Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

ALAT UCAP DAN PITA SUARA


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah metode pembelajaran Fonologi Bahasa Indonesia
Dosen pengampu:
Laila Tri Lestari M.Pd.

Disusun oleh:
Kelompok 4
1. Ainiatul fitriyah (23032044)
2. M.Benny candra wiguna (23032020)
3. Vina Agustina (23032013)
4. Zahrotul salsabilla (23032017)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah serta karuniahnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
shalawat serta salam semoga senantiasa di limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. yang
telah membimbing manusia kepada cahaya illahi,dan kepada keluarga,shabat,dan orang –
orang yang mengikuti ajarannya. makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Fonologi Bahasa Indonesia judul alat ucap dan pita suara.

Dan Allhamdulillah berkat rahmad dan hidayah,karuniah Allah SWT serta do‘a dan
dorongan semua pihak,kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dari itu kami ucapkan
terimakasih yang sebesar – besarnya karya ini kami persembahkan khusus dosen kami.dan
umum untuk teman – teman semuanya.semoga usaha yang amat sederhana ini dapat
membawa manfaat bagi semuanya dan menjadi amal jariyah kami dan keluarga di hari
kemudian.

Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan
kesalahan,untuk itu kami minta maaf. kritik dan saran kami nantikan,demi perbaikan di masa
yang akan datang. karena manusia tidak ada yang sempurna hanya Allah yang memiliki
kesempurnaan dan maha segalanya.

Lamongan, 18 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB 1 ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Alat Ucap Dan Pita Suara ......................................................................... 3
2.2 Komponen Fisiologis .................................................................................................. 3
2.3 Bagian – bagian Alat Ucap Manusia ........................................................................... 8
2.4 Fungsi dan Cara Kerja Alat Ucap ............................................................................... 9
2.5 Fungsi dan Jenis Pita Suara ....................................................................................... 12
2.6 Proses terbentuknya bunyi bahasa............................................................................. 14
2.7 Arus udara ................................................................................................................. 15
2.8 Kasus suara serak ...................................................................................................... 16
2.9 Tumor pita suara........................................................................................................ 16
2.10 Cara mengatasi benjolan pita suara ........................................................................... 17
2.11 Cara Mencegah Benjolan Pita Suara ......................................................................... 18
2.12 Jenis dan Titik Artikulasi .......................................................................................... 19
2.13 Vokal ......................................................................................................................... 21
2.14 Konsonan................................................................................................................... 22
PENUTUP................................................................................................................................ 24
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 24
B. Saran ............................................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 26

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bagian dari tata Bahasa yang mempelajari bunyi – bahasa pada umumnya
dalam ilmu Bahasa di sebut.fonologi.fonologi adalah ilmu tentang
perbendaharaan fonem sebuah Bahasa dari distribusinya.hal-hal yang di bahas
dalam fonologi antara lain sebagai berikut bunyi-bunyi ujaran fonetik dan
fonemik, alat ucap, pita suara, voca, konsonan, perubahan fonem, intonasi, ejaan
Bahasa Indonesia.
Namun dalam makalah ini tim penyusun akan khusus membahas tentang alat
ucap pada manusia.hal ini dikarenakan meskipun alat ucap manusia adalah hal
dasa dalam fonologi tetapi masi banyak mahasiswa yang kurang memahami
pengertian alat ucap serta bagaimana proses alat ucap itu menghasilkan bunyi
yang terstruktur dan memiliki arti.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian alat ucap manusia ?
2. Apa itu komponen fisiologis?
3. Bagian – bagian alat ucap manusia itu apa saja?
4. Bagaimana fungsi dan cara kerja alat ucap?
5. Fungsi dan Jenis Pita Suara?
6. Bagaimana proses terbentuknya bunyi bahasa?
7. Apa itu arus udara?
8. Hal apa saja yang mengakibatkan suara menjadi serak?
9. Bagaimana cara mengatasi dan mencegah agar tidak timbulnya benjolan
dalam pita suara?
10. Apa saja jenis artikulasi?
11. Apa yang dimaksud dengan vokal dan konsonan?

