Keluarga adalah sekelompok orang yang terikat dengan hubungan darah, ikatan kelahiran,
hubungan khusus, pernikahan, atau yang lainnya. Keluarga merupakan unit terkecil
dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan
serta orang orang yang selalu menerima kekurangan dan kelebihan orang yang ada di
sekitarnya baik buruknya anggota keluarga, tetap tidak bisa mengubah kodrat yang ada, garis
besarnya yang baik diarahkan dan yang buruk diperbaiki tanpa harus menghakimi.[1]
Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua
pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di
hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri; atau suami
(Kepala keluarga), istri dan anaknya yang di sebut dengan Rumah Tangga atau dengan
sebutan lainnya ialah keluarga kecil; sedangkan yang disebut dengan keluarga besar selain
suami, istri dan anak-anaknya dirumah tangga tersebut terdapat orang tua atau disebut ayah
dan ibu dari pihak suami dan juga terdapat anak-anaknya orang tua yang lain termasuk orang
tua dari ayah (Kakek dan nenek), Menurut Paul B. Horton bahwa Masyarakat adalah
kumpulan manusia yang memiliki kemandirian dengan bersama-sama untuk jangka waktu
yang lama dan juga mendiami suatu daerah atau wilayah tertentu. Di mana dalam wilayah
tersebut memiliki kebudayaan yang tidak namun memiliki adat yang berbeda di dalam
Keluarga inti atau keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan
anak.
Keluarga Dyadic adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri, tetapi tidak
memiliki anak.
Keluarga besar adalah keluarga yang terdiri dari keluarga inti dan keluarga
layanan bersama.
Keluarga orang tua-anak yang belum menikah (Unmarried parent and child
family) yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua dan anak yang belum menikah.
Kita dapat mengamati bahwa anak mengalami proses pertumbuhan dan perkembangannya
akan dipengaruhi oleh lingkungan dan pergaulannya, termasuk tipe keluarganya. Dalam
umumnya terkait dengan teori keterikatan yang pertama kali dikemukakan oleh John Bowlby.
Keluarga inti atau disebut juga dengan keluarga batih ialah yang terdiri atas ayah, ibu, dan
anak. Keluarga inti merupakan bagian dari lembaga sosial yang ada pada masyarakat. Bagi
masyarakat primitif yang mata pencahariaannya adalah berburu dan bertani, keluarga sudah
merupakan struktur yang cukup memadai untuk menangani produksi dan konsumsi. Keluarga
merupakan lembaga sosial dasar dari mana semua lembaga lainnya berkegsdmbang karena
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam
keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.[5]
1. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan sebagai
pencari nafkah yang halal, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
dari lingkungannya.[5]
2. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peran untuk
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat
oleh suami.[5]
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut:[butuh rujukan]
masing-masing.
perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan
berinteraksi antar sesama anggota keluarga. Sehingga saling pengertian satu sama
anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga menanamkan keyakinan
kebutuhan keluarga.[6]
generasi selanjutnya.[6]
Memberikan kasih sayang, perhatian, dan rasa aman di antara keluarga, serta
Ada dua macam bentuk keluarga dilihat dari bagaimana keputusan diambil, yaitu berdasarkas
Adat utrolokal, yaitu adat yang memberi kebebasan kepada sepasang suami istri
untuk memilih tempat tinggal, baik itu di sekitar kediaman kaum kerabat suami
Adat virilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri
Adat uxurilokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus
tinggal di sekitar pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan di sekitar
pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu pula (bergantian);
Adat neolokal, yaitu adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat
menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok bersama kaum
Adat avunkulokal, yaitu adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk
menetap di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari pihak
suami;
Adat natalokal, yaitu adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-
masing hidup terpisah, dan masing-masing dari mereka juga tinggal di sekitar
Terdapat tiga jenis subsistem dalam keluarga, yakni subsistem suami-istri, subsistem orang
tua-anak, dan subsitem sibling (kakak-adik).[8] Subsistem suami-istri terdiri dari seorang laki-
laki dan perempuan yang hidup bersama dengan tujuan eksplisit dalam membangun keluarga.
[8]
Pasangan ini menyediakan dukungan mutual satu dengan yang lain dan membangun
sebuah ikatan yang melindungi subsistem tersebut dari gangguan yang ditimbulkan oleh
kepentingan maupun kebutuhan darti subsistem-subsistem lain.[8] Subsistem orang tua-anak
terbentuk sejak kelahiran seorang anak dalam keluarga, subsistem ini meliputi transfer nilai
dan pengetahuan dan pengenalan akan tanggungjawab terkait dengan relasi orang tua dan
anak.[8]
Tahap ini adalah tahap dimana manusia hidup serupa sekawan binatang berkelompok, laki-
laki dan wanita berhubungan bebas sehingga melahirkan keturunan tanpa ada ikatan, pada
tahapan ini kehidupan manusia sama dengan kehidupan binatang yang hidup berkelompok.
Pada tahapan ini, laki-laki dan perempuan bebas melakukan hubungan perkawinan dengan
yang lain tanpa ada ikatan keluarga dan menghasilkan keturunan tanpa ada terjadi ikatan
Pada tahap ini lambat laun manusia semakin sadar akan hubungan ibu dan anak, tetapi anak
belum mengenal ayahnya melainkan hanya masih mengenal ibunya. Dalam keluarga inti,
ibulah yang menjadi kepala keluarga dan yang mewarisi garis keturunan. Pada tahapan ini
disebut tahapan matriarkat. Pada tahapan ini perkawinan ibu dan anak dihindari sehingga
Pada tahap ini ayah yang menjadi kepala keluarga serta ayah yang mewarisi garis keturunan.
Perubahan dari matriarkat ke tingkat patriarkat terjadi karena laki-laki merasa tidak puas
dengan situasi keadaan sosial yang menjadikan wanita sebagai kepala keluarga. Sehingga
para pria mengambil calon istrinya dari kelompok-kelompok yang lain dan dibawanya ke
kelompoknya sendiri serta menetap di sana. Sehingga keturunannya pun tetap menetap
bersama mereka.
Pada tahapan yang terakhir, patriarkat lambat laun hilang dan berubah menjadi susunan
kekerabatan yang disebut Bachofen susunan parental. Pada tingkat terakhir ini perkawinan
tidak selalu dari luar kelompok (eksogami) tetapi juga dari dalam kelompok yang sama
(endogami). Hal ini menjadikan anak-anak bebas berhubungan langsung dengan keluarga ibu
maupun ayah.