Anda di halaman 1dari 9

AXELONA

AXEL & ILONA

LOKKA | AXELONA | January 1, 2023


Chapter 1
Pernahkah kamu merasa disukai, hanya karena dia menatap dan tersenyum ke arahmu?
Atau kamu merasa sangat spesial baginya, karena dia mengutamakan kepentinganmu?

Ilona Deuline, wanita ini sedang merasakan indahnya perasaan jatuh cinta. Ia tiada henti
memikirkan hal-hal manis yang sudah terjadi dan terus mengangan-angankan kisah yang hanya
ada di pikirannya. Sosok gadis itu kini sudah berpenampilan rapi dengan seragam putih abu-abu,
lengkap dengan perlengakapan praktikum yang harus dia bawa untuk kelas biologi nanti.

“ma, aku berangkat ya.” Teriak gadis itu sembari berjalan dari dalam kamar.

“kamu gak makan dulu?”

“aku makan di kantin aja ya ma.”

“silahkan, tapi kamu jangan banyak ngeluh kalau kamu sakit perut ya,” ucap Kirana, sang Ibu.

Ilona memberi reaksi peace, menandakan ia merasa bersalah atas keputusannya, “lain kali aku gak
akan telat bangun. DAN gak lupa sarapan,” ucapnya sembari memeluk Kirana.

“udah? Yuk, jangan drama.” Sang kakak, Bima mengeluarkan kalimat sebagai pengakhir sesi
pelukan antara ibu dan anak perempuannya. Akibatnya Ilona dan Kirana tertawa, mereka
mengejek bima dengan raut wajah penuh canda.

“pergi dulu ya ma,” pamit bima. Kirana menahan tangan bima dan membawa bima ke dalam
pelukannya. Sesaat kemudian bima mengurai pelukan dan berjalan menuju sepeda motor yang
sudah ia panaskan sejak tadi.

“hati-hati ya nak,” ucap Kirana tersenyum.

“bye ma.” Ilona mengikuti bima dari belakang.

Bima dan Ilona kehilangan sosok ayah sejak mereka berada di bangku SMP. Sejak saat itu, hanya
sang mama yang terus bekerja agar mereka dapat tetap bersekolah dan mendapatkan kesempatan
yang sama seperti orang yang mempunyai orang tua yang lengkap. Kehidupan seperti ini memang
jika hanya di baca dan ditonton kelihatannya indah dan penuh haru, hanya kisah ini sebenarnya
mungkin jauh dari yang kalian pernah bayangkan.

***

TENG TENG TENG

Bel yang sangat dikenali anak SMA NUSA BANGSA kini berdentang keras, menandakan saatnya
istirahat kelas. Ilona dan teman kelompoknya memilih untuk tidak ke kantin melainkan
mempersiapkan peralatan praktikum, itu mereka lakukan karena kelompok mereka bertugas untuk
presentasi tentang materi praktikum hari ini. Mereka mulai mengeluarkan tumbuhan toge dan
jagung kecil yang memiliki ukuran tinggi dan lebar berbeda.

“cindy, tolong tulis di kertas keterangan interval tanggal dan hari di setiap pot togenya dong,” ujar
bastian.

PAGE 1
“oke bas.”

“oh iya na, kamu bisa gak satuin jadi pdf semua dokumentasi perubahan-perubahannya?” tanya
bastian, dialah sosok ketua kelompok tim mereka.

“aku kirim ke grup kelas pelajaran bio langsung bas? Tanya ilona memastkan.

“kayaknya nanti aja deh, tunggu arahan dari ibu.”

Mereka berbagi tugas dan saling membantu saat yang lain kesulitan. Tampak tidak nyata, akan
tetapi mendapatkan kelompok seperti ini adalah sebuah anugerah yang digemari oleh pelajar yang
giat belajar seperti ilona. Dia selalu menceritakan tim praktikum biologinya ini kepada kirana.
Akibatnya, kirana hampir mengenali mereka semua tanpa punya interaksi yang begitu lama.

“oke, sekarang kalian makan aja dulu. Masih ada 15 menit waktu untuk istirahat.” Ujar Bastian saat
semua pekerjaan mereka selesai.

“yuk kantin na,” ajak cindy.

“bentar ya, aku panggil ela.”

“lah, dia tadi udah luan ke kanti na. Udah bilang juga kok tadi, kamu aja yang gak denger.”

Ilona mengangguk paham, “yaudah yuk cin.”

“kamu mau titip gak bas?” tanya cindy sopan.

“engga, aku bawa bekal cin. Kalian aja,” saut bastian.

