Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KEGIATAN LIVE IN DAN LIBURAN

“Aku Telah Melihat Tuhan Di Tempat Ini”

Laporan Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Oleh:
Nama : Michael Dafa Veron Eka Tama
Kelas : Rethorica A

SEMINARI MENENGAH SANTO PAULUS


PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
berkatnya, penulis akhirnya telah menyelesaikan laporan kegiatan live in dan liburan ini. Laporan
kegiatan live in dan liburan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah pelajaran Bahasa
Indonesia, tugas ini juga melatih penulis untuk membuat sebuah laporan kegiatan live in dan
liburan yang dimana dalam laporan ini penulis melaporkan pengalaman-pengalaman yang
dimana laporan ini bisa menjadi salah satu upaya mengembangkan hidup panggilan penulis.
Dalam penulisan laporan kegiatan ini, banyak pihak yang telah terlibat dalam proses
pembuatan laporan ini. Hanya ucapan terimakasih yang dapat penulis sampaikan kepada semua
pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses penyelesaian laporan ini, terkhusus
kepada:
1. RP. Titus Waris Widodo SCJ, selaku Rektor Seminari Menengah Santo Paulus
Palembang, yang telah menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kegiatan ini dengan baik
2. RP. Andreas Yudi Wiyadi O.Carm, bersama romo rekan kerjanya yang bertugas di
Kuasi Paroki Aloysius Gonzaga Sungai Lilin,yang sudah dengan rendah hati telah mengizinkan
penulis untuk mengikuti kegiatan live in sehingga dapat berjalan dengan lancar.
3. Bapak P.Y Ekaristiono, selaku Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah banyak
membantu dan memberikan pengarahan dalam pembuatan laporan kegiatan live in dan liburan
ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan liburan ini dengan lancar.
4. Ko Pindy Nian dan para koordinator acara Indonesian Youth Day III Palembang yang
sudah mempercayakan penulis untuk ambil bagian dalam acara IYD III Palembang sehingga
penulis bisa membagikan pengalaman saat mengikuti acara IYD III Palembang 2023.
5. Tim Animator IYD III Palembang yang dengan penuh kesabaran sudah melatih saya
agar lancar saat tampil di acara IYD III Palembang dan sudah memberikan banyak pengalaman
sehingga penulis bisa membagikan pengalaman ini.
Penulis sangat mengharapkan hasil yang lebih baik lagi dalam laporan ini demi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam membuat laporan kegiatan live in dan
liburan. Penulis juga menyadari bahwa laporan kegiatan liburan ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, baik secara penulisan maupun secara ejaan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan masukan yang membangun guna memperbaiki segala kekurangan yang
ada, sehingga penulis dapat lebih baik lagi dalam membuat penulisan laporan kegiatan.

Palembang,14Agustus 2023
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN
A. .Latar Belakang............................................................................................................
B. .Tujuan Penulisan..........................................................................................................
C. .Metode Penulisan........................................................................................................
BAB II. PERJALANAN POKOKNYA
A. Perjalan menuju tanah misi............................................................................................
B. Sampai di tanah misi.....................................................................................................
C. Menuju tempat misi yang sesungguhnya.........................................................................
D. Mengenalkan apa itu seminari.......................................................................................
E. Belajar mencari sesuap nasi..........................................................................................
F. Berbagi pengalaman iman.............................................................................................
G. Perpisahan yang menguatkan........................................................................................
H. Kembali berjuang untuk iman.......................................................................................
I. Malam takbir di Karang Agung....................................................................................
J. Aku telah melihat Tuhan ditempat ini............................................................................

BAB III. ADA APA DI BUMI SAI RUWAI JURAI

A. Perjalanan Ke Lampung..............................................................................................
B. Bentangan Pantai Sari Ringung ....................................................................................
C. Pringsewu tempat bercermin........................................................................................
D. Kembali Ke Bumi Sriwijaya........................................................................................
BAB V INDONESIA YOUTH DAY III
A. Tuhan yang jaga.........................................................................................................
B. Bener kata orang rumah termpat ternyaman................................................................
C. Belajar dari Founder Jala Kasih..................................................................................
D. Karantina Volunter IYD III Palembang......................................................................
E. Seperti Maria katakan “YA”......................................................................................
F. Kesempatan bertemu Romo Eko OSC......................................................................
G. Pengalaman iman yang menguatkan...........................................................................
H. Surat cinta OMK......................................................................................................
I. Seperti Maria yang bergegas dan katakan “Ya”.........................................................
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................................
B. Foto-foto pendukung.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Liburan merupakan momen yang sangat ditunggu-tunggu bagi banyak orang karena
dengan liburanlah orang dapat sejenak melepaskan segala penat dan kesibukan yang sudah
menjadi rutinitas sehari-hari, tak kecuali bagi seminaris yang selalu merindukan dan menantikan
moment liburan. karena dengan liburan para seminaris bisa berjumpa dan berkumpul kembali
dengan keluarga tercinta yang sudah ditinggalkan selama satu semester.
Liburan kali ini dimaknai oleh penulis sebagi moment liburan penuh syukur karena pada
moment liburan kali ini penulis mengalami sesuatu yang tak pernah penulis alami sebelumnya
mulai diberi kesempatan untuk mengikuti live-in, liburan ke Lampung dan yang spesial adalah
bisa mengikuti acara Indonesian Youth Day III Palembang yang mungkin akan dialami oleh
penulis satu kali dalam seumur hidup maka sebab itu penulis merasa sangat bersyukur pada
momet liburan itu.
Berangkat dari pengalaman itu maka penulis berusaha untuk membagikan pengalaman itu
kepada teman-teman lewat tugas mata kuliah Bahasa Indonesia, dengan tujuan untuk berlatih
menulis sebuah laporan yang dimana harapanya dengan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia ini
penulis bisa semakin berkembang untuk membuat sebuah laporan.

B.Tujuan Penulisan
A. Memenuhui tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
B. Melatih penulis untuk membuat laporan secara baik dan benar
C. Melatih penulis untuk memiliki ketrampilan dalam membuat sebuah laporan

C. Metode Laporan
A. Mengalami langsung
B. Terjun kelapangan
C. Melakukan wawancara singkat dengan beberapa narasumber kontingen IYD III
BAB II
PERJALANAN MENUJU TANAH MISI

A. Generasi Covid-19 Lulus


Generasi perdana covid-19, ya itulah gambaran yang kudapatkan untuk mendefinisikan
angkatan ku, hal ini bukanlah tanpa sebab, karena di saat angkatan ku hendak masuk ke jenjang
pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) wabah virus corona atau yang biasa dikenal dengan
Covid-19 sedang marak sehingga pemerintah mengambil kebijakan agar proses belajar mengajar
dilaksanakan secara online. Pembelajaran secara online terjadi cukup lama ya kalo di hitung-
hitung sekitar dua tahun lamanya hingga perjumpaan dengan teman sekelas dan para guru
menjadi sebuah kerinduan tersendiri bagi kami pada saat itu . pada saat kami kelas 12 SMA atau
biasa kami sebut dengan kelas Poesis proses pembelajaran sudah dilakukan secara tatap muka
sehingga apa yang menjadi kerinduan ku dan teman-teman seangkatanku terjawab.
Sudah tiga tahun aku menduduki bangku SMA dan sudah tiga tahun juga aku berada di
seminari menegah santo paulus paelmbang ini tentu banyak cerita suka dan duka yang boleh
hadir dalam hidup ku. Pada tanggal 24 april 2023 aku dan teman-temanku telah selesai
mengikuti berbagi ujian yang menjadi syarat kelulusan kami tentu sudah banyak perjuangan dan
pengorbanan yang sudah kuberikan untuk bertempur melawan berbagai soal-soal yang diberikan
oleh guru.
Lulus, ya aku sudah lulus dari SMA, akhirnya aku tidak akan bertemu lagi dengan
dengan rumitnya rumus-rumus matematika yang seakan membuat ku alergi kataku dalam hati.
setelah selesai bertempur dengan berbagi soal-soal pelajaran. aku dan teman seangkatanku yang
berada di seminari harus segera bersiap untuk menjalani masa live-in yang dimana kegiatan ini
seakan menjadi syarat bagi kami untuk bisa naik ke jenjang selanjutnya. Ketika mendengar kata
live-in, kata itu bukanlah suatu yang asing lagi bagiku karena saat masih duduk dibagku Sekolah
Menegah Pertama (SMP) aku sudah pernah melakukannya walaupun hanya ku jalani selama dua
hari saja berbeda dengan masa live-in yang aku jalani saat kelas poesis karena live-in itu dijalani
selama dua minggu dan di dua tempat yang berbeda tentu menjadi sebuah tantangan tersendiri
bagiku sehingga pada momen live-in kali ini aku memaknainya sebagai sebuah misi perutusan.
B.Perjalanan Menuju Tanah Misi
Ketika jam menunjukan pukul 04:30 WIB aku harus segera terbangun dari alam mimpi
dan lembutnya kasur tempat tidurku untuk segera bergegas mempersiapkan diri karena pada hari
ini tepatnya pada tanggal 11 April 2023 aku akan berangkat menuju tanah misi yaitu Kuasi
Paroki Santo Aloysius Gonzaga Sungai Lilin. pada pukul 05:00 kami sudah harus bersiap di
depan bengkel kayu karena rencananya pada pukul 05:30 WIB kami sudah harus berangkat hal
ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindari macet. tidak seperti yang direncanakan di awal
yang rencananya berangkat pukul 05:45, kami berangkat pada pukul 05:45 WIB hal ini terjadi
karena masih ada saja yang perlu dipersiapkan mulai dari pembagian tempat duduk, penyusunan
barang-barang belum lagi ada beberapa hal yang harus kami ambil dari biara susteran FSGM
untuk keperluan bekal makan pagi kami sehingga hal itu memakan waktu yang cukup lama.
Pada pukul 04:45 WIB kami mengawali perjalanan kami dengan doa singkat yang
dipimpin oleh salah satu temanku doa diakhiri dengan berkat yang diberikan oleh Romo Titus
SCJ. Setelah menerima berkat dari Romo Titus SCJ kami segera bergegas menuju mobil-masing
masing, kebetulan saat itu aku satu mobil bersama kedua teman ku dan penumpang yang lain
adalah para staf seperti Romo Titus SCJ, Sr. Maura FSGM dan mas Valdi sebagai sopir kami.
Tepat pada pukul 05:50 WIB mobil mulai melaju untuk menuju tanah misi saat itu kondisi kota
palembang masih sangat sepi dan sang mentari masih belum terbangun dari tidurnya, perjalanan
cukup panjang cerita demi cerita juga turut menjadi teman kami dalam perjalanan menuju tanah
misi.
Ketika jam sudah menunjukan pukul 06:47 WIB perut kami sudah mulai terasa lapar
sehingga kami memutuskan untuk mampir di salah satu pom bensin untuk sarapan pagi dengan
bekal yang sudah kami persiapkan namun uniknya kami makan di dekat mushola yang berada di
dekat pom bensin unik karena pada saat itu masih masa puasa umat islam kami malah makan di
dekat mushola tatapan demi tatapan kami dapatkan dari orang-orang yang lalulang di sana
namun ya mau bagaimana lagi hanya tempat itu yang dirasa memungkinkan untuk kami singgah
sebentar sembari sarapan.
Setelah perut diisi dengan berbagai makanan akhirnya kami memutuskan untuk
melanjutkan perjalanan kami menuju tanah misi karena kata Romo Titus perjalan tinggal
setengah jalan lagi dan juga agar kami tidak terlalu siang untuk sampai di tanah misi. Saat itu
cuaca sangat panas sekali sehingga membuatku merasa tak betah untuk berlama-lama berada
didalam mobil karena hal itu hampir saja membuatku mabuk perjalan maka untuk menghindari
mabuk di dalam mobil aku memutuskan untuk menikmati perjalanan dengan berada di pulau
impian

