik itu secara langsung maupun
tidak langsung, baik berupa moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu dr. Hj. Makiani, S.H., M.M., MARS, selaku Direktur RSUD Palembang BARI.
2. Bapak dr. Amalia, M.Kes, selaku Wakil Direktur Pelayanan RSUD Palembang
BARI.
3. Ibu Ns. Hj. Masrianah, S.Kep., M.Kes, selaku Kepala Bidang Keperawatan
RSUD Palembang BARI.
4. Ibu Farida Andriani, S.ST., M.Kes, selaku Kasie SDM dan Etika Profesi
Keperawatan.
5. Ibu Ns. Hj. Erni Endriani, S.Kep., M.M, selaku Kasie Logistik dan Asuhan
Keperawatan.
6. Segenap Kepala Ruangan dan Koordinator Ruangan RSUD Palembang BARI.
7. Seluruh Karyawan/Karyawati RSUD Palembang BARI.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan
penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua dan semoga segala
bantuan yang telah diberikan, sebagai amal shaleh senantiasa mendapat Ridho
Allah SWT, sehingga laporan orientasi khusus ini dapat bermanfaat bagi kita
semua

Palembang, Juni 2023

Ema Yunita, A. Md. Kep


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................ iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iv
BAB I........................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Landasan Hukum.......................................................................................................
C. Maksud dan Tujuan...................................................................................................
1. Tujuan Umum..............................................................................................3
2. Tujuan Khusus............................................................................................3
BAB II....................................................................................................................... 4
A. Profil RSUD Palembang BARI...................................................................................
1. Sejarah RSUD Palembang BARI................................................................4
2. Visi, Misi, dan Motto RSUD Palembang BARI............................................5
3. Struktur Organisasi......................................................................................6
4. Fasilitas Pelayanan.....................................................................................8
B. Profil Bidang Keperawatan......................................................................................
1. Visi Bidang Keperawatan..........................................................................10
2. Misi Bidang Keperawatan..........................................................................11
3. Motto Bidang Keperawatan.......................................................................11
C. Uraian Tugas Perawat.............................................................................................
BAB III.................................................................................................................... 14
A. Laporan Pendahuluan.............................................................................................
.........................................................................................................................14
.........................................................................................................................23
Tinjauan Teori Chronic Kidney Disease (CKD)................................................31
B. Laporan Kasus.........................................................................................................
1. .................................................................................................................. 52
2. ……….......................................................................................................55
3. Resume Kasus III (Chronic Kidney Disease (CKD)).................................58
4. .................................................................................................................. 61
5. .................................................................................................................. 64
BAB IV....................................................................................................................67
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 70
LAMPIRAN............................................................................................................. 72
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber Daya Insani (SDI) memiliki peran strategis bagi suatu
organisasi. Sumber Daya Insani yang handal, ramah, peduli dan
berkarakter akan mampu menjadikan organisasi berkembang dengan
pesat dan mampu bersaing di era global. Mengingat pentingnya
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang terus mengalami
perubahan maka setiap individu maupun kelompok dituntut harus mampu
meningkatkan kinerjanya. Salah satu hal yang dapat mewujudkannya
perlu adanya program orientasi kerja. Program orientasi kerja merupakan
suatu upaya mensosialisasikan pekerjaan dan organisasi kepada
pegawai baru untuk meningkatkan kontribusi pegawai baru tersebut
menjadi lebih efektif terhadap organisasi. Kegiatan dalam program
orientasi kerja lebih ditekankan kepada pemberian informasi yang
berhubungan dengan pekerjaan staf tersebut sesuai dengan posisinya
dalam bekerja (Hana, 2019).
Mengingat pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia
yang terus mengalami perubahan maka setiap individu maupun
kelompok dituntut harus mampu meningkatkan kinerjanya. Salah satu hal
yang dapat mewujudkannya perlu adanya program orientasi kerja.
Program orientasi kerja merupakan suatu upaya mensosialisasikan
pekerjaan dan organisasi kepada pegawai baru untuk meningkatkan
kontribusi pegawai baru tersebut menjadi lebih efektif terhadap organisasi
(Hariandja, 2019).
Alasan pelaksanaan dari program orientasi kerja adalah karena
adanya beberapa tantangan yang biasanya dihadapi oleh pegawai baru
khususnya pegawai yang masih muda dan belum berpengalaman ketika
pertama kali memasuki organisasi seperti menghadapi harapan yang
tidak realistis yang berkaitan dengan jenis pekerjaan yang akan
dilakukan, jumlah feedback atau bantuan yang diterima, keseimbangan
antara tujuan pribadi dan organisasi dan lain sebagainya (Hariandja,
2019).
Program orientasi diarahkan pada pembentukan kemampuan
khusus yang dibutuhkan pegawai sesuai dengan golongannya untuk
melaksanakan tugasnya dalam instansi. Mekanisme dan materi orientasi
organisasi disusun dan dilaksanakan oleh unit kerja, termasuk
menetapkan kelulusan dan pengendaliannya (Marquis & Huston, 2010).
3

