Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI PASCA


PANEN

PENGGUNAAN KALIUM PERMANGANAT ATAU KMNO4


UNTUK MENUNUDA PEMATANGAN BUAH PEPAYA

Clara Margareth Sinaga


05031382126078

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Penanganan pasca panen pada buah memiliki peranan yang penting dalam
menentukan kualitas buah. Tingkat kematangan buah merupakan salah satu acuan
dalam sortasi dan grading buah-buahan. Para produsen buah melakukan berbagai
perlakuan pematangan buah untuk memperoleh kematangan yang seragam. Salah
satunya dengan penggunaan karbit, namun pemanfaatan karbit memiliki banyak
kekurangan. Buah yang tergolong kedalam buah klimakterik akan terus
mengalami respirasi dan hal tersebut akan berhubungan dengan peningkatan laju
etilen. Proses pematangan buah dapat dipercepat dengan beberapa cara,
diantaranya yaitu dengan menggunakan etilen. Etilen terdiri atas etilen gas
(karbit) dan etilen cair (ethrel). Etilen merupakan hormon pematangan yang
produksinya akan mengalami peningkatan dengan cepat hingga buah mengalami
pembusukan. Sehingga zat etilen memiliki peran dalam proses pematangannya
(Kusumiyati et al., 2018).
Buah klimaterik adalah buah setelah dipanen mengalami laju respirasi yang
terus meningkat dan terjadi proses pematangan. Faktor yang perlu diperhatikan
dalam penanganan panen dan pascapanen buah antara lain suhu, kelembaban, laju
respirasi, etilen, kandungan nutrisi, kandungan gula, kesegaran produk dan
keamanan pangan. Konsentrasi etilen yang diproduksi dari buah pascapanen dan
laju respirasi yang tinggi dapat mempercepat proses pembusukan pada buah-
buahan. Produksi etilen berkontribusi pada munculnya tanda-tanda kerusakan dan
etilen sangat aktif memacu enzim-enzim hidrofobik seperti pektin esterase,
amylase, invertase, selulase dan klorofilase yang berperan dalam pelunakan dan
pewarnaan yang tidak diinginkan oleh konsumen (Arti dan Manurung, 2020).
Selama pematangan dalam buah klimaterik, etilen mengatur perubahan warna dan
reduksi kadar klorofil, peningkatan karotenoid atau antosianin, gula dan
biosintesis senyawa organik yang mudah menguap (VOC) (Iqbal et al., 2017).

1.2. Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk mengetahui pengaruh etilen pada
pematangan buah alpukat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Enzim Klorofilase


Klorofilase (Chlase) merupakan salah satu enzim yang terlibat dalam
degradasi klorofil. Pembentukan klorofilid dikatalisis secara enzimatik oleh
adanya enzim klorofilase. Enzim klorofilase biasa ditemukan dalam jaringan
tanaman hijau. Enzim klorofilase dapat menghidrolisis gugus fitol dari klorofil
sehingga terlepas membentuk klorofilid. Penghilangan gugus fitol dari klorofil
akan menghasilkan molekul klorofilid yang bersifat polar dan larut dalam air.
Enzim ini berfungsi dalam mendegradasi klorofil menjadi fitol dan klorofilid.
Enzim klorofilase termasuk jenis enzim esterase. Enzim klorofilase bersifat dapat
mengkatalisis hidrolisis ikatan ester antara residu asam 7-propionat. Enzim
klorofilase hanya aktif pada temperatur kamar (suhu kamar) jika ada pelarut-
pelarut organik. Sedangkan dalam pelarut air, fungsi enzim klorofilase akan
optimum pada kisaran temperatur 65 - 75°C. Beberapa literatur menunjukkan
bahwa ktivitas enzim klorofilase yang tinggi ada pada tanaman-tanaman herba
(Sitepu dan Heryanto, 2018).