C. Sampai Di Tanah Misi


Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang dengan diiringi berbagi suka dan dukanya
akhirnya aku sampai juga di tanah misi sebuah tempat yang sebelumnya tak pernah ku singgahi
sama sekali. Ketika turun dari mobil kepalaku dan hatiku sudah dipenuhi berbagai pertanyaan
bagaimana nanti live-innya, nanti ditempatkan ditempat yang seperti apa dan ketika sudah
sampai apa yang harus aku lakukan namun ditengah banyaknya pertanyaan itu ada seorang
bapak yang mengajak ku untuk segera makan siang, akhirnya tanpa pikir panjang aku pun
mengambil sebuah piring dan menghiasinya dengan berbagi lauk pauk dan sayur.
Setelah makan siang aku segera bergegas untuk mengikuti misa pembukaan live-in yang
dipimpin oleh Romo Yudi O.Carm selaku Pastor paroki yang menjadi tuan rumah untuk live-in
kami dan juga didampingi oleh Romo Titus SCJ, Romo Jatra PR dan Romo Susilo SCJ sebagai
perwakilan dari seminari. yang menarik adalah saat romo Titus memberikan sebuah sambutan
yang dimana beliau mengatakan bahwa setelah kami nanti selesai melaksanakan masa live-in
kami, kami harus mengatakan bahwa kami melihat Tuhan ditempat ini sama seperti Maria
Magdalena yang mengatakan aku telah melihat Tuhan ketika ia pergi ke makam Yesus.
Sebelum berkat penutup Romo Yudi O.Carm membacakan tempat perutusan kami, hal
ini tentu membuat kami menjadi penasaran setelah beberapa nama temanku disebutkan dengan
tempat tugas perutusannya tibalah saatnya namaku disebut dan ternyata aku mendapatkan tugas
perutusan di Desa Bero Jaya Timur bersama dengan kedua temanku. Desa Bero Jaya Timur
sebuah nama Desa yang tak pernah ada dibenakku sebelumnya namun aku sangat optimis bahwa
aku harus memberikan yang terbaik.
Setelah perayaan Ekaristi selesai kami sudah harus bersiap untuk menunggu jemputan
sembari menunggu jemputan kami juga pamitan kepada para staf yang menemani perjalanan
kami. Jam menunjukan Pukul 02:30 WIB namun aku, Yosepin, Mario dan Nuel belum juga
mendapat jemputan melihat hal itu maka Romo Jatra mengajak kami untuk mampir kerumahnya
apalagi saat itu masih dalam nuansa masa Paskah maka rumah Romo Jatra pun masih dipenuhi
dengan berbagai makanan ringan hal ini tentu membuat kami merasa sangat senang karena
selain bisa istirahat sejenak kami juga bisa mencicipi aneka makanan ringan.

D. Menuju Tempat Misi Yang Sesunguhnya


Setelah menunggu sekitar 30 menit di rumah Romo Jatra akhirnya kami mendapat kabar
bahwa jemputan kami sudah datang sebelum pergi kami dibekali dengan sekantong besar buah
salak oleh orang tua Romo Jatra hal ini tentu membuat kami semakin merasa senang. ketika
sampai di Paroki kembali kami segera bergegas membawa barang-barang kami dan berpamitan
dengan para staf yang ada. ya di sini lah awal perjalanan misi kami yang sesungguhnya.
perjalanan kami tempuh kurang lebih sekitar satu jam setengah dengan disuguhi berbagai
pemandangan pohon kelapa sawit dan pohon karet perjalanan itu terasa tidak begitu
membosankan namun karena jalanya yang berbukit sehingga membuatku mabuk perjalanan
apalagi saat itu kondisi perutku sudah sangat penuh namun puji Tuhan tak lama setelah kejadian
itu akhirnya aku sampai di Desa Bero Jaya Timur bersama dengan kedua temanku namun dua
temanku lagi harus melanjutkan perjalanan lagi karena kami di desa yang berbeda walaupun
masih tetangga hingga nanti dalam perjalan waktu kami akan sering saling berkunjung.
Setelah sampai kami dihantar ke Rumah ketua Stasi yaitu Bapak Siregar disana kami
langsung diterima dengan sangat baik hal ini terbukti dengan langsung disediakanya berbagai
hidangan yang cukup banyak pokoknya hari itu hidupku dipenuhi dengan kata makan, tak hanya
makan disana kami juga dipersilahkan untuk mandi sore karena jam sudah menunjukan pukul
17.15 WIB. Setelah kami makan dan berbincang sebentar akhirnya keluarga yang akan kami
singgahi, saat itu keluarga disana mayoritas bersuku Batak dan Nias, kebetulan saat itu aku
mendapat keluarga yang bersuku Batak dan tentu ini sangat bertolak belakang dengan latar
belakang suku ku yaitu suku jawa.
ketika sampai dirumah Bapak Raden Hutauruk aku langsung disambut dengan baik saat
itu aku langsung dikenalkan di keluarga besar yang ada disana dan puji tuhan ternyata di
keluarga itu ada yang bersuku jawa sehingga setidaknya aku tidak begitu kikuk dengan kultur
yang ada, setelah perkenalan aku diperkenankan untuk istirahat karena jam sudah menunjukan
Pukul 20.00 WIB karena menurut informasi yang diberikan oleh salah satu OMK yang berada
disana dan kebetulan juga mantan seminaris besok pagi kami harus mengisi Pesantren kilat bagi
anak-anak yang beragama Katolik sekaligus memperkenalkan Seminari kepada mereka tentu hal
ini menjadi tantangan tersendiri bagi aku namun juga ada rasa bangga tersendiri dalam diriku.

E. Memperkenalkan Apa Itu Seminari


Seperti yang yang sudah disampaikan sebelumnya oleh mas Titus yang merupakan salah
satu OMK yang berada di Stasi itu bahwa aku dan kedua temanku akan mengisi Pesantren Kilat
di SMPN Bero Jaya Timur sekaligus memperkenalkan apa itu seminari pagi ini aku langsung
bangun pukul 06.00 WIB dan setelah itu harus sarapan di warung milik keluarga yang
kusinggahi karena aku disana memiliki tiga rumah satu di warung kedua di rumah embah yang
dimana tempatku tidur dan rumah pak Raden tempatku tidur dan berdinamika.
Setelah selesai sarapan kami langsung menuju ke SMPN Bero Jaya Timur seperti yang
ku bayangkan ketika kami memasuki lingkungan SMP itu kami langsung menjadi pusat
perhatian siswa dan siswi SMP disana. Setelah masuk kelas kami langsung memperkenalkan diri
kami dan memperkenalkan apa itu seminari kepada adik-adik yang beragama katolik disana,
ketika mendengarkan penjelasan kami mereka terlihat begitu sangat antusias memperhatikan
kami hal ini terbukti dengan banyaknya yang bertanya tentang bagaimana kehidupan di seminari
setelah kami hendak pulang ke keluarga kami masing-masing dengan diantar oleh adik-adik
SMP yang kebetulan satu rumah dengan kami.
Setelah selesai mengajar kami diperkenankan untuk istirahat karena sorenya kami akan
melaksanakan misa arwah di desa tetangga yaitu di tempatnya Dino yang jaraknya kurang lebih
30 menit jika ditempuh menggunakan motor. Ketika misa di desa B1 kami kembali
diperkenalkan dengan Romo Yudi O. Carm kepada umat yang berada di sana. Setelah kami
selesai mengikuti misa arwah kami pulang dan langsung mengadakan karaoke kecil-kecilan
bersama dengan Romo Yudi.
F. Belajar Mencari Sesuap Nasi
Selama menjalani masa live-in aku tak hanya belajar bagaimana caranya berdinamika
dengan umat yang berbeda budaya dengan ku saja tapi aku juga belajar bagaimana sulitnya
mencari sesuap nasi untuk terus bertahan hidup hal ini aku lakukan dengan membantu bapak
angkatku pergi ke ladang untuk memanen buah kelapa sawit ya walaupun kadang kakiku harus
tertusuk duri dari pohon sawit sehingga menyebabkan keluarga tempat live-in ku merasa cemas
dan melarangku untuk tidak ikut ke ladang lagi namun karna aku ingin belajar maka aku terus
berusa untuk ikut Pak Raden dan anaknya Togar untuk pergi ke ladang. Pernah suatu ketika
motor yang aku dan Togar harus terbalik karena medan nya yang licin dan berbukit namun kami
bangkit kembali untuk mengantarkan hasil panen.
Tak hanya belajar untuk memanen kelapa sawit saja aku juga belajar bagaimana
membuat minuman serbuk jahe yang rencananya akan kami bawa sebagai oleh-oleh kata ibu
yang mengajariku pada waktu itu. dari pengalaman live-in inilah aku banyak belajar bagaimana
kehidupan umat yang terus berjuang ditengah kesulitan yang ada terutama tentang pelayanan
rohani yang kerap kali kurang mereka rasakan.

