Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM KOROSI

LAJU KOROSI

Dibuat Oleh :

Putri Khanza Hermawan (2241420094)

Dosen Pengampu :

Drs. Sigit Udjiana, M. SI.

POLITEKNIK NEGERI MALANG

D-IV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

2023
LAJU KOROSI

I. Tujuan
a. Dapat memahami adanya pengaruh lingkungan terhadap laju korosi bahan

II. Dasar Teori


Laju korosi pada besi merupakan fenomena yang kompleks dan dipengaruhi oleh
berbagai faktor lingkungan, termasuk jenis larutan yang bersentuhan dengan logam
tersebut. Korosi dapat dianggap sebagai kehancuran atau kerusakan material yang timbul
akibat reaksi antara besi dan lingkungannya. Secara konseptual, proses korosi pada logam
merupakan reaksi kebalikan dari pemurnian logam, di mana logam yang semula murni
berubah menjadi senyawa-senyawa yang lebih stabil.
Laju korosi pada besi dapat dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya, seperti asam,
basa, netral, dan garam. Berikut ini adalah cara kerja asam, basa, netral, dan garam pada
laju korosi besi:
1. Asam : Asam sulfat merupakan media korosif yang sangat efektif pada besi. Kecepatan
korosi pada besi dalam larutan asam sulfat lebih besar daripada dalam larutan natrium
klorida. Asam sulfat menyebabkan penurunan sifat mekanik suatu struktur dan
mengakibatkan kerusakan besar pada jembatan, bangunan, jaringan pipa gas/minyak
bumi, komponen struktural industri, mobil, peralatan rumah tangga, sistem air minum,
dan lainnya.
2. Basa : Basa (hidroksida) juga dapat menyebabkan korosi pada besi. Reaksi oksidasi
pada dasarnya oksidasi, yang menghasilkan lapisan oksida yang dapat menghalangi
proses korosi lebih lanjut.
3. Netral : Laju korosi pada besi dalam lingkungan netral (misalnya, air) mungkin lebih
rendah daripada dalam lingkungan asam atau basa. Namun, perlu diingat bahwa
lingkungan netral juga dapat mengandung zat-zat korosif yang dapat menyebabkan
korosi pada besi.
4. Garam : Garam (natrium klorida) juga dapat menyebabkan korosi pada besi.
Kecepatan korosi pada besi dalam larutan natrium klorida lebih kecil daripada dalam
larutan asam sulfat. Garam dapat menyebabkan korosi pada besi dengan membentuk
lapisan oksida yang kemudian menghalangi serangan ion-ion korosif pada permukaan
baja.
Salah satu lingkungan yang signifikan dalam konteks korosi besi adalah larutan
asam sulfat. Pada umumnya, kecepatan korosi pada besi dalam larutan asam sulfat lebih
besar dibandingkan dengan larutan natrium klorida. Penelitian lebih lanjut menunjukkan
bahwa semakin besar konsentrasi asam sulfat, semakin bertambah besar pula laju korosi
besi. Ini menegaskan bahwa asam sulfat memiliki peran yang kuat dalam mempercepat
proses korosi besi.
Sebaliknya, pada larutan natrium klorida, terdapat kecenderungan bahwa semakin
besar konsentrasi natrium klorida, laju korosinya menjadi berkurang. Hal ini bisa
disebabkan oleh faktor-faktor tertentu dalam larutan garam yang mungkin memperlambat
reaksi korosif pada besi.
Untuk mengukur laju korosi pada besi, metode pengurangan massa menjadi pilihan
yang sangat relevan. Metode ini sederhana namun efektif, melibatkan pengukuran massa
sampel sebelum dan setelah eksposur terhadap lingkungan korosif. Selisih massa yang
tercatat memberikan indikasi langsung tentang besarnya korosi yang terjadi selama
periode pengamatan.