1
1.3 Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari alat ucap dan pita suara
manusia serta bagaimana prosesnya agar dapat menghasilkan sebuah bunyi
Bahasa yang baik dan benar
2. Untuk mengetahui bagian-bagian dari alat ucap dan pita suara pada manusia.
3. Untuk mengetahui fungsi-fungsi dan jenis dari alat ucap dan pita suara manusia.
4. Untuk mengetahui proses terbentuknya bunyi Bahasa.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi dan mencegah munculnya
benjolan pada pita suara.
6. Untuk mengetahui cara kerja pada alat ucap.
7. Untuk memahami arti dari arus udara.
8. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari vokal dan konsonan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Alat Ucap Dan Pita Suara

Menurut chaer (2009:48) Alat ucap adalah organ pada tubuh manusia yang
berfungsi dalam pengucapan bunyi Bahasa. Adapun dalam kamus besar Bahasa
Indonesia ,menyebutkan bahwa alat ucap adalah organ tubuh manusia yang berfungsi
dalam pengujaran bunyi Bahasa, seperti paruh-paruh,laring,faring,rongga
hidung,rongga mulut,bibir,gigi,lidah,alfeolum,talatun,velum.

Ketika berbicara, organ-organ tubuh yang disebut sebagai alat ucap itu bekerja
seperti pada proses Ketika melakukan fungsi utamanya masing-masing. Jadi, tidak
ada perbedaan operasional yang berarti. Organ – organ tubuh yang dipergunakan
sebagai alat ucap dapat dibagi menjadi tiga komponen, yaitu (a) komponen
supraglottal, (b) komponen laring, dan (c) komponen subglottal.

Pita suara merupakan sumber bunyi. Ia bergetar atau digetarkan oleh udara
yang keluar atau masuk paru-paru. Pita suara terletak dalam kerongkongan (larynx)
dalam posisi mendapar dari muka (anterior) ke belakang (posterior). Menurut KBBI
(Kamus besar Bahasa Indonesia) pita suara adalah salah satu organ yang
memproduksi hasil suara melalui pergerakan dari otot pita suara sehingga terjadi
interaksi antarorgan lain.pita suara merupakan salah satu organ pada tubuh manusia
yang memiliki fungsi untuk memproduksi suwara berupa sebuah otot pada laring
yang menggetarkan udara yang berasal dari paruh-paruh dan dapat menghasilkan
suwara pita yang berfungsi sebagai generator pita suara dapat di gerakkan oleh otot-
otot intrinsik laring yang dapat di kendalikan sehingga,di latihkan untuk mendapatkan
suara yang di ingginkan.

2.2 Komponen Fisiologis

Fisiologis adalah sesuatu yang berkaitan dengan faal (ciri-ciri tubuh), misalnya
bibir, hidung, bentuk kepala, raut muka, tampang, rambut, warna kulit, aksesoris yang
dipakai (kacamata, tas, sepatu, pakaian, topi), jenis kelamin, dan usia. Psikologis
adalah bersifat kejiwaan, misalnya gejala dan pikiran, perasaan dan kemauannya.
Adapun sosiologis adalah sesuatu yang berkaitan dengan sosiologis, misalnya tentang

3
struktur sosial, proses sosial termasuk perubahan-perubahan sosial, dan masalah-
masalah sosial (KBBI, 2008:393).

a. Komponen Supraglotal

Komponen supraglotal ini terdiri dari tiga rongga yang berfungsi sebagai
lubang resonansi dalam pembentukan bunyi, yaitu (1) rongga kerongkongan
(faring), (2) rongga hidung, dan (3) rongga mulut.

Rongga kerongkongan yang terletak di atas laring ini merupakan tabung dan
di bagian atasnya bercabang dua, yang berwujud rongga mulut dan rongga hidung.
Peranan rongga kerongkongan ini hanyalah sebagai tabung udara yang akan turut
bergetar apabila pita suara (yang terletak di laring) menimbulkan getaran pada
arus udara yang lewat dari paru-paru. Volume rongga kerongkongan ini dapat
diperkecil dengan menaikkan laring, dengan mengangkat ujung langit-langit lunak
sehingga hubungan dengan rongga hidung tertutup, dan dengan menarik belakang
lidah ke arah dinding faring.