G. Berbagi pengalaman Iman


Pada hari ke empat di Desa Bero Jaya Timur aku dan beberapa teman seminaris Mario,
Nuel dan Yosepin berbagi pengalaman iman lewat sharing dan berbagi pengetahuan seputar
liturgi kepada teman-teman SMA yang berada di desa Bero Jaya Timur kegiatan ini kami
laksanakan sekitar 1 jam setelah kami berdinamika bersama dengan mereka kami pun
mengadakan ramah tamah dengan makan snack bersama di tempat penginapan romo yang
dimana tempat itu biasanya dipakai untuk acara rohani dan menginap romo jika misa disana.
Saat malam kegiatan kami berjalan seperti hari-hari sebelumnya yaitu mengajar misdinar
anak-anak misdinar disana ya walaupun kadang sudah lelah karena siangnya ada yang ikut pergi
ke ladang ataupun membantu orang tua angkat kami. Nuel dan Mario lebih fokus untuk
mengajarkan misdinar sedangkan aku dan Yosepin lebih fokus mengajar lektor yang tak hanya
itu aku juga kadang diminta untuk melatih bermain organ oleh seorang bapak kegiatan ini
biasanya kami lakukan sampai jam 9 malam kadang aku merasa kasihan dengan Yosepin yang
rumahnya cukup jauh dari desa kami, maka kami sepakat besok untuk membantu Yosepin
mengajar di desanya jadi kami gantian untuk saling membantu.
keesokan harinya sesuai perjanjian kami bahwa kami akan membantu Yosepin dan
Samuel untuk mengajar misdinar di tempat mereka kegiatan itu kami laksanakan sore hari karena
saat siang kami memiliki aktivitas masing-masing di tengah keluarga kami sebelum kami
berangkat, kami terlebih dahulu mengisi perut kami dengan bakso yang telah disiapkan oleh
keluarga angkat Nuel setelah selesai menyantap bakso kami langsung berangkat menuju desa
Hijrah Mukti tempat Yosepin dan Samuel tinggal saat itu mereka juga hadir bersama kami untuk
makan bakso sekaligus menunjukan jalanan. sekitar pukul 6 sore kami semua berangkat saat itu
kami bersama dengan adik angkat kami masing-masing dengan 6 sepeda motor jadi kami seperti
turing saat itu.
jam setengah 7 malam kami baru sampai di desa Hijrah Mukti setelah sampai kami
langsung mengajar misdinar dan membagikan pengetahuan kami tentang iman katolik dan
peranan orang muda bagi gereja mereka sangat antusias sekali mendengarkan kami sehingga rasa
lelah kami menjadi hilang seketika. setelah selesai acara itu kami kembali menikmati aneka
makanan ringan, saat menyantap makanan ringan ketua Stasi disana datang menghampiri kami
dan mengucapkan terimakasih kepada kami karena sudah mau memberikan pemahaman seputar
iman katolik. Setelah acara selesai kami memutuskan untuk pulang karena saat itu jam sudah
menunjukan pukul 9 malam.

H. Perpisahan yang menguatkan


Sudah sekitar tujuh hari aku hadir ditengah-tengah keluarga Bapak Raden Hutauruk dan
Bapak Sawiyo dan tibalah saatnya aku untuk mengucapkan perpisahan kepada umat yang berada
di desa Bero Jaya Timur hal ini aku dan kedua teman ku lakukan saat selesai ibadat hari minggu,
disana Pak Siregar selaku ketua Stasi mengucapkan banyak terimakasih dan bersyukur karena
kami boleh hadir-ditengah tengah mereka untuk berdinamika bersama dan menjadi anak-anak
mereka walaupun tidak terjalin secara garis keturunan di akhir kata sambutan pak Siregar
berharap agar 10 Tahun kedepan boleh mendapat undangan misa tahbisan kami dan jika bisa
melaksanakan misa perdana di Stasi Thadeus setelah itu juga pak Siregar mengajak seluruh umat
untuk mengadakan pesta perpisahan kami yang akan dilaksanakan saat malam hari, hal ini tentu
membuat kami sangat kaget sekaligus terharu karena mereka begitu menerima kami dengan
sangat terbuka bahkan sampai mengadakan pesta untuk acara perpisahan kami.
Saat selesai ibadat aku dan kedua temanku memberikan pelatihan misdinar untuk yang
terakhir kalinya sedangkan para ibu-ibu sibuk bolak balik dari rumah ke Stasi untuk
mempersiapkan pesta perpisahan kami, setelah mengajar kami diperkenankan untuk istirahat,
pengalaman ini seakan membuatku merasa sudah seperti imam muda yang baru ditahbiskan
karena begitu diterima nya kami ditempat itu. Ketika bagun dari istirahat aku langsung diajak
oleh Togar yang menjadi adik angkatku disana dan juga Yopen yang menjadi adik angkat Mario
disana untuk pergi ke pantai, awalnya aku bingung bahwa di tempat seperti ini ada pantai eh
ternyata yang disebut pantai adalah kali kecil disana kami bermain untuk yang terakhir kalinya
kata mereka untuk kenang-kenangan momen itu aku nikmanti begitu dalam perasaan haru dan
enggan berpisah juga hadir dalam hidupku.
Saat jam menunjukan pukul 18.30 kami diperkenankan untuk segera datang ke Stasi yang
jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah kami, ketika sampai Stasi sudah dipenuhi sepeda motor
dan juga beberapa mobil dalam benak ku ini lebih dari kata cukup untuk ku. Sebelum makan
kami diperkenankan untuk menyampaikan pesan dan kesan kami selama kami berada ditengah-
tengah mereka, perasaan haru menyelimuti kami bahkan aku dan kedua temanku harus
meneteskan air mata karena merasa begitu terharu setelah menyampaikan pesan kesan umat juga
menyampaikan beberapa kesan dan pesan dan yang unik dari salah satu pesan yang disampaikan
oleh umat disana adalah “Berbahagialah ibu yang telah melahirkan kalian” kalimat ini tentu
membuatku menjadi sangat tersentuh tak hanya itu umat juga berpesan bahwa kami harus
menjadi orang-orang yang terpilih dan tidak hanya sekedar dipanggil.
Saat makan malam kami diperkenan untuk maju kedepan dan orang tua angkat kami
diperkenankan untuk memberikan suapan nasi pada kami sebagai tanda cinta begitu juga dengan
kedua temanku. Setelah makan malam kami mendapatkan berbagai cenda mata baik dari umat
dan juga anak-anak misdinar yang berada di sana tak hanya berupa barang kami juga
mendapatkan beberapa amplop putih dari umat yang berada disana yang isinya adalah uang saku
untuk kami masing-masing.
Sekitar jam setengah 10 acara telah usai dan kami diperkenankan untuk kembali pada
keluarga kami masing-masing untuk melanjutkan pesta kecil-kecilan kembali namun karena aku
terlihat begitu lelah maka Bapak menyarankan untuk mengadakan besok pagi saja. Saat besok
paginya aku harus bangun pukul 06.00 karena harus mengadakan pesta kecil-kecilan lagi
sekaligus berpisah karena hari ini aku hendak kembali ke Sungai Lilin untuk melanjutkan Live-
in ditempat yang baru. seperti biasa kami makan tak pakai sendok karena keluarga yang ku
tempati sangat kental dengan budaya Bataknya. setelah selesai makan aku diperkenankan untuk
berdiri ditengah-tengah dan saat itu juga Bapak Raden memberikanku sebuah kain ulos dan juga
beberapa nasehat yang bisa menjadi bekal perjalananku dalam menjalani panggilan suci ini.
Setelah berpamitan akhirnya aku diantar menuju tempat titik penjemputan disana sudah
ada Mario, Nuel, Yosepin dan Samuel yang sudah menunggu kehadiranku mereka juga diantar
oleh keluarga angkat mereka masing-masing untuk menghantar mereka. Setelah diawali dengan
doa akhirnya mobil yang kami tumpangi menancapkan gasnya untuk menuju ke Sungai Lilin.
Cerita demi cerita dan juga ditemani dengan berbagi makan ringan menjadi teman dalam
perjalanan kami, perjalanan kami tempuh kurang lebih sekitar satu setengah jam dan sekitar
pukul 11.45 kami berempat menjadi rombongan yang sampai pertama di Paroki berita baik
tentang kami ternyata sudah sampai ke telinga Romo Yudi sehingga sekali lagi kami
mendapatkan pujian. Setelah kami berbincang singkat kami dipersilahkan makan bersama dan
saat makan itulah Romo Yudi membacakan tugas perutusan kami selanjutnya dan yang
membuatku sedikit kaget adalah bahwa aku mendapatkan tugas perutusan di Karang Agung
bersama dengan kedua temanku yaitu Yosepin dan Nuel.

I. Kembali Berjuang Untuk Iman


Setelah kami selesai makan siang kami melanjutkan istirahat kami sembari menunggu
jemputan kami masing-masing, berbeda dengan Mario dan Samuel yang langsung ikut Romo
Yudi karena mereka satu tujuan. Setelah menunggu kurang lebih 1 jam akhirnya aku langsung
mendapatkan jemputan, berbeda dengan sebelumnya kali ini aku dijemput dengan menggunakan
sepeda motor hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagiku karena aku harus membawa
barang yang cukup berat dan kondisi saat itu begitu panas apalagi aku diminta untuk menjadi
sopir tentu ini menjadi hal yang tak mudah namun mau gak mau harus kuterima tugas itu
sebagai sebuah bagian dari perutusanku.
Perjalanan ditempuh kurang lebih sekitar satu setengah jam dari Sungai Lilin ke Karang
Agung. Saat sampai aku langsung diminta untuk istirahat oleh keluarga Bapak Paring yang saat
itu menjadi keluarga kedua ku. Keesokan harinya ibu Yohana yang merupakan istri Pak Paring
pergi ke Pasang Surut untuk menjemput anak perempuanya, jadi dirumah hanya aku dan Pak
Paring pada kesempatan itulah aku belajar masak dari pak paring tak hanya memasak aku juga
belajar bagaimana caranya untuk menderes karet.
Pada kesempatan live-in yang kedua ini kegiatan untuk mengajar dan bekerja tidak terlalu
banyak kulakukan karena melihat kondisi umat yang rumahnya begitu jauh-jauh jadi ruang
lingkup ku untuk beraktivitas cukup sempit, melihat kondisi itu maka keluarga Pak Paring hanya
mengajak ku untuk berekreasi dengan mengunjungi rumah-rumah umat yang ada disana yang
dimana waktu tempuh satu rumah ke rumah lain kurang lebih setengah jam sampai satu jam, tak
hanya mengunjungi rumah umat yang ada disana tapi aku juga diajak untuk mengunjungi
beberapa umat Hindu yang juga mendiami daerah Karang Agung
Ketika Ibu Yohana pulang, aku diajak untuk mengunjungi rumah umat yang mana di
tempat keluarga itu juga ada satu temanku yang live-in disana disana aku diminta untuk
menginap menemani satu temanku itu jadi aku tak pulang bersama Ibu Yohana. ketika bersama
Yosepin kami diajak untuk mancing di salah satu kolam berbayar di daerah itu hingga sore hari
dan rencananya ikan hasil pancingan kami akan dimasak untuk lauk makan malam.