Orientasi terdiri atas orientasi umum dan khusus. Orientasi umum


dilakukan melalui pemberian materi dalam rangka pengenalan
organisasi, dengan memberikan informasi yang berhubungan dengan
lingkungan kerja baru dalam suatu organisasi. Orientasi khusus dilakukan
untuk melihat kemampuan peserta orientasi dalam menjelaskan dan
melakukan tugas-tugas sesuai dengan jabatan yang diembannya
(Marquis & Huston, 2010).
Program orientasi kerja harus dilaksanakan dengan tujuan yang
jelas seperti membantu pegawai baru dengan menyediakan informasi
yang akan memperlancar transisi pegawai baru ke lingkungan kerja baru.
Program orientasi kerja yang memadai akan meminimalkan
kecenderungan pelanggaran peraturan, keluhan dan kesalahpahaman,
menumbuhkan perasaan memiliki, menerima, meningkatkan antusiasme
dan moral. Tujuan program orientasi kerja adalah membuat pegawai
merasa bagian dari tim, sehingga hal ini akan mengurangi gesekan dan
membantu pegawai baru menjadi mandiri dalam peran baru mereka
dengan lebih cepat. Begitupun di dalam lingkungan rumah sakit. Agar
Sumber Daya Insani dapat memberikan kontribusi yang positif bagi
organisasi maka diperlukan persamaan persepsi tentang visi misi dan
tujuan Rumah sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan. Untuk
mewujudkan hal tersebut diperlukan adanya orientasi bagi karyawan baru
seluruh staf baik klinis maupun non klinis pada unit kerja atau unit
pelayanan dimana mereka bertugas dan bertanggung jawab pada tugas
khusus sesuai penugasan dan penempatan mereka agar tetap dapat
mendukung peningkatan pelayanan di Rumah Sakit (Hana, 2019).

B. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Repubik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 tentang
Tenaga Kesehatan.
4. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang
Keperawatan.
5. Permen PAN & RB Nomor 35 tahun 2019 tentang jabatan fungsional
perawat.
4

6. Surat Perintah Tugas Sementara Nomor 013/PWT/IV/2022 tentang


Orientasi Khusus di Bidang Keperawatan RSUD Palembang BARI
terhitung mulai tanggal 2 April 2022 s.d 31 Mei 2022.

C. Maksud dan Tujuan


1. Tujuan Umum
Tujuan umum diadakannya kegiatan orientasi khusus Calon Pegawai
Baru di RSUD Palembang BARI adalah untuk mengetahui fungsi,
peran dan tugas sebagai perawat di Rumah Sakit BARI.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dilaksanakan orientasi khusus dari Calon Pegawai Baru
di RSUD Palembang BARI adalah:
a. Calon Pegawai Baru dapat mengenal dan memahami struktur
organisasi, visi, misi dan motto, lingkungan baru, nilai-nilai dan
budaya organisasi Bidang Keperawatan RSUD Palembang BARI.
b. Calon Pegawai Baru dapat mengenal dan memahami tugas pokok
dan fungsinya sebagai perawat di RSUD Palembang BARI untuk
dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
psrosedur.
BAB II
DESKRIPSI ORIENTASI

A. Profil RSUD Palembang BARI


Rumah sakit Umum Daerah Palembang BARI merupakan unsur
penunjang pemerintah daerah di bidang pelayanan Kesehatan yang
merupakan rumah sakit umum milik Pemerintah Kota Palembang. RSUD
Palembang BARI terletak di Jalan Panca No. 1 Kelurahan 5 Ulu
Kecamatan Seberang Ulu 1 dan berdiri diatas tanah seluas 4,5 Ha.
Bangunan dari RSUD Palembang BARI berada kurang lebih 800
meter dari jalan raya jurusan Kertapati. Sejak tahun 2001, dibuat jalan
alternatif dari jalan Jakabaring menuju RSUD Palembang BARI dari Jalan
Poros Jakabaring.
1. Sejarah RSUD Palembang BARI

Gambar 2.1
RSUD Palembang BARI

Berdiri pada tahun 1968 sampai dengan 1994 yang awalnya


merupakan Poliklinik/Puskesmas Panca Usaha, kemudian diresmikan
menjadi RSUD Palembang BARI tanggal 19 Juni 1995 dengan SK
Depkes Nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997 dan ditetapkan menjadi
Rumah Sakit Umum Daerah kelas C pads tanggal 10 November 1997.
Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor: HK/00/06.2.2.4646, RSUD
Palembang BARI memperoleh status Akreditasi penuh tingkat dasar
pada tanggal 7 November 2003 kemudian di tahun berikutnya 2004
dibuat Master Plan oleh Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia.
Pembangunan gedung dimulai pada tahun 2005 yakni Gedung
Bedah Central dan dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya (2006)
6

pembangunan Gedung Bank Darah. Pada tahun 2007 dilanjutkan


dengan pembangunan 1 Gedung Administrasi, Gedung Pendatiaran,
Gedung Rekam Medik, Gedung Farmasi, Gedung Laboratorium,
Gedung Radiologi, Gedung Perawatan VIP, dan Cafetaria. Pada
Februari 2008, berdasarkan Kepmenkes RI Nomor: YM.0l.10/III/334/08
RSUD Palembang BARI memperoleh status Akreditasi penuh tingkat
lanjut. Serta ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI
berdasarkan Keputusan Walikota Palembang No. 9l5.b tahun 2008
penetapan RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang
menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara
penuh. Adapun pembangunan yang dilaksanakan pada tahun 2008
meliputi Gedung Poliklinik (3 lantai), Gedung Instalasi Gawat Darurat,
Gedung Instalasi Gizi (Dapur), Gedung Laundry, Gedung VVIP,
Gedung CSSD, Gedung ICU, Gedung Genset dan IPAL.
Pada tahun 2009 RSUD Palembang BARI di tetapkan sebagai
Rumah Sakit Tipe B berdasarkan Kepmenkes RI Nomor:
241/MENKES/W/2009 tentang peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI milik Pemerintah Kota Palembang Provinsi
Sumatera Selatan tanggal 2 April 2009. Adapun pembangunan gedung
yang berlangsung di tahun 2009 meliputi: Gedung Kebidanan, Gedung
Neonatus, Gedung Rehabilitasi Medik Serta Gedung Hemodialisa.
Selanjutnya pembangunan gedung yang berlangsung di tahun 2010 –
2011 meliputi Perawatan Kelas I, II, III, Kamar Jenazah, Gedung
ICCU, Gedung PICU, Workshop, dan Musholah.