Bastian ini adalah sosok yang begitu rapi dan terorganisir. Semua yang dia lakukan selalu sempurna
di mata teman-temannya, sehingga semua orang tampak sangat segan dan hormat kepadanya.
Bastian juga loyal terhadap teman-teman sekelasnya, Sangat jarang menemui pemuda seperti
bastian ini. Ia juga memiliki paras yang manis, tak jarang para perempuan menyatakan perasaannya
kepada bastian, secara langsung maupun tidak, hanya saja sikap bastian yang terkadang dingin,
membuat perempuan takut saat ingin mendekati pria ini.

Cindy adalah salah satu gadis yang menyukai bastian, dia begitu lama meggemari bastian dan terus
berusaha mendekati tanpa terlihat agresif dimata bastian. Ela dan Ilona lah yang menjadi saksi dan
tempat cindy untuk sekedar curhat maupun berkeluh kesah.

“na, kamu nyari apa? Dari tadi nengok ke lapangan mulu. Yang di lapangan anak kelas 10 na, adik
kelas. Kan kamu gak suka adik-adik.”

“gapapa, aku Cuma liat-liat doang.” Ilona kembali sadar atas sikapnya yang tak biasa. Ia berhenti
berharap akan kehadiran sosok yang dia inginkan kehadirannya.

“oh iya, kamu belum cerita kemarin pas acara Tour sekolahnya. Katanya kamu sakit ya?”

“Ela tuh lebih-lebihin cerita, engga banget deh.” Ilona tertawa.

“se-enggak bangetnya tuh tetap besti kamu woi.”

PAGE 2
“males aku sama kalian berdua, gak setia. Awalnya mau berangkat bareng, akhirnya aku malah
ditinggal. Masalahnya kalian tuh gak ikut sih, aku masih kesal deh kalau ngingat.”

“yah sorry, namanya maaf.” Cindy tersenyum melas.

“eh, itu kak bima sama siapa ya?” tiba-tiba cindy dan ilona berhenti berjalan, mereka mulai
memfokuskan pandangan kepada arah tangan cindy. “kayaknya aku baru liat deh, soalnya belum
ada setau diri ini pria yang lebih tampan dan berkharisma dari my future husband, bastian.”

“gak malu kamu bilang begitu?” ilona tertawa.

“woi, beliau ngeliat kesini na.” Cindy berkata-kata dengan suara yang sangat kecil, mengurangi
mimik seperti sedang membicarakan tentang siapapun. Berkating seperti hanya sedang
mengatakan ‘langit lagi bagus-bagusnya ya’. Ia sangat ahli menghindari hal-hal memalukan.

Akan tetapi takdir dari surga memberikan kisah penuh rasa berdebar. Kini pria itu dan beberapa
teman prianya, yang dimana bima juga salah satunya berjalan tepat ke arah mereka. Seperti hujan
di tengah terik matahari, rasa tidak senang dan kurang nyaman timbul pada perasaan cindy dan
juga ilona.

“lah, kenapa mereka jadi kesini yak? kabur yuk na.” Lagi-lagi cindy berkating seperti terlihat biasa
saja.

BUGH

Belum sempat terjadi interaksi apa-apa, suara pukulan keras ternyata menarik perhatian hampir
banyak anak SMA NUSA BANGSA. Dua orang pria kedapatan sedang berkelahi di lapangan, hal itu
memberi banyak sorakkan diantara teman-teman timnya. Bebrapa ada yang mulai melerai,
sebagian hanya menonton, akan tetapi gadis-gadis haus konten mulai asik mem-video kan hal itu.

Kejadian itu mengundang semakin banyak perhatian. Mereka mulai dikelilingi banyak siswa
sekolah. Bima dan 3 orang temannya itu berjalan mendekat, mereka diberi jalan oleh perempuan-
perempuan kepo akan masalah non-akademik.

“woi, ngapain sih. bukan gitu cara mukul yang bener.”

Sontak ucapan itu membuat banyak orang semakin julid dan dunianpergunjingan semakin panas.

“oh itu anak Joy Aditya yang kemarin dibilang sama si Dina?”

“siapa itu, jangan-jangan jodoh gue?”

“anak baru itu ya?”

“lah, kok saiya baru tahu sih?”

“ganteng banget oi.”

“siapa sih namanya?”

“senior baru guys.”

PAGE 3
“anak holang kaiya guys.”

“oh gini rasanya kalau penduduk sekolah punya most wanted ya?”

“axel guys, namanya axel.”

“mana badannya bagus lagi. Gue banget.”

“fix, cowok idaman.”

“sok pahlawan, palingan bajingan juga.”