2.2. Gas Etilen


Hormon untuk memasakkan buah secara manual adalah gas etilen. Gas etilen
merupakan hormon utama pada tumbuhan yang memengaruhi beragam proses
dalam pertumbuhan, perkembangan, dan respons stres sepanjang siklus hidup
tanaman. Produk hortikultura menghasilkan etilen untuk dimanfaatkan dalam
berbagai proses pada fase pemasakan dan pematangan buah. Fase pematangan
buah terjadi pada akhir fase perkembangan buah saat masih berada di pohon dan
awal fase penuaan buah setelah proses pemanenan. Keberadaan etilen perlu
dikendalikan agar buah tetap segar dan layak konsumsi. Gas etilen memiliki peran
besar terhadap proses kematangan (maturation) dan pemasakan (ripening) pada
buah klimaterik. Etilen dapat berupa etilen alami yang diproduksi dan dikandung
secara alami dari buah itu sendiri atau etilen buatan (sintesis) berupa gas C4H4
terkompresi yang diencerkan ke udara untuk mendukung dan mempercepat
pematangan buah. Pengaruh gas etilen pada komoditas dipengaruhi oleh
sensitifitas komoditas terhadap etilen, konsentrasi etilen dan lama paparan etilen
(Fauzi et al., 2018).
2.3. HCl
Asam klorida (HCl) adalah senyawa yang fleksibel dan dapat digunakan untuk
produksi berbagai industri seperti dalam proses permunian logam seperti timah,
proses electroplating, bahan penghilang kerak pada boiler, sebagai katalis, sebagai
pelarut dalam sintesis bahan organik, produksi pupuk dan pestisida, bahan baku
pewarna, reagen dalam hidrolisis pati dan protein dalam industri makanan, sektor
fotografi, tekstil, dan karet. Bahan baku yang terjangkau dalam memproduksi
asam klorida adalah garam klorida seperti NaCl. Poduksi HCl secara massal dapat
dilakukan melalui dua cara yaitu proses sintesis langsung dari gas hidrogen dan
klorin yang didapat dari elektrolisis larutan NaCl dan pembuatan dengan proses
kontak antara garam klorida dengan asam sulfat. Hcl dapat diperoleh sebagai
produk samping dari produksi 1,2-dikloroetana. Proses produksi asam klorida
secara massal dapat dilakukan melalui du acara yaitu sistensis unsur dari
elektrolisis garam klorida dan proses kontak antara garam klorida dan asam sulfat.
HCl (asam klorida) juga dapat dihasilkan dari produk sampingan proses
pembuatan dari dichloromethane/trichloromethane melalui klorinasi methane,
proses penguraian besi klorida dalam pengolahan baja, serta pembakaran limbah
organik. Proses pembentukan asam klorida dengan metode elektrolisis garam
adalah dengan mereaksikan antara senyawa hidrogen (H2) dan klorin (Cl2)
(Kevin et al., 2021).

2.4. Kalsium Karbida


Karbit atau kalsium karbida adalah senyawa kimia dengan rumus CaC2.
Karbit bila terkena air akan menghasilkan gas asetilen yang menghasilkan panas.
Senyawa karbit akan menghasilkan bahan buang (residu) berupa kalsium
hidroksida. Senyawa ini berpotensi sebagai bahan pozolan bila dicampur dengan
silika (SiO2), sehingga dapat terbentuk bahan sementasi (cemented material)
calsium silicate hydrate (CSH). Karbit sering digunakan untuk pengelasan logam
karena karbit mempunyai sifat mudah terbakar, nyala terang dan kalor tinggi.
Petani biasanya kebanyakan menggunakan fungsi karbit sebagai zat yang dapat
membantu mempersingkat atau mempercepat waktu dari pemattangan buah.
Etilen merupakan jenis hormon pematangan atau karbit yang produksinya akan
mengalami peningkatan dengan cepat hingga buah mengalami pembusukan.
Sehingga zat etilen memiliki peran dalam proses pematangannya (Rifai’i et
al.,2018).
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum kali ini berjudul “Pengaruh Etilen terhadap Klimaterik”
dilaksanakan pada hari Kamis, 9 Februari 2023 pukul 13:30-15:10 WIB,
dilakukan di Laboratorium Kimia Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya Palembang.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan ialah : 1) Buret; 2) Corong; 3) Erlenmeyer; 4) Gelas
beaker; 5) Kain penutup; 6) Pipet tetes; 7) Tiang statif; 8) Toples kaca.
Bahan yang digunakan ialah : 1) Alpukat; 2) HCl; 3) Indikator pp; 4)
Kalsium karbida; 5) NaOH.