J. Malam Takbir Di Karang Agung


Pada saat menjalani live-in di Desa Karang Agung aku dan juga satu temanku juga ikut
memeriahkan malam takbiran dengan pesta perpisahan kami di tempat itu karena rencananya
besok kami harus sudah pulang ke Sungai Lilin untuk menutup rangkaian acara live-in kami
yang sudah kami jalani kurang lebih selama dua minggu ini. Malam itu kami berkumpul bersama
karena acara perpisahan akan dilaksanakan di satu tempat saja yaitu di tempat Yosephin.
sebelum memulai acara kami membantu Pak Wagiman untuk mengantarkan bebek hidup yang
sudah dibeli oleh temanya, saat selesai mengantar bebek kami malah ditawarkan untuk
membakar bebek sontak hal itu membuat kami terkejut karena hal itu tak kami bayangkan
sebelumnya, waktu itu aku setengah menolak karena kondisiku sudah begitu kenyang dan juga
waktu sudah cukup larut malam namun setelah sejenak berfikir akhirnya aku mengiyakan
tawaran itu.
Setelah pesta perpisahan selesai aku dan juga Pak Paring memutuskan untuk pulang
karena rencananya besok kami akan lebaran ke rumah warga yang ada disana untuk
bersilaturahmi, saat itu jam menunjukan pukul 22.15 WIB dan kondisi jalan sudah cukup gelap
karena di daerah itu tidak ada lampu jalan layaknya di kota. Setelah sampai aku langsung
diperkenankan untuk beristirahat karena besok rencananya kami akan mengunjungi beberapa
rumah umat Islam yang ada disana.
Saat mentari telah terbangun dari tidurnya dan jam menunjukan pukul 07.00 WIB kami
sudah bersiap untuk berangkat, saat itu kondisi habis hujan jadi jalan cukup licin di daerah sana
ya maklumlah karena disana jalannya belum diaspal jadi ketika selesai hujan maka pasti lumpur
akan lengket dan hal ini lah yang tak jarang membuat kami harus menjinjing celana kami.
Kunjungan ini kami lakukan hingga jam 14.13 WIB sebenarnya kegiatan akan masih berlanjut
tapi berhubung karena kondisiku yang sudah mengalami kekenyangan keluarga Pak Paring
akhirnya memutuskan untuk menyelesaikan kunjungan kami keputusan ini juga diambil oleh Pak
Paring karena mengingat jam 17.00 WIB aku harus segera harus diantar menuju Sungai Lilin.
Ketika jam menunjukan pukul 17.10 WIB aku diantar oleh Pak Paring menuju Sungai
lilin namun sialnya kondisi saat itu hujan sehingga kami memutuskan berhenti sejenak untuk
berteduh. Sekitar 30 menit kami menunggu, akhirnya hujan redah juga tanpa menunggu waktu
lagi akhirnya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan selama perjalan tak jarang kami
harus terjatuh dan terjebak jalan yang sudah menjadi kubangan air. Perjalan yang normalnya
ditempuh 1 jam saja bisa menjadi 2 jam hal ini karena jalan yang kurang mendapatkan perhatian
khusus dari pemerintah setempat.
Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang akhirnya kami sampai juga di Sungai
Lilin dan saat itu jam sudah menunjukan pukul 18.30 WIB melihat kondisimu yang sudah kotor
dengan lumpur aku memutuskan untuk membersihkan diri dengan mandi. saat itu yang
menginap di Paroki hanya ada 5 orang temanku yang tempat live-in nya jauh-jauh, berbeda
dengan kebanyakan temanku yang lain yang tempat live-in nya berada di dekat Paroki sehingga
mereka tidak perlu menginap di Paroki.

K. Aku Telah Melihat Tuhan Di Tempat Ini


Setelah kurang lebih aku menjalani masa live-in di Kuasi Paroki Santo Aloysius
Gonzaga Sungai Lilin akhirnya pada tanggal 23 April 2023 kegiatan live-in kami akan resmi
berakhir namun sebelum Misa penutupan dilaksanakan aku dan beberapa teman yang menginap
di Paroki membantu para romo untuk ikut membersihkan gereja dan juga mempersiapkan
berbagai barang dagangan yang nantinya akan dijual setelah misa penutupan selesai.
Misa dimulai pada pukul 09.00 WIB dan saat itu juga umat sudah mulai berdatangan
sebelum perayaan Ekaristi dimulai kami melakukan pemanasan dengan berlatih vokal terlebih
dahulu karena dalam misa penutupan ini kami mendapatkan tugas untuk mengisi paduan suara.
Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Romo Yudi dan didampingi oleh Romo Jatra dan juga Romo
Susilo, selain itu ada juga beberapa staff yang ikut mendampingi kami koor ada Sr.Maura, Fr.
Suko dan Diakon Bass. Sebelum mengakhiri perayaan Ekaristi dengan berkat penutup temanku
Patrick menjadi perwakilan dari kelas kami untuk menyampaikan pesan dan kesan selama
mengikuti live-in di Sungai Lilin patrick mengatakan bahwa kami belajar banyak ditempat ini
mulai bagaimana caranya mencari sesuap nasi dan juga bertahan mempertahankan iman di
tengah kesulitan yang ada.
Setelah Misa selesai aku berdoa dan sejenak dalam hati mengatakan bahwa “Aku telah
melihat Tuhan ditempat ini”. Setelah perayaan Ekaristi selesai kami diperkenankan untuk makan
siang bersama di Pastoran bersama dengan beberapa umat dan romo yang ada, ketika makan
tentu cerita demi cerita menjadi teman kami dalam makan siang kala itu.
Jam menunjukan pukul 14.30 WIB dan kami berpamitan untuk melanjutkan perjalanan
kami menuju Seminari namun perjalan pulang kami tidak lagi berjumlah 19 orang karena ada
beberapa teman yang memutuskan untuk langsung pulang untuk berlibur. Kala itu cuaca cukup
panas bahkan tak jarang kami harus sesekali mengatur pendingin udara, karena tak tahan dengan
cuaca yang begitu panas aku memutuskan menikmati perjalanan dengan tertidur lelap. Perjalanan
kami lalui kurang lebih 3 jam setengah mengingat saat itu kami terjebak macet yang cukup
parah. Kami sampai seminari pada pukul 17.45 Wib dan saat itu kami diperkenankan untuk
langsung mandi setelah mandi kami diperkenalkan untuk menyantap hidangan. Kondisi Seminari
saat itu sepi karena adik kelas sedang libur Lebaran Sehingga yang berada di Seminaris hanya 9
orang saja karena saat sampai di palembang beberapa teman memutuskan untuk langsung
pulang.
Inilah kisah perutusan ku yang sangat mengesan bagiku karena melalui pengalaman
perjumpaan itu aku dapat belajar banyak hal tak hanya itu pengalaman itu juga semakin
memotivasi panggilanku untuk menjadi seorang imam. Terimakasih Tuhan.

BAB III
ADA APA DI BUMI SAI RUWAI JURAI?

A. Perjalan ke Lampung

Setelah selesai menjalankan masa live-in ku maka aku memutuskan untuk memberikan
apresiasi terhadap diri ku untuk berlibur ke lampung, aku memutuskan lampung sebagai tempat
liburanku dengan pertimbangan selain lokasinya yang tak terlalu jauh aku pada kesempatan
liburan kali ini aku tak bisa pergi terlalu jauh karena akan banyak jam latihan animator IYD III
yang akan kulaksanakan yang dimana tidak boleh dilewatkan mengingat pelaksanaan IYD III
sudah semakin dekat.
Setelah bermalam satu hari di Seminari aku dan beberapa teman ku yang akan berlibur ke
Lampung segera bersiap karena sore nya kami harus segera bersiap berangkat menuju Lampung.
Saat di Lampung kami akan menginap di salah satu rumah temanku yaitu patrick walaupun
sedikit kecewa karena yang rencananya kami akan menggunakan kereta api tidak keturutan
karena kami kehabisan tiket mengingat saat itu sedang libur lebaran jadi ya wajarlah. Saat jam
menunjukan pukul 17.25 WIB dan mobil travel sudah datang. Karena sisa lelah live-in masih
melekat maka lagi-lagi dalam perjalan ini aku lebih banyak menghabiskan waktuku dengan
tertidur.
Karena perjalanan melalui jalan tol maka perjalan kami dapat dibilang cukup cepat ya
mungkin sekitar 4 jam saja. Saat itu jam menunjukan pukul 20.34 WIB dan kami sudah sampai
di rumah temanku petrik, setelah sampai kami diperkenankan untuk makan malam dan setelah
itu kami melanjutkan nya dengan istirahat karena rencananya besok pagi kami harus bangun
pagi-pagi untuk pergi ke Pantai Sari Ringgung Lampung.

B. Bentangan Pantai Sari Ringgung


Saat jam menunjukan pukul 06.00 WIB aku dan beberapa temanku harus segera
terbangun dari alam mimpi untuk segera bergegas berangkat menuju Pantai Sari Ringgung. Saat
sampai disana kami langsung sarapan terlebih dahulu setelah itu baru kami melanjutkan aktivitas
kami untuk berenang. Di momen inilah aku bisa melampiaskan rasa lelah ku setelah
melaksanakn ujian sekolah dan juga live-in kemarin.
Aktivitas berenang kami lakukan kurang lebih sekitar 2 jam dan setelah itu kami bersiap
diri untuk makan siang di salah satu rumah makan yang ada di Lampung. setelah selesai makan
siang aku dan beberapa teman yang lain berinisiatif membantu ibu teman kami patrick untuk
bekerja di usaha laundry miliknya ya kurang lebih sekitar 2 jam setelah itu kami pulang untuk
mandi dan juga makan malam.
Setelah makan malam kami memutuskan untuk melanjutkan rekreasi kami dengan nonton
bioskop, saat itu film yang kami tonton adalah Jesus Revolution di momen itu juga aku
mendapatkan kenalan baru yang tak sengaja kami bertemu di ruang bioskop yang sama
kebetulan dia dan temannya duduk di sebelahku kami berkenalan dan juga berbincang tentang
film yang kami tonton mereka beragama Kristen Protestan, mereka juga adalah seorang
perempuan dan saat itu mereka bertanya apakah aku sudah kuliah dan aku menjawab belum aku
baru lulus tahun ini dan aku adalah calon pastor lalu mereka seakan kaget dan memberikan
apresiasi kepada ku perteman kami jadi semakin dekat walau saat itu aku tak sempat bertukar
akun instagram.
Saat jam menunjukan pukul 21.00 kami memutuskan untuk pulang. setelah sampai di
rumah teman ku aku langsung istirahat sambil menonton televisi.

