Anda di halaman 1dari 14

”PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PERKEMBANGAN

JAM’IYYAH RIFA’IYYAH DI DESA SUKAWERA-KERTASEMAYA DI MASA


ORDE BARU PADA TAHUN 1978-1998”

Proposal Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sidang Usulan Penelitian

Program Studi

Pendidikan Sejarah

Diajukan oleh:

KHANNA RIAYATUL MAULA

NIM: 201020715

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PANGERAN DHARMA KUSUMA INDRAMAYU


(IKIP PADHAKU)

2023
Proposal Skripsi

PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PERKEMBANGAN JAM’IYYAH


RIFA’IYYAH DI DESA SUKAWERA-KERTASEMAYA DI MASA ORDE BARU PADA TAHUN
1978-1998

Diajukan oleh
KHANNA RIAYATUL MAULA
NIM: 201020715
Telah Disetujui
Pada Tanggal ……………………………..
Oleh:
Pembimbing I

……………………………………..

Pembimbing II

………………………………………

Ketua Program Studi

Syukron Ma’mun, S.Sos., M.Sc.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Masa Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga tahun 1998 yang dipimpin
oleh Presiden Soeharto, pada masa pemerintahan ini terjadi banyak pergejolakan
dalam dunia politik, sosial, dan agama. Karena pada masa ini ditandai dengan
pemerintahan yang sangat ketat terutama dalam aspek kehidupan masyarakat.
Salah satu aspek yang terpengaruh karena kebijakan ini adalah aspek sosial-
keagamaan. Dan dibawah rezim Orde Baru inilah pemerintah memiliki peran sentral
untuk mengatur, mengawasi dan mengendalikan kebijakan-kebijakan yang ada
dalam kepemerintahan dan ini berpengaruh dalam aspek sosial-keagamaan atau
organisasi keagamaan yang sudah berkembang jauh sebelum pemerintahan Orde
Baru dimulai.

Salah satu organisasi masyarakat berbasis keagamaan ini adalah Rifa’iyyah.


Nama Rifa’iyyah sendiri diambil dari nama pendirinya yakni KH. Ahmad Rifa’i bin
Muhammad Marhum bin Abu Sujak Wijaya. Ia adalah salah satu tokoh agama yang
dengan konsisten melawan penjajah Belanda kala itu. Selain itu, ia juga banyak
mengkritik kebiasaan masyarakat Jawa yang terpaku pada hal-hal mistis, mitos,
tahayul, dan juga khurafat. Atas perlawanan dalam bentuk pemikiran inilah yang
1
menjadikan KH. Ahmad Rifa’i banyak disegani oleh masyarakat dan santrinya.
Mereka memiliki kepatuhan yang cukup kuat terhadap KH. Ahmad Rifa’i, yang mana
ini menjadi salah satu tipe organisasi keagamaan abad ke-19, yakni orang yang
memiliki pengetahuan secara mendalam akan menjadi pegangan masyarakat dan
cukup berpengaruh.2

Pada abad ke-19, masyarakat lokal Jawa masih mempraktikkan kebiasaan-

1
Ahmad Syadzirin Amin, Gerakan Syekh KH. Ahmad Rifa’i Dalam Menentang Kolonial Belanda (Jakarta:
Jamaah Masjid Baiturrahman Press, 1990). Hlm. 112.
2
Slamet Nurchamid, Pesantren Kampung Rifa’iyyah: Implementasi PAI di Masyarakat Pengampon
(Pekalongan, 2023). Hlm. 3.
kebiasaan yang dilakukan pada zaman sebelum adanya Islam datang ke nusantara.
Mereka beragama Islam akan tetapi belum memahami Islam secara mendalam,
sehingga perilaku-perilaku mereka masih terkesan terkungkung pada praktek-
praktek animisme dan dinamisme pra-Islam. Hanya segelintir orang yang
memahami dan mempraktekkan tentang Islam. Hal ini diceritakan dalam History of
Java yang ditulis oleh Raffles.3

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah terkait “Pengaruh Kebijakan Pemerintah Terhadap


Perkembangaan Jam’iyyah Rifa’iyyah di Desa Sukawera-Kertasemaya di Masa Orde
Baru Pada Tahun 1978-1998” sebagai berikut:

1. Apa pengaruh kebijakan masa Orde Baru terhadap perkembangan


Rifa’iyyah di Desa Sukawera-Kertasemaya pada tahun 1978-1998?

