Anda di halaman 1dari 10

GHARAR

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS PADA MATA KULIAH


FIQH MUAMALAH KONTEMPORER

Dosen Pengampu : Santi Arafah,M.E.I


D
I
S
U
S
U
N
Kelompok 3 : Sherly Syafina
(2241000007)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS POTENSI
MEDAN
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah gharar ini dapat
diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga
terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Makalah Ekonomi yang berjudul Makalah
gharar ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan
referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi yang
akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini
sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Saya
menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Makalah gharar ini
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi penyempurnaan makalah ini.
Saya mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha
Kuasa, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga Makalah
gharar ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Medan, 29 september 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN................................................................ 4
A. Latar belakang........................................................................4
B. Rumusan masalah...................................................................4
C. Tujuan penulisan.....................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..................................................................5
A. Pengertian gharar....................................................................5
B. Macam-macam gharar............................................................6
C. Kategori-kategori gharar.........................................................7
D. Bentuk-bentuk jual-beli gharar...............................................8

BAB III PENUTUPAN.....................................................................9


A. Kesimpulan............................................................................9
B. Saran......................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia menurut tabiatnya adalah makhluk sosial. Ia tidak


bisa hidup Sendiri, melainkan harus berinteraksi dengan yang
lainnya. Ia memerlukan Bantuan orang lain dan ia juga diperlukan
oleh yang lainnya. Interaksi tersebut Diperlukan suatu aturan yang
baik guna untuk menghindari terjadinya Kedzoliman di antara
sesama manusia, seperti jual beli.

Jual beli sangat dibutuhkan manusia, karena dalam


kehidupan sehari-Hari tidak semua orang memiliki apa yang
dibutuhkannya. Terkadang apa yang Dibutuhkan itu berada di tangan
orang lain. Maka untuk memenuhi kebutuhan Hidupnya, jual beli
adalah salah satu jalan yang harus ditempuh oleh manusia. Dengan
demikian, roda kehidupan manusia serta perekonomiannya akan
dapat Berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan dan
tentunya harus Sesuai dengan ajaran dan aturan yang telah
ditetapkan dalam Islam.

Jual beli menurut istilah syara’ ialah saling menukar harta


dengan harta Lainnya dengan cara-cara tertentu atau menukar harta
dengan harta lainnya Yang dapat dikembangkan setelah adanya serah
terima dengan cara yang telah Diatur. Akad pertukaran harta akan
dapat menyebabkan kepemilikian atas Harta tersebut atau
pemanfaatan harta untuk selamanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu gharar?
2. Apa saja macam-macam gharar?
3. Apa saja Kategori-Kategori Gharar?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian gharar
2. Mengetahui macam-macam gharar
3. Mengetahui Kategori-kategori gharar
4. Mengetahui bentuk-bentuk jual-beli gharar

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gharar

Gharar yaitu ketidakpastian dalam transaksi yang diakibatkan


dari tidak terpenuhinya ketentuan syariah dalam transaksi tersebut.
Dampak dari transaksi yang mengandung gharar adalah adanya
pendzaliman atas salah satu pihak yang bertransaksi sehingga hal ini
dilarang dalam islam.1

Beberapa kategori unsur gharar antara lain dari segi kuantitas


tidak sesuainya timbangan atau takaran, kemudian dari siis kualitas
terdapat ketidakjelasan pada kualitas barang, selanjutnya dari sisi
harga adanya dua harga dalam satu transaksi, dan yang terakhir dari
sisi waktu yaitu terdapat ketidakjelasan pada waktu penyerahan.2

Ketidakpastian yang muncul akibat tidak terpenuhinya


ketentuan syariah dalam suatu transaksi, maka ketidakpastian
tersebut merupakan gharar yang dilarang oleh syariat. Adapun
Ketidakpastian yang tetap muncul setelah seluruh ketentuan syariah
terpenuhi dalam suatu transaksi, maka ketidakpastian tersebut
merupakan sunnatullah yang tidak boleh dihilangkan, namun dapat
dikelola.

B. Macam-Macam Gharar

1. Gharar dalam akad

Gharar bisa terjadi dalam akad. Maksudnya adalah


bentuk akad yang disepakati oleh kedua belah pihak
mengandung unsur ketidakpastian, ada klausulklausul yang
tidak jelas atau pasal karet, yang berpotensi merugikan salah
satu pihak atau berpotensi menimbulkan perselisihan antara
keduanya.

Contohnya adalah praktik di masa Nabi yaitu jual-beli


mulamasah dan munabadzah. Mulamasah adalah jual-beli di
mana penjmemberikan klausul akad yang mengandung
potensi merugikan pembeli yaitu “Kain mana saja yang
engkau sentuh, maka kain tersebut menjadi milikmu dengan
1
M. Ali Hasan,2003 Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta: Rajawali Pers,
2
Ibid

5
harga sekian.” Atau dalam kalimat yang lebih sederhana,
“Menyentuh berarti membeli.”

Demikian juga jual-beli munabadzah, yaitu jual beli


di mana penjual berkata, “Pakaian manapun yang aku
lemparkan kepadamu, maka kamu bayar sekian.” Tentu akad
ini cacat. Sebab tidak ada kejelasan pakaian mana yang akan
didapatkan oleh pembeli. Bisa jadi sesuai keinginannya atau
tidak.

Contoh lain yang sering terjadi adalah akad


pemindahan harta antara suami-istri. Ketika suami membeli
mobil baru, dia berkata kepada istrinya, “Sayang, ini mobil
barunya kamu pakai aja.” Kalimat ini mengandung ‘pasal
karet’. Tidak jelas apakah maksudnya sekedar meminjamkan
atau dihibahkan.

Dampaknya adalah ketika suami meninggal, ahli


waris akan ribut menentukan apakah mobil itu masih punya
suami, karena statusnya hanya dipinjamkan sehingga dibagi
sebagai harta warisan, atau sudah jadi milik istri sehingga
tidak dibagi waris. Di sinilah esensi gharar itu terjadi, sebab
akadnya tidak jelas dan menimbulkan potensi perselisihan di
kemudian hari.
2. Gharar dalam objek akad

Gharar juga bisa terjadi pada barang atau jasa yang


menjadi objek akad yang diperjualbelikan. Maksudnya,
barang atau jasa yang menjadi objek akadnya tidak jelas.
Ketidakjelasan itu bisa dalam ukurannya, kualitasnya,
spesifikasinya, keberadaannya dan lain-lain.

Yang termasuk gharar dalam objek akad adalah jual-


beli barang yang tidak ada atau tidak jelas jenis dan sifatnya
atau tidak pasti apakah bisa diserahkan atau tidak. Hanya
saja, yang perlu digarisbawahi, tidak semua barang yang
tidak ada itu tidak boleh diperjualbelikan. Sebab maksudnya
adalah barang yang tidak ada dan tidak jelas apakah nanti
akan ada atau tidak.

Sehingga meskipun pada saat akad barangnya belum


ada, tapi bisa dipastikan barang itu ada pada saat yang
disepakati, maka tidak termasuk gharar. Kaidahnya
adalah:Setiap barang yang tidak ada dan tidak diketahui ada
atau tidaknya di3 kemudian waktu, tidak boleh
diperjualbelikan. Dan setiap barang yang tidak ada, akan

3
Haroun,Nasroun.2000. Fiqh Muamalah,Jakarta: Gaya Media Pratama,

6
tetapi secara adat/kebiasaan bisa dipastikan ada di kemudian
waktu, boleh diperjual belikan.
3. Gharar dalam harga

Gharar dalam harga maksudnya adalah harga yang


disepakati tidak jelas nominalnya. Atau harga tidak
disebutkan pada saat akad, sehingga menimbulkan potensi
pembeli merasa dirugikan, sebab penjual bisa menentukan
harga seenaknya.

Contoh yang sering terjadi adalah tarif ojek


pangkalan yang tidak ada standar dan ukurannya. Tidak
dihitung per kilometer, tapi semaunya abang ojek.

Kadang-kadang penumpang juga tidak tanya harga


terlebih dahulu. Langsung naik begitu saja. Begitu sampai,
kesempatan bagi abang ojeknya untuk minta tarif mahal.
Mau tidak mau penumpang harus bayar, karena dia sudah
diantar sampai tujuan.

Maka seharusnya ada kesepakatan harga terlebih


dahulu sebelum transaksi terlaksana. Supaya kedua belah
pihak tidak ada yang merasa dirugikan sehingga unsur saling
ridha sebagai syarat dalam jualbeli pun terwujud.

4. Gharar dalam waktu serah-terima

Gharar juga berpotensi terjadi dalam waktu


serahterima. Baik serah terima harga atau barang/jasa.Jual-
beli yang dilakukan secara tidak tunai, harus ada kejelasan
dan kepastian terkait dengan waktu penyelesaian
transaksinya.

Gharar dalam waktu serah-terima ini juga terjadi di


masa jahiliyah yang disebut dengan jual-beli hablul habalah.
Salah satu penafsirannya adalah jual beli unta, yang mana
uangnya baru dibayarkan setelah unta ini melahirkan anak,
dan anak unta yang dilahirkan ini melahirkan anak.
4
Sehingga pembayarannya baru dilakukan setelah unta itu
melahirkan dua generasi keturunannya. Jual-beli seperti ini
kemudian dilarang oleh Nabi. Sebab waktu pembayarannya
yang mengandung gharar atau ketidakpastian.

C. Kategori-Kategori Gharar

4
M. Ali Hasan,2003 Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta: Rajawali Pers,

7
Menurut mohd Bakir Haji Mansor, dalam bukunya Konsep-
konsep syariah dalam perbamgkan dan keuangan Islam menjelaskan
ada 2 kategori gharar.5 Kategori-kategori gharar yang perlu diketahui
Yaitu :

1. Gharar fahish (ketidakjelasan yang keterlaluan);


Adalah gharar yang berat dan dengannya dapat
membatalkan akad. Gharar ini timbul dua
sebab:pertam,barang sebagai objek jual beli tidak ada dan
kedua,barang boleh diserahkan tetapi tidak sama
spesifikasinya seperti yang dijanjikan.

2. Gharar yasir (keti Hal.68dakjelasan yang minimum)


Adalah gharar yang ringan,keberadaannya tidak
membatalkan akad. Sekiranya terdapat bentuk gharar
semacam ini dalam akadjual beli, maka jual beli tersebut
tetap sah menurut syara’.

D. Bentuk-bentuk jual-beli gharar

Menurut ulama fikih, bentuk-bentuk gharar yang dilarang adalah:


1. Tidak ada kemampuan penjual untuk menyerahkan objek
akad pada waktu terjadi akad, baik objek akad itu sudah ada
maupun belum ada. Umpamanya menjual janin yang masih
dalam perut binatang ternak tanpa menjual induknya.6

2. Menjual sesuatu yang belum berada di bawah penguasaan


penjual. Apabila barang yang sudah dibeli dari orang lain
belum diserahkan kepada pembeli, maka pembeli itu belum
boleh menjual barang itu kepada pembeli lain.

3. Tidak ada kepastian tentang jenis pembayaran atau jenis


benda yang dijual.

4. Tidak ada kepastian tentang tertentu dari barang yang dijual.


Umpamanya penjual berkata: “Saya menjual sepeda yang ada
di rumah saya kepada anda”, tanpa menentukan ciri-ciri
seepeda tersebut secara tegas. Termasuk ke dalam bentuk ini
adalah menjual buah-buahan yang masih di pohon dan belum
layak dikonsumsi.

5. Tidak ada kepastian tentang jumlah harga yang harus dibayar.


Umpamanya: orang berkata “Saya jual beras kepada anda
sesuai dengan harga berlaku hari ini”. Padahal jenis beras
juga macam-macam dan harganya tidak sama.
5
Nazaruddin Abdul Wahid,SUKUK
6
Abdul Wahid,Nazaruddim.2010. Sukuk (memahami & membedah Obligasi pada
Perbankan Syariah).Yogyakarta:Ar-Ruzz Media

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gharar artinya keraguan, tipuan atau tindakan yang bertujuan untuk
merugikan pihak lain. Suatu akad mengandung unsur penipuan, karena tidak
ada kepastian, baik mengenai ada atau tidak ada objek akad, besar kecil
jumlah maupun menyerahkan objek akad tersebut.
Macam Gharar :
· Gharar dalam transaksi, contoh : saya jual rumah ini kepada si A tapi si A
harus jual rumahnya kepada saya (terkadang mengandung sesuatu tidak
jelas).
· Gharar dalam objek transaksi, dalam barangnya, contoh : jual tumbuh-
tumbuhan yang buahnya ada di dalam tanah.

B. Saran
Berhati-hatilah dalam kegiatan jual beli agar kita tidak terjerumus
kedalam tindakan-tindakan yang di luar syariat islam, karna gharar adalah
ketidakpastian dalam transaksi yang diakibatkan dari tidak terpenuhinya
ketentuan syariah dalam transaksi tersebut. Dampak dari transaksi yang
mengandung gharar adalah adanya pendzaliman atas salah satu pihak yang
bertransaksi sehingga hal ini dilarang dalam islam.

9
DAFTAR PUSTAKA

Nazaruddin Abdul Wahid,SUKUK


Haroun,Nasroun.2000. Fiqh Muamalah,Jakarta: Gaya Media Pratama,
Abdul Wahid,Nazaruddim.2010. Sukuk (memahami & membedah Obligasi
pada Perbankan Syariah).Yogyakarta:Ar-Ruzz Media
M. Ali Hasan,2003 Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, Jakarta:
Rajawali Pers,

10

Anda mungkin juga menyukai