C.Pringsewu Tempat ku Bercermin


Pada hari ketiga kami memutuskan untuk mengunjungi Pringsewu. kami berangkat
sekitar pukul 08.00 WIB. Perjalan yang ditempuh sekitar 2 jam dan saat itu kondisi sangat panas
sekali. Setelah melalui perjalanan yang cukup jauh akhirnya sampai juga kami di Pringsewu saat
sampai kami langsung berfoto-foto dan setelah itu kami menemui Romo Eko SCJ, ketiak kami
bertemu beliau kami langsung ditawarkan aneka makanan ringan. Setelah menyantap beberapa
makanan ringan kami diajak untuk mengunjungi museum yang ada disana tak hanya itu kami
juga mengunjungi Gua Maria yang ada disana ditempat inilah aku mencoba untuk bercermin
dan melihat kembali perjalanan panggilanku yang selama ini sudah kujalani. Setelah jam
menunjukan pukul 11.30 WIB kami diajak oleh Romo Eko SCJ untuk makan di luar namun
karena yang mengantar kami ada beberapa urusan rencana yang sudah setengah jalan itu tidak
jadi kami lakukan, sehingga menyebabkan beberapa temanku sedikit kecewa
Setelah sampai dirumah kami langsung makan siang, ya walaupun saat itu kondisi sudah
hampir gelap. Setelah makan kami langsung segera membersihkan diri dan melanjutkan
melakukan kesibukan masing-masing ada yang sibuk dengan HP dan ada juga yang asik
berbincang.
Keesokan harinya kami diajak oleh Patrick untuk mengunjungi Paroki Kedaton dan saat
sampai disana kami langsung disambut dengan hangat oleh romo yang ada disana yaitu Romo
Tripomo Pr dan Romo Radit Pr hal ini terbukti dengan langsung dipersilahkan kami untuk
makan siang dan menikmati pizza yang sudah dipesankan Romo Radit.
Malamnya kami mengikuti acara syukuran Grand opening usaha laundry teman kami
yang buka cabang, kebetulan saat itu aku diminta untuk menjadi organis tentu menjadi
keabnggaan tersendiri dalam diriku karena dipercaya untuk menjadi dalam acara yang penuh
syukur itu. Acara berlangsung hingga jam 22.00 WIB dan setelah itu kami pulang untuk
beristirahat mengingat besok aku harus pulang ke Palembang bersama dengan kedua temanku
karena ada acara pertemuan panitia IYD III Palembang.

D. Kembali Menuju Bumi Sriwijaya


Sudah empat hari aku berada di Lampung dan tibalah waktunya aku untuk segera
beranjak dari zona nyaman. Di hari terakhir kami yang pulang lebih awal memutuskan untuk
membeli beberapa oleh-oleh yang akan kami bawa ke rumah kami masing-masing. Saat itu
teman kami mengajak kami menuju pusat perbelanjaan oleh-oleh khas lampung yaitu aneka
olahan pisang dan yang lainya. Tak hanya makanan kami juga membeli beberapa kaos produk
lokal yang juga kami bawa sebagai kenang-kenangan.
Setelah selesai membeli beberapa oleh-oleh kami langsung mencari tempat makan karena
saat itu kondisi perut kami sudah begitu lapar, temanku Petik mengajak kami untuk makan ayam
bakar yang ada disana. Setelah kami sampai ke rumah teman ku Patrick aku dan teman yang kan
pulang di hari itu segera bergegas untuk mandi dan mempersiapkan barang-barang kami,
sedangkan temanku dan Petik melanjutkan aktivitasnya dengan berolah raga futsal. Sembari
menunggu jam kami diajak oleh keluarga Petik untuk makan di luar yang dimana makan malam
itu sekaligus menjadi malam perpisahan kami. Makan kali cukup unik karena kami makan di
emperan toko hal ini terjadi karena Rumah makan itu sudah cukup penuh. Setelah makan
ahkirnya mobil yang akan menghantar kami tiba juga dan saat itu juglah kami harus
mengucapkan kata pisah dengan teman-teman kami.

BAB III
INDONESIAN YOUTH DAY III

A. Tuhan Yang Jaga

Setelah sampai di Palembang pukul 02.30 WIB. Kami memutuskan untuk langsung
beristirahat dan kami memutuskan untuk tidak mengikuti perayaan Ekaristi melihat kondisi kami
yang sudah begitu lelah karena perjalan panjang yang sudah kami lalui. Setelah bangun dan
membersihkan diri kami langsung sarapan dan setelah itu melanjutkan perjalanan kami menuju
Paroki Hati Kudus Palembang karena kami diminta untuk menginap di sana oleh Romo
Parokinya untuk membantu dekorasi persiapan bulan Rosario.
Ketika selesai mengikuti Misa Sabtu sore kami diperkenankan oleh romo yang ada untuk
jalan-jalan malam, saat itu kami memutuskan untuk menikmati indahnya suasana di sekitar
jembatan Ampera. Ketika sampai di sekitar Ampera kami langsung mencoba berbagi hiburan
yang ada, saat itu kami mencoba menaiki mobil-mobilan yang bisa berjalan menggunakan tenaga
aki dan juga bensin, sejak awal kami sudah merasa ada yang tidak beres dengan mobil-mobilan
yang kami gunakan ini karena sudah beberapa kali tidak bisa jalan dan harus didorong terlebih
dahulu, ketika sudah setengah perjalanan mobil kembali berhenti namun sopir tetap memaksanya
sehingga ada kobaran api yang muncul dari mesin tepat dibawah ku kami semua panik karena
api itu semakin membesar dan menghanguskan mobil-mobilan kami sontak hal itu membuat
kami semua panik bahkan warga sekitar juga turut membantu kami untuk memadamkan api yang
ada
Kejadian itu sedikit membuat kami trauma sehingga kami langsung memutuskan untuk
pulang mengingat waktu sudah cukup malam. Perjalan pulang kami iringi berbagai tanggapan
dari kejadian yang hampir saja membahayakan kami. Setelah sampai Patoran kami langsung
memutuskan untuk beristirahat mengingat besok pagi kami harus segera berangkat untuk
pertemuan panitia IYD III di Gentiaras.
Jam menunjukan pukul 07.00 WIB dan kami harus segera bergegas untuk menuju ke
Gentiaras saat itu kami memutuskan untuk naik LRT namun akhirnya Mas Valdi menjemput
kami menggunakan mobil Seminari perjalanan kami lalui sekitar 15 menit saja karena kondisi
saat itu tidak sedang macet. Saat sampai di Gentiaras kami langsung diperkenankan untuk
mencicipi makanan ringan dan setelah itu bersiap untuk melakukan pelatihan dengan para
anggota TNI AD proses latihan saat itu cukup berat bagi kami karena metode yang digunakan
adalah ala militer namun kami tetap menjalani nya dengan sukacita. Melalui momen itu juga tali
persaudaraan kami antar Panitia dan Volunteer semakin terbentuk.
Acara pelatihan selesai pada pukul 17.15 WIB karena hari sudah mulai gelap maka kami
memutuskan untuk langsung pulang menggunakan LRT karena mas Valdi yang mengantar kami
memutuskan untuk pulang lebih awal dikarenakan harus menjemput adik-adik kami yang
melakukan aksi panggilan di Paroki Santo Fransiskus De Sales. Perjalanan dari Gentiaras
menuju stasiun Punti Kayu kami lakukan dengan jalan kaki, setelah melalui perjalanan yang
cukup panjang akhirnya kami sampai juga di paroki Hati Kudus Palembang karena kami harus
membereskan barang-barang kami untuk pulang ke seminari namun sebelum kami pulang kami
pamitan terlebih dahulu dengan romo paroki setelah itu kami memutuskan untuk pulang
menggunakan Grab.

B.Bener kata orang kalo Rumah tempat ternyaman


Jam menunjukkan pukul 19.25 dan kami sudah sampai seminari, ketika sampai seminari
aku langsung membereskan barang-barangku karena aku akan langsung pulang ke Rumah untuk
menikmati masa liburanku yang begitu panjang maka aku memutuskan untuk langsung memesan
ojek online. Perjalanan aku tempuh dengan waktu kurang lebih 45 menit lamanya mengingat saat
itu jalan cukup macet jadi perjalanan menjadi cukup lama. Setelah sampai Rumah aku langsung
disambut oleh keluarga dan diminta untuk langsung makan malam dan setelah itu istirahat
mengingat waktu sudah cukup malam dan kondisi ku yang begitu lelah akibat mengikuti
pelatihan bersama dengan Volunter dan pelatih dari TNI AD.
Ketika di Rumah kegiatan yang kulakukan tak begitu banyak dan melelahkan paling-
paling hanya membantu membereskan rumah atau membantu orang tua untuk mengurus usaha
minyak goreng yang menjadi usaha baru keluarga . Mengingat usaha itu berkembang dan
memberikan keuntungan yang cukup besar maka mama memberanikan untuk membeli sebuah
kaisar untuk mengantar pemesanan minyak jika harus diantar ke luar kota tak hanya itu orang tua
juga berencana untuk membuka toko namun mengingat karena ini adalah usaha sampingan maka
tak bisa selalu dijaga oleh orang tua ku mengingat mereka masih aktif dengan pekerjaan masing-
masing maka karena takut terbengkalai maka rencana itu untuk sementara ditunda dahulu,
akupun juga merasa keberatan jika harus menjaganya mengingat aku harus bolak-balik untuk
latihan animasi IYD III Palembang.
Selain membantu keluarga aku juga menyibukan diri dengan mengajar Sekolah Minggu
setiap Minggunya bersama dengan temanku Alan di Paroki Santo Stefanus Palembang, kegiatan
mengajar sekolah minggu ini menjadi kegiatan hal yang baru dan spesial dalam liburan kali ini
karena sebelumnya aku belum pernah diminta untuk mendampingi anak-anak Sekolah Minggu,
kegiatan ini sungguh menarik bagiku karena aku bisa belajar banyak hal-hal baru seperti belajar
mengerti anak-anak kecil belajar untuk lebih menjadi pendengar ketimbang pembicara.