2. Bagaimana peran pemimpin organisasi Rifa’iyyah di Desa Sukawera-


Kertasemaya dalam menghadapi tekanan pemerintahan Orde Baru?

3. Bagaimana pengaruh kebijakan pemerintahan Orde Baru mempengaruhi


praktik keagamaan yang diselenggarakan oleh organisasi Rifa’iyyah?

4. Bagaimana persepsi dan reaksi masyarakat Desa Sukawera-Kertasemaya


terhadap kebijakan pemerintah masa Orde Baru?

1.3Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan Penelitian sebagai berikut:

1. Mengkaji kebijakan masa Orde Baru yang berpengaruh terhadap


perkembangan Rifa’iyyah di Desa Sukawera-Kertasemaya pada tahun 1978-
1998.

2. Mengetahui bentuk peran Jam’iyyah Rifa’iyyah di Desa Sukawera-

3
Adabi, Darban, Ahmad, Rifaiyyah Gerakan Sosial Keagamaan Di Pedesaan Jawa Tengah Tahun 1850-
1982 (Yogyakarta, Tarawang, 2004). Hlm. 15.
Kertasemaya dalam menghadapi kebijakan pemerintahan Orde Baru.

3. Mengidentifikasi persepsi dan reaksi masyarakat Desa Sukawera-


Kertasemaya terhadap kebijakan pemerintah masa Orde Baru.

Kegunaan Penelitian sebagai berikut:

1. Pemahaman lebih mendalam: Penelitian ini akan memberikan informasi


bagaimana kebijakan pemerintah Orde Baru mempengaruhi perkembangan
organisasi Rifa’iyyah di Desa Sukawera yang bersifat sosial-keagamaan
dimulai pada tahun 1978-1998.

2. Kontribusi terhadap pengetahuan sejarah masa Orde Baru tahun 1978-1998:


Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap sejarah perkembangan
organisasi sosial-keagamaan di Indonesia pada masa Orde Baru.

3. Membuka potensi penelitian selanjutnya terhadap sejarah perkembangan


organisasi sosial-keagamaan di Indonesia masa Orde Baru

1.4Metode Penelitian

1.4.1 Pendekatan atau Paradigma Penelitian

Penelituan bertujuan untuk mendapatkan atau memperoleh suatu


kebenaran yang hakiki. Penelitian kali ini menggunakan pendekatan kualitatif,
yang mana pendekatan kualitatif menempatkan manusia sebagai subjek
penelitian.

1.4.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini penulis mengambil lokasi di Desa Sukawera, Kecamatan


Kertasemaya, Kabupaten Indramayu sebagai objek utama dalam penelitian
yang akan dilakukan. Kemudian penulis juga menggunakan studi pustaka yang
dilaksanakan dengan mengunjungi perpustakaan daerah yang ada di
Indramayu, untuk mencari berbagai sumber informasi terkait dengan judul
penelitian yang diambil.

1.4.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data


A. Sumber Data

Menurut Kuntowijoyo (1995: 94), “data” berasal dari kata tunggal dalam
bahasa latin yakni datum yang memiliki arti pemberitaan. Data atau sumber
sejarah berfungsi sebagai alat pengumpulan informasi tentang peristiwa yang
sudah terjadi di masa lalu.

Penulis menggunakan beberapa sumber data yang dilakukan dalam


penyusunannya, yakni sebagai berikut:

1. Sumber Lisan

Sumber lisan yakni sumber sejarah yang tidak tertulis, melainkan tuturan
lisan yang menjadi sumber sejarahnya.

Penulis menggunakan sumber lisan sebagai salah satu sumber data


primer yang akan menjadi penguat argumen yang akan disajikan dalam karya
ilmiahnya. Sumber data lisan yang akan digunakan melalui wawancara kepada
narasumber sebagai objek penelitian.

Menurut Helius (1996), ada beberapa macam sumber lisan, diantaranya


sebagai berikut:

a) Sejarah lisan, ingatan tangan pertama yang dituturkan secara lisan oleh
orang-orang yang diwawancara sejarawan atau biasa disebut ingatan
lisan (Oral Reminiscence).

b) Tradisi lisan, narasi dan deskripsi yang disampaikan dari mulut ke mulut
terkait peristiwa-peristiwa di masa lalu selama beberapa generasi.