3.3. Cara Kerja


Cara kerja pada praktikum kali ini ialah :
1. Satu lot buah alpukat berat ½ kg disimpan pada suhu ruang selama 7 hari.
2. Lot kedua (berat ½ kg) diperlakukan dengan karbit 24 jam : dalam suatu
kotak (wadah lain).
3. Tutup rapat buah alpukat dan disimpan bersama dengan 26 gram karbit yang
dibungkus dengan kain sedikit basah.
4. Selanjutnya, buah yang telah diberi perlakuan ini disimpan pada suhu ruang
selama 7 hari seperti lot pertama.
5. Ukur laju respirasi masing-masing lot setiap hari (selama 2 jam respirasi).
6. Dari data yang diperoleh, dibuat kurva respirasinya masing-masing.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Hasil pada praktikum kali ini adalah :
4.1.1. Tabel Tingkat Kematangan Alpukat Karbit
Hari Jenis Buah mL HCL
2 Alpukat 15.5
3 Alpukat 5
4 Alpukat 8
5 Alpukat 3

4.1.2. Grafik Tingkat Kematangan Buah Alpukat

Buah Alpukat
18
16
14
12
10
ML HCL
8
6
4
2
0
Alpukat Alpukat Alpukat Alpukat
2 3 4 5
4.2. Pembahasan
BAB 5
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini ialah :
1. Kalsium karbida merupakan etilen yang dapat mempercepat proses
pematangan buah.
2. B
3. C
4. D
5. E
6. F
7. G
DAFTAR PUSTAKA

Arti, I. M., dan Manurung, A. N. H. 2020. Pengaruh etilen apel dan daun mangga
pada pematangan buah pisang kepok (musa paradisiaca formatypica).
Jurnal Pertanian Presisi (Journal of Precision Agriculture), 2 (2), 77-
88.

Fauzi, A.A., Kusumiyati, Mubarok, S., Rufaidah, F. 2018. Review Beberapa


Catatan Pemanfaatan 1- Methylcycloropene pada Krisan
(Chrysanthemum morifolium Ram.). Jurnal Pertanian Terpadu, 6 (1),
1-10

Iqbal, N., Khan, N.A., Ferrante, A., Trivellini, A., Francini, A., dan Khan, M. I. R.
2017. Review: Ethylene Role in Plant Growth, Development and
Senescence: Interaction with Other Phytohormones. Journal Frontiers
in Plant Science, 8 (475); 1-19.

Kevin., Aria, V. L., Handogo, R., dan Stukino, J. P. 2021. Pra Desain Pabrik
Asam Klorida dari Elektrolisis Garam Industri. Jurnal Teknik ITS, 10
(2), 139-144.

Kusumiyati, K., Farida, F., dan Sutari, W. 2018. Penyuluhan Penanganan Pasca
Panen dalam Pematangan Buah-Buahan Menggunakan Etilen Cair di
Desa Jatiroke, Jatinangor. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2
(4), 354-357.

Rifai’i, M., Setiawan, B., dan Djarwanti, N. 2018. Pengaruh Kolom Karbit
terhadap Potensi Mengembang dan Konsistensi Tanah Ekspansif
dengan Pengaliran dari Kolom ke Tanah. Jurnal Matriks Sipil, 6 (1),
92-97.

Sitepu, K., dan Heryanto. 2018. Skrining Aktivasi Kloriflase pada Daun Katuk
(Sauropus androgynus). Jurnal Wiyata, 5 (1), 52-60.

Anda mungkin juga menyukai