C. Belajar Melayani dari Founder Jala Kasih


Pada tanggal 18 Mei 2023, kami para panitia dan volunteer acara IYD III Palembang
mengadakan rekoleksi. Rekoleksi dibawakan oleh Romo Albertus Joni SCJ dan Albertus
Gregory Tan seorang founder Jala Kasih. Acara dimulai pada pukul 10.00 WIB saat itu Romo
Joni menjelaskan tentang peranan-peranan orang muda dalam Gereja mulai dari melayani dan
menjadi pemeran utama dalam Gereja, tak hanya itu Romo Joni juga mengatakan bahwa untuk
melayani kita harus berdamai dulu dengan diri kita baru kita bisa melayani orang lain. Setelah
Romo Joni memberikan materinya giliran Kak Gregory Tan yang menceritakan pengalaman
hidupnya bagaimana dia bisa melayani tuhan ditengah kesibukan, Kak Gregory mengisahkan
bahwa saat kecil dia pernah mengalami penolakan dari keluarga dan saat itu iya seakan merasa
marah dengan Tuhan namun seiring berjalannya waktu dia mulai belajar untuk mencintai Tuhan,
bahkan dia tak menyangka bisa dipakai Tuhan untuk membangun banyak gereja di Indonesia.
Motivasinya untuk membangun gereja berawal saat dia menjalani masa live-in di suatu tempat
yang saya lupa tempatnya, di sana ia melihat ada sebuah gereja yang kondisinya cukup
memprihatinkan dan saat itu juga dia seakan mendapat sebuah panggilan untuk membantu
membangun gereja itu. kak Gregory Tan juga merupakan salah satu penerima penghargaan Kick
Andy Heroes 2022.
Setelah kami mengikuti sesi-sesi rekoleksi kami diperkenankan untuk makan siang, di
momen itulah kami diminta untuk saling berpencar dari divisi kami untuk saling mengenal antar
anggota divisi yang lain karena saat itu kepanitian dibagi menjadi perbagian ada Divisi Acara,
Divisi Liturgi, Divisi Konsumsi dan yang lainya. Setelah makan siang kami diminta untuk
kembali merenungkan bahwa pengalaman yang indah Tuhan hadirkan melalui pengalaman
lumpur, saat itu kami benar-benar menghayati bahkan tak jarang ada yang sampai menangis dan
berpelukan untuk saling menguatkan.
Acara selesai tepat pada pukul 17.34 WIB dan saat itu aku memberanikan diri untuk
meminta foto bersama dengan Kak Gregory Tan karena aku begitu mengagumi nya, dari
pribadinya aku belajar bahwa intinya harus berani. setelah itu aku mendapatkan sebuah hadiah
dari Kak Gregory yaitu sebuah buku. Setelah acara selesai aku langsung memutuskan untuk
langsung pulang mengingat waktu sudah cukup sore dan aku juga harus mengikuti Misa sore di
Paroki Santo Yoseph Palembang dikarenakan saat pagi aku tak sempat untuk Misa karena tim
animator harus datang lebih awal untuk berlatih.
Pada saat perayaan hari kenaikan Yesus kristus kami panitia dan volunter kembali
mengadakan pertemuan, saat itu aku diminta untuk menjadi organis oleh panitia jujur saat itu aku
merasa sangat gugup apalagi di sana banyak yang lebih baik dari ku namun karena berbagai
semangat yang diberikan kepadaku maka aku memantapkan diri untuk memainkan melodi-
melodi lagu dari buku puji syukur saat itu dari pengalaman itu aku semakin belajar bahwa
intinya kita harus berani memulai.

D. Karantina Panitia dan Volunteer IYD III Palembang


Proses latihan animator sudah kami lalui cukup lama sudah sekitar 5 bulan kami menjalin
kebersamaan sebagai keluarga dan tim animator IYD III Palembang, mulai dari buat tiktok
bareng, kehujanan, saling menguatkan dan banyak kegiatan lainnya yang menjadi tali pengikat
kekeluargaan kami selama ini. Pada tanggal 23 Juni kami panitia dan volunteer IYD III memulai
masa karantina kami di Wisma Atlet Jakabaring, saat itu kami berangkat dari Kampus Musi jam
08.00 WIB Saat itu hanya tim animator dan dancer yang berasal dari SMA Xaverius 3, SMK
Xaverius 1 dan juga SMP Xaverius saat itu kami berangkat menggunakan 3 bus pariwisata,
perjalanan kami tempuh kurang lebih setengah jam, ketika saat sampai di Jakabaring kami
langsung diantar menuju Gor Dempo untuk melakukan latihan di lapangan langsung saat itu
kondisi Gor Dempo sangat panas sehingga tak jarang aku dan teman-teman lainya harus keluar
masuk ruangan untuk mencari angin, latihan kami lakukan sampai jam 17.00 WIB dan setelah itu
kami langsung dihantar menuju kamar kami masing-masing.
Setelah sampai di kamar kami masing-masing, kami langsung diminta untuk mengambil
beberapa atribut kami dari panitia IYD III baru setelah itu kami diperbolehkan untuk mandi dan
istirahat karena setelah itu kami tim volunteer akan mendapatkan olah rohani dari Koordinator
panitia IYD III Palembang saat itu kami diminta untuk saling menguatkan dengan berbagi game,
setelah acara itu selesai kami langsung diperbolehkan untuk makan malam. Kami dibagi menjadi
beberapa kelompok dan 1 kelompok terdiri dari 8 orang, makan malam kami lakukan berpencar
ada yang dipinggir danau, ada di pinggir jalan dan ada juga yang makan di pendopo-pendopo
kecil di dekat danau.
Setelah makan malam kami mengadakan doa malam dengan saling mendoakan antara
satu dengan yang lain menggunakan lilin yang akan diberikan untuk orang yang akan didoakan
saat itu volunteer yang hadir tidak hanya dari agama Katolik saja tapi ada Budha dan islam. Saat
itu aku menjadi orang pertama untuk mengestafetkan lilin kasih itu. Setelah doa malam kami
diperkenankan untuk istirahat, saat itu aku langsung tidur karena hari itu cukup melelahkan
bagiku.
Keesokan harinya pada tanggal 24 Juni kami melakukan gladi bersih bersama tim dancer
untuk memeriahkan acara opening ceremony IYD III Palembang, latihan kami lakukan setelah
kami makan pagi jadi sekitar jam 08.00 kami harus sudah berada di Gor Dempo, seperti biasa
suasana di Gor Dempo terasa begitu panas bahkan tak jarang tim animator dan dancer harus
berkipas menggunakan kardus yang ada dan juga tak jarang kami harus sampai tertidur di tribun-
tribun Gor Dempo yang begitu panas itu. Gladi bersih kami lakukan sampai jam 18.00 WIB dan
saat itu kontingen dari Keuskupan Agung Palembang jadi beberapa dari kami harus
mendampingi dan menyambut kedatangan mereka.
Ketika malam, kami makan di ruangan khusus panitia dan setelah itu kami mengadakan
penutupan masa karantina kami karena kami besok sudah harus bekerja di lapangan yang
sesungguhnya, penutupan masa karantina diadakan menjadi lebih cepat karena ada beberapa
kontontigen yang sudah datang, pesan yang diberikan oleh Romo Wahyu kepada kami adalah
apa pun nanti kondisinya jangan takut untuk langsung eksekusi dan jangan lupa spiritualitas
pelayan itu yang terpenting. Setelah acara itu aku dan beberapa teman lainya melakukan jalan-
jalan menelusuri sekitar Wisma Atlet sekaligus melihat beberapa kontingen yang sudah mulai
berdatangan, setelah merasa begitu lelah karena seharian harus melakukan Gladi bersih aku
memutuskan untuk tidur lebih awal dari pada teman-teman sekamarku mengingat jam sudah
menunjukan pukul 22.00 WIB dan besok acara sudah dimulai secara resmi.

E. Seperti Maria Katakan “YA”


Pada tanggal 26 Juni jam 08.00 WIB aku harus segera menghabiskan sarapanku karena
pada jam 09.00 WIB aku harus mengisi acara di panggung musik corner untuk menyambut
kontingen-kontingen yang datang, saat itu kami diminta untuk memperkenalkan diri terlebih
dahulu kepada beberapa peserta yang hadir untuk menikmati hiburan di music corner karena
musik corner dipersiapkan untuk hiburan para peserta IYD selama mereka mengikuti kegiatan
IYD III Palembang. Ketika mengisi music corner kami tim animator mengisinya dengan tiktok
kan bersama dan juga joget beberapa lagu ala OMK.
Ketika selesai mengisi acara di music corner kami diminta oleh koordinator kami tim
animator atau yang biasa kami sebut mamak kami untuk segera menuju Gor Dempo karena kami
harus bersiap mulai dari make up dan sebagainya disana kami difasilitasi mobil untuk pergi-pergi
jadi kami tak perlu repot-repot untuk jalan kaki. Saat sampai di Gor Dempo aku dan temanku
langsung diantar ke pos make up oleh tim make up saat masuk kedalam ternyata sudah banyak
perempuan yang make up wajar saja dari tim animator hanya seminaris yang laki-laki dan dari
tim tari kolosal hanya beberapa saja yang laki-laki, proses make up bagi kami para laki-laki tak
begitu memakan waktu yang lama apalagi saat itu aku hanya mengenakan pakaian adat melayu
yang terbilang cukup simpel. Ketika jam menunjukan pukul 15.00 WIB para kontingen dari
berbagai keuskupan sudah mulai melakukan defile dengan menggunakan pakain adat dari daerah
mereka masing-masing, karena aku sudah selesai make up maka aku memutuskan untuk melihat
acara defile itu. Kami tim tari kolosal dan animator tidak mengikuti misa karena kami harus
bersiap-siap terlebih dahulu kami baru memasuki ruangan Gor Dempo saat selesai misa dan
sambutan-sambutan yang dimana saat itu jam kira-kira menunjukan pukul 08.00
Ketika giliran kami hendak tampil kami dipersilahkan memasuki ruangan VIP Untuk
mencicipi aneka makanan ringan yang sudah disiapkan oleh seksi konsumsi sembari menunggu
jam terbang kami. Ketika giliran kami tampil aku sedikit gugup apalagi aku dan Mario diminta
untuk mengisi barisan depan oleh koordinator kami, saat awal-awal ada beberapa gerakan yang
salah karena begitu gugupnya aku namun setelah melihat semangat para orang muda katolik se
indonesia itu aku menjadi semakin percaya diri dan bisa sukses membawakan animasi theme
song dengan meriah dan semangat setelah pembukaan resmi dibuka kami diperkenankan untuk
berganti kostum lagi karena sebelum para peserta diperkenankan untuk beristirahat akan ada dua
tampilan lagi dari kami. Tak seperti tim animator tim dancer tidak menginap di Wisma Atlet
namun jika mereka mau menginap panitia tetap menyiapkan tempatnya. Sebelum istirahat aku
diajak foto oleh anak-anak dancer yang menginap di Wisma Atlet, baru setelah itu kami istirahat
karena waktu sudah menunjukan pukul 22.30 WIB.