Rongga hidung mempunyai bentuk dan dimensi yang relatif tetap tetapi dalam
kaitannya dengan pembentukan bunyi mempunyai fungsi sebagai tabung
resonansi. Peran ini terjadi ketika arus udara dari paru- paru mengalami getaran
sewaktu melalui pita suara, dan getaran itu menggetarkan udara yang ada dalam
rongga kerongkongan, rongga mulut. dan rongga hidung. Udara yang ada di
rongga hidung akan ikut bergetar apabila pangkal rongga hidung tidak disumbat
oleh langit-langit lunak. Dalam praktik pembentukan bunyi ujar, udara yang dari
paru-paru (dan bergetar setelah melalui pita suara) bisa keluar melalui tiga
kemungkinan, yaitu keluar melalui rongga hidung saja, keluar melalui rongga
mulut saja, atau keluar melalui rongga hidung dan rongga mulut. Bunyi yang
aluran b dihasilkan oleh arus udara yang keluar dari rongga hidung saja disebut
bunyi nasal, yang keluar melalui rongga mulut saja disebut bunyi oral, dan yang
keluar melalui rongga hidung dan rongga mulut disebut bunyi dinasalisasi.

Rongga mulut merupakan rongga yang paling penting di antara ketiga rongga
yang ada pada supraglotal. Selain dimensi dan bentuknya sangat bervariasi, bunyi-
bunyi ujar yang dihasilkan dari rongga mulut ini sangat banyak dan bervariasi.
Hal ini dimungkinkan karena keterlibatan lidah, bibir, dan juga rahang yang
mudah digerakkan. Bagian-bagian alat ucap yang terdapat dalam rongga mulut

4
yang bisa digerakkan disebut artikulator, dan bagian-bagian alat ucap yang
menjadi sasaran sentuh disebut titik artikulasi. Artikulator berada di bagian bawah
rongga mulut, sedangkan titik artikulasi berada di bagian atas rongga mulut

Sebagai titik artikulasi, alat-alat ucap bagian atas in bisa menjadi tujuan sentuh
oleh alat-alat ucap bagian bawah yang relatif berdekatan dengannya dalam rangka
penghasilan bunyi.

• Bibir atas (labium) biasa disentuh oleh bibir bawah.

• Gigi atas (dentum) biasa disentuh oleh bibir bawah, ujung lidah, dan daun lidah.

• Pangkal gigi atas (alveolum) biasa disentuh oleh ujung lidah dan daun lidah.

• Langit-langit keras (palatum) biasa disentuh oleh ujung lidah dan daun lidah.

• Langit-langi: lunak (velum) biasa disentuh oleh belakang lidah.

• Anak tekak (uvula) biasa disentuh oleh akar lidah.

Sebagai artikulator, alat-alat ucap bagian bawah ini bisa menyentuh atau
mendekati alat-alat ucap bagian atas yang relatif berdekatan dengannya dalam
rangka penghasilan bunyi.

a. Bibir bawah (labium) biasa menyentuh atau mendekati bibir atas dan gigi atas.
b. Gigi bawah (dentum) bersama-sama dengan ujung lidah biasa menyentuh atau
mendekati gigi atas.
c. Ujung lidah (apeks) biasa menyentuh atau mendekati gigi atas, pangkal gigi
atas, dan langit-langit keras.
d. Tengah lidah (lamina), biasa menyentuh atau mendekati gigi atas, pangkal
gigi atas, dan langit-langit keras.
e. Belakang lidah (dorsum), biasa menyentuh atau mendekati langit- keras dan
langit-langit lunak.
f. Akar lidah (radiks) biasa menyentuh atau mendekati anak tekak.

b. Komponen Laring
Laring-orang awam biasa menyebut tenggorok - ini merupakan kotak yang
berbentuk tulang rawan berbentuk lingkaran. Di dalamnya terdapat pita suara.
Laring dengan kerja pita suara inilah yang berfungsi sebagai klep yang mengatur