2. Visi, Misi, dan Motto RSUD Palembang BARI


a. Visi
Menjadi Rumah Sakit yang Unggul, Amanah dan Terpercaya di
Indonesia.
b. Misi
1) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berorientasi
pada keselamatan dan ketepatan sesuai stander mutu
berdasarkan pada etika dan profesionalisme yang menjangkau
seluruh lapisan masyarakat.
2) Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan.
3) Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit
pendidikan dan pelatihan di Indonesia.
7

c. Motto
Kesembuhanan dan Kepuasan Pelanggan adalah Kebahagiaan
Kami.

3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah salah satu unsur yang menentukan
sukses atau tidaknya untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan.
Struktur organisasi yang baik harus mampu berfungsi sebagai alat
pengatur maupun pengawas seperti pelaksanaan, pencapaian, dan
tujuan, sehingga usaha- usaha yang dilakukan dapat berjalan secara
efisien dan efektif. Struktur organisasi yang disusun dengan baik dan
jelas akan mencerminkan sumber-sumber yang dimiliki dan di
gerakkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Di
bawah ini adalah struktur organisasi RSUD Palembang BARI.
8
9

4. Fasilitas Pelayanan
a. Janji Layanan RSUD Palembang BARI
Janji Layanan RSUD Palembang BARI yaitu sebagai berikut:
1) Unit gawat darurat
Dalam waktu kurang dari 5 menit, anda sudah mulai kami layani.
2) Unit pendaftaran
Sejak pasien datang sampai dengan dilayani di loket pendaftaran tidak
lebih dari 10 menit.
3) Unit Rawat Jalan
Pasien sudah dijalani paling lambat 30 menit setelah mendaftar di
loket pendaftaran.
4) Unit Laboratorium
Pemeriksaan cito dan sederhana, hasil jadi kurang dari 3 jam.
5) Unit Radiologi
Pelayanan photo sederhana dilaksanakan kurang dari 3 jam.
6) Unit Farmasi
Obat jadi diserahkan maksimal 30 merit sejak resep diterima. Obat
racikan diserahkan maksimal 60 menit sejak resep diterima.

b. Pelayanan Rawat Jalan


Pelayanan Rawat Jalan terdiri dari:
Lantai 1:
1) Poliklinik Geriatri
2) Poliklinik Syaraf
3) Poliklinik Penyakit Dalam
4) Poliklinik Gastroenterohepatologi
5) Poliklinik Sub Imunologirespiratori
6) Poliklinik Sub Kardiovaskuler
7) Poliklinik Anak
8) Poliklinik Tubuh Kembang Terpadu
9) Poliklinik Obgyn
10) Poliklinik KB dan Kesehatan Reproduksi
11) Poliklinik Bedah
12) Poliklinik Sub Ortopedi
13) Poliklinik Sub Bedah Thorax
14) Poliklinik Bedah Digestif
15) Poliklinik bedah plastik
10

16) Poliklinik TB Dots


17) Poliklinik Anastesi
18) Poliklinik Konsul Gizi
Lantai 2 :
1) Poliklinik Gigi
2) Poliklinik THT
3) Poliklinik Mata
4) Poliklinik Psikologi
5) Poliklinik Jiwa
6) Poliklinik Kulit dan Kelamin
7) Poliklinik Senam Hamil
Lantai 3 :
1) MCU
2) EEG
3) Endoskopi

c. Pelayanan Gawat Darurat


Pelayanan Gawat Darurat terdiri dari:
1) Dokter dan perawat jaga 24 jam
2) Ambulance 24 jam

d. Pelayanan Rawat Inap dan Intensif Care


Instalasi Rawat Inap terdiri dari :
1) Rawat Inap Anak Kelas I dan II
2) Rawat Inap Anak Kelas III
3) Rawat Inap PDL Laki-laki
4) Rawat Inap PDL Perempuan
5) Rawat Inap TB Paru
6) Rawat Inap Bedah
7) Rawat Inap Kebidanan
8) Rawat Inap Neonatus
9) Rawat Inap Kelas I dan II
10) Rawat Inap VIP dan VVIP
Instalasi Intensif Care terdiri dari:
1) ICU
2) ICCU
3) PICU
11

4) NICU

e. Pelayanan Penunjang
Pelayanan penunjang dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
Pelayanan Penunjang Medis
1) Laboratorium
2) Bank Darah
3) Radiologi
4) Farmasi
5) Gizi
6) CSSD
7) Rekam Medis
8) Rehap Medik
9) Kamar Jenazah
10) Hemodialisa
Pelayanan Penunjang Non Medis
1) IPS-RS
2) IPL-RS
3) Laundry

B. Profil Bidang Keperawatan


Bidang keperawatan dipimpin oleh Ibu Ns. Masrianah, S. Kep. M.Kes.
Bidang keperawatan bertujuan dalam mengelola dan mengkoordinir seluruh
perawat dan bidan. Bidang keperawatan memiliki 2 seksi, yaitu seksi sumber
daya pelayanan keperawatan yang dikepalai oleh Ibu Hj. Farida Andriani,
S.ST., M.Kes dan Seksi mutu pelaynan yang dikepalai oleh Ibu Hj. Ns. Erni
Endriani, S. Kep., M.M. Seksi sumber daya pelaynan bertugas dalam
mengelola saran dan SDM keperawatan dan kebidanan, sedangkan seksi
mutu pelayanan bertugas dalam mengkoordinir mutu asuhan keperawatan dan
kebidanan. Terdapat 4 orang staff di bidang keperawatan diantaranya 2 orang
staff di seksi sumber daya yaitu Yeni Indriani, Amd.Keb dan Eni
Virgianti,S.Kep.,Ners serta 2 oarang staff di seksi mutu pelayanan yaitu
Desiana, S. Kep.,Ners dan Febriana V,S.Kep.,M.Kep.
1. Visi Bidang Keperawatan
Visi bidang keperawatan adalah Menjadi layanan keperawatan yang
terpercaya sesuai dengan perkembangan IPTEK.
12

2. Misi Bidang Keperawatan


Misi Bidang Keperawatan adalah:
a. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan yang beretika sesuai
dengan standar.
b. Mengembangkan sumber daya keperawatan sesuai dengan keilmuan.
3. Motto Bidang Keperawatan
Motto bidang keperawatan adalah “No Complaints Happiness Nurse”.

