“Unsur Utama Suasana Kelompok, Peranan Anggota dan Pemimpin Kelompok Serta
Bentuk Bimbingan dan Konseling Kelompok”
Dosen Pengampu:
Dra. Zikra., M.Pd., Kons
Oleh:
Yunia Ritika
21006102
2023
Unsur Utama Suasana Kelompok, Peranan Anggota dan Pemimpin Kelompok Serta
Bentuk Bimbingan dan Konseling Kelompok
Segi lain, kesempatan mengemukakan pendapat, tanggapan, dan berbagai reaksi pun
dapat merupakan peluang yang amat berharga bagi perorangan yang bersangkutan.
Kesempatan timbal balik inilah yang merupakan dinamika dari kehidupan kelompok
(dinamika kelompok) yang akan membawakan kemanfaatan bagi para anggotanya. Apabila
disebut kemanfaatan di sini, tidaklah berarti bahwa suasana kelompok selalu serba
menyenangkan, melegakan ataupun bersifat menguntungkan bagi setiap peserta kelompok.
Tujuan bersama adalah pusat dari kegiatan atau kehidupan kelompok. Kelompok
tugas tujuan bersama kelompok jelas, yaitu menjalankan tugas yang dibebankan kepada
kelompok itu. Hal ini, semua anggota kelompok memusatkan dirinya untuk tujuan itu.
Kelompok bebas tujuan bersama pada mulanya kabur, dan justru kelompok itu sendirilah
yang harus menetapkan tujuan yang akan mereka capai. Pada umumnya, tujuan bersama
dalam "kelompok bebas" ialah pengembangan pribadi masing-masing anggota kelompok.
Tujuan ini pun masih kabur, yang lebih nyata (konkret), berbunyi: "agar masing-masing
anggota dapat mengemukakan apa yang dipikirkan dan dirasakannya serta memperoleh
tanggapan dan reaksi dari anggota lainnya". Tujuan yang nyata, baik dalam "kelompok
tugas" maupun "kelompok bebas" hendaknya dimengerti dan diterima oleh semua anggota
kelompok, sehingga masing-masing akan bertindak sesuai dengan tujuan itu. Tanpa adanya
tujuan bersama yang nyata, dimengerti dan diterima itu, maka kelompok itu akan kacau,
dan bahkan para anggota di dalam kelompok itu akan merasa tidak mantap dan suasana
mencekam pun dapat terjadi.
3. Hubungan Langsung antara Besarnya Kelompok dengan Sifat Kehidupan Kelompok
Hal ini ada beberapa jenis kelompok menurut jumlah anggotanya, misalnya
Kelompok 2, Kelompok 3, Kelompok 4-8, Kelompok 8-30. Kelompok 2, yaitu kelompok yang
anggotanya hanya dua orang. Kelompok ini adalah kelompok yang paling ideal untuk
terciptanya keakraban yang paling tinggi, tetapi bahayanya ada juga, yaitu kemungkinan
timbulnya pertentangan atau pertengkaran di antara mereka berdua. Suasana negatif paling
besar kemungkinannya untuk timbul pada kelompok ini dibandingkan dengan pada jenis
kelompok lain.
Kelompok 3, yaitu kelompok yang terdiri atas tiga orang. Dinamika saling hubungan
segitiga mungkin dapat tumbuh dengan baik, tetapi bahayanya yang terbesar ialah, salah
seorang anggota menjadi terasing jika dua anggota yang lain membuat suatu "persekutuan".
Sikap dan rasa iri, cemburu, dan sebagainya dapat timbul akibat persekutuan dan
pengasingan itu. Kelompok tugas biasanya kelompok yang beranggota tiga orang itu akan
lebih dapat bekerja secara efektif dibandingkan dengan untuk kelompok bebas.
Kelompok 4-8 orang adalah kelompok yang besarnya sedang yang dapat
diselenggarakan dalam rangka bimbingan dan konseling. Jika pun kelompok initidak dipimpin
oleh pembimbing kelompok (ahli), kelompok sedang ini pun dapat memilih pemimpinnya
sendiri atau setidak-tidaknya dapat menentukan aturan-aturan tertentu sebagai pegangan bagi
kegiatan seluruh anggota. Kelompok yang sedang besarnya ini biasanya mudah dikendalikan.
Di sampingitu, dalam kelompok sedang itu dapat dimunculkan keragaman di antara anggota-
anggotanya sehingga suasana dinamika kehidupan kelompok dapat hangat.
Kelompok 8-30 orang merupakan kelompok yang baik untuk tujuan- tujuan
pendidikan tertentu. Kelompok ini kurang efektif untuk menciptakan keakraban sosial dalam
waktu yang singkat. Jika untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya latihan kepemimpinan,
latihan menghilangkan rasa malu berbicara di muka orang banyak, dan sebagainya, kelompok
ini amat bermanfaat.
4. Itikad dan Sikap Para Anggota Kelompok
Itikad dan sikap para anggota kelompok sangat menentukan kehidupan kelompok.
Itikad baik, dalam arti tidak mau menang sendiri, tidak sekedar menanggapi atau menyerang
pendapat orang lain, dan sebagainya sangat penting. Sikap para anggota yang dimaksud
adalah bahwa setiap anggota dapat memberikan waktu dan kesempatan kepada anggota lain
untuk mengemukakan pendapatnya secara leluasa. Jika itikad dan sikap seperti ini tidak
berkembang di dalam kelompok, maka kehidupan kelompok yang baik terancam.
Jika dalam kelompok itu para anggota merasa terkungkung, tidak bebas atau mereka
merasa terpaksa berada di dalam kelompok itu, maka kehidupan kelompok pun bisa macet.