“sekolah pasti penuh drama, mau ala-ala korea nih gue liat.”

“jangan lupa bayar uang kas woi, jangan nunggak mulu lo pada.”

“bendahara tolong tutup mata, tutup kuping, tutup mulut, dan tutup usia. Dah kayak admin pinjol
lu!”

Axel, pria itu tampak dengan mudah menarik pria yang berada di atas tubuh lawannya agar berdiri.
Bima dengan sigap membantu pria yang maish berapi-api ingin menyerang balik. Tidak terima di
beri tatapan seperti itu, lawannya kembali ingin memukul dan memberi pelajaran, akan tetapi bima
dan axel menahan dengan kuat agar perkelahian tidak terjadi lagi.

“ngapain sih lu pada? Masih bocah juga. Jangan belagu dek,” ucap axel tenang dan santai.

Beberapa orang tertawa dan kembali asik berjulid ria.

“kalian kalau main, main sehat. Ngapain buang tenaga buat pukul-pukulan karna emosi, kalau
capek itu gak usah main. Jangan malah mukul.” Bima mulai memberi nasihat.

“BUBAR, BUBAR LO SEMUA!” teriak peter, sahabat bima.

“yahh, cepet banget dah.”

“gak seru.”

“sok banget woi, ngapain nyuruh bubar, pemilik sekolah?”

“ribut lagi dong, jangan damai!”

Seruan-seruan itu terdengar saat kumpulan orang-orang mulai berpergian. Beberapa ada yang
malah duduk di bangku penonton dekat lapangan, ingin memperhatikan adegan-adegan drama
selanjutnya. Sedangkan Cindy dan ilona malah masih terpaku melihat dua orang yang wajahnya
penuh dengan bekas luka.

“sam, ayok. Udahlah, ntar gak enak sama pelatih juga,” teriak anak tim basket yang sudah mulai
bubar dari lapangan. Seruan itu menggerakkan dua org yang bertengkar tadi ikut pergi dari
lapangan, masing-masing dengan timnya. Tidak ada permintaan maaf, apalagi drama pelukan.
Semua terjadi seperti naluri lelaki yang acuh dan tergolong kaku.

PAGE 4
“sana makan, Kok masih disini? udah mau masuk itu.” Bima berucap, mengingatkan ilona yang
belum sarapan sejak pagi.

TENG TENG TENG

Sebelum mereka sempat pergi ke kantin, Suara bel sudah memberi tanda jam pelajaran harus
segera dimulai. Ilona dan cindy saling memberi tatapan sedih. Mereka harus masuk jam kelas
dengan perut yang menderita kelaparan.

“tunggu istirahat kedua aja ya cin,” ujar ilona.

Cindy mengangguk pertanda stuju.

“kalian juga ngapain sih liat-liat yang begini? Gak takut apa?” tanya peter cuek.

“lo kok marah? Hamil?” jawaban axel yang santai membuat Arya, si cowok paling santuy dan
beberapa orang didekat mereka tertawa.

“udahlah, kalian makan aja. Telat dikit gak ngaruh sih menurut gue,” ucap arya yang sedari tadi
hanya memperhatikan semua kejadian dengan tenang. Ia sangat enggan ikut campur dalam
kericuhan atau drama yang menurutnya tidak penting.

“yuk, mau di antar?” ucapan axel membuat bima dan tema-temannya sedikit was-was.

“loh, kok tiba-tiba?” saut peter.

“lah, emang kenapa?” kembali axel berucap dengan tenang.

Ia berjalan ke sisi ilona yang berada agak jauh dari posisinya yang semula.

“gak usah deket-deket juga kali,” bima merasa aneh dengan perubahan atmosfer di sekeliling
mereka.

“takutnya ilona gak bisa denger suara gua jelas bim.” Axel memberi senyum manis. Kini ia berada
tepat didekat ilona dan cindy.

“kayaknya gak perlu kak, kita udah mau masuk.” Cindy terpaksa menjawab, sebab ia tidak melihat
tanda-tanda ilona ingin menjawab. Ia malah melihat ilona seperti patung berdiri, karena ia juga
merasakan hal yang hampir sama. Dikelilingi oleh pria dengan aura yang dominan membuat
nuansa berdebar tidak karuan, itu berdampak tidak baik pada kesehatan jantung cindy.

“emang gurunya siapa? Ntar bisa deh dipermisiin,” ucap bima berargumen.

“mau presentasi ini kak, sorry ya. Lain kali aja,” ujar cindy. Ia memberi isyarat pada ilona agar
mereka segera pergi. Kalau tidak mungkin mereka akan berakhir tidak baik-baik saja dengan
bastian.