C. Uraian Tugas Perawat


Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2019 tentang
Jabatan Fungsional Perawat, uraian tugas perawat sesuai Bab IV Pasal 8
tentang Uraian Kegiatan Sesuai Jenjang Jabatan Perawat sebagai berikut:
Perawat Terampil
1. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu.
2. Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada keluarga.
3. Melakukan pengkajian keperawatan dasar pada masyarakat.
4. Memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan dasar/ lanjut.
5. Melakukan komunikasi terapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan.
6. Melaksanakan manajemen surveilans hais sebagai upaya pengawasan
risiko infeksi dalam upaya preventif dalam pelayanan keperawatan.
7. Melakukan upaya peningkatan kepatuhan kewaspadaan standar pada
pasien/ petugas/ pengunjung standar pada pasien/ petugas/ pengunjung
sebagai upaya pencegahan infeksi.
13

8. Melakukan investigasi dan deteksi dini kejadian luar biasa yang


berdampak pada pelayanan kesehatan.
9. Mengajarkan teknik kontrol infeksi pada keluarga dengan penyakit
menular.
10. Merumuskan diagnosis keperawatan pada individu.
11. Membuat prioritas diagnosis keperawatan dan masalah keperawatan.
12. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada individu (merumuskan,
menetapkan tindakan).
13. Menyusun rencana tindakan keperawatan pada keluarga (merumuskan,
menetapkan tindakan).
14. Melakukan tindakan keperawatan pada kondisi gawat darurat/ bencana/
kritikal.
15. Melakukan tindakan terapi komplementer/ holistik.
16. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan intervensi
pembedahan pada tahap pre/intra/post operasi.
17. Memberikan dukungan/ fasilitasi kebutuhan spiritual pada kondisi
kehilangan/ berduka/ menjelang ajal dalam pelayanan keperawatan.
18. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
19. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan eliminasi.
20. Melakukan tindakan keperawatan pemenuhan kebutuhan mobilisasi.
21. Melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur.
22. Melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan kebersihan diri.
23. Melakukan tindakan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dan pengaturan
suhu tubuh.
24. Melakukan stimulasi tumbuh kembang pada individu.
25. Memfasilitasi adaptasi dalam hospitalasi pada individu.
26. Melaksanakan case finding/ deteksi dini/ penemuan kasus baru pada
individu.
27. Melakukan support kepatuhan terhadap intervensi kesehatan pada
individu.
28. Melakukan pendidikan kesehatan pada individu pasien.
29. Melakukan pendidikan kesehatan pada kelompok.
30. Melakukan peningkatan/penguatan kemampuan sukarelawan dalam
meningkatkan masalah kesehatan masyarakat.
31. Melakukan pendidikan kesehatan pada masyarakat.
32. Melakukan pemenuhan kebutuhan oksigenasi kompleks.
33. Melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi.
14

34. Melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi sensorik.


35. Melakukan komunikasi dengan klien yang mengalami hambatan
komunikasi.
36. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks pada area
medikal bedah.
37. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks di area anak.
38. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks di area
maternitas.
39. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks di area
komunitas.
40. Melakukan intervensi keperawatan spesifik yang kompleks di area jiwa.
41. Melakukan perawatan luka.
42. Melakukan pemantauan atau penilaian kondisi pasien selama dilakukan
tindakan keperawatan spesifik sesuai kasus dan kondisi pasien.
43. Melakukan konsultasi keperawatan dan kolaborasi dengan dokter.
44. Melakukan rehabilitasi mental spiritual pada individu.
45. Melakukan penatalaksanaan manajemen gejala.
46. Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu.
47. Melaksanakan fungsi pengarahan pelaksanaan pelayanan keperawatan
sebagai ketua tim/ perawat primer.
48. Melakukan pendokumentasian tindakan keperawatan.
49. Melakukan pengorganisasian pelayanan keperawatan antar shift/ unit/
fasilitas kesehatan.
50. Melakukan pemberian penugasan perawat dalam rangka melakukan
fungsi ketenagaan perawat.
51. Melakukan preseptorship dan mentorship.
BAB III
KEGIATAN ORIENTASI

A. Laporan Pendahuluan

Tinjauan Teori Chronic Kidney Disease (CKD)

1. Definisi CKD
Chronic Kidney Disease (CKD) atau Gagal Ginjal Kronis (GGK) adalah
penyakit ginjal tahap akhir yang ditandai dengan penurunan laju filtrasi
glomerulus <20%. CKD dapat diakibatkan oleh adanya destruksi jaringan
serta hilangnya fungsi ginjal yang berlangsung progresif. Penyakit ginjal
yang berlangsung secara progresif dan disertai awitan mendadak dapat
menghancurkan nefron serta menyebabkan kerusakan ginjal yang
irreversibel (Kowalak, 2017).