III. Metodologi
 Alat :
- Mistar sorong
- Gelas kimia 250 ml
- pH universal
- Neraca analitik

 Bahan :
- Spesimen plat besi (4 buah)
- Larutan asam
- Larutan basa
- Larutan garam
- Kapas

 Cara Kerja :
A. SACP (Sacrificial Anode Cathodic Protection)
1. Pengukuran potensial natural (Vo)
a. Siapkan alat dan bahan
b. Bersihkan electroda-elektroda dengan mengampelas dan mencuci
c. Isi beaker glass dengan elektrolit, kira-kira setinggi 2-2,5 cm
d. Celupkan electrode besi di satu sisi beaker glass dan elektroda karbon
di sisi lain
e. Ukur beda potensial dan catat sebagai potensial natural, m Vo
2. Polarisasi dan Pengukuran potensial terpolarisasi (Vt)
a. Elektrode besi masih tercelup di beaker glass, pada sisi lain celupkan
electrode seng
b. Sambungkan kedua electrode denga kabel berpenjepit buaya, biarkan
selama 2 menit
c. Lepaskan koneksi besi-seng, angkat electrode seng, ukur beda
potensial besi terpolarisasi dengan karbon, catat data.
3. Ulangi
a. Langkah A.1 dengan besi yang lain,
b. Langkah A.2 untuk waktu 4 menit
4. Ulangi
a. Langkah 3 untuk waktu 6, 8, 20, 12, dan teruskan jika waktu masih
cukup.
B. ICCP (Impressed Current Cathodic Protection)
1. Pengukuran potensial natural (Vo)
a. Siapkan alat dan bahan
b. Bersihkan electrode-elektrode dengan mengampelas dan mencuci.
c. Isi beaker glass dengan elektrolit, kira-kira setinggi 2-2,5 cm.
d. Celupkan elektrode besi di satu sisi beaker glass dan elektroda karbon
di sisi lain
e. Ukur beda potensial dana catat sebagai potensial natural, m Vo.
2. Polarisasi dan Pengukuran potensial terpolarisasi (Vt)
a. Electrode besi masih tercelup di beakerglass, pada sisi lain celupkan
elektrode karbon
b. Hubungkan elektroda besi dengan kutub negative baterai
c. Elektrode karbon dihubungkan dengan kutub positif baterai dengan
koneksi secara on-off selama 2 menit
d. Lepaskan koneksi besi-baterai, ukur beda potensial besi terpolarisasi
dengan karbon, catat data.
3. Ulangi
a. Langkah B.1 dengan logam besi yang lain
b. Langkah B.2 untuk waktu 4 menit
4. Ulangi
a. Langkah 3 untuk waktu 6, 8, 10, 12, dan seterusnya.

IV. Data Pengamatan


 Percobaan 1

No t (menit) Vo (mv) Vt (mv) Nc=Vt-Vo


.
1. 2 0,62 0,65 0,03
2. 4 0,66 0,68 0,02
3. 6 0,66 0,72 0,06
4. 8 0,66 0,94 0,28

 Percobaan B

No t (menit) Vo (mv) Vt (mv) Nc=Vt-Vo


.
1. 2 0,42 1,8 1,39
2. 4 1,12 1,64 0,52
3. 6 1,12 1,71 0,59
4. 8 1,12 1,76 0,64

V. Pembahasan
Pada percobaan ini, dilakukan analisis laju korosi besi menggunakan metode pengurangan
massa. Berat awal besi pada lingkungan netral, basa, dan garam masing-masing adalah
6,3853; 11,9293; 12,3067.
Selama empat minggu pengamatan, besi pada lingkungan netral mengalami penurunan
berat sebesar 1,41; 1,12; 1,42; dan 1,41. Hasil ini menunjukkan adanya korosi yang
signifikan pada besi dalam lingkungan netral. Faktor-faktor di lingkungan netral, seperti
kelembaban udara dan keberadaan senyawa-senyawa tertentu, dapat meningkatkan laju
korosi besi.

Di lingkungan basa, berat besi mengalami penurunan sebesar 1,85; 1,83; 1,88; dan 2,11
selama empat minggu. Korelasi antara lingkungan basa dan laju korosi besi menunjukkan
bahwa basa juga dapat menjadi faktor yang mempercepat proses korosi. Kemungkinan
adanya senyawa basa yang bersifat korosif dapat memengaruhi besi.

Sementara itu, di lingkungan garam, berat besi turun sebesar 1,77; 1,76; 1,79; dan 1,77.
Meskipun laju korosi cenderung lebih rendah dibandingkan lingkungan netral dan basa,
garam tetap memiliki dampak negatif terhadap besi. Kelembaban dan kehadiran ion-ion
tertentu dalam garam dapat merangsang proses korosi.