5
arus udara antara paru-paru, mulut, dan hidung. Pita suara yang dengan
kelenturannya bisa membuka dan menutup ini bisa memisahkan dan sekaligus
menghubungkan antara udara yang ada pada paru-paru dan yang ada pada mulut
dan hidung. Apabila dibuka lebar-lebar, udara yang ada pada paru-paru bisa
berhubungan dengan udara yang ada pada mulut dan hidung. Sebaliknya, apabila
klep ditutup rapat, udara yang ada pada paru-paru terpisah total dengan udara
yang ada pada mulut dan hidung.
Kinerja pita suara di laringlah yang mengakibatkan penggolongan bunyi
bahasa menjadi bunyi bersuara (hidup) dan bunyi tidak bersuara (mati). Perbedaan
pokok antara bunyi bersuara dan bunyi tidak bersuara terletak pada ada tidaknya
gerakan buka-tutup pita suara ketika pembentukan bunyi. Suatu bunyi dikatakan
bunyi bersuara (hidup) apabila pita suara melakukan gerakan membuka dan
menutup secara cepat ketika mendapatkan tekanan arus udara dari paru-paru.
Sebaliknya, suatu bunyi dikatakan bunyi tidak bersuara (mati) apabila pita suara
tidak melakukan gerakan membuka dan menutup. Tidak adanya gerakan
membuka dan menutup pita suara ini disebabkan oleh (1) arus udara lewat tanpa
hambatan yang berarti di antara kedua pita suara, atau (2) arus udara tidak dapat
lewat sama sekali karena pita suara menutup rapat.
Ketika kedua pita yang terdapat dalam laring dibuka, akan terjadi celah yang
berbentuk V. Celah di antara kedua pita suara inilah disebut glotis. Dengan
demikian, glotis ini bisa tertutup dan bisa terbuka. Glotis terbuka digunakan untuk
pembentukan bunyi-bunyi tidak bersuara, sedangkan glotis tertutup digunakan
untuk membentuk bunyi-bunyi yang bersuara.

Penutupan rapat pita suara - dengan demikian glotis juga tertutup - dilakukan
untuk membentukan bunyi glotal atau bunyi hamzah. Sementara itu, apabila pita
suara terbuka sempit - dengan demikian glotis juga terbuka sedikit - digunakan
untuk membentuk bunyi frikatif-glotal. Sebaliknya, kalau pita suara terbuka lebar
- dengan demikian glotis juga terbuka penuh - biasanya terjadi saat menarik napas
dalam-dalam.

6
c. Komponen subglottal

Komponen subglotal ini terdiri atas paru-paru kiri dan kanan, saluran bronkial,
dan saluran pernapasan (trakea). Fungsi utama komponen ini adalah untuk
pernapasan, yaitu mengalirkan udara dari dan ke paru- paru. Kalau udara mengalir
ke dalam paru-paru disebut menarik napas, sedangkan kalau udara mengalir ke
luar (dari paru-paru) disebut menghembuskan napas.

Proses pengaliran udara yang berganti-ganti arah (ke dalam dan ke luar) ini
disebabkan oleh berkembang kempisnya kedua paru paru yang berongga. Apabila
kedua paru-paru yang dihubungkan oleh saluran bronkial ini mengembang maka
tekanan udara yang terdapat di luar lebih besar daripada yang terdapat di dalam
paru-paru. Akibatnya, udara luar mengalir masuk ke dalam rongga paru-paru.
Sebaliknya, apabila kedua paru-paru yang dihubungkan oleh saluran bronkial ini
mengempis maka tekanan udara yang terdapat di dalam paru-paru lebih besar dari
pada yang terdapat di luar. Dengan demikian, udara yang terdapat dalam paru-
paru mengalir ke luar.

Proses pengaliran udara secara bergantian yang disebut bernapas ini berjalan
secara teratur oleh kinerja otot-otot yang terdapat dalam paru-paru, otot-otot perut,
dan rongga dada. Proses ini tidak mengganggu kegiatan berbicara, bahkan
menjadi syarat utama pembentukan bunyi bahasa. Tanpa arus udara yang keluar
dari paru-paru, bunyi bahasa tidak akan tercipta. Dalam kaitannya dengan
berbicara, perlu dibedakan dua macam pernapasan, yaitu (1) pernapasan biasa,
dan (2) pernapasan berbicara.

