Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN

KULIAH KERJA LAPANGAN DI BALAI YASA YOGYAKARTA

MATA KULIAH

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

ANDY ILHAM RAMADHAN 2130511


ARSY NESYA FAUZIA 2130522
FAIZAL RIDHO MUSTOFA 2130581
MUHAMMAD LUCKY DAVALA 2130651
MUHAMMAD RAFI FADILAH 2130661
RIDHO WIDI PRATAMA 2130711

PROGRAM DIPLOMA III TEKNOLOGI MEKANIKA PERKERETAAPIAN

POLITEKNIK PERKERETAAPIAN INDONESIA MADIUN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkat , rahmat, taufik
dan hidayah-NYA sehingga sampai saat ini kita masih diberikan nikmat iman dan
kesehatan. Sholawat serta salam senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad SAW yang
telah menjadi suri tauladan sehingga menuntun kita pada zaman yang terang ini.

Kuliah Kerja Lapangan ini merupakan metode untuk meningkatkan kemampuan dan
pengetahuan Taruna/ i dangan metode study banding antara materi yang diajarkan di
kampus dan keadaan di lapangan. Oleh karena itu, laporan ini disusun sebagai
pertanggungjawaban Taruna/ i atas pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan.

Kuliah Kerja Lapangan dilaksanakan di operator dan stakeholder perkeretaapian di


Indonesia. Untuk Prodi Teknologi Mekanika Perkeretaapian kegiatan Kuliah Kerja
Lapangan dilaksanakan di Balai Yasa Yogyakarta. Harapannya Taruna/i memiliki
pengetahuan mengenai perawatan berkala yang ada pada balai yasa Yogyakarta yang
mana terdapat pengujian juga baik statis dan dinamis hingga sarana dianggap layak
operasi. Kemudian tidak kalah pentingnya adalah Kesehatan dan keselamatan kerja
yang ada di balai yasa Yogyakarta sebagai prioritas bagi seorang perawat sarana.

Laporan yang kami buat ini sebagai bukti bahwa taruna/i sudah melaksanakan kuliah
kerja lapangan dengan baik dengan pemenuhan penilaian terhadap mata kuliah K3.
Kami juga berharap supaya laporan ini mampu berguna serta bermanfaat dalam
meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait Kuliah Kerja Lapangan.

Madiun, 19 November 2023

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................4

1.1 Latar Belakang....................................................................................................4

1.2 Maksud dan Tujuan.............................................................................................4

1.3 Manfaat...............................................................................................................5

1.4 Lokasi..................................................................................................................6

1.5 Jadwal Kegiatan.......................................................................................................6

BAB II PELAKSANAAN KULIAH KERJA LAPANGAN.......................................7

2.1 Sejarah Instansi...................................................................................................7

2.2 Proses perawatan.................................................................................................9

2.4 Managemen K3..................................................................................................13

BAB III PENUTUP......................................................................................................17

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................17

3.2 Saran.................................................................................................................17

ii
DAFTAR GAMBAR

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kuliah Kerja Lapangan merupakan kegiatan perkuliahan yang dilakukan diluar
kelas dimana taruna/i melihat langsung atau mempraktekkan apa yang sudah diajarkan
di dalam kelas. Kuliah kerja lapangan sangat efektif dalam menambah ilmu atau
informasi bagi taruna/i karena taruna/i akan mendapat pengalaman untuk melihat atau
mempraktekkan secara langsung mengenai perawatan sarana dan penerapan Kesehatan
dan keselamatan kerja ketika melakukan perawatan sarana. Selama Kuliah kerja
lapangan Taruna mendapatkan pengalaman berkomunikasi langsung dan mendapatkan
informasi langsung untuk melengkapi pengetahuan melalui pemaparan dari para
pembimbing yang berpengalaman. PPI Madiun melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja
Lapangan untuk mata kuliah Manajemen K3.
Kuliah Kerja Lapangan merupakan salah satu metode pembelajaran di PPI Madiun
yang bertujuan untuk memberikan pengalaman, pemahaman, serta pengetahuan kepada
Taruna/i. Kuliah Kerja Lapangan ini di fokuskan mengenai Manajemen K3 yang ada di
balai yasa perkeretaapian khususnya Yogyakarta, karena taruna/i prodi Teknologi
Mekanika Perkeretaapian akan di tempatkan untuk menjadi tenaga perawat dan
pemeriksa sarana perkeretaapian yang handal dan profesionalitas.