2. Etiologi CKD
Menurut Guyton & Hall (2018), etiologi CKD antara lain:
a. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis yang menyebar ke tubular, ruang interstisial dan
vaskular menggambarkan penyakit peradangan pada glomerulus tahap
akhir yang ditandai dengan kerusakan glomerulus secara progresif,
perlahan-lahan, membahayakan, berlangsung lama sekitar 10 – 30
tahun, dan merupakan penyebab utama penyakit renal tahap akhir.
b. Nefropati Diabetik
Nefropati diabetik merupakan kelainan degeneratif vaskuler ginjal
yang berhubungan dengan gangguan metabolisme karbohidrat.
Terdapat 5 fase penyakit nefropati diabetik. Pada Fase I terjadi
hiperfiltrasi dengan peningkatan nilai GFR, AER (albumin excretion
rate), dan hipertropi ginjal. Pada fase II ekskresi albumin relatif normal
(<30 mg/24jam), tetapi pada beberapa penderita dengan hiperfiltrasi
yang menetap dapat berkembang menjadi nefropati diabetik. Pada Fase
III terdapat mikro albuminuria (30 – 300 mg/24jam). Fase IV ekresi
albumin >300 mg/24jam dan terjadi hipertensi serta penurunan GFR.
Fase V merupakan tahap ESRD dan dialisis biasanya dimulai ketika
GFRnya sudah turun sampai 15 ml/mnt.
16

c. Nefrosklerosis Hipertensi
Nefroskerosis hipertensif merupakan penyakit ginjal yang
diakibatkan rusaknya vaskularisasi di ginjal oleh adanya peningkatan
tekanan darah.
d. Penyakit ginjal polikistik
Suatu kelainan genetik berupa pertumbuhan banyak kista seperti
anggur yang berisi cairan di ginjal. Semakin lama, kedua ginjal akan
menjadi lebih besar. Selanjutnya, kista akan mengambil alih dan
merusak jaringan ginjal. Kondisi ini dapat menyebabkan penyakit ginjal
kronis bahkan ESRD.
e. Pielonefritis kronis dan nefritis interstitial lain
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus, dan
jaringan interstisial. Bakteri dapat masuk ke kandung kemih melalui
uretra dan menjalar ke ginjal. Pielonefritis akut biasanya berlangsung
selama 1 – 2 minggu. Pielonefritis kronis dapat mengakibatkan inflamasi
berulang dan jaringan parut yang dapat menyebabkan terjadinya CKD.

f. Diabetes Melitus
Kadar glukosa yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya glikosilasi
protein membran basalis, sehingga terjadi penebalan selaput membran
basalis. Penumpukan zat serupa glikoprotein membran basalis juga
terjadi pada mesangium sehingga lambat laun kapiler-kapiler
glomerulus terdesak dan aliran darah terganggu yang dapat
menyebabkan glomerulo sklerosis dan hipertrofi nefron yang akan
menimbulkan nefropati diabetik.

g. Hipertensi
Peningkatan tekanan dan regangan yang kronik pada arteriol dan
glomeruli dapat menyebabkan sklerosis pada pembuluh darah glomeruli
atau glomerulosklerosis. Penurunan jumlah nefron akan menyebabkan
proses adaptif, yaitu meningkatnya aliran darah, peningkatan LFG, dan
peningkatan keluaran urin di dalam nefron yang masih bertahan. Proses
ini melibatkan hipertrofi dan vasodilatasi nefron serta perubahan
fungsional yang menurunkan tahanan vaskular dan reabsorbsi tubulus
di dalam nefron yang masih bertahan. Perubahan fungsi ginjal dalam
waktu yang lama dapat mengakibatkan kerusakan lebih lanjut pada
nefron yang ada.
17

Lesi-lesi sklerotik yang terbentuk semakin banyak sehingga dapat


menimbulkan obliterasi glomerulus yang mengakibatkan penurunan
fungsi ginjal lebih lanjut.

h. Obstruksi dan infeksi.

3. Patofisiologi CKD
Patofisologi gagal ginjal kronis tergantung pada penyakit yang
mendasarinya. Penurunan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural
dan fungsional nefron yang masih tersisa. Molekul vasoaktif seperti sitokin
dan growth factor memperantarai proses kompensasi ginjal. Proses
kompensasi ini akan mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi yang diikuti
oleh meningkatnya tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses
adaptasi akan berlangsung secara singkat dan dilanjutkan proses
maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa dan diikuti dengan
penurunan fungsi nefron yang progresif.
Peningkatan aktivitas aksis renin-angiotensin-aldosteron intrarenal juga
dapat mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, sklerosis, dan progresifitas.
Progresifitas CKD juga dapat dipengaruhi oleh albuminuria, hipertensi,
dislipidemia serta hiperglikemia.
Pada stadium awal CKD terdapat kehilangan daya cadang ginjal (renal
reserve) tetapi nilai GFR masih normal. Selanjutnya akan terjadi
penurunan nefron progresif yang ditandai dengan meningkatnya kadar
urea dan kreatinin serum. Pada LFG 60% penderita masih asimtomatik,
tetapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. LFG 30%
akan terjadi keluhan pada pasien seperti, nokturia, badan lemah, mual,
nafsu makan kurang dan penurunan berat badan. LFG di bawah 30%,
pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti,
anemia, peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan
kalsium, pruritus, mual, muntah, dan lain sebagainya. Pasien juga mudah
terkena infeksi seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran napas, infeksi
saluran cerna, gangguan keseimbangan air seperti hipo atau hipervolemi
serta gangguan keseimbangan elektrolit antara lain natrium dan kalium.
Pada LFG di bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih
serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal (renal
replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal (Kowalak,
2017).
18