Pada lingkungan asam, besi mengalami penurunan berat sebesar 1,65; 1,71; 1,80; dan
1,70. Hasil ini menunjukkan bahwa asam sulfat memiliki efek korosif yang cukup
signifikan terhadap besi. Seiring dengan peningkatan konsentrasi asam, laju korosi besi
juga cenderung meningkat.

Dengan menggunakan metode pengurangan massa, dapat disimpulkan bahwa lingkungan


netral, basa, garam, dan asam memiliki dampak yang berbeda terhadap laju korosi besi.
Adanya perbedaan ini perlu dipertimbangkan dalam pemilihan material dan perlindungan
korosi untuk memastikan keberlanjutan dan keamanan struktur yang menggunakan besi
sebagai komponen utama.

VI. Kesimpulan
a. Eksperimen berhasil membuktikan bahwa ketika suatu benda kerja yang terletak di
dalam media elektrolit dihubungkan dengan logam yang lebih aktif atau dengan kutub
negative sumber arus DC, maka benda kerja tersebut mengalami polarisasi katodik.
Hal ini terlihat dari perubahan potensial natural (Vo) menuju potensial terpolarisasi
(Vt) pada permukaan logam. Metode sacrificial anode (SACP) yang digunakan dalam
eksperimen mampu menciptakan sel galvanik di mana benda kerja berperan sebagai
katoda, dan logam anoda berfungsi untuk memberikan proteksi terhadap korosi.
b. Pengaruh waktu terhadap polarisasi juga berhasil diamati dalam eksperimen. Hasil
pengamatan menunjukkan perubahan potensial polarisasi (Vt) seiring dengan waktu.
Peningkatan potensial terpolarisasi pada benda kerja mengindikasikan bahwa waktu
polarisasi memiliki dampak langsung terhadap respons sistem terhadap korosi.
Pemahaman ini memberikan wawasan tambahan terkait dengan dinamika proses
polarisasi katodik pada permukaan logam seiring berjalannya waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Sumantri, D., & Iswanto, P. T. (2020). Desain Proteksi Katodik pada Struktur Baja di Laut
dan di Darat untuk Masa Layan 10 Tahun. Journal of Mechanical Design and
Testing, 2(2), 77-86.Hakim, Abdul, dkk. (2015). LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
DASAR II “REDOKS DAN ELEKTROKIMIA”. UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG. BANDUNG.

Goffar, A. (2011). Rancangan dasar perhitungan proteksi katodik dengan menggunakan


anoda korban pada struktur baja anjungan minyak di lingkungan air laut. Lembaran
publikasi minyak dan gas bumi, 45(1), 79-90.

Hastuti, K., & Gumelar, R. (2017). EFEKTIVITAS PROTEKSI KATODIK SEBAGAI


PENGENDALIAN LAJU KOROSI PIPA MINYAK PADA LINGKUNGAN
TANAH GAMBUT.

Sufrianti, J., & Hamzah, A. (2019). Desain Metode Proteksi Katodik Dengan Arus Paksa
(Impressed Current) Pada Pipa Dermaga. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang
Teknik dan Sains, 6, 1-8.

Pambudi, M. R. (2017). Perancangan Sistem Proteksi Katodik Arus Paksa pada Pipa Baja
API 5L Grade B di Dalam Tanah Dengan Variasi Jenis Coating (Doctoral
dissertation, Institut Teknologi Sepuluh Nopember).

Nurhadi, B. (2017). Perancangan Sistem Proteksi Katodik Arus Paksa pada Pipa Baja API 5L
Grade B dengan Variasi Geometri dan Luas Permukaan Anoda di Dalam Tanah
(Doctoral dissertation, Institut Teknologi Sepuluh Nopember).

Wiludin, A., & Supomo, H. (2013). Analisa Teknis dan Ekonomis Penggunaan ICCP
(Impressed Current Cathodic Protection) Dibandingkan dengan Sacrificial Anode
dalam Proses Pencegahan Korosi. Jurnal Teknik ITS, 2(1), G23-G27.

Anda mungkin juga menyukai