Disebut Kuliah Kerja Lapangan karena kegiatan kuliah dilaksanakan diluar kelas
dan diluar kampus yaitu di Balai Yasa Perkeretaapian Yogyakarta untuk memperoleh
pengalaman, pemahaman dan pengetahuan secara langsung dari operator dan
pembimbing yang berpengalaman. Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan merupakan metode
inovatif PPI Madiun dalam pengembangan pengetahuan dan pemahaman yang
dilaksanakan di luar kampus.

4
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dilaksanakan Kuliah Kerja Lapangan di Balai Yasa Yogyakarta
adalah:

1. Diharapkan taruna/i dapat memiliki pengalaman, pemahaman dan pengetahuan


mengenai perawatan sarana terutama dalam proses yang berkaitan dengan mata
kuliah manajemen K3 seperti SOP bekerja dan keadaan lingkungan kerja.
2. Diharapkan taruna/i dapat memahami tentang kegiatan pengolahan limbah B3 dan
penyimpanannya sehingga tidak membahayakan pekerja dan lingkungan sekitar.
3. Diharapkan taruna/I dapat memahami pentingnya penerapan manajemen K3 untuk
keselamatan dan kelancaran kegiatan perawatan sarana kereta api di balai yasa
Yogyakarta.

1.3 Manfaat
Bagi Taruna :

1. Memberikan pengalaman belajar secara langsung perawatan berkala dan pengujian


yang ada seperti P48 dan P72 sarana perkeretaapian terkusus lokomotif. Mulai dari
rangka bawah hingga rangka atas sampai menjamin kelayakan operasi.
2. Menambah kemampuan membuat laporan tertulis dengan baik sesuai dengan
pedoman tata cara penulisan laporan Kuliah Kerja Lapangan.

Bagi PPI Madiun:

1. Memperoleh umpan balik bagi pengembangan metode pembelajaran yang efektif


untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan taruna/i.
2. Memperluas jejaring PPI Madiun terkait dengan kelembagaan ilmu dan sumber daya
manusia yang dimiliki.
3. Meningkatkan, memperluas, dan mempererat kerja sama dengan manufakturing
perkeretaapian.

Bagi Instansi Lokasi Kuliah Kerja Lapangan:

1. Membantu menciptakan SDM yang unggul dan berdaya saing global sesuai dengan
kompentensi dan bidang perkeretaapian.

5
2. Membantu instansi dalam meningkatkan pemahaman para calon perawat sarana
perkeretaapian yang nantinya akan menjadi operator dan regulator di Bidang
perkeretaapian.

1.4 Lokasi
Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan ini dilaksanakan di Balai Yasa Yogyakarta Jl.
Kusbini No.1, Demangan, Kec. Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta 55221

1.5 Jadwal Kegiatan


Jadwal kegiatan kuliah kerja lapangan di Balai Yasa Yogyakarta sebagai berikut:

Tabel 1. 1 Jadwal Kegiatan KKL

HARI, URAIAN KEGIATAN TEMPAT/LOKASI


TANGGAl
Kamis, 16 1. Pemaparan singkat mengenai Workshop dan Aula
November safety induction. Balai Yasa
2023 2. Sambutan dari pihak Balai Yasa Yogyakarta
Yogya dan Bapak Henry Widya.
3. Paparan mengenai kegiatan
perawatan.
4. Mengamati proses perawatan di
Balai Yasa Yogya dan penerapan
SOP manajemen K3.

6
BAB II
PELAKSANAAN KULIAH KERJA LAPANGAN

2.1 Sejarah Instansi


Balai Yasa Pengok, Yogyakarta dibangun pada tahun 1914 oleh Nederland Indische
Spoorweg Maatschapij (NIS), namanya waktu itu adalah Centraal Werkplaats dan tugas
pokoknya adalah melaksanakan overhaul lokomotif, gerbong dan kereta.

Pada tahun 1942 diambil alih oleh pemerintahan Jepang dan perkeretaapian
menjadi perusahaan kereta api pemerintah tugas pokoknya waktu itu sama dengan di
awal dibangun yakni melaksanakan overhaul lokomotif, gerbong dan kereta. Pada
tanggal 28 September 1945 perkeretaapian diambilalih oleh Pemerintah Indonesia.
Tanggal pengambilalihan ini kemudian ditetapkan sebagai HARI KERETA API dan
mana perusahaannya adalah Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI),
sedangkan nama bengkel sendiri di ubah menjadi Balai Karya tetapi tugas pokoknya
masih sama yakni melaksanakan overhaul lokomotif, gerbong dan kereta. Pada tahun
1959 Balai Karya diubah lagi menjadi Balai Yasa Traksi dan tugas pokoknya hanya
melaksanakan overhaul lokomotif.