Dalam pernapasan biasa, frekuensi pernapasan (mulai dari penarikan,


penghembusan, dan penghentian) berkisar antara 10 sampai 20 kali per menit,
bergantung pada karbon dioksida dalam darah. Perbandingan antara penarikan dan
penghembusan pada pernapasan biasa adalah 10:11. Dalam pernapasan bicara,
fase penarikan napas lebih cepat, sedangkan fase penghembusnya lebih lambat.
Hal ini disebabkan oleh adanya penghambatan arus pada saat penghembusan
dalam rangka pemben- tukan bunyi bahasa. Oleh karena itu, perbandingan antara
penarikan dan penghembusan pada pernapasan bicara adalah 1:3-1:10. Berbeda
dengan penghembusan pada pernapasan biasa, penghembusan pada pernapasan

7
bicara merupakan proses aktif dan dikendalikan oleh pembicara untuk keperluan
pembentukan bunyi ujar.

Perlu juga diperhatikan bahwa proses penghasilan bunyi-bunyi bahasa


berlangsung secara kontinum atau terus-menerus. Demi kepentingan analisis
bunyi, arus bunyi yang kontinum itu dipenggal-penggal, diruas- ruaskan atau
disegmen-segmenkan sampai terwujud segmen bunyi yang paling kecil. Arus
bunyi yang bisa diruas-ruaskan disebut bunyi segmental. Sebaliknya, arus bunyi
yang tidak bisa diruaskan-ruaskan disebut bunyi non-segmental atau
suprasegmental.

TRANSKRIPSI FONETIS

Transkripsi fonetis adalah perekaman bunyi dalam bentuk lambang tulis Lambang
bunyi atau lambang fonetis (phonetic symbol) yang sering dipakai adalah lambang
bunyi yang ditetapkan oleh The International Phonetic Assosiation (IPA), yaitu
persatuan para guru bahasa berdiri sejak akhir abad ke-19, yang didirikan untuk
mempopulerkan metode baru dalam pengajaran bahasa yang lebih menekankan pada
pengajaran bahasa lisan. Sistem lambang yang digunakan oleh IPA ini lazim disebut
The International Phonetic Alphabet yang disingkap IPA juga. Alfabet IPA ini
merupakan serangkaian lambang yang didasarkan pada alfabet latin, yang diciptakan
untuk keperluan memberikan semua bunyi bahasa yang ada di dunia. Oleh karena
jumlah bunyi yang ada dalam bahasa-bahasa di dunia ini lebih banyak daripada
jumlah huruf yang ada, maka IPA melakukan modifikasi bentuk-bentuk huruf guna
membedakan bunyi-bunyi yang berlainan. Dalam melakukan modifikasi bentuk huruf
itu selalu diusahakan agar bunyi-bunyi yang banyak persamaannya diberi lambang
atau bentuk dasar yang sama. Perbedaannya hanyalah penambahan diakritik saja.

2.3 Bagian – bagian Alat Ucap Manusia

 Paru-paru (lungs)
 Pangkal tenggorokan (larynx)
 Epilogis (epiglottis)
 Pita-pita suara (vocal cords)

8
 Krikoid (cricoid)
 Tiroid (thyroid) atau lekum
 Aritenoid (arythenoids)
 Dinding rongga keronkongan (wall of pharynx)
 Akar lidah (root of the tongue)
 Punggung lidah, lidah belakang, pangkal lidah (hump, back of tongue, dorsum)
 Tengah lidah ((middle of the tongue, medium)
 Daun lidah 9blade of the tongue, lamina)
 Ujung lidah (tip of the tongue, apex)
 Anak tekak (uvula)
 Langit – langit lunak (soft palate, palatum)
 Langit – langit keras (hard palate, palatum)
 Gusi dalam, gusi belakang, ceruk gigi, lengkung kaki gigi (alveola, alveolum)
 Gigi atas (upper teeth, denta)
 Gigi bawah (lower teeth, denta)
 Bibir atas (upper lip, labis)
 Bibir bawah (lower lip, labia)
 Mulut (mouth)
 Rongga mulut (oral cavity, mouth cavity)
 Rongga hidung (nose cavity, nasal cavity)

2.4 Fungsi dan Cara Kerja Alat Ucap


a. Paru – Paru
Fungsi pokok paru-paru adalah untuk pernafasan. Arus udara
pernapasan itulah yang menjadi sumber syarat mutlak terjadinya bunyi.

b. Pangkal tenggorok (larynx)


Pangkal tenggorok atau laring adalah rongga pada ujung pipa
pernafasan , terdiri dari empat komponen, yaitu: tulang rawan krikoid, dua
tulang rawan aritenoid, sepasang pita suara, dan tulang rawan tiroid. Sistem
otot aritenoid dapat bergerak mengatur gerakan pada sepasang pita suara yang
dapat membuka lebar, membuka, menutup, dan menutup rapat.

