Anda di halaman 1dari 10

© Copyright: Author

ISSN: xxx-xxx
Vol.xx, No.xx, pp.xx-xx

PERSPEKTIF VIKTIMOLOGI TERHADAP KORBAN PENCURIAN


KENDARAAN BERMOTOR DENGAN IDENTITAS KEPEMILIKAN
TIDAK LENGKAP DI WILAYAH KOTA TANJUNGPINANG-BINTAN
Ayu Efritadewi, SH., MH 1; Ferdy Rahmadiansyah 2; Riandy Hidayat Pradana 3
Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Indonesia
Correspondence email: ayuefritadewi@umrah.ac.id, ferdyking1234@gmail.com,
riandyhidayat2885@gmail.com

ABSTRACT
This article discusses the victimological perspective on victims of motor vehicle theft with
incomplete ownership identities in the Tanjungpinang-Bintan City area. There are several things
behind the writing of this journal, namely the existence of a crime in the form of theft in the form
of someone's property, namely in the form of a two-wheeled vehicle in the case of a crime. The
method used in this paper is descriptive with secondary data sources. Theft is an act committed on
the basis of awareness and intention with the aim of unlawfully taking the property of another
person. This crime is classified as a crime against property that has economic value for the
perpetrator. So writing this journal article provides a perspective from a crime point of view
starting from the scope, involvement and responsibility of the victim. The conclusion is that the
opportunity for a crime to occur does not necessarily arise from the perpetrator, but the victim
who provides the opportunity by leaving the vehicle in an unsupervised environment and the
victim's lack of awareness in completing motorized vehicle correspondence.

Keywords: crime, victimology, victims

PENDAHULUAN
Manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan berbagai macam ragam selalu
menghalalkan segala cara tanpa melihat dari segi norma hukum yang berlaku di masyarakat.
Dengan demikian kejahatan semakin berkembang pesat sesuai dengan perkembangan dan
kemajuan teknologi saat ini. Kejahatan secara umum ialah suatu tindakan yang dilakukan dinilai
tidak baik, tercela, dan tidak pantas untuk dicontoh. Simandjuntak menyatakan bahwa “kejahatan
ialah suatu tindakan dari anti sosial yang merugikan oranglain, tidak pantas dan tidak dapat
dibiarkan sehingga dapat membuat keributan di dalam masyarakat. Salah satu dari bentuk
kejahatan yang terjadi di masyarakat ialah pencurian. Pencurian menurut pasal 362 Kitab Undang-
© Copyright: Author
ISSN: xxx-xxx
Vol.xx, No.xx, pp.xx-xx

Undang Hukum Pidana adalah “barang siapa yang mengambil sesuatu barang yang sepenuhnya
atau sebagian adalah milik orang lain dengan maksud untuk menjadi hak milik secara langsung
telah melawan hukum dan di ancam karena termasuk kategori pencurian dengan pidana penjara
selama lima tahun atau denda sebesar enam puluh ribu rupiah”. Artinya menguasai barang yang
bukan milik pribadi secara sah serta berpindah tempat tanpa sepengetahuan pemilik asli
merupakan tindak pidana pencurian yang merugikan pemilik secara materil.

Berdasarkan fungsinya dan tujuan hukum sebagai pelindung atas kepentingan seluruh
masyarakat. Sehingga tujuan inti dari hukum ialah menciptakan tatanan termasuk di dalamnya tata
tertib dan keseimbangan. Kelemahan dari penegakan hukum ialah mengbaikan hak korban
kejahatan dalam proses menangani perkara pidana maupun akibat dari korban tersebut sehingga
korban harus menanggung atas peristiwa tersebut tanpa perlindungan hukum yang memadai.
Setiap manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki hak-hak asasi yang
sesuai dengan kemuliaan dari segi harkat dan martabat yang dilindungi oleh Undang-Undang
berdasarkan atas Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Faktor utama seseorang melakukan kejahatan pencurian ialah tidak terpenuhi secara utuh
kebutuhan hidup serta mengikuti trend demi kepuasan diri sendiri serta sesuatu hal yang mendesak
seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup demi mempertahankan status hidup. Hal tersebut
dapat mengakibatkan dampak negatif yang tidak seimbang dengan makna kehidupan yang
sesungguhnya bernilai baik (Akbaru, 2010). Demi mengembalikan suasana serta hidup yang
memiliki nilai yang baik diharapakan adanya tangungjawab dari pelaku kejahatan yang
menciptakan ketidakseimbangan (Djamali, 2010).