Luas tanah BalaiYasa Pengok adalah 128.800 m2 (12.88 Ha); luas bangunan
43.700 m2 (4.37 Ha); daya listrik dari PLN 1.100 KVA; daya listrik cadangan (genset)
500 KVA dan 225 KVA; daya tampung air 835 m3; sistem telekomunikasi TOKA 29
lines, Telkom 2 lines dan HT 30 unit; sistem jaringan komputer Wireless (Hot Spot WI-
FI didukung sofware sistem perawatan lokomotif kereta api (siperloka), sistem pegawai
kereta api (sipeka), dan sistem logistik kereta api (siloka).

7
2.2 Tugas Balai Yasa
Secara garis besar tugas pokok Balai Yasa Pengok adalah :

1. Merencanakan dan melaksanakan program pemeliharaan serta perbaikan lokomotif,


baik Pemeliharaan Akhir (PA), Semi Pemeliharaan Ahir (SPA),
perbaikan/rehabilitasi (PB/RH), maupun modifikasi (MOD)
2. Menjamin kualitas hasil pemeliharaan dan perbaikan lok
3. Melayani perbaikan kerusakan lok dari Dipo dan mempertahankan lok yang siap
operasi di lintas
4. Pemeliharaan fasilitas kerja
5. Merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta melaporkan realisasi
anggaran pemeliharaan dan perbaikan ;
6. Melaksanakan hasil rekayasa teknik lokomotif ;
7. Pendayagunaan SDM dan Umum.

Pemeliharaan lokomotif-lokomotif disini dilakukan secara berkala, untuk lokomotif


Diesel Electrik (DE) sebelum dibawa ke BalaiYasa Pengok dilakukan pemeliharaan di
dipo masing-masing untuk harian, 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun. Jika
lokomotif DE sudah menempuh jarak 325.000 km atau 2 tahun maka lokomotif tersebut
masuk BalaiYasa Pengok untuk dilakukan SPA, dan jika lokomotif sudah menempuh
jarak 650.000 km atau 4 tahun maka lokomotif tersebut masuk BalaiYasa Pengok untuk
dilakukan PA.

8
Untuk lokomotif Diesel Hidrolik (DH) sebelum dibawa ke BalaiYasa Pengok
dilakukan pemeliharaan di dipo masing-masing untuk harian, 500 jam, 1000 jam, 2000
jam, 4000 jam dan 8000 jam. Jika lokomotif DH sudah berdinas selama 12.000 jam
maka lokomotif tersebut masuk BalaiYasa Pengok untuk dilakukan SPA, dan jika
lokomotif sudah berdinas selama 24.000 jam maka lokomotif tersebut masuk BalaiYasa
Pengok untuk dilakukan PA.

2.2 Proses perawatan

Gambar 2. 1 Alur perawatan


Menurut PM NO 18 Tahun 2019, Perawatan Sarana Perkeretaapian adalah kegiatan
yang dilakukan untuk mempertahankan keandalan Sarana Perkeretaapian agar tetap laik
operasi. Tempat Perawatan Sarana Perkeretaapian adalah balai yasa, depo, atau tempat
perawatan lainnya. Depo merupakan tempat untuk melaksanakan kegiatan Perawatan
Sarana Perkeretaapian yang meliputi:

9
a. Perawatan harian
b. Perawatan bulanan;
c. Perawatan 6 (enam) bulanan; dan
d. Perawatan tahunan.

Balai yasa merupakan tempat melaksanakan kegiatan Perawatan Sarana


Perkeretaapian yang meliputi:

a. Perawatan 2 (dua) tahunan atau semi perawatan akhir


b. Perawatan 4 (empat) tahunan atau perawatan akhir
c. Rehabilitasi atau modifikasi.

Tempat Perawatan Sarana Perkeretaapian harus bersifat tetap dan memenuhi


persyaratan:

a. Sesuai dengan rencana umum tata ruang


b. Sesuai dengan rencana induk Perkeretaapian
c. Tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup.
d. bebas banjir
e. Memiliki permukaan yang datar
f. Memiliki jalur lengkung yang mampu dilewati Sarana Perkeretaapian
g. Memiliki sistem instalasi air bersih
h. Berdekatan dengan stasiun
i. Memiliki sistem pengelolaan limbah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
j. Memiliki sistem keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Fasilitas yang baik akan menunjang sistem perawatan yang maksimal sehingga
menghasilkan standard kelayakan operasi oleh karena itu tempat perawatan saran harus
terdapat:

10
A. Jalur untuk perawatan

Adalah jalur yang digunakan sebagai tempat sarana melintas untuk masuk ataupun
keluar serta perawatan sarana. Terdiri atas:

1. Jalur masuk dan keluar, digunakan untuk masuk dan keluarnya sarana
perkeretaapian. Syarat terhubung dengan jalur Kereta Api, dilengkapi dengan
fasilitas operasi Kereta Api, dapat terpisah atau menyatu antara jalur masukan
keluar.
2. Jalur stabling digunakan untuk tempat stabling Sarana Perkeretaapian sebelum dan
sesudah dilakukan perawatan atau yang akan dioperasikan. Syarat tidak
menggunakan jalur masuk, jalur keluar, dan/atau jalur pelaksanaan perawatan dapat
menampung jumlah Sarana Perkeretaapian sebelum dan sesudah perawatan, serta
sesuai dengan kebutuhan, terlindungi dari tindakan perusakan dan pencurian.
3. Jalur pelaksanaan perawatan berfungsi untuk melakukan kegiatan Perawatan Sarana
Perkeretaapian mulai dari bagian rangka bawah sampai dengan bagian atas Sarana
Perkeretaapian. Dibedakan menjadi jenis normal dan kolong. Syarat berada di
dalam bangunan utama untuk perawatan, memiliki sistem drainase, sistem
penerangan yang memadai, mudah untuk melakukan perawatan, dapat digolongkan
berdasarkan jenis perawatan, memiliki ketinggian rel yang rata atau sama (levelling
track)-, dan memiliki tanda yang berbeda untuk area berjalan dan area bekerja.
4. Jalur perpindahan, digunakan untuk melakukan perpindahan Sarana Perkeretaapian
antarjalur pada Tempat Perawatan Sarana Perkeretaapian. Syarat memudahkan
perpindahan Sarana Perkeretaapian, memiliki sistem drainase, mudah dalam
perawatan dan mudah dioperasikan.
5. Jalur pemeriksaan, digunakan untuk melakukan kegiatan Pemeriksaan Sarana
Perkeretaapian sebelum dan sesudah dilakukan perawatan. Terbagi menjadi jalur
untuk statis dan dinamis. Syarat memiliki akses untuk memeriksa komponen bagiah
bawah dan atas Sarana Perkeretaapian, memiliki penerangan yang memadai;

11
B. Bangunan utama untuk perawatan

Bangunan utama untuk perawatan yakni tempat fasilitas dan kegiatan perawatan
dilakukan dari mulai pemeriksaan, pembongkaran, perbaikan, dan pemasangan. Dalam
bangunan utama biasanya terdapat ruang penyimpanan bagi komponen baru untuk
pergantian, ruang pembangkit listrik, tempat pengolahan limbah dll. Syarat:

1. Luasan dan tinggi sesuai dengan kebutuha perawatan


2. Sistem drainase
3. penerangan yang memadai
4. sistem sirkulasi udara
5. sistem pencegahan kebakaran
6. fasilitas keamanan dan keselamatan
7. bangunan untuk peralatan bantu
8. bangunan kantor
9. fasilitas umum.

Dalam hal jalur dan bangunan yang terdapat pada tempat perawatan kereta kususnya
balai yasa sesuai PM 18 tahun 2019 maka terdapat banyak jenis dan syarat ketentuan
yang terbuat. Hal ini mengarah pada managemen K3 para pekerja. Dalam pelaksanaan
perawatan sistem managemen K3 penting dikaranakan sebagai penegndalian para
pekerja dalam melakukan kegiatan sehingga hasil yang di dapat akan maksimal.

C. Pengujian Sarana

Tahap ini adalah tahap terakhir sebelum sarana dapat dioperasikan. Pengujian
dilakukan untuk mengetahui kondisi sarana apakah laya untuk dioperasikan. Dalam
pengujian sarana untuk di Balai Yasa Yogyakarta sendiri melakukan tiga jenis
pengujian yaitu pengujian rancang bangun, pengujian statis dan pengujian dinamis.
Pengujian rancang bangun untuk memastikan apakah kondisi teknis sarana di desain
sesuai dengan dilapangan. Pengujian statis adalah pengujian dilakukan dengan kondisi
sarana diam seperti pengujian hujan/kebocoran, ruang batas, berat, pembebanan,
keretakan, dan uji pengereman. Untuk pengujian dinamis dilakukan dalam kondisi

12
sarana berjalan seperti uji pengereman, getaran, pembebanan dan kemampuan tarik,
percepatan, dan sirkulasi. Setelah itu ada final testing yaitu pengujian sarana dengan
menjalankan sarana di lintas madiun solo karena lintas dianggap paling baik.

2.4 Manajemen K3
Sistem manajemen K3 merupakan bagian penting dari sistem manajemen
perusahaan yang bertujuan mengendalikan risiko terkait kegiatan kerja. Dengan begitu
dapat tercipta tempat kerja yang efisien, produktif, dan aman. Ditinjau dari aspek
organisasi, sistem manajemen K3 jadi salah satu cara untuk mengontrol bahaya di
tempat dan lingkungan kerja.

2.5 Tujuan Sistem Manajemen K3


1. Meningkatkan perlindungan K3 yang telah terencana, terstruktur, terintegrasi, dan
terukur sehingga pelaksanaannya dapat berlangsung secara efektif.
2. Mengantisipasi dan menekan risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja dengan melibatkan partisipasi pekerja, manajemen, dan/atau serikat pekerja
(jika ada).
3. Menciptakan tempat dan lingkungan kerja yang aman, nyaman, serta efisien
sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja.

2.6 Kecelakan Kerja


Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98 adalah suatu kejadian yang
tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia
dan atau harta benda.

13
Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja ada beberapa pendapat. Faktor yang
merupakan penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya dapat diakibatkan oleh 4
faktor penyebab utama (Husni:2003) yaitu:

a. Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.


b. Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan atau
keselamatan pekerja.
c. Faktor sumber bahaya yaitu Perbuatan berbahaya, hal ini terjadi misalnya
karena metode kerja yang salah, keletihan/kecapekan, sikap kerja yang tidak
sesuai dan sebagainya Kondisi/keadaan bahaya, yaitu keadaan yang tidak aman
dari keberadaan mesin atau peralatan, lingkungan, proses, sifat pekerjaan
d. Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan
mesin/peralatan sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna

2.7 Penyakit Kerja


Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,
bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian, penyakit akibat kerja
merupakan penyakit yang artifisual atau man made disease. Jenis cidera kecelakaan
kerja.

1. Cidera fatal (fatality), Adalah kematian yang disebabkan oleh cidera atau penyakit
akibat kerja
2. Cidera yang menyebabkan hilang waktu kerja (Loss Time Injury), Adalah suatu
kejadian yang menyebabkan kematian, cacat permanen, atau kehilangan hari kerja
selama satu hari kerja atau lebih.
3. Cidera yang menyebabkan kehilangan hari kerja (Loss Time Day), Adalah semua
jadwal masuk kerja yang mana karyawan tidak bisa masuk kerja karena cidera,
tetapi tidak termasuk hari saat terjadi kecelakaan. Juga termasuk hilang hari kerja
karena cidera yang kambuh dari periode sebelumnya.
4. Tidak mampu bekerja atau cidera dengan kerja terbatas (Restricted duty), Adalah
jumlah hari kerja karyawan yang tidak mampu untuk mengerjakan pekerjaan
rutinnya dan ditempatkan pada pekerjaan lain sementara atau yang sudah di
modifikasi.

14
5. Cidera dirawat di rumah sakit (Medical Treatment Injury), Kecelakaan kerja ini
tidak termasuk cidera hilang waktu kerja, tetapi kecelakaan kerja yang ditangani
oleh dokter, perawat, atau orang yang memiliki kualifikasi untuk memberikan
pertolongan pada kecelakaan.
6. Cidera ringan (first aid injury), Adalah cidera ringan akibat kecelakaan kerja yang
ditangani menggunakan alat pertolongan pertama pada kecelakaan setempat, contoh
luka lecet, mata kemasukan debu, dan lain-lain.
7. Kecelakaan yang tidak menimbulkan cidera (Non Injury Incident), Adalah suatu
kejadian yang potensial, yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja atau penyakit
akibat kerja kecuali kebakaran, peledakan dan bahaya pembuangan limbah.

2.8 Lingkungan Kerja


Lingkungan kerja diartikan sebagai segala sesuatu yang berada disekitar tenaga
kerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam melaksanakan tugas-tugas yang
dibebankan. Sistem kerja merupakan suatu perangkat yang ada ditempat kerja dan
saling terkait seperti:

a. Manusia (termasuk manajemen)


b. Lingkungan kerja
c. Peralatan
d. Prosedur kerja
e. Material / Bahan-bahan.
A. Faktor bahaya lingkungan kerja :
1. Factor fisik: bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi, Penerangan.
- Kebisingan, Adalah bunyi yang tidak dikehendaki. Kualitas ditentukan oleh
frekuensi dan intensitasnya.
- Getaran Gerakan yang timbul akibat suatu benda atau alat kerja
2. Faktor kimiawi: semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan, kabut.
3. Faktor biologik: bakteri, virus, jamur, dll
4. Faktor fisiologik/ergonomik: desain tempat kerja, beban kerja.
5. Faktor psikososial: stres psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjan.

15
6. Factor kebakaran: yakni penyediaan alat APAR terhadap kegiatan yang bisa
membahayakan dan menimbulkan kebakaran.
7. Factor listrik: keadaan saluran kabel dan penataannya sesuai dan berbahaya atau
tidak terhadap pnempatan yang telah dibuat dengan kegiatan produksi.
8. Factor sanitasi: mengenai saluran pembuangan kusunya air dan kotoran bekas
prodksi.
9. Factor APD: penggunaan alat pelindung terhadap bahaya yang muncul pada
kegaiatn produksi yang dilakukan baik bahaya kecil sampai besar.

Pengelolaan lingkungan kerja merupakan bagian dari sistim manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Ada 5 komponen dalam siklus pengelolaan
lingkungan kerja:

1. Pengukuran dan pemantauan lingkungan kerja


2. Penilaian mengenai apa arti dari ukuran-ukuran/standar dari lingkungan kerja
dan dampaknya terhadap kesehatan tenaga kerja
3. Menetapkan sasaran dalam proses pengelolaan, dengan sasaran-sasaran ini maka
pengelolaan lingkungan kerja menjadi efektif, efisien dan terintegrasi
4. Menyusun rencana pengelolaan lingkungan kerja secara berkesinambungan guna
mencapai sasaran yang telah ditetapkan
5. Melaksanakan kegiatan pengendalian lingkungan kerja dan kegiatan lainnya
(dengan inspeksi sanitasi) sebagai tindak lanjut dari pengukuran dan
pemantauan.

Tujuan pengawasan lingkunagn kerja memberi perlindungan keselamatan dan


kesehatan tenaga kerja sehingga tercapai peningkatan produktivitas dan efisiensi kerja.
Melalui pelaksanaan tahap pemeriksaan Pengenalan lingkungan kerja, Penilaian
lingkungan kerja, Pengendalian lingkungan kerja.

Penilaian Untuk mengetahui kualitatif dan kuantitatif tingkat bahaya di lingkungan


kerja melalui pengukuran, pengambilan sampel, dan analisis laboratorium, kemudian
dibandingan dengan standar baku dan NAB. Pengendalian memiliki 3 prinsip dasar
yakni secara mekanik, administrasi, dan APD.

16
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Faktor Fisika


1. Getaran
Getaran merupakan gerakan yang timbul akibat suatu benda atau alat kerja. Di
Balai Yasa Yogyakarta getaran yang terjadi masih dalam kondisi yang baik dan
masih bisa diterima. Tidak semua tempat di Balai Yasa Yogyakarta mengalami
getaran yang signifikan, hanya dibagian tertentu saja. Tidak terdapat vasilitas
yang tersedia untuk meredam getaran, hanya mengandalkan bantalan karet pada
mesin alat bawaan.
2. Bising (Noise)
Kebisingan merupakan bunyi yang tidak diinginkan. Di Balai Yasa Yogyakarta
sendiri kondisi kebisingan baik, hanya dibeberapa tempat seperti tempat cutting
gerinda yang memiliki kebisingan yang lebih. Di Balai Yasa Yogyakarta sendiri
disediakan alat penutup telinga (earplug) dibeberapa bagian pekerjaan yang
menghasilkan suara kebisingan yang berlebih. Selain itu, sering juga terdengar
bunyi dari suling kereta api.
3. Iklim Kerja
Iklim kerja menjadi salah satu faktor dari SMK3. Di Balai Yasa Yogyakarta
sendiri iklim kerjanya baik, terdapat fasilitas fasilitas penunjang iklim kerja di
Balai Yasa Yogyakarta seperti taman, kawasan merokok, tempat ibadah, kantin,
dan lain sebagainya. Di sana juga disediakan waktu istirahat bagi karyawannya
untuk makan, istirahat, maupun beribadah.
4. Ventilasi
Ventilasi merupakan hal yang penting dalam pertukaran udara. Terlebih lagi di
dalam Balai Yasa Yogyakarta dimana sarana bermesin diesel bergerak dan
dinyalakan. Akan menimbulkan gas buang yang berbahaya bagi tubuh. Oleh
karena itu diperlukan ventilasi untuk pertukaran udara dan membuang polutan
gas buang. Di Balai Yasa Yogyakarta sendiri kondisi ventilasi sangat baik dan

17
fasilitas yang tersdia cukup baik. Di sana terdapat atap berventilasi yang besar di
atas. Juga terdapat lubang angin untuk menukar udara.
5. Penerangan (Ilumination)
Penerangan yang cukup menjadi faktor penting untuk menjaga kondisi para
pekerja. Di Balai Yasa Yogyakarta sendiri memiliki penerangan yang cukup. Di
siang hari terdapat cahaya matahari yang menerangi bagian workshop Balai
Yasa Yogyakarta. Selain cahaya matahari, disana juga dilengkapi lampu yang
membantu penerangan di malam hari atau saat cuaca mendung.

3.2 Faktor Biologi


1. Virus
Virus adalah mikroorganisme patogen yang hanya dapat bereplikasi di dalam sel
karena mereka tidak memiliki perlengkapan seluler untuk bereproduksi sendiri.
Dalam pelaksanaan kkl di balai yasa kemarin tidak ditemukan adanya sumber
virus dimana kondisi existing terkait factor biologi utamanya virus kondisinya
baik, maksudnya tidak terindikasi adanya penyebaran virus dan fasilitas
Kesehatan juga tersedia di balai yasa Jogjakarta.
2. Jamur
Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak bisa
melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur
hidup dengan cara mengambil zat-zat makanan seperti selulosa, glukosa, lignin,
protein dan senyawa pati dari organisme lain. Di balai yasa Yogyakarta sendiri
setelah dilakukan observasi tidak ditemukan adanya pertumbuhan jamur di area
perawatan. Hal ini dikarenakan kebersihan yang saya rasa terjaga disana.
Kondisi existing yaitu baik, dimana tidak ditemukan pertumbuhan jamur liar di
area perawatan atau pun area balai yasa seperti aula, workshop, masjid, dll.
Fasilitasnya sendiri tersedia dengan baik yaitu peralatan kebersihan.
3. Bakteri
Bakteri adalah organisme hidup mikroskopis yang hanya memiliki satu sel.
Kebanyakan bakteri tidak berbahaya, namun jenis tertentu dapat membuat Anda
sakit. Bakteri sendiri sebenernya dapat ditemukan dimana-mana habitatnya baik

18
itu di tanah, batu, lautan, bahkan daerah bersalju. Akan tetapi, untuk
mengantisipasi adanya pertumbuhan bakteri kita dapat menanganinya dengan
mencuci tangan dengan sabun ataupun dengan hand sanitizer, bisa juga dengan
menyemprotkan alcohol pada tempat yang terindikasi pertumbuhan bakteri.
Kondisi existing di balai yasa terkait factor biologi bakteri yaitu baik, tidak
adanya tempat atau bagian yang kotor yang menjadi penyebab pertumbuhan
virus maupun bakteri dan untuk fasilitas terdapat banyak tempat untuk mencuci
tangan.
4. Cacing
Cacing adalah sebutan bagi hewan bilateral yang biasanya memiliki tubuh
seperti tabung silindris yang panjang, tidak memiliki ekstremitas, dan tidak
memiliki mata. Cacing sendiri memiliki berbagai macam jenis. Hewan ini juga
dapat menyebabkan kita sakit yaitu cacingan. Di Balai Yasa Yogyakarta kondisi
existing terkait cacing sendiri tergolong baik. Untuk fasilitas juga tersedia
dengan baik yaitu peralatan kebersihan dan tempat mencuci tangan agar
terhindar dari cacingan.

3.3 Faktor Ergonomi


1. Posisi kerja
Di Balai Yasa Yogyakarta sendiri untuk melakukan perawatan sarana memiliki
divisi dan tempat masing-masing. Disana juga terdapat lantai berwarna yang
menandakan mana area kerja, mana area yang boleh dilewati untuk berjalan, dan
mana area yang tidak boleh dilewati. Kondisi existing baik. Fasilitas juga
tersedia.
2. Sistem kerja
Sistem kerja di Balai Yasa Yogyakarta saya rasa terstruktur dimana setiap divisi
focus dalam mengerjakan tugasnya masing-masing dan setiap individu pada
masing-masing divisi saling bantu satu sama lain pada divisi yang sama (sesuai
bidangnya) lalu ketika waktu istirahat maka semua perkerja akan istirahat, ada
yang ibadah, makan, dll. Kondisi existing baik. Fasilitas untuk rehat atau
istirahat juga tersedia dengan baik.
3. Tata Letak

19
Setelah melakukan observasi di Balai Yasa Yogyakarta dapat dilihat bahwa tata
letak atau ruang kerja dibangun dengan baik, dimana setiap pekerjaan tidak
dilakukan pada area yang sama. Hal ini membuat pekerjaan terlihat rapih, aman,
dan professional. Kondisi existing dilapangan baik. Fasilitas tersedia dengan
baik.
4. Beban Kerja
Ketika melakukan kkl di Balai Yasa Yogyakarta kemarin kami melihat bahwa
tidak ada pressure atau membuat para pekerjanya merasa terbebani. Disana juga
ketika waktu istirahat atau adzan semua pekerja akan menghentikan
pekerjaannya untuk sejenak dan beristirahat. Kondisi existing baik, fasilitas
untuk tempat beristirahat juga tersedia.

3.4 Faktor Psikologi


1. Hubungan Dengan Orang (Relationship)
Pada hasil pengamatan, kondisi hubungan antar pekerja baik dan terdapat
fasilitas penunjang tersedia sebagai tempat berkumpulnya antar pekerja. Semua
dapat dilihat dari kerjasama tim, saling membantu satu sama lain, dan bekerja
sesuai tugasnya masing masing
2. Hubungan Dengan Pekerjaan
Hasil pengamatan hubungan dengan pekerjaan memiliki kondisi yang baik.
Tiap-tiap pekerja memahami tugas dibidangnya masing-masing sehingga tidak
terjadi double job atau tidak bekerja. Sebagian besar pekerja memiliki rasa
bangga terhadap pekerjaannya.
3. Hubungan Dengan Lingkungan Kerja
Hasil pengamatan hubungan dengan lingkungan kerja, masih ditemukan
beberapa penyelewengan yang terjadi. Ditemukan beberapa pekerja yang masih
belum memperhatikan kondisi keselamatannya dengan tidak memakai APD
yang lengkap. Dan tidak peduli dengan keselamatan dirinya sendiri.

3.5 Faktor Kimia


1. Debu

20
Kondisi debu di Balai Yasa Yogyakarta kurang baik, terdapat banyak temuan
debu. Banyak alat yang masih tertutup debu, selain itu banyak debu yang
dihasilkan dari kotoran maupun karat yang dihasilkan oleh lokomotif.
2. Tumpahan Oli
Masih terdapat banyak bekas oli yang tercecer di lantai. Terdapat banyak cairan
oli yang terdapat dilantai. Hal tersebut memiliki resiko yang dapat
mencelakakan pekerja.
3. Kebocoran Gas
Di dalam Balai Yasa Yogyakarta tidak ditemukan adanya kebocoran gas, karena
didalam balai yasa tidak terdapat penggunaan gas di dalamnya.

3.6 Kebakaran
1. Electrical (Sistem Perkabelan)
Kondisi perkabelan di balai yasa yogyakarta baik, tertata dengan rapi dan
menggunakan alat yang sesuai standart. Terdapat perlengkapan yang menunjang
sistem perkabelan di balai yasa Yogyakarta.
2. Kondisi Penempatan Bahan Kimia (Tangki, Bahan Bakar, Oli, dll)
Kondisi penempatan bahan kimia tertata sangat baik, terdapat tempat tempat
penyimpanan minyak tersebut dan memiliki fasilitas yang memadai. Akan tetapi
beberapa hal masih terdapat tempat tempat yang kurang layak. Terkadang juga
terdapat ceceran atau tumpahan minyakk saat memindah tempat minyakk
tersebut.
3. Sumber Api Langsung (Pengelasan, Gerindra)
Sumber api langsung dikontrol dengan baik, paada bagian cutting dan las
dipastikan disekitarnya tidak ada benda benda yang mudah terbakar

21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hasil dari observasi mengenai K3 ini dapat disimpulkan di BALAI YASA
YOGYAKARTA dalam aspek K3 masih ada beberapa yang belum terpenuhi dengan
baik, dari manajemen K3 balai yasa Yogyakarta sudah menyediakan aspek aspek K3
dengan lengkap akan tetapi kurangnya kesadaran dari pekerja yang mengakibatkan
kurang maksimal nyapenerapakan K3.

3.2 Saran
Saran dari kelompok kami, untuk manajemen K3 di BALAI YASA
YOGYAKARTA lebih berfokus pada penghimbauan kepada pekerja untuk
melaksanakan aspek K3 dengan baik dan sesuai prosedur serta meningkatkan fungsi
pengawasan terhadap pekerja yang tidak menggunakan APD sesuai dengan prosedur.

22

Anda mungkin juga menyukai