“permisi ya kak.” Cindy di ikuti oleh ilona mulai beranjak menjauh.

Axel memberi tatapan penuh arti pada ilona, hanya saja ilona malah memperhatikan bima dan
peter yang sedikit mengangguk.

PAGE 5
“gilak, aku pasokan oksigen yang banyak.” Cindy

“apaan sih cin, udah ayuk jalan terus.” Ilona memberi kesadaran yang kuat akan kelas praktikum
yang mungkin sudah akan dimulai.

“kamu gak liat tadi kak axel ngedeketin kita? Oh my God, jangan-jangan dia suka sama aku?” cindy
mulai menghalu. Dia begitu tidak mengerti kisah yang sudah terjadi, tepat saat kegiatan tour
minggu lalu dimulai.

“gak usah dipikiri,” saut ilona. Mereka sembari berbincang tetap melangkah dengan kecepatan
maksimal. Guna meminimalisir keterlambatan.

“bas, itu cindy sama ilona.” Ela memberi informasi secepat kilat pada bastian yang mulai
menampilkan slide PPT. Mereka juga harus menyampaikan mater-materi penunjang, agar teman-
temannya dapat mengerti perbedaan tanaman yang tumbuh cepat jika tidak terkena sinar matahari,
dengan tanaman yang sedikit lebih lama tumbuh tinggi saat berada dibawah sinar matahari.

“untung ibu belum masuk,” ujar cindy penuh rasa syukur. Namun, ia dan ilona dengan segera
mengambil botol minuman mereka masing-masing, karena merasa lelah dan sedikit dehidrasi.

“kayaknya ibu telat, kita tunggu aja ya.” Bastian sudah menyiapkan kursi pemateri di bagian dekat
meja guru. Dia dengan detail memastikan semua berjalan dengan baik.

“oh iya na, kamu udah bisa kirim pdf nya ke grup praktikum bio ya.”

“oke bas.” Ilona mengambil ponsel. Sesaat setelah ia menyalakan data seluler miliknya, notifikasi
mulai masuk. Ilona membuka grup kelas praktikum mereka dan mengirim pdf dokumentasi dan
sedikit materi yang diperlukan sebagai informasi penting. Ilona dengan sengaja membuka chat
pribadi yang sengaja dibisukan.

Semua chat pribadi sengaja ia buat disitu, sedangkan grup tidak perlu disembunyikan. Alasannya ia
ingin privasi. Chat-chat dari ela dan bastian serta beberapa chat pribadi yang lainnya belum sempat
ia jawab satu per satu, Ia merasa kehadirannya sekarang sudah menjawab pertanyaan mereka. Akan
tetapi chat ela yang berada pada urutan pertama tiba-tiba terganti dengan chat atas nama ‘kak
Axel’. Sontak ilona melihat kanan kiri, ia ragu membaca pesan tersebut. Alhasil ia malah menon-
aktifkan ponsel miliknya. Ia tidak siap mental, seperti yang cindy katakan, ia akan butuh pasokan
oksigen yang banyak.

“ibu udah datang, diem woi,” ucap bagas, pria yang mengaku sebagai preman kelas 11 ipa 1.

“selamat siang, maaf ibu telat.”

“iya bu.”

“baiklah, kelompok presentasi silahkan memulai presentasinya ya.” Ibu guru mulai memberi arahan.
Ilona dan timnya duduk di kursi yang sudah disediakan, sedangkan teman-temannya duduk di
tempat masing-masing dan memberi perhatian pada kelompok presentasi di depan.

Bastian dengan bijak akhirnya memulai presentasi mereka. “selamat siang teman-teman.”

PAGE 6
Chapter 2
Jatuh cinta dianggap menjadi kisah klasik yang selalu terulang dengan pola yang tidak
jauh beda. Namun saat kamu mengalaminya, bahkan siapapun tak bisa memberi nasihat
padamu.

“malas gue masuk kelas pak Pranowo. Tiap minggu perasaanya sama mulu yang dijelasin. Kek gada
perkembangan tau gak,” ujar peter setelah cindy dan ilona pergi.

“bolos sekali gak ngaruh sih. Yuk kantin.” Arya berjalan lebih dulu ke kantin.

Pasalnya mereka memang belum ke kantin tadi. Sengaja tidak buru-buru, karena keadaan kantin
saat bel berbunyi seperti pasar tradisional yang ribut. Sehingga mereka memutuskan ke kantin saat
keadaan sudah agak tenang.

Peter, Axel dan bima mengikuti arya.

PAGE 7
PAGE 8

Anda mungkin juga menyukai