Pencurian ialah salah satu tindakan yang menjadi permasalahan bagi setiap negara tanpa
terkecuali negara Indonesia. Tindak pidana ini ditulis oleh Adami Chazawi mengutip dari ahli
Simons yang menjelaskan tindak pidana melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja maupun
tidak sengaja dan dilakukan bagi orang yang mampu bertanggungjawab terhadap perbuatan
tersebut (Chazawi, 2002). Faktor dari penyebab salah satu seseorang melakukan tindakan
© Copyright: Author
ISSN: xxx-xxx
Vol.xx, No.xx, pp.xx-xx

kejahatan seperti kasus pencurian motor yang terjadi di wilayah Kabupaten Bintan tidak selalu
sama, pasti berbeda tergantung kepada latar belakang keadaan kehidupan pelaku. Namun dengan
pilihan melakukan kejahatan tersebut dalam pandangan masyarakat tidak selalu sama karena tidak
ada seorangpun yang menginginkan dirinya sebagao korban atau pelaku dalam kejahatan
pencurian (Rasul, 2019:1)

METODE
Metode yang digunakan ialah dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Tujuan dari tata cara
ini untuk mendapatkan informasi melalui metode literature yang berasal dari jurnal, buku serta
sumber lainnya yang berkaitan dengan viktimologi. Analisi yang digunakan ialah study literature
dimana penelitian ini memakai tata cara kualitatif dengan tujuan untuk mendapatkan informasi
berdasarkan permasalahan yang akan diteliti. Metode deskripstif kualitatif memiliki ciri-ciri dalam
menggambarkan, menjelaskan, dan memaparkan suatu objek penelitian yang akan diteliti.
Penelitian kualitatif sering disebut dengan penelitian naturalistic karena dilakukan berdasarkan
yang dialami, yang di amati berdasarkan kejadian yang menjadi focus dan kemudian digambarkan
kejadian tersebut sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Secara sederhanya penelitian deskriptif
kalitatif dalam pendidikan memfokuskan suatu masalah pada saat penelitian dilakukan.

PEMBAHASAN
Kajian viktimologi pada awalnya hanya memfokuskan kepada korban kejahatan. Namun
asa doktrin, prinsip dan norma hukum serta sIstem peradilan pidana dan praktiknya dibuat dan
dilaksanakan dengan tujuan untuk melindungi hak-hak pelaku. Kemudian korban kejahatan
dipersempit menjadi korban kejahatan-kejahatan konvensional seperti pemerkosaan, pencurian,
pembunuhan dan penganiayaan. Dalam perkembangannya seiring perkembangan zaman muncul
kejahatan-kejahatan baru yang tidak berkarakter kejahatan konvensional. Namun bentuk kejahatan
baru tersebut seperti terorisme, korupsi, pencucian uang dan penyalahgunaan narkoba.
© Copyright: Author
ISSN: xxx-xxx
Vol.xx, No.xx, pp.xx-xx

Viktimologi menerangkan tentang pengertian terhadap korban kejahatan sebagai perbuatan