Terkait penjelasan diatas, penulis akan menerapkan sumber sejarah lisan


dan tradisi lisan. Dalam pelaksanaannya di lapangan, penulis akan
mewawancarai beberapa narasumber yang mana narasumber akan dipilih
sesuai kajian penelitian yang diambil, yakni dengan memilih mewawancarai
objek yang hidup pada masa orde baru dan mengetahui kondisi sosial-
keagamaan pada masa tersebut.

2. Sumber Tertulis

B. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data terdapat beberapa teknik, yang setelahnya


akan penulis pergunakan dalam melaksanakan penelitiannya, diantaranya
sebagai berikut:

1. Studi Pustaka

Selain daripada sumber tidak tertulis atau sumber lisan, penulis juga
menerapkan kajian sumber pustaka yang mana karya ilmiah seperti buku atau
jurnal penelitian dijadikan sebagai sumber yang akan menjadi referensi dari
penelitian yang akan dikaji.

Menurut Mestika Zed (2003), studi pustaka adalah serangakaian kegiatan


yang berhubungan dengan pengumpulan data pustaka, membaca dan
mencatat kemudian mengolah data tersebut sebagai bahan penelitian.

Menurut Koentjoroningrat (1986: 31), teknik studi pustaka adalah metode


penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data atau fakta sejarah melalui
buku-buku literatur, arsip atau dokumen, majalah, brosur, surat kabar ataupun
koran yang tersimpan dalam perpustakaan.

Penulis akan mengumpulkan informasi melalui sumber kepustakaan baik


berupa jurnal, buku-buku literatur, koran atau majalah dan sumber tertulis
lainnya yang dapat dijadikan acuan atau referensi terkait konteks penelitian.
Adapun litertur pustaka yang akan diambil sebagai acuan penelitian yakni
yang berkaitan dengan:

a) Kondisi sosial-kegamaan pada masa Orde Baru di Indramayu

b) Dampak kebijakan yang diterapkan pada masa Orde Baru khususnya


untuk organisasi-organisasi sosial-keagamaan
c) Respon atau keadaan masyarakat Indramayu atas kebijakan masa
Orde Baru

2. Wawancara

Teknik wawancara digunakan penulis sebagai penunjang keabsahan


informasi berupa fakta sejarah yang akan disajikan. Penulis menerapkan
metode dalam proses wawancaranya dengan melakukan pemilihan sumber
yang sesuai dengan fokus penelitian kemudian dilakukannya kritik sumber.
Agar informasi tersebut dapat diolah kembali menjadi sebuah informasi yang
berguna. Karena dalam pelaksanaan wawancara seorang narasumber pasti
akan memberikan informasi sesuai dengan sudut pandangnya. Dengan
demikian peneliti harus melakukan kritik sumber terhadap informasi yang
diberikan oleh narasumber tersebut.

Selain melakukan teknik wawancara, penulis akan memadukan hasil


wawancara tersebut dengan sumber literatur yang lain atau sumber
informasi melalui kajian kepustakaan. Sehingga akan memudahkan peneliti
dalam mencari sebuah fakta sejarah.

1.5Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Islam Masa Orde Baru

Masa orde baru merupakan masa yang dipimpin oleh presiden Soeharto,
dimana pada masanya kepemimpinannya sangatlah kuat militeristik. Di era ini
masyarakat seakan dibungkam suara dan perannya, juga harus patuh terhadap
kebijakan pemerintah. Gaya kepemimpinan ini bisa terlihat dari kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan oleh Soeharto yakni dengan memfusikan partai-partai
politik menjadi 3 partai besar yakni Golkar, PDI, dan PPP pada tahun 1970-an.4
Bahkan kelompok tertentu diwajibkan untuk menyumbangkan suaranya kepada
Golongan Karya (Golkar) sebagai partai politik yang berafiliasi terhadap
pemerintah. Sehingga tak heran jika kontestasi pemilu pada saat itu mutlak

4
Tashwirul Afkar. Partai-Partai islam: Transformasi Gerakan Islam dan Ruang Demokrasi (Jakarta: Edisi
No. 4 1999), Hal.5
dimenangkan oleh partai politik ini.