F. Kesempatan Bertemu Romo Eko. OSC


Pada tanggal 28 acara IYD III adalah outing dan pendalaman katekese yang dibawakan
oleh beberapa narasumber yang cukup berpengalaman dalam bidangnya, salah satunya adalah
kelas tentang membangun keluarga katolik yang dibawakan oleh Romo Eko OSC, saat itu aku
ditugaskan untuk mengisi animasi seminar Romo Eko OSC namun tidak jadi karena tanggal 29
aku akan menjadi pendamping outing komplek bangau, dalam acara IYD ini yang pada tanggal
28 melaksanakan outing maka tanggal 29 mereka akan memasuki kelas- kelas yang sudah dibagi
sesuai grup mereka. Kegiatan outing dilakukan di berbagai tempat-tempat rumah ibadah 6 agama
dan juga karya-karya sosial yang ada di Keuskupan Agung Palembang.
Karena dihari ini aku santai dan tak mendapatkan tugas maka aku bisa bebas memakai
waktumu dengan sebaik mungkin. saat aku menemukan waktuku untuk istirahat namun saat aku
membuka hp dan melihat status whatsapp ii Rosi aku melihat bahwa dia berfoto dengan Romo
Eko yang sering tampil di media sosial itu di situ aku mengatakan bahwa mungkin belum rezeki
ku untuk bisa bertemu dengan Romo Eko OSC, namun saat aku hendak mengambil snack sore
tiba-tiba Romo Eko lewat didepanku diiringi para Fansnya tanpa pikir panjang aku langsung
memberanikan diri untuk menyapanya dan meminta foto dengannya,tak disangka bukan hanya
bisa mendapat foto dengan nya tapi aku juga mendapat pesan-pesan motivasi darinya untuk setia
menjalani panggilan Tuhan.
Setelah berjumpa dengan Romo Eko OSC, aku semangin yakin Tuhan tau betul apa
yangku inginkan. Ketika jam menunjukan pukul 19.00 WIB tim animator yang berada di rumah
berkeliling untuk melihat para peserta yang melakukan pengakuan dosa di Gor Dempo setelah
mengikuti kelas-kelas yang ada. Setelah berkeliling dan membuat video tiktok kami memutuskan
untuk makan malam baru setelah itu aku berjoget ria di acara music corner yang sudah begitu
rame oleh peserta IYD III Palembang walaupun ramai namun kondisi sangat kondusif berbeda
jika dengan anak-anak muda pada umumnya yang brutal juga ada acara seperti itu.
Ketika jam menunjukan pukul 23.00 WIB music corner ditutup dan kami diperkenankan
untuk istirahat apalagi besok aku harus bangun pagi dan berangkat ke seminari untuk
menyiapkan outing di komplek bangau.

G. Pengalaman Iman Yang Menguatkan


Ketika jam menunjukan pukul 06.00 WIB aku dan beberapa teman yang akan memandu
outing komplek harus segera untuk bangun pagi untuk mengikuti perayaan Ekaristi di Gor
Dempo bersama peserta yang hari ini akan outing. Setelah mengikuti perayaan Ekaristi aku dan
temanku diantar menuju seminari, saat itu kondisi kami belum sarapan namun karena waktu
yang begitu padat maka kami harus membantu membersihkan area seminari mulai dari museum,
kapel dan juga refter karena ketiga tempat itu akan menjadi gedung utama yang akan digunakan.
Setelah setengah jam aku membersihkan kebun satu, aku dan beberapa teman
diminta Romo Een SCJ berkumpul sebentar untuk pembagian tugas dan pos kami masing-
masing saat itu aku dipercaya untuk mendampingi peserta outing di bengkel kayu milik
kongregasi SCJ ditemani oleh Br. Yuwono SCJ. Pukul 09.00 WIB para peserta outing yang
terbagi dalam beberapa grup kalo tidak salah ada sekitar 98 orang saat itu untuk outing di
komplek pendidikan bangau, mereka berhenti di depan gedung Yayasan Xaverius Palembang.
Saat itu ada 4 bis yang membawa masing-masing group ditambah bus mini yang digunakan oleh
panitia, Ketika sampai mereka langsung disambut dengan tari tanggai salah satu tari khas dari
Sumatera Selatan.
Setelah sambutan dengan tarian dan pantun, para peserta dipersilahkan untuk memasuki
gedung Xaverius Centrum Studiorum, disana sudah ada perwakilan dari masing-masing
pemimpin institusi SMA Xaverius 1 diwakilkan oleh Kepala Sekolah yaitu Bpk. Andreas
Sudarsana, Seminari oleh Romo Anselmus inharjanto SCJ dan Universitas Musi oleh Rektornya
yaitu Bpk.Singgih, di dalam mereka menjelaskan masing-masing dari institusi yang mereka
wakilkan.
Setelah perkenalan kami diperkenankan untuk makan siang saat itu kami diberikan nasi
Padang sebagai menu makan siang kami, tak lama setelah itu kami animator yang berasal dari
seminari diminta untuk berada di pos masing-masing, tanpa berlama-lama aku langsung menuju
pos ku yaitu Bengkel Kayu Seminari ditemani oleh Br. Yuwono. Namun sebelum ke pos para
peserta diminta untuk melakukan yel-yel terlebih dahulu sebelum memasuki pos yang sudah
dibagi oleh pihak seminari.
Setelah melakukan yel-yel para peserta diperkenankan untuk langsung menuju pos
masing-masing, saat itu grup yang pertama kali mendapat pos bengkel adalah grup 25 yang di
antar oleh kak Sherly selaku LO, saat itu aku membantu Br. Yuwono untuk menjelaskan tentang
bengkel kayu itu. Pada saat membantu menjelaskan bengkel, tak jarang aku juga berkenalan
dengan beberapa peserta dari berbagai kontingen keuskupan, Seperti Ce Chery dari Keuskupan
Agung Jakarta, Ko Kennet dari Keuskupan Bandung, Kak Dicta dari Keuskupan Bandung,Kak
Silva dari Keuskupan Surabaya dan Kak Magda dari Keuskupan Sintang. Setelah proses selesai
peserta dipersilahkan untuk mencicipi snack yang telah disiapkan dan bersiap untuk mengikuti
jam kudus menggunakan Bahasa Inggris.
Setelah mengikuti jam kudus kami tim animator dan para peserta harus segera bersiap
menuju bis kami masing-masing karena kami akan menuju Paroki Santo Petrus Kenten, saat itu
aku diminta untuk masuk ke bis grup 25 yang kebetulan saat itu aku sudah banyak mengenal
anggota grup 25 jadi suasana di bis tidak begitu kaku. Perjalanan terjadi cukup lama karena jalan
menuju Kenten cukup ramai apalagi saat itu kondisi sudah cukup sore yaitu jam 17.00, sembari
menunggu, kami melakukan joget di dalam mobil sehingga mobil menjadi sedikit ikut
bergoyang.
Setelah sampai kami langsung disambut dengan umat dan drum band lalu setelah itu
kami dipersilahkan untuk memasuki gedung gereja untuk berdoa dan mendengarkan kata
sambutan dari romo paroki yaitu Romo Hari SCJ. Setelah mendengarkan sambutan kami diminta
untuk segera menuju pendopo karena akan ada perkenalan sejarah Gereja Santo Petrus Kenten.
Setelah mendengarkan cerita sejarah Gereja Santo Petrus Kenten, kami diperkenankan untuk
menyantap hidangan yang sudah disediakan oleh ibu-ibu WKRI. Tak lama setelah itu kami
diperkenankan untuk menonton film karya OMK Paroki Santo Petrus Kenten yang berjudul
“KEMBALI”
Setelah sekitar 1 jam kami menonton film, kami diminta untuk segera bersiap menuju bis
kami yang sudah ditentukan, saat itu aku tidak masuk kedalam bis yang aku gunakan saat
berangkat namun aku mengunakan mini bus yang cukup elit sekelas mobil Alpahart yang
dipersiapkan khusus untuk pemandu outing. Sembari melepas lelah kami yang ada dimobil
melakukan karoke karena mobil itu ada fitul layar dan bisa untuk menyetel Youtube. Setelah
sampai kawasan Jakabaring Sport City aku langsung menuju music corner untuk kembali
begoyang bersama para peserta yang juga turut ikut dalam acara itu. Saat itu para kelompok
mengadakan perpisahan dengan kelompok mereka karena besok mereka sudah ada dalam
kontigen mereka masing-masing.
\
H. Surat Cinta OMK untuk Gereja