9
c. Rongga kerongkongan (pharynx)
Rongga kerongkongan atau faring ialah rongga ynang terletak di antara
pangkal pangkal tenggorok dengan rongga mulut dan rongga hidung. Fungsi
utamanya adalah sebagai saluran makanan dan minuman. Dalam pembentukan
bunyi bahasa peranannya terutama hanyalah sebagai tabung udara yang akan
ikut bergetar bila pita suara bergetar.

d. Langit-langit lunak (soft palate, velum )


Dalam keadaan bernafas normal maka langit-langit lunak beserta ujung
anak tekak menurun, sehingga udara dapat keluar masuk melalui rongga
hidung. Dalam kebanhakan pembentukan bunyi bahasa, yaitu bunyi non-nasal,
atau pada waktu kita menguap, langit-langit lunak beserta anak tekaknya
terangkat ke atas menutup rongga hidung.

e. Langit-langit keras (hard palate, palatum)


Langit-langit keras merupakan susunan bertulang. Pada bagian depan
mulai langit-langit melengkung cekung ke atas dan bagian belakang berakhir
dengan bagian yang terasa lunak bila diraba. Dalam pembentukan bunyi
bahasa langit-langit keras ini sebagai artikulator pasif, sedangkan artikulator
aktifnya adalah ujunng lidah atau tengah lidah.

f. Gusi dalam (alveola, alveolum)


Gusi dalam (gusi belakang, ceruk gigi, lengkung kaki gigi, lekuk gigi)
adalah bagian gusi tempat letak akar gigi depan atas bagian belakang, terletak
tepat di atas serta di belakang gigi yang melengkunng ke dalam menghadap
lidah. Dalam pembentukan bunyi bahasa gusi ini sebagai artikulator pasif,
sedangkan artikulator aktifnya adalah ujung lidah.

g. Gigi ( teeth, denta)


Gigi terbagi menjadi dua, yaitu gigi bawah dan atas. Walapun gigi
bawah dapat digerakkan ke bawah dan ke atas namun namun dalam
pembentukan bunyi bahasa tidak banyak berperan, hanya bersifat membantus

10
saja. Yang berfungsi penuh sebagai artikulator atau dasar artikulasi adalah gigi
atas bekerja sama dengan bibir bawah atau ujung lidah.

h. Bibir (lip, labia)


Bibir terbagi menjadi dua, yaitu bibir bawah dan bibir atas. Fungsi
pokok kedua bibir adalah sebagai pintu penjaga rongga mulut. Dalam
pembentukan bunyi bahasa bibir atas adalah sebagai artikulator pasif bekerja
sama dengan bibir bawah sebagai artikulator aktifnya. Dapat juga bibir bawah
sebagai artikulator aktif itu bekerja sama dengan gigi atas, hasilnya ialah bunyi
labio-dental.

i. Lidah
Dalam pembentukan bunyi bahasa lidah sebagai artikulator aktif
mempunyai peranan yang amat penting. Lidah dapat dibagi menjadi lima
bagian, yaitu: akar lidah (root), daun lidah (lamina), dan ujung lidah (upex).
Akar lidah bekerja sama dengan rongga kerongkongan menghasilkan bunyi
radiko-faringal. Pangkal lidah bekerja sama dengan langit-langit lunak
menghasilkan bunyi dorso-velar. Tengah lidah bekerja sama dengan langit-
langit keras menghasilkan bunyi medio-palatal. Ujung lidah bekerja sama
dengan langit-langit keras menghasilkan bunyi apiko-palatal. Ujung lidah
dapat pula bekerja sama dengan gusi (apiko-alveolar) dan gigi atas (apiko-
dental).

j. Mulut dan rongga mulut


Rongga mulut dengan kedua belah bibir (atas dan bawah) berperan
dalan pembentukan bunyi vokal. Apabila bentuk mulut memundar maka akan
dihasilkan bunyi vokal bundar atau bulat. Apabila bentuk mulut tidak bundar
atau melebar akan dihasilkan bunyi vokal tidak bundar Sebagai umum bunyi
yang dihasilkan dirongga mulut disebut bunyi oral, sebagai lawan bunyi nusal
yang dihasilkan melalui rongga hidung.

k. Rongga Hidung
Bunyi bahasa yang dihasilkan melalui rongga hidung disebut bunyi
nasal. Bunyi nasul ini dihasilakan dengan cara menutup rapat-rapat arts udara

11
dirongga mulut, dan menyalurkan keluar melalui rongga hidung Yang ada
dalam bahasa Indonesia adalah bunyi nasal bilabial, bunyi nasal apikcolveolar,
bunyi nasal laminopalatal, dan bunyi nasal dorsovelar.