manusia yang menimbulkan kerugian secara mental, fisik dan sosial.
Pandangan perlindungan korban berdasarkan sudut pandang viktimologi dengan tujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membangun kemanusiaan dalam rangka
untuk mencegah masyarakat dalam mengalami penderitaan sebagai korban. Pandangan in
memberikan ruang kepada masyarakat sebagai hak asasi manusia dan penderitaan manusia yang
menjadi fokus utama dalam sebuah peristiwa. Viktimologi menjadi penting karena dijadikan suatu
studi yang mengkaji korban sebagai fenomena sosial. Peristiwa tersebut menjadi pemahaman yang
mendalam mengenai korban serta dilihat dari berbagai aspek seperti faktor sosial, perilaku, dan
subjek yang terlibat dalam proses terjadinya viktimisasi atau pembentukan korban. Berdasarkan
pandangan dalam melindungi korban dari tindakan kejahatan, viktimologi akan memberikan
hukum pidana dan penegasan hukum dan saksi hukum pidana (Priambada, 2014).
Terbentuknya aturan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang disebut sebagai
aturan dari tindakan tindak pidana berdasarkan terbentuknya aturan tersebut maka sering
dipergunakan untuk perbuatan pidana, peristiwa pidana, dan delik. Berdasarkan istilah tersebut
yang baik digunakan ialah tindak pidana dengan pertimbangan selain makna yang jelas serta
menggunakan kata hukum yang praktis untuk diucapkan (Putri, 2020:131). Mengenai pengertian
tindak pidana terdapat unsur-unsur yang dapat mempermudah dalam mengidentifikasi mengenai
suatu tindakan. Mengutip dari buku (A.R Sujono dan Daniel, 2009) dengan judul Komentar
Hukum Pidana terbagi atas dua unsur, yaitu sebagai berikut:
1. Unsur Formal yang meliputi dari perbuatan manusia itu sendiri, melanggar aturan pidana,
diancam dengan hukum, tindak pidana yang dilakukan dengan orang yang bersalah, dan
tindak pidana yang dilakukan dengan orang yang tidak sehat ingatannya atau orang dalam
gangguan jiwa (ODGJ) kemudian tidak dapat diminta pertanggungjawabannya.
2. Unsur Material, memiliki sifat seperti bertentangan dengan hukum positif dimana suatu
perbuatan yang benar-benar dapat dirasakan langsung oleh masyarakat luas dan tidak layak
dilakukan karna bersifat merugikan.
© Copyright: Author
ISSN: xxx-xxx
Vol.xx, No.xx, pp.xx-xx

Berdasarkan unsur yang telah dirumuskan bahwa pengertian dari tindak pidana merupakan
suatu tindakan berdasarkan dari tempat, waktu dan keadaan peristiwa tertentu yang tidak
diperbolehkan serta mengancam dengan undang-undagn yang sifatnya melawan hukum dan
mengandung unsur kesalahan dari individu atau sekelompok yang mampu bertanggungjawab (D.R
Sianturi, 2002:208). Secara sederhana unsur subjektif meliputi subjek dengan unsur kesalahan dan
unsur objektif dengan unsur perbuatan melawan hukum, tindakan yang dilarang Undang-Undang
terhadap pelanggaran yang diancam oleh hukuman pidana yang dilakukan dalam waktu, tempat,
dan keadaan tertentu.

Tindak pidana kasus pencurian merupakan suatu tindakan yang merupakan tanda-tanda
sosial yang selalu dihadapkan oleh masyarakat. Berbagai upaya yang dilakukan oleh berbagai
pihak termasuk pihak kepolisian untuk menghapus kejahatan tersebut. Namun upaya tersebut tidak
dapat dihapuskan secara keseluruhan. Sebab, kejahatan tidak dapat dihapuskan dengan mudah
melainkan hanya dapat dikurangi dari tingkat intensitas dan kualitasnya ( Rian Prayudi Saputra,
2019:1).

Kasus pencurian kendaraan roda dua yang selalu terjadi karena memiliki peluang yang
mudah. Kejahatan tersebut tergolong dalam bentuk kejahatan terhadap harta benda yang
memberikan hasil dan tegolong memiliki nilai ekonomi bagi pelaku. Berbagai dalam pencurian
kendaraan bermotor terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu :

a. Perbuatan yang terjadi di tempat kejadian seperti pencurian dengan menggunakan kekerasan,
pemberatan perampasan, dan pencurian kendaraan bermotor.
b. Menghilangkan identitas kendaraan bermotor, mengubah warna sepeda motor, mengganti
plat, nomor chasis, nomor mesin dan memodifikasi motor.