Karena intervensi negara yang begitu kuat, suara-suara masyarakat nyaris


tidak pernah terdengar yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah terhadap
organisasi masyarakat, baik itu organisasi keagamaan maupun kepemudaan,
salah satunya adalah organisasi Islam. Semuanya harus tunduk terhadap
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, yang pada kenyatannya
beberapa kebijakan yang dibuat pada masa orde baru adalah kebijakan yang
merugikan masyarakat, dan akan sangat berbahaya jika masyarakat menentang
kebijakan tersebut. Bahkan pada tahun 1980-an pemerintah menerapkan
monoloyalitas yang mana seluruh organisasi, baik kemasyarakatan, dan
kepemudaan hanya memegang satu ideologi, yakni asas tunggal pancasila. 5

Adanya unsur doktrinisasi pancasila sebagai asas tunggal digunakan oleh


pemerintah untuk mengintervensi suara masyarakat, dan dijadikan alat untuk
melanggengkan kekuasaan Soeharto pada saat itu.

2. Tinjauan tentang Jam’iyyah Rifa’iyyah

Jamaah Rifa’iyyah adalah nama sebuah komunitas keagmaan yang


dipelopori oleh KH. Ahmad Rifa’I dan santri-santrinya. Jadi, Jamaah Rifa’iyyah ini
berbeda dengan tarekat Rifa’iyyah yang didirikan oleh Ahmad bin Ali Abul Abbas
di Irak pada abad ke-12 M. 6

Berdasarkan informasi yang tersebar di kalangan anggota Jamaah


Rifa’iyyah, KH. Ahmad Rifa’I memiliki santri mencapai 41 orang pada generasi
7
pertama. Akan tetapi, dari jumlah tersebut hanya 6 orang yang dapat dilacak
keberadaannya dibeberapa wilayah di Indonesia. Adapun keenam santri KH.
Ahmad Rifa’i tersebut yakni:

1. Kyai Abu Hasan, ia adalah santri dari KH. Ahmad Rifa’i yang menyebarkan
ajaran Rifa’iyyah di beberapa wilayah yang ada di Jawa Tengah, khususnya

5
Muh. Syamsudin. Dinamika Islam Masa Orde Baru. 2010.
6
Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat, (Solo: Ramdhani, 1985); hlm. 355-388.
7
Abdul Djamil, Perlawanan Kiai Desa, hlm. 194.
adalah Kabupaten Wonosobo dan Purworejo.

2. Kyai Ilham, ia adalah mediator utama penyebar ajaran Tarajumah di bebrapa


wilayah Jawa Tengah seperti, Pekalongan, Brebes, Tegal, Batang, dan
Pemalang.

3. Kyai Muhammad Tubo, ia menyebarkan ajaran Rifa’iyyah di kampung


halamannya yaitu Kecamatan Patebon Kendal.

4. Kyai Muharrar, berasa dari Ambarawa dan mendirikan pesantren Ngasem.


Kemudian pesantren tersebut dibubarkan oleh Belanda, dan Kyai Muharrar
mendirikam kembali sebuah pesantren di Purworejo tepatnya di Kecamatan
Mbayan.

5. Kyai Maufuro bin Nawawi, salah satu pelopor penyebaran ajaran Rifa’iyyah
yang berasal dari wilayah sekitar Kalisalak, Jawa Tengah. Daerah
penyebarannya adalah di Limpung, dan Batang. Kemudian perjuangan kyai
Maufuro dilanjutkan oleh santri-santrinya yakni Kyai Hasan Mubari dan Kyai
Marhaban. 8

6. Kyai Idris, lahir di Pekalongan pada tahun 1810 dan wafat pada 1895. Kyai
Idris merupakan penyebar ajaran Rifai’iyyah di wilayah Jawa Barat terutama di
wilayah Indramayu, Cirebon, Karawang, dan Subang.9 Dan Desa Sukawera
Kabupaten Indramayu adalah salah satu wilayah yang menjadi tempat kiprah
dari Kyai Idris Pekalongan.

1.6Kerangka Pemikiran Teoretis

1. Pendektakan Teoritis

Dalam penelitian ini, fokus penulis adalah wawancara terpusat. Yakni


dengan mewawancarai beberapa narasumber, baik itu tokoh masyarakat,
maupun tokoh Jamaah Rifaiyyah khususnya di Desa Sukawera.

