A. Keluarga Sakinah
1. Keluarga
a. Pengertian Keluarga
berinduk dari dua suku kata yaitu "ras" dan "warga" yang berarti "anggota
lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.
satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah mereka
daram frame-frame social keluarga seperti suami isteri, ayah dan ibu,
diri dengan anggotanya terdiri dari dua individu atau lebih, asosiasinya dicirikan
oleh istilah-isrilah khusus, yang boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau
kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai suatu kesatuan
atau unit masyarakat terkecil, dan biasanya, tetapi tidak selalu ada hubungan
darah, ikatan perkawinan atau iktatan lain, mereka hidup bersama dalam satu
rumah atau tempat tinggal biasanya dibawah asuhan seoran kepala rumah tangga
dan makan dari satu periok. Sedangkan pada tahun 1988, Departemen Kesehatan
memberikan pengertian keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
dari kepala keluarga dan beberapa orang yang tinggal dan berkumpul di suatu
unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling
Menurut Suprayitno keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
(Suprajitno, 2004)
Menurut Salvicion, pengertian keluarga adalah dua atau lebih dari individu
dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,berinteraksi satu sama lain dan
didalam peranannyamasing-masing,dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan.
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
sebagai suami dari isteri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya
Sebagai isteri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. (Jhonson, C.L. 1988. Ex
depan anak.
aman.
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam
Dalam hal tugas keluarga, ada delapan tugas pokok sebagai berikut.
kedudukannya masing-masing.
lebih luas.
c. Bentuk keluarga
suami;
isteri dapat menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak
Kata Sakinah dari suku kata Fi’il Madi sakana(( سكنyang berarti “tenang”.
kedamaian jiwa. Kata ini dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak enam kali, dalam
ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa sakinah itu didatangkan Allah SWT. ke dalam
Sakinah dalam idiom keluarga sakinah berasal dari kata “litaskunu” yang
bersumber dari salah satu ayat dalam Al-Qur’an yaitu surat Ar-rum ayat 21.
a. Lita’ Tafu : Saling mengikat hati yang bersumber pada Qur’an Surat
Al-Anfal ayat 63. Faktor ikatan hati adalah iman, bukan harta, kedudukan, apalagi
tampang.
perasaan, tangggung jawab. Di sini akan diketahui bahwa kewajiban seorang isteri
adalah taat kepada suami. Jadi, masak, mencuci, dan lain sebagainya itu bukanlah
penting. Tanpanya, tiada mawaddah dan warahmah. Kalaupun ada, tidak akan
bertahan lama. Sakinah itu meliputi kejujuran, pondasi iman dan taqwa kepada
Allah SWT.
keluarga bahagia,’’(Republika.co.id/sakinah).
ketentraman dalam hati pada saat datangnya sesuatu yang tidak terduga, dibarengi
satu nur (cahaya) dalam hati yang memberi ketenangan dan ketentraman.
Menurut Muhammad Rasyid Ridha bahwa sakinah adalah sikap jiwa yang
timbul dari suasana ketenangan dan merupakan lawan dari kegoncangan bathin dan
ketakutan.
ijab Kabul, saat itulah segala sesuatu yang haram menjadi halal. Dan bagi orang
yang telah menikah dia telah menguasai separuh agamanya. Sebuah rumah tangga
bagaikan sebuah bangunan yang kokoh, dinding, genteng, kusen, pintu berfungsi
sebagaimana mestinya. Jika pintu digunakan sebagai pengganti maka rumah akan
bocor, atau salah fungsi yang lain maka rumah akan ambruk. Begitu juga rumah
tangga suami, isteri dan anak harus tahu fungsi masing-masing, jika tidak maka
Dari ayat tersebut kita dapat menafsirkan bahwa salah satu tujuan dari
sakinah yang menjadi tujuan dari pernikahan memang merupakan impian dari
shalihah, anak yang soleh,, tetangga yg shalih dan rizki yang didapat dari
negerinya”(HR.Buchori)
a. Isteri sholehah.
berharap dari rumah tangga itu kelak akan lahir anak turunan yang
Namun tentu apa yang menjadi dambaan seorang muslim ini tidak
akan terwujud degan baik terkecuali bila wanita yang dipilih untuk
suka maupun lara yang akan membantu dan mendorong suami untuk
sebagai buah dari ilmu dan iman-nya yaitu surga yang penuh
se-benar-benarnya.