Hal ini tidak berarti bahwa semua anggota kelompok harus merasa bebas dan sukarela
memasuki kelompok itu sejak awal kelompok itu memulai kegiatannya. Tuntutan seperti ini
seringkali tidak dapat dipenuhi. Beberapa atau bahkan banyak di antara anggota itu mula-
mula memasuki kelompok dengan rasa enggan atau tidak tahu apa-apa tentang kehidupan
kelompok itu. Hal ini, justru menjadi tugas utama pemimpin kelompoklah membawa mereka
itu menjadi anggota yang benar-benar siap ikut serta dalam kegiatan kelompok dengan itikad
dan sikap yang baik.
5. Kemandirian dan Pengendalian Diri
Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam proses kehidupan kelompok.
Tanpa anggota tidaklah mungkin ada kelompok. Kegiatan ataupun kehidupan kelompok itu
sebagian besar didasarkan atas peranan para anggotanya. Peranan kelompok tidak akan
terwujud tanpa keikutsertaan secara aktif para anggota kelompok, dan bahkan lebih dari itu,
dalam batas-batas tertentu suatu kelompok dapat melakukan kegiatan tanpa kehadiran
gerakan pemimpin kelompok sama sekali. Secara ringkas, peranan para anggota kelompok
sangatlah menentukan. Lebih tegas dapat dikatakan bahwa anggota kelompok justru
merupakan badan dan juga kelompok itu.
Para anggota kelompok adalah orang-orang yang pada dasarnya tergolong normal,
yang menghadapi berbagai masalah yang tidak memerlukan perubahan secara klinis dalam
struktur kepribadian untuk mengatasinya. Para anggota kelompok dapat memanfaatkan
suasana komunikasi antarpribadi dalam kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan
penerimaan terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan hidup, serta untuk belajar atau
menghilangkan suatu sikap dan perilaku tertentu (Syarqawi, 2009). Tidak semua kumpulan
atau individu dapat dijadikan anggota bimbingan kelompok. Terselenggaranya bimbingan
kelompok seorang konselor harus membentuk kumpulan individu menjadi sebuah kelompok.
Besarnya kelompok (jumlah anggota kelompok), dan homogenitas atau heterogenitas
anggota kelompok dapat mempengaruhi kinerja kelompok. Sebaiknya jumlah kelompok
tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil (Nafsiatun & Rahardjo, 2021).
Terselenggara dinamika kelompok yang benar-benar hidup, mengarah kepada tujuan
yang ingin dicapai, dan membuahkan manfaat bagi masing- masing anggota kelompok.
Peranan anggota kelompok amat menentukan. Menurut Prayitno et al. (2017) peranan yang
hendaknya dimainkan oleh anggota kelompok agar dinamika kelompok itu benar-benar
seperti yang diharapkan ialah sebagai berikut.
a. Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar- anggota
kelompok.
b. Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatankelompok.
c. Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuanbersama.
d. Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinyadengan baik.
e. Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan
kelompok.
f. Mampu berkomunikasi secara terbuka.
Sosiodrama termasuk salah satu kegiatan bermain peran (Role playing). Sesuai dengan
namanya, teknik ini dipergunakan untuk memecahkan masalah- masalah sosial. Siswa atau
kelompok individu yang diberi bimbingan, sebagian diberi peran sesuai dengan jalan cerita
yang disiapkan. Selesai permainan dilaksanakan, diadakan diskusi tentang pemeran, jalan
cerita, dan ketepatan pemecahan masalah dalam cerita tersebut.
7. Psikodrama
Sama dengan sosiodrama, psikodrama juga merupakan kegiatan bermain peran.
Perbedaannya terletak pada jenis masalahnya. Psikodrama dimaksudkan untuk memecahkan
masalah-masalah psikis yang dialami oleh individu. Memainkan peran-peran tertentu,
diharapkan konflik-konflik psikologis yang dialami oleh individu dapat terpecahkan.
Psikodrama mempunyai fungsi pedagogis maupun diagnostik. Pelaksanaan dimulai dengan
penyusunan alur cerita, pemilihan pemeran, pelaksanaan, dan diakhiri dengan diskusi.
Pemeran dapat dipilih individu yang mempunyai konflik kejiwaan yang sesuai dengan jalan
cerita. Diharapkan, konflik-konflik dan ketegangan- ketegangan yang dialami oleh pemeran
dapat dikurangi atau dihilangkan.
8. Remedial Teaching
Pengajaran remedial diberikan kepada siswa yang memiliki kesulitan belajar pada
mata pelajaran tertentu. Bentuknya berupa tambahan pelajaran, pengulangan latihan-latihan,
atau penanganan aspek-aspek tertentu sesuai jenis dan tingkat kesulitannya, maka harus
didahului oleh diagnosis kesulitan belajar, yaitu penentuan jenis dan tingkat kesulitan.
Sesudah ditemukan, barulah pengajaran remedial dapat dilaksanakan. Melaksanakan
kegiatan ini, pembimbing dapat bekerja sama dengan guru bidang studi. Jika kesulitan belajar
dialami oleh sekelompok siswa, dapat dilaksanakan secara kelompok, namun dapat juga
diberikan secara individual.
DAFTAR PUSTAKA
Nafsiatun, S., & Rahardjo, S. (2021). Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam
Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa SMP Nu Al-Ma’ruf Kudus. Angewandte
Chemie International Edition, 6(11), 951–952., 2013–2015.
Prayitno, Afdal, Ifdil, & Ardi, Z. (2017). Layanan Bimbingan Kelompok Dan Konseling
Kelompok. Bogor: Ghalia Indonesia.
Syarqawi, A. (2009). Tipe Anggota Dalam Mengikuti Proses Konseling Kelompok Pada
Satuan Pendidikan. 39–55.