8
Abdul Djamil, Perlawanan Kiai Desa, hlm. 192-193.
9
Moh. Asiri, Biografi Kyai Idris bin Ilham, Pengemban Misi Tarajumah di Jawa Barat dan Terbentuknya
Komunitas Warga Tarajumah di Jalur Pantura Jawa Barat, (Cirebon, 2000, hlm. 11).
Pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan secara deskriptif.
Pendekatan ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan juga
lisan dari tokoh-tokoh yang mengetahui tentang Jamaah Rifa’iyyah pada tahun
1978-1998. Dalam hal ini peneliti akan menjelaskan data-data yang didapati
dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Sehingga mendapatakan
jawaban atas permasalahan-permasalahan secara jelas, rinci, dan sistematis.

Pendekatan penelitian deskriptif ini penulis pilih atas dasar subjek dari
penelitian, dan untuk mendapatkan informasi yang mendalam terhadap topik
permasalahan yang sesuai dengan fakta sosial.

Menurut Nasution, penelitian kualitatif adalah prosedur yang


menghasilkan data secara deskriptif baik lisan maupun kata-kata tertulis dari
orang-orang dan perilaku yang diamati. Dalam penelitian ini, penulis akan
mengumpulkan sebanyak mungkin sumber informasi terkait topik
permasalahan10, kemudian akan penulis tinjau kembali sehingga informasi
tersebut mampu dipahami dan tersusun secara rapi dan sistematis guna
memudahkan dalam analisis.

1.7Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan dalam pembahasan ini, penulis membagi


menjadi beberapa bab:

1. Bab I, pada bab ini menjelaskan tentang pendahuluan, latar belakang


masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode
penelitian, tinjaun pustaka, kerangka pemikiran teoritis, dan sistematika
penulisan.

2. Bab II, pada bab ini membahas tentang pengaruh kebijakan masa Orde
Baru terhadap perkembangan Rifa’iyyah di Desa Sukawera-Kertasemaya
pada tahun 1978-1998.

3. Bab III, pada bab ini akan dijelaskan peran pemimpin Jamaah Rifa’iyyah di

10
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung, Tarsito, 1996), hlm. 9
Desa Sukawera-Kertasemaya dalam menghadapi tekanan pemerintahan
Orde Baru.

4. Bab IV, bab ini mengkaji pengaruh kebijakan pemerintahan Orde Baru
mempengaruhi praktik keagamaan yang diselenggarakan oleh organisasi
Rifa’iyyah.

5. Bab V, pada ini dijelaskan persepsi dan reaksi masyarakat Desa Sukawera-
Kertasemaya terhadap kebijakan pemerintah masa Orde Baru

6. Bab VI, pada bab terakhir ini adalah penutup dan kesimpulan. Yang mana
pada bab ini akan dijelaskan hasil dari keseluruhan penelitian yang akan
membuka cakrawala baru tentang kondisi sosial kegamaan di salah satu
wilayah lokal Indramayu.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Ahmad Syadzirin. Gerakan Syekh KH. Ahmad Rifai dalam Menentang Kolonial
Belanda (Jakarta: Jamaah Masjid Baiturrahman Press, 1990). Hlm. 112.
Nurchamid, Slamet., Pesantren Kampung Rifa’iyyah: Implementasi PAI di Masyarakat
Pengampon (Pekalongan, 2023). Hlm. 3.

Adabi, Darban, Ahmad, Rifaiyyah Gerakan Sosial Keagamaan Di Pedesaan Jawa Tengah
Tahun 1850-1982 (Yogyakarta, Tarawang, 2004). Hlm. 15.
Tashwirul Afkar. Partai-Partai islam: Transformasi Gerakan Islam dan Ruang Demokrasi
(Jakarta: Edisi No. 4 1999), Hal.5
Syamsudin, Muhammad. Dinamika Islam Masa Orde Baru. 2010.

Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat, (Solo: Ramdhani, 1985); hlm. 355-388.

Djamil, Abdul. Perlawanan Kiai Desa, hlm. 192-194.

Asiri, Mohamad, Biografi Kyai Idris bin Ilham, Pengemban Misi Tarajumah di Jawa Barat
dan Terbentuknya Komunitas Warga Tarajumah di Jalur Pantura Jawa Barat,
(Cirebon, 2000, hlm. 11).

Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung, Tarsito, 1996), hlm. 9

Anda mungkin juga menyukai