Maka jika taat kepada suami dan pandai me-layaninya, hal itu
melalui sebuah hadis yang diriwayatkan Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu:
ََحفِظَ ْته
Dari hadist tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri dari wanita solihah
antara lain :
b. Anak Sholeh
anak yang sholeh. Anak sholeh ialah anak yang mengerti akan kewajibannya
Anak adalah buah hati bagi kedua orang tuanya yang sangat
disayangi dan dicintainya. Sewaktu bahtera rumah tangga pertama kali diarungi,
maka pikiran pertama yang terlintas dalam benak suami isteri adalah berapa
jumlah anak yang kelak akan mereka miliki, serta ke arah mana anak tersebut
akan dibawa. Menurut Sunnah, melahirkan anak yang banyak justru yang terbaik.
Rasulullah SAW bersabda: “Nikahilah wanita yang penuh dengan kasih sayang
dan karena sesungguhnya aku bangga pada kalian di hari kiamat karena jumlah
kalian yang banyak.” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i, kata Al Haitsamin).
sebagainya.
Sunnah.
rumah Allah.
10) Cinta dan sayang kepada fakir miskin, anak terlantar, anak yatim,
(http://threecomunity.blogspot.com/2011/02/ciri-anak-soleh-dan-
solehah.html)
c. Tetangga Sholeh
Manusia yang dikenal dengan mahluk social memang tidak bisa terpisah
dari manusia lain dalam kehidupannya. manusia dalam setiap hari pasti
melakukan interaksi social dengan manusia lainnya baik itu tetangga, keluarga
maupun orang lain yang tidak kita kenal. Untuk terjadinya interaksi yang sangat
baik antara manusia dengan manusia lainnya diperlukan rasa saling menghormati
wilayah yang diikat dalam satu aturan norma masyarakat yang berlaku (Soekamto,
1997:127)
menghormati dan memuliakan tetangga, dan bahkan hal tersebut menjadi ciri bagi
orang yang beriman sebagaimana sabda beliau yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairaoh r.a
Artinya “ Barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir, pastilah
tetangganya
Rizki dari negerinya sendiri menjadi indicator keluarga sakinah ialah cara
jauh dari daerahnya, sehingga dalam mencari rejeki tersebut mereka tidak dapat
bersama-sama dengan keluarganya. Maka dari sini kita dapat mengartikan bukan
masalah rijki yang didapat tetapi kebersamaaan yang senantiasa terjadi didalam
kenyataannya, banyak pasangan yang menikah tidak dapat mewujudkan apa yang
dengan perceraian.
tetapi memerlukan proses yang sangat panjang dan bahkan proses tersebut tidak
a. Memilih pasangan
dilakukan adalah dengan terlebih dahulu menentukan dan memilih pasangan yang
تُ ْن َك ُح ْال َمرْ َأةُ ََِألرْ بَ ٍع, Qت يَدَاكَ لِ َمالِهَا َولِ َح َسبِهَا َولِ َج َمالِهَا َولِ ِد ْينِهَا
ْ َت ال ِّدي ِْن ت َِرب ْ َف
ِ ر بِ َذاQْ َاظف
“Wanita itu dinikahi karena empat perkara yaitu karena harta, karena
keturunan, karena kecantikan dan karena agamanya. maka pilihlah olehmu wanita
pendampingnya dikarenakan ;
memilih jodoh dalam islam dikarenakan keturunan yang baik akan membawa
factor genetika yang baik pula bagi keturunan selanjutnya sehingga pasangan
yang berasal dari keturunan yang soleh secara genetika akan menghasilkan anak-
memberian rasa sakinah yang sesungguhnya, karena tiga factor pertama hanya
memenuhi aspek jasmaniah, maka factor agama inilah yang memenuhi aspek
ruhaniyah sebagai tempat sakinah berasal yaitu didalam hati. Bahkan diakhir hadis
tersebut Rasululloh Saw memberikan stressing bahwa agamalah factor yang harus
diutamakan oleh seseorang dalam memilih pasangan supaya setiap pasangan
mendapat keberuntungannya.