4. Klasifikasi CKD
Klasifikasi CKD menurut (Kowalak, 2017) adalah:

Derajat Glomerulus Filtrate Rate


(GFR)
ml/menit/1,73m2
1 90
2 60 – 89
3a 45 – 59
3b 30 – 44
4 15 – 29
5 <15

5. Manifestasi Klinis CKD


Penyakit CKD dapat menimbulkan gejala klinis pada berbagai organ tubuh
antara lain (Brunner & Suddarth, 2018):
a. Manifestasi kardiovaskular
Hipertensi, congestive heart failure (CHF), edema pulmonal, dan
perikarditis.
19

b. Manifestasi dermatologis
Kulit menjadi putih berlilin akibat penimbunan pigmen urin dan
anemia, tekstur kulit kering dan bersisik, rambut menjadi rapuh, berubah
warna serta terdapat pruritus pada penderita uremia.
c. Manifestasi gastrointestinal
Anoreksia, nausea, vomiting, singultus, penurunan aliran saliva,
haus serta stomatitis.
d. Perubahan neuromuskular
Perubahan tingkat kesadaran dan mental, penurunan konsentrasi,
fasikulasi, dan konvulsi.
e. Perubahan hematologis
Perdarahan, keletihan dan letargi, sakit kepala, kelemahan, lebih
mudah mengantuk, pernapasan kussmaul bahkan koma.

6. Pemeriksaan Penunjang CKD


Pemeriksaan atau hasil pemeriksaan diagnostic yang mendukung
diagnosis CKD adalah (USRDS, 2017):
a. Sinar-X Abdomen
Melihat gambaran batu radio atau nefrokalsinosis.
b. Pielogramintravena
Jarang dilakukan karena potensi toksin, sering digunakan untuk
diagnosis batu ginjal.
c. Ultrasonografi ginjal
Bertujuan untuk melihat ginjal polikistik dan hidronefrosis, yang tidak
terlihat pada awal obstruksi, Ukuran ginjal biasanya normal pada
nefropati diabetic.
d. CT Scan
Berfungsi untuk melihat massa dan batu ginjal yang dapat menjadi
penyebab CKD.
e. MRI
Bertujuan untuk diagnosis thrombosis vena ginjal. Angiografi untuk
diagnosis stenosis arteri ginjal, meskipun arteriografi ginjal masih
menjadi pemeriksaan standart.
f. Voding cystourethogram (VCUG)
Pemeriksaan standart untuk diagnosis refluk vesikoureteral.
20

7. Penatalaksanaan CKD
Penanganan CKD dapat dilakukan dengan cara (USRDS, 2017):
a. Kepatuhan diet
Kepatuhan diet menerapkan prinsip diet rendah protein, natrium,
dan kalium yang berfungsi untuk mempertahankan fungsi ginjal secara
terus menerus. Penderita CKD harus dapat meluangkan waktu untuk
menjalani pengobatan yang dibutuhkan.
b. Terapi konservatif
Terapi konservatif berfungsi dalam mencegah memburuknya fungsi
ginjal secara progresif, memperbaiki metabolisme tubuh, mengurangi
keluhan akibat toksin azotemia serta memelihara keseimbangan cairan
dan elektrolit.
c. Terapi pengganti ginjal
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit CKD stadium 5
pada saat nilai GFR kurang dari 15 mL/menit. Terapi pengganti ginjal
terdiri dari hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal.

8. Komplikasi CKD
Komplikasi yang dapat dtimbulkan dari penyakit CKD adalah (Brunner &
Suddarth, 2018):
a. Penyakit tulang
Penurunan kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung akan
mengakibatkan dekasifilkasi matriks tulang, sehinggal tulang akan
menjadi rapuh (osteoporosis) dan jika berlangsung lama makan
menyebabkan phatologis.
b. Penyakit Kardiovaskuler
Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara
sistemik berupa hipertensi, kelainan lipid, inteloransi glukosa, dan
kelainan himodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri).
c. Anemia
Selain berfungsi sebagai sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam
rangkaian hormonal (endokrin). Sekresi eritropoetin yang mengalami
defisiensi di ginjal akan mengakibatkan penurunan hemoglobin.
d. Disfungsi seksual
21

Adanya ggangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering


mengalami penurunan dan terjadi impotensi pada pria. Pada wanita,
dapat terjadi hiperprolaktinemia.
9. Prognosis CKD
Terapi penggantian ginjal dapat mempertahankan orang tanpa batas
waktu dan memperpanjang hidup, tetapi kualitas hidup dipengaruhi secara
negatif. Transplantasi ginjal meningkatkan kelangsungan hidup orang
dengan GGK tahap 5 bila dibandingkan dengan pilihan lain. Selain
transplantasi, hemodialisis intensitas tinggi di rumah tampaknya terkait
dengan peningkatan kelangsungan hidup dan kualitas hidup yang lebih
besar, bila dibandingkan dengan hemodialisis konvensional tiga kali
seminggu dan dialisis peritoneum.
Orang dengan ESRD berada pada peningkatan risiko keseluruhan
untuk kanker. Risiko ini sangat tinggi pada orang yang lebih muda dan
secara bertahap berkurang seiring bertambahnya usia. Organisasi profesi
khusus medis merekomendasikan bahwa dokter tidak melakukan skrining
kanker rutin pada orang dengan harapan hidup terbatas karena ESRD
karena bukti tidak menunjukkan bahwa tes tersebut mengarah pada hasil
yang lebih baik (Centers for Disease Control and Prevention, 2017).
22