Setiap korban bukanlah keinginan dari setiap individu. Maka mengenai peristiwa yang
terjadi pada korban yang terjadi di sei timun bukanlah sesuatu yang diinginkan oleh korban.
Viktimologi yang mempelajaran tentang korban kejatan tindak pidana akibat timbul suatu masalah
dalam kenyataan kehidupan sosial (Yulia, 2010). Korban ialah lawan dari pelaku yang sifatnya
© Copyright: Author
ISSN: xxx-xxx
Vol.xx, No.xx, pp.xx-xx

berdampak negatif. Mardjono reksodiputro terdapat empat macam pengertian dari korban menurut
reksodiputro, 2007:42, sebagai berikut:

1. Korban kejahatan secara konvensional, seperti pembunuhan, penganiayaan, dan pencurian;


2. Korban kejahatan secara non konvensional;
3. Korban penyalahgunaan dalam melawan hukum kekuasaan ekonomi (illegal abuses of
economic power);
4. Korban penyalahgunaan yang melawan hukum kekuasaan umum (illegal abuses of
economic power).

Secara luas pengertian dari korban dapat didefinisikan menurut South Carolina Governor’s
Office of Executive Polity and Programs, Columbia (Soeharto, 2007:78) yaitu korban tidak dapat
hanya merujuk kepada korban yang menderita secara langsung. Tetapi korban yang menderita
secara tidak langsung dan menderita juga dapat tergolong sebagai korban (Pangestuti, 2018:35).
Menurut Erly Pangestuti mengutip dari Sellin dan Wolfgang korban dapat digolongkan menjadi
empat macam, yaitu:

a. Primary Victimization, yaitu korban yang berupa individu atau perorangan;


b. Secondary victimization, yaitu korban yang berupa kelompok;
c. Tertiary Viktimization, yaitu korban yang merupakan masyarakat luas;
d. No victimization, yaitu korban yang tidak dapat diketahui identitasnya

Menurut Rahmat Hi Abdullah mengutip dari Stephen Schafer korban dapat dilihat dari
sudut pandang tanggungjawab terdapat 7 bentuk yang dapat dikatakan korban, yaitu sebagai
berikut:

1. Unrelated victim, yaitu mereka yang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan pelaku
dan menjadi korban karena memiliki potensi, sehingga tanggungjawab tersebut
sepenuhnya berada pada pihak korban;
© Copyright: Author
ISSN: xxx-xxx
Vol.xx, No.xx, pp.xx-xx

2. Precipitative victim, yaitu korban yang menjadi pemicu sehinga terjadinya kejahatan.
Sehingga tanggungjawab terebut terletak kepada korban dan pelaku secara bersama-sama;
3. Participating victim, yaitu perbuatan korban yang dilakukan secara tidak sadar sehingga
mendorong pelaku untuk berbuat kejahatan. Hal tersebut tangjawab sepenuhnya terletak
pada pelaku;
4. Biologically weak victim, yaitu kejahatan akibat fisik korban mirip perempua, anak-anak,
dan manusia lanjut usia yang memiliki potensi sebagai korban kejahatan. Sehingga
tanggungjawab tersebut terletak kepada warga atau pemerintah setempat karena tidak dapat
memberi proteksi atau jaminan keamanan kepada korban yang tidak berdaya;
5. Social weak victim yaitu korban yang tidak memperhatikan masyarakat yang bersangkutan
seprrti gelandangan dengan keadaan kedudukan sosial yang lemah. Maka
pertanggungjawaban tersebut secara penuh terletak kepada penjahat atau warga;
6. Selfvictimizing victim, yaitu kejahatan yang dilakukan atas diri sendiri (korban semu) atau
tanpa korban. Petanggungjawaban tersebut sepenuhnya terletak pada korban sekaligus
sebagai pelaku yang melakukan kejahatan;
7. Politica victims, yaitu korban akibat versus politiknya. Namun dalam hal ini
pertanggungjawaban tidak dapat dipertanggungjawabkan kecuali apabila ada perubahan
konstelasi politik