Pada tanggal 29 Juni 2023 pagi, suasana disekitar Jakabaring Sport City sudah mulai
ramai dengan beberapa kontigen yang sedang melakukan sarapan sebelum nantinya mereka akan
melakukan sharing dalam kontigen mereka untuk membahas apa yang akan dilakukan setelah
acara IYD III Palembang ini berahkir karena hari ini menjadi hari terahkir para orang muda
katolik seIndonesia melakukan perjumpaan untuk saling menguatkan membagikan pengalam-
pegalaman antara yang satu dan yang lain.
Saat jam menunjukan pukul 09.00 aku dan bebapa tim animator diminta untuk segera
bersiap untuk mengisi acara di music corner sebelum nantinya kami akan menuju Gor Dempo
untuk melakukan latihan kembali agar acara closing ceremony dapat berjalan dengan baik.
Namun sebelum pergi menuju Gor Dempo aku meyempatkan diri untuk memberikan beberpa
kenang-kenangan untuk Ce Cherry, Kak Silva, Ko Ken, Ce Helena Jean, Kak Helena dan juga
Richelle, saat itu aku rencananya ingin berfoto dengan Ce Gwaen cece dari Ko Ken yang
membuat logo IYD III Palembang namun karena Ce Gwaen sedang melakukan pemanasan untuk
tampil di acara penutup maka aku tidak enak jika harus mengangunya.
Sebelum makan siang berlangsung para peserta diminta untuk mengikuti temu dengan
Miss Indonesia 2022 yaitu Kak Vanessa Audrey dan Polwan yang cukup terkenal yaitu kak
Marcelina atau yang biasa dipanggil Akiau serta banyak lagi narasumber yang dihadirkan dalam
acara itu untuk memberikan motivasi kepada orang muda katolik Indonesia untuk berkarya. Para
narasumber diambil dari orang katolik sendiri yang memiliki segudang prestasi.
Ketika jam menunjukan pukul 15.30 WIB, para peserta IYD III melaksanakan Misa
penutupan sekaligus perutusan untuk mereka kembali ke keuskupan mereka masing-masing,
namun kami para tim animator lagi-lagi tidak bisa mengikuti perayaan Ekaristi tersebut karena
kami harus segera bersiap untuk mengisi acara penutupan dan perutusan itu. Ketiaka selesai
perayaan Ekaristi ada acara peyerahan salib IYD ke ketua KomKep KWI yaitu Mgr Riana uskup
Keuskupan Sanggau, karena pada tahun 2028 IYD IV akan dilaksanakan di Sorong Papua.
Setelah beberapa sambutan, kami tim animator diminta untuk memberikan bunga kepada
para panitia yang beragama lain dan juga para bapak uskup yang hadir dalam acara penutupan
dan perutusan itu. Setelah acara serah bunga selesai ada pemilihan nominasi mulai dari nominasi
keuskupan terheboh dan lain sebagainya. Ketika jam menunjukan pukul 21.00 WIB diadakanlah
pembacaan surat cinta OMK untuk Gereja Katolik Indonesia yang dibacakan oleh 6 perwakilan
dari 6 regio keuskupan yang ada surat itu merupan rangkuman dari isi surat para peserta selama
mengikuti acara IYD III Palembang berlangsung, ketiaka surat itu dibacakan tak sedikit para
OMK yang meneteskan air mata termasuk diriku yang juga merasa begitu terharu dengan isi
surat itu, jika para pembaca ingin mengetahui isi dari surat itu para pembaca bisa mencarinya di
internet.
Setelah acara yang mengharukan itu dilakukan tibalah saatnya yang ditunggu-tunggu
yaitu penampilan dari 6 Regio yang ada Kalimantan, Sumatera, Jawa, Papua, dan 2 Regio lainya.
Saat itu para peserta sangat antusias sekali dan penuh semangat dalam mengikuti acara itu. Tak
lama setelah itu kami para tim animator dan TTS tampi dan tampilan itu sebagi puncak dari acara
perutusan itu saat itu para peserta sangat antusias sekali dan begitu semangat ditambah dengan
lampu gelang konser dan semburan pita-pita yang terlihat seperti konser Coldplay bahkan saking
semangatnya para peserta meminta kami untuk mengualang-ulang lagu Theme Song IYD III
Palembang itu.
Acara kira-kira selesai jam 10.30 WIB dan setelah itu kami dari Gor Dempo diminta
untuk Segera menuju Wisma Atlet untuk beristirahat, namun karena semangat yang begitu besar
para peserta masih melanjutkan akivitas di music corner untuk berjoget bersama dan juga ada
yang menggadakan perpisahan dengan grup-grup mereka. Acara itu berahkir jam 03.00 WIB
namun tak semua sampai jam 3 pagi karena itu sifatnya fakultati, ada juga yang sudah
bberistirahat karena besoknya akan pulang ke keuskupan masing-masing. Ketika malam terahkir
ini aku menghabiskan waktu dengan orang-orang baru yang kukenal bahwkan tak sedikit aku
mendapatkan berbagai kenang-kenangan dari mereka, aku beristirahat tepat jam 03.02 WIB.

I. Seperti Maria yang Bergegas dan Katakan “Ya”


Pada tanggal 30 Juni 2023 status acara IYD III Palembang sudah menjadi pasca IYD
yang dimana sudah memasuki masa perutusan dan membagikan pengalam-pengalaman yang
didapatkan untuk dibagikan kepada teman-teman yang berada di keuskupan masing-masing.
Karena aku kemarin malam tidur jam 04.00 WIB maka aku memutuskan untuk bangun lebih
siang yaitu jam 08.00 WIB, saat aku terbangun lingkungan Wisma Atlet sudah dipenuhi
beberapa kontigen yang hari ini akan langsung pulang kekeuskupan mereka masing-masing.
Salah satu kontigen yang langsung pulang adalah kontigen dari Keuskupan Agung Jakarta
namun yang rombongan pertama saja, karena mereka dibagi menjadi dua kelompok, sedangkan
yang kelompok kedua pulang tanggal 2 Juli, ya mungkin karena mereka memiliki kesibukan
masing-masing. Pada jam menunjukan pukul 14.15 WIB kami tim animator harus segera
bersiap-siap untuk pulang meninggalkan Wisma Atlet namun sebelum pulang kami para volunter
melakukan pembubaran kecil-kecilan disana kami saling mengucapkan trimaksih bahkan tak
jarang beberapa dari kami ada yang sampai meneteskan air mata karena terharu dan engan untuk
berpisah mengigat perjuangan kami yang tidak instan dan gampang.
Setelah jam menunjukan pukul 14.15 WIB kami para tim animator sudah dijemput oleh
mobil yang akan menghantar kami menuju Unika Katolik Musi Caritas. Saat itu kami absen
terlebih dahulu sebelum memasuki mobil yang sudah siap berada didepan kami. Perjalaan
menuju Unika Katolik Musi Caritas kami iringi dengan berbagai cerita dan pengalaman yang
kami dapatkan selama mengikuti acara IYD III Palembang. Saat sampai di seminari aku dan
teman animator seminaris lainya segera menuju lantai tiga gedung Yohanes untuk beristirahat,
saat itu kondisi masih dalam keadaan libur tapi karena aku dan teman animator lainnya adalah
panitia kegiatan mapersis maka kami tidak bisa pulang lagi ke rumah karena harus menyiapkan
berbagai kebutuhan acara mapersis.
Saat jam menunjukan pukul 16.00 WIB kak Helena memberikan kabar kepadaku bahwa
kontigen dari Jakarta yang akan pulang pada tanggal 2 Juli akan mampir ke seminari sebelum ke
Via Crucis maka aku dan beberapa teman animator yang juga seminaris meyambut mereka
bersama Romo Een SCJ dan Mas Willem yang kebetulan juga alumni dari Seminari Menegah
Santo Paulus Palembang. Saat mendampingi mereka aku langsung mendapat kenalan baru yaitu
Ko Rian yang merupakan salah satu orang yang aktiv dalam gereja dan sering juga memberikan
seminar-seminar kepada anak muda di KAJ. Karena kami hampir memiliki kepribadian yang
mirip maka tak perlu waktu lama untuk kami saling dekat dan kenal Ko Rian juga sering
menayakan ku tentang proses panggilan yang ku jalani saat ini, beliau juga mengatakan jika aku
ke Jakarta harus mampir.
Setelah mengobrol cukup lama ahkirnya kontingen kelompok ke dua dari KAJ berpamitan
untuk melanjutkan perjalanan menuju Via Crucis Podomoro untuk ziarah rohani, saat itu aku
mendapatkan kenang-kenagan dari kontigen KAJ berupa gantungan kunci OMK KAJ. Tak lama
setelah mereka pergi aku langsung bergegas untuk pulang ke rumah sebentar berhubung jarak
rumahku tak begitu jauh, aku pulang dengan tujuan ingin mengambil beberapa barang yang tak
sempat aku bawa saat acara IYD III Palembang kemarin berlangsung.
Seperti Maria yang bergegas dan katakana “YA” itulah tugas perutusan yang kami
dapatkan setelah mengikuti IYD III Palembang, sebuah tugas perutusan bagi kami Orang Muda
Katolik yang merupakan pemeran utama Gereja. Acara IYD III tidaklah berahkir dihari ini
karena ada lanjutan dari acara itu yaitu pasca IYD yang dimana utusan dari berbagi kontingen
diminta untuk membagikan sukacita yang didapat kepada teman-teman yang belum
berkesempatan mengikuti acara IYD ini.
Trimakasih Tuhan atas pegalaman luar biasa yang mungkin akan aku alami satu
kali dalam hidupku, trimaksih atas banyak orang hebat dan baik yang kau hadirkan dalam
hidupku. Sampai jumpa IYD IV Manokwari.
BAB IV
Penutup

A. Kesimpulan
Pengalaman libur kali ini tentu sangat berkesan bagi penulis karena suasana liburan kali
ini penulis bisa merasakan dan mengalami apa yang tidak pernah penulis alami sebelumnya
mulai dari bisa ikut live in yang bisa membangkitkan semangat panggilan penulis yang sempat
surut sebelumnya.
Pada kesempatan liburan kali ini juga penulis diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk
bertemu dengan orang-orang muda yang penuh inspirasi seperti pendiri jala kasih kak Gregory
Tan, Miss Indonesia 2022 Kak Vanesa Audry dan juga banyak lagi orang muda ispiratif yang
ditemui oleh penulis dalam acara Indonesian Youth Day III Palembang 2023. Penulis sangat
merasakan hal yang berbeda dari pengalaman-pengalaman liburan yang telah dilewatinya entah
mengapa moment liburan kali ini terasa lebih berwarna dan mengajarkan banyak hal kepada
penulis, walupun pada kesempatan liburan kali ini penulis tidak bisa menikmati liburan bersama
kelurga untuk keluar kota karena harus mengisi acara IYD III Palembang 2023. Tapi pengalaman
itu justu direfleksikan oleh penulis sebagi sesuatu hal yang lebih menyenangkan dan lebih
berharga karena bisa mengenal orang muda katolik satu Indonesia untuk saling berdinamika dan
berbagi pengalaman iman dari masing-masing pribadi yang berasal dari berbagi keuskupan.
Sebelum mengahkiri cerita pengalaman liburan ini, penulis inggin menyampaikan sebuah
pesan yaitu, “Carilah suara-suara Tuhan dalam setiap pengalaman hidup mu.” Karena dengan
begitu kita akan semakin dimampukan untuk memaknai setiap proses perjalan hidup kita yang
begitu berharga. Diahkir sekali lagi penulis ingin mengucapkan banyak trimakasih kepada siapa
saja yang sudah turut memberi warna dalam pengalaman liburan kali ini.

Anda mungkin juga menyukai