B. Laporan Kasus
1. Resume Kasus III (Chronic Kidney Disease (CKD)
a. Pengkajian Keperawatan
Tanggal MRS : 07 Agustus 2023
Tanggal Pengkajian : 07 Agustus 2023
NRM : 57.59.88
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Tanggal Lahir : 06 Maret 1987
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat :
2) Status Kesehatan Ini
a) Keluhan utama
Tn. A mengeluh sesak nafas
b) Riwayat penyakit sekarang
Tn. A datang dengan keluhan sesak nafas sejak 1 hari smrs,
sesak nafas tidak di pengaruhi cuaca, kaki bengkak sejak 1 minggu
terahir. Batuk (-), pilek (-), demam (-), BAB dan BAK normal. Tn. A
rencana HD hari ini. Tn. A mengatan jadwal HD setiap hari senin
dan kamis.
Hasil pengkajian didapatkan KU lemas, pucat, GCS 15, BB 68
Kg TB 160 cm. TD 210/100 mmHg, N 98 x/mnt, RR 28x/mnt, T
36.90C SPO2 96%. Hasil laboratorium: RBC 2,16 juta µ/L, WBC 7,7
ribu µ/L, PLT 153 mm3, HB 6,1 g/dL, HT 18%, Ureum 158 mg/dL,
dan Creatinine 14,7 mg/dL, Natrium 148 mmol/L dan Kalium 5,3
mmol/L.
Berdasarkan hasil kolaborasi dari dokter, Tn. A mendapat terapi
oksigenisasi nasal kanule 5 Lpm, IVFD RL gtt 10x/mnt, injeksi
furosemide 1x1 amp, injeksi omeprazole 2x1 vial, Amlodipin 1x10
mg, Candesartan 1x16 mg, Asam folat 3x1 tab, Spironolactone 1x25
mg, KSR 2x1 tab, tablet tambah darah 1x1 tab, transfuse PRC 3 kolf
dan Pro HD sesuai jadwal.

b. Diagnosis Keperawatan
Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas d.d mengeluh sesak
nafas, nafas dangkal RR 28x/mnt.
23

c. Intervensi Keperawatan

Diagnosis
Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
Keperawatan
Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen mual
efektif b.d
tindakan keperawatan Observasi:
hambatan upaya
nafas d.d selama 6 jam, sesak - Monitor TTV dan SPO2
mengeluh sesak
nafas berkurang - Mengidentifikasi dan
nafas, nafas
dangkal RR dengan kriteria hasil: mengelola kepatenan
28x/mnt.
- jalan nafas
- - Monitor pola nafas
- Tekanan ekspirasi (frekuensi,kedalaman
meningkat dan usaha nafas)
- Tekanan inspirasi Terapeutik
meningkat - Berikan teknik
- Dispnea nonfarmakologis.
meningkat - Modifikasi lingkungan
- Penggunaan otot yang nyaman.
bantu nafas Edukasi
meningkat - Anjurkan istirahat dan
- Pernafasan cuping tidur.
hidung menurun - Anjurkan makan dengan
- Frekuensi porsi kecil tapi sering.
pernafasan Kolaborasi
membaik - Pemberian obat
- Kedalaman nafas antiemetik.
membaik
- Ekskrusi dada
membaik

d. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Tanggal EVALUASI Paraf


/
Jam
18 April S Tn.Z mengatakan mual berkurang.
2022
24

07.30
O KU sedang lemas, GCS 15
TTV: TD 120/70 mmHg, N 80 x/mnt, RR 19x/mnt, T
36.50C.
A Nausea teratasi sebagian
P Intervensi dilanjutkan: Manajemen mual
- Identifikasi TTV.
- Monitor mual.
- Monitor intake output.
- Fasilitasi untuk istirahat
- Anjurkan menggunakan teknik
nonfarmakologis.
- Kolaborasi pemberian analgesik.
08.00 I - Mengkaji TTV pasien: TTV: TD 120/80 mmHg,
N 90 x/mnt, RR 20x/mnt, T 36.20C.
08.05 - Mengkaji frekuensi mual pasien: pasien masih
mual.
08.10 - Menganjurkan menggunakan terapi
nonfarmakologis: arometerapi.
12.00 - Memberikan terapi injeksi sesuai order dokter:
analgesik natrium diklofenak, antiemetik
ondansetron.
13.00 - Memberikan terapi cairan sesuai order dokter:
Kidmin flash.
13.30 E Tn.Z mengatakan masih sedikit mual, tapi sedikit
bertenaga
R Mengajarkan terapi nonfarmakologis: aromaterapi
atau air rebusan jahe
25

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Selama kegiatan orientasi khusus, penulis memilih 5 kasus pasien rawat
inap yang akan diobservasi dan dianalisis tentang penatalaksanaan penyakit
yaitu Chronic Kidney Disease (CKD).
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penyakit ginjal tahap akhir yang
ditandai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus <20%. CKD dapat
diakibatkan oleh adanya destruksi jaringan serta hilangnya fungsi ginjal yang
berlangsung progresif. Patofisologi gagal ginjal kronis tergantung pada
penyakit yang mendasarinya seperti DM, hipertensi, glomerulonefritis, dll.
Klasifikasi CKD dibagi menjadi 5 stage yang didasarkan pada nilai GFR.
Penanganan CKD dapat dilakukan dengan kepatuhan diet, terapi konservatif,
dan terapi pengganti ginjal (hemodialisis) (Kowalak, 2017; Brunner & Suddarth,
2018).
Hasil observasi yang dilakukan pada pasien CKD di RSUD Palembang
BARI, didapatkan bahwa pasien CKD berada pada stage 5 dan
penatalaksanaan yang diberikan sudah sesuai dengan teori dan penelitian
yang ada. Pasien akan dilakukan hemodialisis, pembatasan cairan, dan
pemantauan intake output. Pasien diberikan terapi oksigenisasi nasal kanule 5
Lpm, IVFD RL gtt 10x/mnt, injeksi furosemide 1x1 amp, injeksi omeprazole 2x1
vial, Amlodipin 1x10 mg, Candesartan 1x16 mg, Asam folat 3x1 tab,
Spironolactone 1x25 mg, KSR 2x1 tab, tablet tambah darah 1x1 tab, transfuse
PRC 3 kolf dan Pro HD sesuai jadwal. Pasien juga diajarkan teknik distraksi
dengan tehnik rilaksasi nafas dalam.
B. Saran
1. Laporan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi karyawan
RSUD Palembang BARI untuk mengetahui struktur organisasi, visi, misi
dan motto, lingkungan baru, nilai-nilai dan budaya organisasi Bidang
Keperawatan RSUD Palembang BARI.
2. Laporan ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi RSUD Palembang
BARI khusunya profesi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
pasien.
26