masing. Disini terdapat suatu klausal terbalik yaitu kewajiban yang harus
dilakukan suami adalah hak isteri dan sebaliknya kewajiban yang harus
Faqih, 3:277)
Akhlaq:218)
c. Menghindari pertikaian
Dalam rumah tangga pertikaian adalah hal yang tidak dapat dihindari,
dalam rumah tangga. Tetapi bagi umat islam dalam menyikapi pertikaian dan
permasalahan dalam rumah tangga ada tuntunan dari Rasululloh Saw yang
pahala seperti yang Dia berikan kepada Nabi Ayyub (a.s) yang tabah
Akhlaq:213)
mempelajari kesenangan pasangan anda, mulai dari selera makan, kebiasaan, hobi
yang tersimpan dan lainnya. Tidak menjadi masalah jika ternyata apa yang
disenanginya tidak anda senangi. Anda bisa mempersiapkan kopi dan makanan
kesukaannya disaat pasangan anda yang punya hobi membaca sedang membuka-
buka buku. Atau anda bisa sekali-kali menyisihkan waktu untuk sekedar
mungkin anda bisa memadukan hobi anda yang ternyata sama, dengan demikian
anda telah memasang saham kasih sayang di hati pasangan anda sebagai kesan
pertama.
e. Adaptasi lingkungan.
Lingkungan keluarga, famili dan masyarakat baru sudah pasti akan anda
hadapi. Anda harus bisa membawa diri untuk masuk dalam kebiasaan-kebiasaan
(adat) yang ada di dalamnya. Kalau anda siap menerima kehadiran pasangan anda,
berarti pula anda harus siap menerimanya bersama keluarga dan masyarakat
disekitarnya. Awalnya mungkin anda akan merasa asing, kaku, tapi semuanya
akan terbiasa jika anda mau membuka diri untuk bergaul dengan mereka,
mengikuti adat yang ada, walaupun anda kurang menyukainya. Sehingga akan
terjalin keakraban antara anda dengan keluarga, famili dan lingkungan masyarakat
yang baru. Karena hakekat pernikahan bukan perkawinan antara anda dan
pasangan anda, tetapi, lebih luas lagi antara keluarga anda dan keluarga pasangan
anda, antara desa anda dengan desa pasangan anda, antara bahasa anda dengan
bahasa pasangan anda, antara kebiasaan (adat) anda dengan kebiasaan pasangan
anda.
besar porsinya. Tidak lucu jika anda melakukannya hanya dengan berdasar
perasaan. Hal itu boleh saja untuk sekedar mengungkapkan rasa cinta, tetapi tidak
baik juga kalau terlalu berlebihan. Sebaiknya anda menanamkan sikap saling
percaya, sehingga anda akan merasa tenang, tidak diperbudak oleh perasaan
sendiri. Yakinkan, bahwa pasangan anda adalah orang terbaik yang anda kenal,
yang sangat anda cintai dan buktikan juga bahwa anda sangat membutuhkan
g. Musyawarah.
Suasana Islami ini bisa anda bentuk melalui penataan ruang, gerak,
tingkah laku keseharian anda dan lain-lain. Sholat berjama’ah bersama pasangan
anda, ngaji bersama (tidak perlu setiap waktu, cukup habis maghrib atau shubuh),
mendatangi majlis ta’lim bersama dan memnbuat kegiatan yang Islami dalam
rumah tangga anda. Hal ini akan menambah eratnya ikatan bathin antara anda dan
pasangan anda.