Berdasarkan uraian penjelasan di atas maka perlindungan hukum bagi korban yang
mengalami tindak pidana pencurian kendaraan bermotor di Kabupaten Bintan dari perspektif
viktimologi bahwa peranan korban tersebut dilakukan secara langsung maupun tidak langsung
akan menentukan dirinya korban atau tidak. Karena peristiwa tersebut terjadsi karena memilik
potensi yang besar dan didukung dengan keadaan yang dimana memungkinkan terjadi tindakan
kejahatan pencurian.
© Copyright: Author
ISSN: xxx-xxx
Vol.xx, No.xx, pp.xx-xx

Tabel. 1
Data Kasus Pencurian Kendaraan Bermotor di Wilayah Tanjungpinang-Bintan
No. Jenis Kendaraan Waktu Kejadian Lokasi Kejadian Nomor Polisi
1. Honda CRF Kamis, 08 Juni 2023 Kampung Wacopek, Kelurahan Tidak di ketahui
Pukul 07.00 WIB Gunung Lengkuas, Kabupaten
Bintan, Kepulauan Riau.
2. Honda Scoopy Senin, 16 Januari Perumahan Mutiara Bintan, Jalan BP 2694 RD
2023 Pukul 05.00 Musi Kijang Sei Lekop Kabupaten
WIB Bintan
3. Honda Vario Senin 17 April 2023 Kampung Sei Datuk atas BP 32XX RB
Pukul 20.00 WIB lingkungan Ketua RT 002/RW
005, Kelurahan Kijang Kota,
Kabupaten Bintan, Provinsi
Kepulauan Riau
4. Yamaha Jupiter Z Selasa, 23 Mei 2023 Jl. Sei Timun Kel. Kp Bugis Kec. BP 4905 WQ
Pukul 02.00 WIB Tanjungpinang
Sumber : Berita Seputar Kepulauan Riau, 2023

Berdasarkan atas data dari peristiwa tindak pidana pencurian motor tidak bisa sepenuhnya
korban tersebut dilindungi. Terdapat data pencurian sepeda motor yang plat nomr polisinya tidak
diketahui serta indentitas dokumen kendaraan bermotor tidak dimiliki oleh pemilik. Selain itu
kasus lainnya mengenai pencurian motor dilakukan atas kesadaran pelaku sehingga menimbulkan
kerugian secara materil terhadap korban. Atas kasus pencurian sepeda motor yang identitas
kendaraan tersebut tidak dimiliki dan plat nomor polisinya tidak diketahui namun korban sudah
melakukan proses membuat laporan, untuk mendapatkan perlindunga hukum yang konkrit belum
tentu bisa dikatakan sebagai korban dari pencurian motor. Sehingga pihak berwajib perlu
menelurusi peristiwa tersebut secara mendalam terhadap korban dan pelaku.
Dalam peristiwa tersebut pihak kepolisian dalam menangani hal tersebut menjadi
terhambat karena kurangnya barang bukti untuk menyelidiki kasus tersebut. Berdasarkan kitab
Undang-Undang hukum acara pidana menjelaskan secara jelas bahwa pentingnya dalam kasus
tersebut disertai dengan barang bukti. Namun di dalam pasal 39 ayat (1) KUHAP menyebutkan
apa apa saja yang dapat disita, salah satunya benda yang telah digunakan secara langsung untuk
dilakukan tindak kejahatan pidana. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana tersebut
© Copyright: Author
ISSN: xxx-xxx
Vol.xx, No.xx, pp.xx-xx

menjelaskan secara spesifik terhadap pelaku dalam melakukan tindak pidana. Berdasarkan data
kasus pencurian motor yang identitas dokumen dan kepemilikan motor yang hilang tidak diketahui
dan ditemukan. Sehingga dalam hal tersebut perlindungan hukum terhadap korban belum tentu
korban pencurian tersebut dikatakan korban sepenuhnya.

KESIMPULAN
Pencurian kendaraan bermotor yang merupakan salah satu tindak kejahatan pidana yang
jelas tertera di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 365 bahwa tindak pencurian
kendaraan bermotor tersebut pihak berwajib berhak melakukan penanggulangan peristiwa tersebut
secara preventif dan represif. Namun berdasarkan data pada kasus pencurian kendaraan bermotor
di wilayah Kota tanjungpinang dan bintan dimana korban yang merasa kehilangan harta benda
berupa kendaraan bermotor melakukan proses pelaporan kepada pihak kepolisian dengan melalui
tahap taha konsultasi dan mengidentifikasi awal terjadi peristiwa sehingga terjadi pencurian agar
segera dilakukan penyelidikan kasus tersebut. Namun sebelum melakukan penyelidikan pihak
kepolisian perlu mendapatkan berbagai informasi dari korban seperti barang bukti, jenis kendaraan
atau spesifikasi kendaraan berdasarkan dokumen dan surat-surat kendaraan. Pada saat
peneyelidikan dentitas kendaraan dan surat menyurat kendaraan korban tidak diketahui dan tidak
ditemukan maka pihak kepolisian kesulitan dalam menangani hal tersebut karena kurangnya
barang bukti. Sehingga dalam kasus ini berdasarkan perspektif viktimologi bahwa korban yang
mengalami tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan tidak memiliki dokumen identitas
surat menyurat kendaraan tidak sepenuhnya dapat dikatakan sebagai korban.

REFERENSI
Buku

Al Husein, I. A., & Iftitah, A. (2018). Perlindungan Hukum Terhadap Korban Ranmor Dalam
Perspektif Viktimologi. Jurnal Supremasi.

Chazawi, A. (2002). Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Stesel Pidana, Tindak Pidana, Teori-
Teori Pemidanaan & Batas Berlakunya Hukum Pidana.
© Copyright: Author
ISSN: xxx-xxx
Vol.xx, No.xx, pp.xx-xx

Djamali, R. A. (2010). Pengantar Hukum Indonesia. Pt Raja Grafindo Persada.

Gosita, A. (2009). Masalah Korban Kejahatan, Universitas Trisakti. Jakarta.

Mahrus Ali, (2021), Viktimologi, Rajawali Pers, Jakarta

Manurung, B. D. R. (2018). Analisis Viktimologi Terhadap Tindak Pidana Begal Di Kota Medan
(Studi Pada Polrestabes Medan). 7(2), 44–68

Pangestuti, E. (2018). Tinjaun Viktimologis Terhadap Kekerasan Psikis Pada Pembantu Rumah
Tangga.

Putri, R. P. (2020). Pengertian Dan Fungsi Pemahaman Tindak Pidana Dalam Penegakan Hukum
Di Indonesia. 2(2), 157–171.

Rasul, M. (2019). Peran Polri Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Dengan
Pemberatan. 1–8.

Reksodiputro, M. (2007). Kemajuan Perkembangan Ekonomi Dan Kejahatan (Kumpulan


Karangan Buku Kesatu). Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan Dan Pengabdian Hukum
Universitas Indonesia.

Rian Prayudi Saputra. (2019). Perkembangan Tindak Pidana Pencurian Di Indonesia. Jurnal
Pahlawan, 2, 1–8.

Viktimologi: Perlindungan Hukum Terhadap Korban Kejahatan. Graha Ilmu

Waluyo, B. (2022). Vitikmologi: Perlindungan Korban Dan Saksi. Sinar Grafika. Yulia, R.
(2010).

Link
https://ulasan.co/polisi-selidiki-kasus-pencurian-motor-warga-bintan-timur/

https://batam.tribunnews.com/2023/01/20/kredit-belum-lunas-motor-warga-bintan-hilang-dicuri-
saat-parkir-di-teras-rumah#google_vignette

https://prioritas.co.id/motor-warga-sei-datuk-parkir-di-teras-rumah-mendadak-raib/

https://kepri.batampos.co.id/pemuda-mengaku-mahasiswa-mencuri-motor-di-sei-timun/

Anda mungkin juga menyukai