DAFTAR PUSTAKA

Agoes. (2013). Pengetahuan praktis ragam penyakit mematikan yang paling sering
menyerang kita. Jogjakarta: Buku Biru.
Bararah, T., & Jauhar, M. (2013). Asuhan keperawatan panduan lengkap menjadi
perawat profesional. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Bayhakki., & Hasneli, Y. (2017). Hubungan lama menjalani hemodialisis dengan
intra-dialytic weight gain (idwg) pada pasien hemodialisis. JKP, 5(3), 242 –
248.
Brunner., & Suddarth. (2018). Buku ajar keperawatan medikal bedah (Ed. 8).
Jakarta: EGC.
Cahyono, S. (2014). Batu empedu. Yogyakarta: Kanisus.
Centers for Disease Control and Prevention. (2017). National Chronic Kidney
Disease Fact Sheet 2017. US Department of Health and Human Services,
Center for Disease Control and Prevention. Diakses pada
https://www.cdc.gov/kidneydisease/pdf/kidney_factsheet.pdf.
Corwin. (2009). Patofisiologis: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.
Deters, L., Costabile, R., Leveille, R., Moore, C.. (2021). Benign Prostatic
Hyperplasia (BPH). Medscape. Diakses pada
https://emedicine.medscape.com/article/437359-overview
Diki, A. B. (2018). Pengaruh pembidaian terhadap penurunan skala nyeri pada
pasien fraktur di ruang igd rumah sakit tk ii dr a.k gani palembang tahun 2018.
Eknoyan, G., & Lameire, N. (2013). Kdigo 2012 clinical practice guideline for the
evaluation and management of chronic kidney disease. Kidney Int, 3(1), 81 –
90.
Febyan. F., Dhilion, H. R. S., Ndraha, S., & Tendean, M. (2017). Karakteristik
penderita kolelitiasis berdasarkan faktor risiko di Rumah Sakit Umum Daerah
Koja. Jurnal Kedokteran Meditek, 23(63), 50 – 56.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2018). Buku ajar fisiologi kedokteran (ed. 9). Jakarta:
EGC.
Hana, C. (2019). Orientasi Pegawai Baru RSUP Persahabatan. Diakses pada
https://rsuppersahabatan.co.id/berita/read/orientasi-pegawai-baru-rsup-
persahabatan.
Hariandja, M. T. E. (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia Pengadaan,
Pengembangan, Pengkompensasian, dan Peningkatan Produktivitas Pegawai
(P. G. W. Indonesia (ed.)).
27

Haryono, R. (2017). Keperawatan medical bedah sistem pencernaan. Yogyakarta:


Gosyen Publisher.
IDF. (2017). International Diabetes Federation (IDF) Diabetes Atlas Eighth edition:
International Diabetes Federation.
Khardori, R. (2017). Type 2 diabetes mellitus. Practice essentials.
Kowalak. (2011). Buku ajar patofisiologi. Jakarta: EGC.
Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen
keperawatan: teori dan aplikasi. Jakarta: EGC.
Nabu, M. (2019). Asuhan keperawatan pada nn. e.s dengan kolelitiasis di ruang
cendana rumah sakit bhayangkara drs. titus ully kupang. doi
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Noorisa, R., Apriliwati, D., Aziz, A., & Bayusentono, S. (2017). The characteristic of
patients with femoral fracture in department of orthopaedic and traumatology
rsud dr. Soetomo surabaya 2013 – 2016. JOINTS (Journal Orthopaedi and
Traumatology Surabaya), 6(1), 1 – 11. doi
https://doi.org/10.20473/JOINTS.V6I1.2017.1-11
Nurarif, H. A., & Kusuma, H. (2018). Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & nanda (north american nursing diagnosis association) nic-
noc. Yogyakarta: Mediaction Publishing.
Perkeni. (2019). Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2
di Indonesia 2011. Jakarta: PERKENI.
Profil RSUD Palembang BARI. Diakses pada https://rsudpbari.palembang.go.id
Purnomo, B. B. (2017). Dasar-dasar urologi, edisi ke-3. Malang: Sagung Seto.
Sjamsuhidajat., & Jong, D. (2017). Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: EGC.
Tanaja, J., Lopez, Richard, A., & Meer, J. M. (2019). Cholelithiasis. NCBI. Diakses
pada https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470440/
Tim Pokja PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan indonesia, ed.1. Jakarta:
DPP PPNI.
Tim Pokja PPNI. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia, ed.1. Jakarta:
DPP PPNI.
Tim Pokja PPNI. (2019). Standar luaran keperawatan indonesia, ed.1. Jakarta:
DPP PPNI.
USRDS. (2017). Chapter 1: incidence, prevalence, patient characteristics, and
treatment modalities. United States Renal Data System, 69.
https://doi.org/10.1053/j.ajkd.2017.01.020.
Zen, S. (2019). Mengenali fraktur atau keretakan. Alaf Media.
28

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai