Anda di halaman 1dari 27

lOMoARcPSD|31927084

lOMoARcPSD|31927084

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada hadirat Allah SWT yang telah memberikan
kita rahmat kesehatan dan kesempatan, sehingga bisa menyusun atau menyelesaikan
penyusunan tugas ini yang berjudul Multikultural di SMK Negeri 1 Airmadidi
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membimbing penulis khususnya kepada Dosen Pengampu ibu Dr. Mutmainnah, dan
juga kepada Asisten Dosen Tugas ini saya yakini jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangannya seperti pepatah yang mengatakan tak ada gading yang tak
retak, baik isi maupun penyusunnya. Atas semua itu dengan rendah hati penulis
harapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan .
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat umum
sebagai pengetahuan mengenai konsep dan gaya memimpin seseorang pemimpin
dalam bidang tertentu, agar dapat meningkatkan wawasan kita semua mengenai
multikultural yang ada di tengah-tengah masyarakat khususnya di Dunia Pendidikan.

Airmadidi, November 2023

Penulis,
lOMoARcPSD|31927084

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Manfaat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Objek Penelitian
Metode Penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
lOMoARcPSD|31927084

BAB I
PENDAHULUAN

LatarBelakang
Keragaman Manusia dan Kesederajatan merupakan masalah yang sangat
rumit. Salah satu pandangan filsafat mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk
monodualis jiwa raga. Dari aspek jiwa manusia memiliki cipta, rasa, dan karsa
sehinga dalam tingkah lakunya mampu mempertimbangkan.
Nilai-nilai yang terkandung dalam keragaman dan kesederajatan manusia
akan membawa manusia pada potensi sebagai makhluk yang paling sempurna.
Dengan keistimewaan yang dimiliki menyebabkan manusia perlu keseragaman dan
kesederajatan agar dapat memikul amanah sebagai kholifah yang bermoral di muka
bumi ini.
Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun dengan keragaman identitas yang
disandang. Kesetaraan merupakan hal yang inheren yang dimiliki manusia sejak lahir.
Setiap individu memiliki hak-hak dasar yang sama yang melekat pada dirinya sejak
dilahirkan atau yang disebut dengan hak asasi manusia. Kesetaraan dalam derajat
kemanusiaan dapat terwujud dalam praktik nyata dengan adanya pranata-pranata
sosial, terutama pranata hukum, yang merupakan mekanisme kontrol yang secara
ketat dan adil mendukung dan mendorong terwujudnya prinsip-prinsip kesetaraan
dalam kehidupan nyata.
Kebudayaann Indonesia dapat didefinisikan sebagai seluruh kebudayaan
Indonesia yang telah ada sebelum terbentuknya negara Indonesia pada tahun 1945.
Keberagaman menjamin kehormatan antarmanusia di atas perbedaan, dari seluruh
prinsip ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia, baik ilmu ekonomi, politik,
hukum, dan sosial. Pancasila yang digali dan dirumuskan para pendiri bangsa ini
adalah sebuah rasionalitas yang telah teruji. Pancasila adalah rasionalitas kita sebagai
sebuah bangsa yang majemuk, yang multi agama, multi bahasa, multi budaya, dan
multi ras yang bernama Indonesia.
lOMoARcPSD|31927084

Berdasarkan keberagaman yang ada di Indonesia maka penulis tertarik


melakukan penelitian tentang keberagaman (Multikultural) dan kesetaraan Gender
yang ada di jenjang dunia Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan SMK Negeri 1
Airmadidi

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam laporan ini adalah:
1. Bagaimanakah implementasi keberagaman (multicultural) dan kesetaraan
gender di SMK Negeri 1 Airmadidi ?
2. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam penerapan keberagaman
(multicultural) dan kesetaraan gender di SMK Negeri 1 Airmadidi ?
3. Bagaimanakahcara efektif untuk membangun keberagaman
(multicultural) dan kesetaraan gender agar berjalan dengan baik ?

Tujuan
Adapun tujuan dari laporan ini adalah :
1. Untuk mengetahui Bagaimana bentuk realita implementasi keberagaman
(multicultural) dan kesetaraan gender di SMK Negeri 1 Airmadidi.
2. Untuk mengetahui berbagai hambatan yang dihadapi dalam penerapan
keberagaman (multicultural) dan kesetaraan gender di SMK Negeri 1
Airmadidi.
3. Untuk mengetahui cara efektif untuk membangun keberagaman
(multicultural) dan kesetaraan gender agar berjalan dengan baik.

Manfaat
Adapun manfaat penulisan laporan ini adalah agar masyarakat termasuk
pembaca mengetahui bagaimana gambaran bentuk implementasi keberagaman
(multicultural) dan kesetaraan gender di jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
lOMoARcPSD|31927084

khususnya di SMK Negeri 1 Airmadidi dan hambatan yang dialami dalam penerapan
keberagaman (multicultural) dan kesetaraan gender di jenjang Sekolah Menengah
Kejuruan serta cara efektif untuk membangun keberagaman (multicultural) dan
kesetaraan gender tersebut.
lOMoARcPSD|31927084

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai


makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu
lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial
dalam masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan individu lain atau
kelompok-kelompok yang berbeda agama, budaya, ras, suku, dan etnik hal ini disebut
dengan multicultural.
Dalam menjalani kehidupan sosialnya tidak bisa dipungkiri adanya bentrokan-
bentrokan yang akan dapat terjadi antarkelompok masyarakat, yang berkaitan dengan
salah satu atau lebih dari multikultural tersebut. Dalam rangka menjaga keutuhan dan
persatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap saling menghormati dan saling
menghargai, sehingga bentrokan atau pertikaian dapat dihindari. Masyarakat juga
dituntut untuk saling menjaga hak dan kewajiban di antara mereka antara yang satu
dengan yang lainnya.
Toleransi didefinisikan sebagai sikap yang adil dan objektif terhadap orang-
orang yang memiliki opini, perilaku, suku, agama, kewarganegaraan dan lain
sebagainya, berbeda dari yang kita miliki, serta kebebasan dari prasangka (Lisanti,
2013). Sikap toleransi merupakan sikap yang tidak menyimpang dari aturan,
bertindak hormat kepada siapa saja dan tidak mencampuri urusan orang (Digdoyo,
2019).
Sikap toleransi yang terlihat dari sikap tidak menyimpang aturan misalnya
mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan atau diperintahkan oleh guru. Selain
itu, dari tindakan hormat kepada siapa saja terlihat dari sikap honoforik atau
penghormatan bagaimana menyapa orang, keramahannya, saling berdamai, serta
berperilaku sopan dengan siapa saja. Sikap tidak mencampuri urusan orang di sekolah
misalnya, menahan emosi atau amarah, menyesuaikan diri dengan lingkungan, selalu
berusaha menyenangkan hati orang lain, dan tidak mementingkan diri sendiri (Astuti,
lOMoARcPSD|31927084

2017).
Dalam lingkungan sekolah siswa tidak hanya akan mendapatkan informasi
tetapi juga mendapatkan contoh bagaimana bersikap dalam keberagaman yang
diterapkan dalam lingkungan sekolah tersebut. Budaya kelas yang ditanamkan guru
kepada siswa juga sangat berpengaruh terhadap penerapan sikap toleransi siswa
terhadap umat beragama. Ciri-ciri siswa yang memiliki sikap toleransi di antaranya
adalah, mampu memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh warga kelas,
mampu bekerja dalam kelompok heterogen, saling menghormati dan menghargai
antarsesama, mampu memfokuskan persamaan bukan perbedaan.
Secara historis, perempuan secara komparatif mengalami marginalisasi,
penindasan dan ketidakadilan baik dalam kehidupan publik maupun pribadi.
Meskipun Deklarasi Milenium menggarisbawahi pentingnya penghapusan segala
bentuk dan corak diskriminasi, eksploitasi, pelecehan social, dan bias gender serta
semua situasi yang mendorong pelanggaran hak-hak perempuan melalui kebijakan
dan keputusan pemerintah (Saugi, 2015). Praktik tradisional dan adat, prasangka
budaya, dan ekstremisme agama, lebih banyak komitmen dan pendekatan pragmatis
yang akan diterjemahkan ke dalam tindakan nyata diinginkan di seluruh dunia,
khususnya di Asia & Afrika (Marwanti, 2012).
Keseimbangan antara anak laki-laki dan perempuan dalam pendaftaran
sekolah dasar, misalnya, telah dicapai di sebagian besar wilayah dunia, kecuali Afrika
sub- Sahara dan Asia Selatan. Kesenjangan gender dalam pendidikan tinggi juga
masih berpihak pada laki-laki dan akses perempuan ke pekerjaan berbayar yang
dijamin dalam hal pendapatan dan kepentingan sosial masih sangat rendah bila
disandingkan dengan laki-laki di semua sektor termasuk pertanian. Namun, akses
perempuan ke pengambilan keputusan politik, terutama dalam hal bagian kursi
mereka di parlemen secara bertahap dan mantap meningkat secara global (Wardany,
2020).
Aktualisasi tujuan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di
Indonesia adalah tugas yang sangat berat (Faqih, 2020). Aktualisasinya
lOMoARcPSD|31927084

bagaimanapun bergantung atau didasarkan pada sejumlah kondisi, yang tidak dapat
dihindari. Maka dari itu perlu ditingkatkan kepedulian tentang masalah pembangunan
manusia dengan memulai tujuan dan strategi pembangunan tertentu dan menerima
peran penting dari kesetaraan atau paritas gender dalam proses pembangunan. Piagam
Asia tentang Hak Asasi Manusia dan Rakyat (ACHPR) diadopsi pada tahun 1981;
Protokol Hak Perempuan 2003; Protokol ECOWAS tentang Demokrasi dan
Pemerintahan yang Baik dan Kemitraan Baru untuk Pembangunan Asia (NEPAD)
yang diadopsi pada tahun 2001 adalah beberapa inisiatif yang terkait dengan Tujuan
Pembangunan Milenium dan pada saat yang sama, sebuah kesaksian atas tanggapan
yang terpuji di benua Asia (Mulyana, 2017).
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas sangat diharapkan toleransi
beragama dan juga kesetaraan gender dalam masa kini ditingkatkan agar selain dari
terciptanya hidup damai, proses pembangunan nasional juga dapat terwujud,bukan
hanya rentetan kata-kata mutiara yang tertuang dalam bentuk tulisan yang sistematis
saja namun dapat diwujudkan secara nyata dan dapat dirasakan hasilnya.
lOMoARcPSD|31927084

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian


Hari : Jumat dan Senin
Tanggal : 28, Oktober 2022 dan 01, November 2022
Lokasi : HJF6+MXM, Jl. Sunggal Gg. Bakul Jalan Tengku Amir Hamzah
Pekan I, Sunggal, Kec Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatera Utara 20128.

Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Siswa/i SMK Negeri 1 Airmadidi X Akuntansi 2
dan XI Akuntansi 2 serta Guru kejuruan masing-masing kelas.

Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif Kuantitatif
(Sugiyono, 2019) dan Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah Observasi,
Wawancara.
Observasi atau pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap objek peneliti
secara langsung (tanpa perantara) ke lokasi penelitian. Wawancara di lakukan pada
guru kejuruan Akuntansi yang mengajar di kelas X Akuntansi 2 dan XI Akuntansi 2
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data
yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat
objek penelitian dilakukan.Data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dan
observasi ke tempat penelitian.
lOMoARcPSD|31927084

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Salah satu keberagaman atau mulkultural yang ada di SMK Negeri 1 Airmadidi yaitu
keberagaman agama yaitu Islam, Katolik, Kristen. Peneliti menjelaskan bahwa data yang
akan diungkap dalam penelitian ini adalah Sikap toleransi antar umat beragama pada siswa.
Peneliti menggunakan penelitian Observasi pada kelas X Akuntansi 2 dan XI Akuntansi 2.
Sikap toleransi penting untuk diterapkan di sekolah karena di sekolah siswa bergaul
tidak dengan satu teman saja, tapi banyak teman. Masing-masing siswa berasal dari daerah
yang berbeda, suku yang berbeda, dan kelompok agama yang berbeda. Sikap toleransi
penting diterapkan untuk meningkatkan rasa persaudaraan sehingga dapat menghindarkan
perpecahan.
Hasil analisis deskriptif sikap toleransi antar umat beragama pada siswa Tingkat SMK
Negeri 1 Airmadidi menunjukkan cukup tinggi sikap toleransi siswa terhadap perbedaan
agama yaitu diatas 50 % bersikap sangat baik dalam toleransi agama tepatnya 62,8 % dan
sisanya adalah bersikap baik dan cukup baik. Hal Ini sesuai dengan hasil wawancara pada
kedua guru kejuruan yang mengajar di kelas tersebut, beliau mengatakan bahwa dalam
sekolah tersebut Misalnya, pada saat perayaan Halal Bi Halal seluruh warga sekolah
merayakan perayaan tersebut untuk menghargai semua yang merayakannya. Hal ini
dilakukan dengan memberikan waktu libur dan membuat hiasan yang berkenaan dengan
perayaan tersebut. Dan guru yang merayakan perayaan tersebut juga mengajak guru yang
lain untuk merayakan bersama dengan guru yang lain. Dari ini dapat dilihat bahwa
perbedaan bukan menciptakan perpecahan tetapi justru menyatukan dan memberi ragam.
Kesetaraan gender sangat perlu untuk ditingkatkan mengingat kemajuan zaman yang
semakin membumbung tinggi. Dimana adanya persamaan hak dan kewajiban antara pria dan
Wanita dengan mempertimbangkan kondisi tertentu. Khususnya dalam dunia Pendidikan
sehingga baik pria maupun Wanita dapat menggali dan memanfaatkan bakat atau skill
mereka di berbagai bidang tanpa harus terikat dengan yang Namanya perbedaan gender
antara pria dan Wanita. Dengan adanya kesetaraan gender tersebut maka segala Batasan
yang ada diantara pria dan Wanita dapat diminimalisir.
lOMoARcPSD|31927084

Hal ini menunjukkan siswa SMK Negeri 1 Airmadidi tidak membeda-bedakan


antara laki-laki dan perempuan. Pernyataan ini sesuai dengan hasil wawancara dari guru
kejuruan mereka dimana beliau menyatakan bahwa pada pemilihan ketua kelas atau
misalnya upacara bendera, OSIS dan sebagainya yang menjadi pemimpin atau ketua tidak
mesti harus laki-laki saja bahkan cenderung lebih banyak perempuan yang mengambil alih
kedudukan tersebut. selain itu tempat duduk juga tidak hanya perempuan dengan perempuan
namun Sebagian dibuat random.
Berdasarkan hasil analisis kedua data diatas yaitu toleransi beragama dan kesetaraan
gender tentunya tidak luput dari adanya hambatan dalam implementasinnya dalam
kehidupan nyata hal ini dibuktikan pada persentasi yang diperoleh pada kedua data dimana
sikap toleransi agama dan pendapat terkait kesetaraan gender tidak mencapai
100 % sisanya adalah beberapa faktor hambatan yang muncul dalam implementasinya. Bukti
tersebut di perkuat dengan hasil wawancara pada guru kejuruan di sekolah tersebut, beliau
menyatakan bahwa terdapat beberapa hambatan untuk menerapkan sikap toleransi agama
dan kesetaraan gender diantaranya :
Adanya paham feminisme yang merupakan Gerakan memperjuangakn kesetaraan
bagi perempuan dalam bidang politik,budaya,ekonomi, ruang pribadi dan ruang public
dengan tujuan akhirnya adalah kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, selain itu
paham feminisme ini menjadi alasan untuk seorang perempuan selalu diagung-agungkan
dalam peranannya Menurut (Abbas, 2020), dampak negatif gerakan feminisme dapat timbul
karena sebagian perempuan memakai feminisme sebagai gerakan yang menuntut persamaan
dan kebebasan antara laki-laki dan perempuan secara mutlak seperti yang menjadi asumsi
feminisme radikal. Tuntutan ini mengabaikan kaidah, norma serta kodrat perempuan.
Dengan pemahaman tersebut perempuan enggan untuk menikah atau melahirkan anak.
Mereka menuntut agar perempuan tidak hamil seperti halnya kaum laki-laki, atau
mengalihkan peranan tersebut kepada teknologi. Menikah dianggap sebagai suatu beban
bahkan memperbudak perempuan. Melahirkan atau memiliki anak hanya akan menambah
kerumitan dan kesulitan. Karena rasa independen
lOMoARcPSD|31927084

yang ekstrim tersebut, perempuan larut dalam dunia karir, sehingga lembaga keluarga
berantakan, kasus perceraianpun semakin menjamur. Perempuan kemudian betul-betul
mandiri, akan tetapi, dampak selanjutnya kemiskinan banyak melanda kehidupan
perempuan. Peran ganda perempuan, memaksakannya untuk memasuki pekerjaan apa saja
tanpa pilih. Perempuan menjadi kelompok sosial yang menurut persepsi laki- laki menyaingi
ruang kerja yang dulunya menjadi tempat laki-laki. Akibat selanjutnya, jika laki-laki dan
perempuan sebelumnya menjadi mitra sejajar, maka dengan persaingan tersebut akan saling
menjatuhkan.
Patriarki senrisi merukan kebalikan dari feminism. Patriarki adalah sebuah sistem sosial
yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam
peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial dan penguasaan properti. Dampak
negative dari patriaki adalah menimbulkan ketidakadilan gender, dan bermuara pada
kekerasan perempuan seperti kekerasan fisik, seksual, emosional, verbal, psikologis,
ekonomi, serta intimidasi dan ancaman.
Fanatisme atau fanatic adalah adalah suatu keyakinan untuk meyakini ajaran atau
kepercayaan dengan kuat dan sangat mendalam dan ajaran tersebut dianggap paling benar
secara multak. Dampak negative dari sikap fanatik dapat mengubah seseorang jadi
konservatif, tidak bisa menerima pendapat orang lain dan tidak bisa toleransi, dapat
membuat hidup jadi tidak tenang lantaran akan lebih mudah untuk membenci bahkan
memerangi sesuatu yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran atau keyakinannya sehingga
dapat memicu pertumpahan darah dalam skala besar atau kecil.
Cara efektif Dalam membangun keberagaman (multikultural) dan kesetaraan gender
berdasarkan hasil wawancara yaitu pertama dimulai dari bapak ibu guru nya. Bapak ibu
gurunya jangan pernah membedakan anak laki – laki dengan anak perempuan, tapi anak laki
– laki dan anak perempuan harus diperlakukan sama dan juga Guru senantiasa mengapresiasi
dan memotivasi siswa/i nya untuk menjadi lebih baik dan mengetahui mana yang benar
dalam berbagai sudut pandang yang dilihat secara generalisasi. Selain itu guru memberikan
pemahaman yang mendasar tentang kesetaraan gender dan makna saling mengerti-
memahami satu sama lain, baik antar siswa maupun antar siswi ataupun antara siswa dan
siswi. Oleh sebab itu, beberapa siswa duduk bersebelahan dengan teman sebangku yang
berbeda agama atau berbeda gender atau berbeda suku. Guru menekankan agar setiap siswa
dapat memahami karakteristik teman-teman nya yang berbeda secara gender, kemudian
selanjutnya berbaur dan saling memahami kebudayaan masing-masing.
lOMoARcPSD|31927084

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis wawancara yang telah dilakukan disimpulkan :
Implementasi keberagaman (multicultural) dan kesetaraan gender di SMK Negeri 1
Airmadidi sudah sangat baik dimana berdasarkan analisis hasil wawancara dengan guru
kejuruan implementasi nyata keberagaman (multicultural) dan kesetaraan gender di SMK
Negeri 1 Airmadidi berkisar 90%.
Dalam penerapan keberagaman (multicultural) dan kesetaraan gender di SMA Sultan
Iskandar Muda terdapat beberapa hambatan yang harus dihadapi diantaranya adalah:
1. Adanya muncul aliran atau Gerakan Feminisme
2. Patriarki
3. Fanatisme atau fanatic
Untuk menghadapi kendala atau hambatan terdapat beberapa cara efektif untuk
membangun keberagaman (multicultural) dan kesetaraan gender agar berjalan dengan baik
diantaranya Bapak ibu gurunya jangan pernah membedakan anak laki – laki dengan anak
perempuan, tapi anak laki – laki dan anak perempuan harus diperlakukan sama dan juga
Guru senantiasa mengapresiasi dan memotivasi siswa/i nya dan guru memberikan
pemahaman yang mendasar tentang kesetaraan gender dan makna saling mengerti-
memahami satu sama lain, baik antar siswa maupun antar siswi ataupun antara siswa dan
siswi.

Saran
Guru sebaiknya lebih meningkatkan sikap toleransi beragama dan penerapan dalam
kesetaraan gender pada siswa/i agar tercipta hubungan social yang baik dan sehat baik
diantara siswa dengan siswa maupun dengan antar siswa dan guru. Sehingga konflik-konflik
yang biasa terjadi dapat dihilangkan.
lOMoARcPSD|31927084

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Dwi A. 2017. Implementasi Nilai Hormat Dan Santun Dalam Pendidikan Karakter
Oleh Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di Sekolah Menengah Atas Negeri 2
Tambang. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Faqih, A. (2020). Pemberdayaan Perempuan Melalui Pemanfaatan Dan Penataan
Pekarangan. Abdimas Galuh.2(1): 1-11.
Digdoyo, Eko. 2019. Kajian Isu Toleransi Beragama, Budaya, Dan Tanggung Jawab Sosial
Media. Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan. 3 (1) :42-59.
Lisanti, Galih Harsul. 2013. Membangun Nilai Toleransi Siswa Melalui Metodethink Pair
Share (TPS) Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V Di SD Negeri Deresan. Fakultas
Ilmu Pendidikan-Universitas Negeri Yogyakarta.
Marwanti, S., & Astuti, I. D. (2012). Model pemberdayaan perempuan miskin melalui
pengembangan kewirausahaan keluarga menuju ekonomi kreatif di Kabupaten Karanganyar.
Sepa, 9(1) :134-144.
Mawardi. 2019. Rambu-Rambu penyusunan Skala Sikap Model Likert Untuk Mengukur
Sikap Siswa. Jurnal Scholaria. Vol. 9 No. 3.292- 304.
Mulyana, N., & Asiah, D. H. S. (2017). Pemberdayaan perempuan melalui program
Keluarga Berencana. Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat, 4(1): 93-103.
Sugiyono. 2019. Metode Penelitian dan Pengembangan Research & Development. Bandung:
Alfabeta.
Saugi, W., & Sumarno, S. (2015). Pemberdayaan perempuan melalui pelatihan pengolahan
bahan pangan lokal. JPPM (JurnalPendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat).2(2):
226-238.
Wardany, K., Sari, R. P., & Mariana, E. (2020). Sosialisasi Pendirian Bank Sampah Bagi
Peningkatan Pendapatan Dan Pemberdayaan Perempuan Di Margasari. Dinamisia: Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2): 364-372.
lOMoARcPSD|31927084

LAMPIRAN

DOKUMENTASI
Hasil Wawancara Dengan Narasumber
Narasumber 1 ( Bu Minar )
Peneliti : Selamat pagi bu, kami mahasiswa dari Pendidikan kimia UNIMED, ingin
mewawancarai ibu terkait tugas mini riset kami yang berkaitan dengan kesetaraan
gender, dan boleh kah kami mendokumentasikannya?
Guru : Ya, Silahkan.
Peneliti : Bagaimana menurut pendapat ibu seiring berkembangnya zaman terkait
kesetaraan gender di terapkan pada peserta didik pada tingkat SMA?
Guru :Kalau disekolah ini, sejak saya masuk ke sekolah ini, penerapan tentang kesetaraan
gender ini sudah dilakukan. Karena memang sekolah ini mengusung daripada penerapan dari
Pendidikan multicultural. Jadi sejak saya masuk kesekolah ini sudah diterapkan yang
Namanya kesetaraan gender. Anak – anak disini memiliki kualitas yang sama berdasarkan
kemampuan yang mereka miliki.
Peneliti : Apakah ada pihak dari perempuan yang dibeda bedakan?
Guru : Kalau sudah dibilang kesetaraan gender berartikan tidak ada pembeda. Jadi anak –
anak disini memiliki hak yang sama sesuai dengan kualitasnya, laki – laki maupun
perempuan, sama dengan yang ada di tengah – tengah lapangan ada pohon bisbu itu adalah
salah satu dari kesetaraan gender. Pohon bisbu itu maknanya selain dia mengeluarkan
oksigen dan oksigen itu bisa di hirup oleh semua agama, semua suku, semua gender tanpa
harus memandang apapun. Selain itu maknanya untuk gender, pohon bisbu itu kan ada dia
ada yang betina dan ada yang jantan, kalau dia tidak dipasangkan maka dia tidak akan
berbuah, berarti apa? Laki – laki dan perempuan harus saling membutuhkan satu dengan
yang lain, karena itu harus mendapat hak yang sama, hak dan kewajiban yang sama. Jadi
tidak ada pembeda disekolah kami.
lOMoARcPSD|31927084

Peneliti : Apakah kesetaraan gender tersebut sudah ada implementasinya secara


realistic dari pengajar, jika ada bagaimana bukti impelentasinya yang dapat dilihat secara
langsung di sekolah ini?
Guru : Salah satu implementasinya itu Ketika peserta didik di dudukkan sama, yang kedua
ketua kelas dia boleh laki – laki, dia boleh perempuan selama dia memang layak. Yang
ketiga ketua osis itu perempuan dulunya ada laki -laki. Jadi tergantung kemampuan dia, mau
dia laki – laki maupun perempuan selagi mampu dia berhak menjabat. Dan sekarang kepala
sekolah yang ada disekolah kami itu adalah perempuan yang dulunya laki -laki , ada
wakilnya yang laki – laki. Berarti siapa yang layak dia yang diangkat tanpa memandang
gender.
Peneliti : Apakah bentuk implementasi kesetaraan gender tersebut sudah berjalan
dengan baik, jika belum apakah factor penyebabnya?
Guru : Kalau menurut ibu 90% sudah berjalan dengan baik dan itu sudah hasil riset
daripada universitas Indonesia dari sosiologi nya juga sudah membuktikan dari hasil riset
mereka setahun yang lalu. Itu sudah dilihat nyata dilapangan bahwa kesetaraan gender sudah
terlaksana disekolah kami, baik terhadap siswa maupun terhadap guru maupun pegawai yang
lain.
Peneliti : Bagaimanakah menurut ibu cara yang efektif dalam membangun kesetaraan
gender dikalangan siswa di tingkat SMA ?
Guru : Seperti disekolah kami ini ya, itu dimulai dari bapak ibu guru nya. Bapak ibu
gurunya jangan pernah membedakan anak laki – laki dengan anak perempuan, tapi anak laki
– laki dan anak perempuan harus diperlakukan sama. Kalau kamu memiliki kualitas anda
harus wajib di apresiasi, kalau anda belum memiliki yang Namanya kualitas anda harus
dikasi motivasi terlebih dahulu. Jadi kesekolah lain juga harus Kembali ke bapak ibu nya dan
harus ada komunikasi dengan keluarga. Kalau demikian juga bisa diterapkan bagaimana
kesetaraan gender disekolah sekolah tidak hanya disekolah kami. Disini guru yang rasis atau
radikalisme atau pun melakukan korupsi tidak ada ampun langsung keluar.
Peneliti :Apakah keberagaman agaman dan budaya mempengaruhi proses belajar
mengajar dalam pergaulan peserta didik.
Guru :Kalau soal keberagaman dan kepercayaan, kalau dari segi positifnya anak – anak
yang dari SMA in ikan banyak yang dari sekolah luar yang sekolahnya dulu homogen
(yang hanya satu agama), kemudian
lOMoARcPSD|31927084

dia datang ke sekolah kita yang multicultural awalnya kita agak syok ya, kenapa? Karena
ada teman – temannya yang dia gak pernah dengar sebelumnya kayak agama hindu dalam
hal berdoa kan kami itu aplikasi membuat doa bergantian itu agama hindu, islam, budha
pokoknya agama apa yang ada dikelas itu gitu. Jadi mereka pasti pertama syok, tapi lambat
laun kita ajarkan kemudian kita kasi pengertian akhirnya mereka terbiasa, alah bisa karena
terbiasa. Itu salah satu yang berdampak positif akhirnya mereka bisa menerima teman –
temannya yang berbeda agama dan kepercayaan dan toleransi dalam menghargai teman -
teman nya itu.
Kalau yang berdampak negative disekolah kami karena memang dari awal kita udah ada
sebuah kesepakatan dan ditanddatangani orang tua bermaterai anak – anak. Jadi sebelm
mereka masuk, jadi kita pengenalan lingkungan dulu, sekolah kita berbau multicultural tidak
boleh rasis, tidak boleh radikalisme, tidak boleh memandang rendah teman – temannya, baik
dari segi ekonomi, tidak hanya dari agama, budaya dan suku yang lainnya karena disini kan
ada anak asuh jadi dia tidak boleh memandang rendah terhadap temannya yang lain. Anak
asuh karena dia merasa dia bayar sekolah temannya ini tidak itu tidak boleh. Jadi dia sudah
tau dari awal. Mayoritas yang saya perhatikan saat ini belum ada anak – anak kita yang rasis,
radikalisme sampai hari ini. Gak tau ya kalau diluar tapi kalau di sekolah ini dalam proses
pembelajaran belum ada.
Peneliti : Bagaimanakah cara bapak/ibu guru dalam meminimalisir dampak yang ada
tersebut?
Guru : Oke, seperti yang sudah saya katakana tadi ya. Kalau disekolah kami dari awalkan
kita sudah, segala sesuatu ini kenapa ya kayak konflik agama, terjadi deskriminasi,
intoleransi di berbagai sekolah lain. Itu kan ada di gurunya juga, kalau dari gurunya sudah
toleransi pastikan yang diturunkan ke anak didiknya pasti udah toleransi. Jadi udah awal
kami sudah mengajarkan anak – anak untuk toleransi. Kalau itu belum bis akita akan panggil
orang tua kita jadikan latar untuk berkumonikasi supaya dia mengubah dirinya dan
pandangannya terhadap temannya yang berbeda agama atau kepercayaan dengan dia. Dan
disini kita harus bisa merangkul anak – anak tersebut untuk bisa memeliki sikap toleran, jika
tidak bisa juga berarti kami yang gagal dan anak yang tidak bisa juga memiliki sikap toleran
dipersilahkan untuk memilih sekolah lain.
lOMoARcPSD|31927084

Peneliti : Dengan keragaman agama, budaya dan suku yang ada disekolah ini apakah
menimbulkan kesenjangan sosial baik antara siswa maupun guru?
Guru : Disini tidak ada yang Namanya diskriminasi, termasuk diskriminasi ekonomi,
apalagi diskriminasi agama, kepercayaan maupun suku dan budayanya. Jadi disini anda
horizontal anda harus sama tidak ada diskriminasi.
Peneliti : Kesenjangan sosial apa yang mungkin terjadi disekolah ini?
Guru : Kalau disini tidak ada kesenjangan sosial ya, kalau mungkin yang terlihat oleh
kalian disini tidak ada, hamper tidak ada kesenjangan kepada anak – anak disini. Disini kami
selalu menerapkan semua bapak ibu gurunya memotivasi, mengingatkan bahwa kelebihan
yang dia miliki hari ini bisa saja menjadi kelebihan temannya di suatu saa. Jadi dia harus
membangun relasi kepada temannya. Suka tidak suka, mau tidak mau dia harus membangun
relasi dengan temannya. Jadi kalau kesenjangan tampak yang kontras (terlihat dengan mata)
tidak ada.
Peneliti : Bagaimana cara bapak/ ibu guru mengatasi dampak dari kesenjangan sosial
tersebut?
Guru : Dari awal kita kasi masukan tidak bisa, ya akita kasi komunikasi dan motivasi. Jadi
kita tidak boleh berhenti di satu sisi, kita harus terus terus. Kalian nanti calon guru seperti tiu
lah. Jadi Ketika kamu hari ini terbentur dalam suatu masalah, kalau kamu berhenti maka
kamu tidak berhasil. Jadi suka gak suka, mau tidak mau kamu harus melakukan itu,
sekalipun kita udah muak kan untuk menasehati tapi kita tetap kasi komunikasi, nasehat, tapi
kalau tidak bisa lagi mau tidak mau anaknya kita kasi keinginan untuk keluar. Sekali lagi
kita adalah sekolah yang perioritas utamanya itu adalah menghargai perbedaan agama, suku,
budaya maupun status sosial.

Narasumber 2 (Pak Okto)


Bagaimana menurut pendapat ibu/bapak seiring berkembangnya zaman terkait kesetaraan
gender jika diterapkan pada peserta didik tingkat SMA?
Jawab :
Penerapan kesetaraan gender di SMA telah dapat dilakukan. Namun, salah satu
permasalahan yang ditemukan ialah berkembangnya isu paham feminist, dimana
lOMoARcPSD|31927084

paham feminist ini menjadi alasan untuk seorang perempuan selalu diagung- agungkan
dalam peranannya dan juga adanya paham patriarki.

Apakah kesetaraan gender tersebut sudah ada implementasinya secara realistik di tempat
ibu/bapak mengajar? Jika ada bagaimana bentuk implementasinya yang dapat ibu/bapak
lihat secara langsung yang ada di sekolah ini?
Jawab :
Bentuk implementasi kesetaraan gender pada siswa, contoh implementasi ialah pada saat
presentasi, ketua kelas yang merupakan laki-laki dan sekretaris seorang perempuan, ketua
osis merupakan perempuan dan wakilnya merupakan laki-laki.

Apakah bentuk implementasi kesetaraan gender tersebut sudah berjalan dengan baik? Jika
belum, apakah faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi?
Jawab :
Sudah berjalan dengan baik. Tetapi masih berkembang paham feminist tadi, sehingga sangat
penting peran guru dalam pengawasan terlebih di lingkungan yang multikultur seperti di
sekolah ini karena bukan hanya kesetaraan gender yang diperhatikan tetapi juga ekonomi,
kultur atau budaya atau etnis. Apabila ditemukan masalah seperti saling mengejek, hal
tersebut masih dapat dikendalikan. Tetapi apabila sudah termasuk kategori pembulyan maka
konflik tersebut harus ditangani dengan memberi sanksi yang sesuai dan tegas.

Bagaimanakah menurut ibu/bapak cara yang efektif dalam membangun kesetaraan gender di
kalangan siswa/i tingkat SMA.
Jawab :
Cara yang efektif, terlebih dahulu memberikan pemahaman yang mendasar tentang
kesetaraan gender dan makna saling mengerti-memahami satu sama lain, baik antar siswa
maupun antar siswi ataupun antara siswa dan siswi. Oleh sebab itu, beberapa siswa duduk
bersebelahan dengan teman sebangku yang berbeda agama atau berbeda gender atau berbeda
suku. Guru menekankan agar setiap siswa dapat memahami karakteristik teman-teman nya
yang berbeda secara gender, kemudian selanjutnya berbaur dan saling memahami
lOMoARcPSD|31927084

kebudayaan masing-masing.
lOMoARcPSD|31927084

Menurut ibu/bapak apakah keberagaman agama dan budaya dalam sekolah ini
mempengaruhi proses belajar mengajar dan pergaulan peserta didik? Jika berpengaruh
kejadian atau fenomena seperti apa yang ibu/bapak alami atau rasakan ketika mengajar ?
Jawab :
Ya, keberagaman agama dan budaya sangat mempengaruhi proses belajar, karena adanya
proses belajar dalam interaksi antar sesama siswa, sehingga pada saat dialog atau proses
belajar tersebut, sesama siswa dapat menerima satu sama lain. Sehingga tidak ada yang
fanatis akan hal yang ada di dalam dirinya, sebab untuk hidup atau duduk bersama di satu
kelas yang berbeda di dalamnya, maka harus dapat melupakan batasan yang ada.

Bagaimana cara ibu/bapak dalam meminimalisir dampak tersebut ?


Jawab :
Untuk meminimalisir dampak tersebut, ditanamkan dahulu pemahaman dan pengenalan
karakter terhadap orang disekitar siswa. Lalu melakukan pengawasan terhadap keadaan
lingkungan kelas, sehingga dampak buruk dapat diminimalkan.

Menurut ibu/bapak keberagaman agama, suku, budaya dan etnik (multicultural) yang ada
dalam sekolah ini apakah menimbulkan kesenjangan social, baik antar siswa maupun antara
siswa dan guru?
Jawab :
Menurut bapak, engga. Misalnya, pada saat perayaan Deepavali pada 24 Oktober lalu,
seluruh warga sekolah merayakan perayaan tersebut untuk menghargai semua yang
merayakannya. Hal ini dilakukan dengan memberikan waktu libur dan membuat hiasan yang
berkenaan dengan perayaan tersebut. Dan guru yang merayakan perayaan tersebut juga
mengajak guru yang lain untuk merayakan bersama dengan guru yang lain. Dari ini dapat
dilihat bahwa perbedaan bukan menciptakan perpecahan tetapi justru menyatukan dan
memberi ragam.
lOMoARcPSD|31927084

Menurut ibu/bapak hal-hal apa yang diharapkan mungkin terjadi apabila kesetaraan gender
dan perbedaan agama, budaya, suku dan etnik (multicultural) diimplementasikan /
dijalankan sesuai dengan pendapat
lOMoARcPSD|31927084

ibu/bapak sebelumnya terkait cara mengatasi dampak negative dari kesetaraan gender dan
perbedaan agama, budaya, suku dan etnik (multicultural).
Jawab :
Konsep multikultural, kesetaraan gender adalah satu rumpun. Harapan positifnya ialahnya
berawal dari pendidikan di sekolah, siswa yang dihasilkan dapat memiliki nilai-nilai moral
yang memahami konsep ini serta menerapkannya dan juga dapat membuat nilai-nilai ini
hidup di lingkungan sekitarnya. Sehingga konflik yang ada dapat diminimalkan.
lOMoARcPSD|31927084

DOKUMENTASI :

~day 1~
lOMoARcPSD|31927084

~day 2~
lOMoARcPSD|31927084

Anda mungkin juga menyukai