2.5 Fungsi dan Jenis Pita Suara

Pita suara memiliki fungsi yang cukup penting bagi kehidupan manusia, berikut
ini beberapa fungsi pita suara, antara lain:

a. Mengeluarkan suara
Pita suara memiliki ketebalan yang berbeda-beda, karena itulah setiap
orang memiliki suara yang berbeda-beda. Terjadinya suara akibat udara yang
keluar dari dalam paru-paru yang akan menggetarkan ligamen yang ada
disekitar pita suara. Getaran tersebut kemudian diteruskan pada pita suara
sehingga ikut bergetar. Getara dari pita suara itulah selanjutnya diperbesar
oleh bagian mulut dan hidung.

b. Mencegah tersedak
Pita suara memiliki letak yang cukup dekat dengan epiglotis karena
itulah, pita suara juga berfungsi untuk mencegah kemungkinan terjadinya
tersedak. karena pada saat menelan makanan, epiglotis akan melipat dan
menutup saluran trakea. Pada saat pelipatan tersebut, pita suara ikut melihat.
Gerakan pelipatan pita sura disebut dengan imobilitas lipatan vokal.

c. Mengatur aliran udara


Pada fungsi ini pita suara berhubungan erat dengan epiglotis dan beberapa
organ lain dalam laring. Proses ini menyesuaikan jumlah udara yang masuk
dan keluar dari dalam paru-paru. Di proses ini terdapat tiga jenis gerak utama
yang digunakan untuk mengatur aliran udara, yaitu:
 Imobilitas lipat vokal yaitu ketika pita suara tidak terbuka dengan baik
 Unilateral imobilitas lipat vokal yaitu ketika hanya salah satu bagian
dari pita suara tidak bergerak dengan normal.
 Bilateral imobilitas lipat vokal yaitu ketika kedua bagian dari pita sura
tidak berfungsi dan bekerja dengan normal.

12
Ringkasnya dalam penghasilan sesuatu bunyi vokal atau konsonan dalam
Bahasa Melayu, pita suara merupakan satu komponen yang amat penting dalam
prosesmenghasilkan bunyi-bunyi huruf tersebut. Pita suara adalah merupakan organ
atau alat pertuturan yang berada di bahagian larinks atau pangkal tenggorok. Pita
suara ini juga berada dibawah epiglotis. Pangkal tenggorok atau larinks ini terdapat
bahagian pentingiaitu sepasang pita suara yang terbentuk oleh dua keping otot dan
tisu yang kedudukannya bertentangan antara satu sama lain yang dikenali sebagai
‗vocal cord‘ kerana kita dapat menggerakkannya kepada beberapa posisi seperti
membuka luas dan menutup rapat.

Tujuan utama pita suara membuka luas adalah untuk membolehkan udara
antara paru-parudengan mulut atau hidung melepasinya dengan pantas. Demikian
apabila pita suaramenutup rapat. Perkara ini menyebabkan pita suara berfungsi
sebagai pintu yang mengatur pengawasan dan pengaliran udara yang disedut masuk
dan dipam semula oleh paru-parukeluar melalui rongga mulut dan hidung dalam
proses penghasilan bunyi bahasa. Suaturuang atau celah yang wujud di antara pita
suara itu disebut sebagai glottal

 FUNGSI PITA SUARA SEBAGAI ALAT ARTIKULASI

Dalam penghasilan bunyi dalam Bahasa Melayu terdapat dua bunyi yang
melibatkan pitasuara sebagai alat artikulasi iaitu bunyi bersuara dan tidak bersuara.
Bunyi bersuara berlakuapabila kedua-dua kelopak pita suara tersebut berkeadaan
rapat dan udara yang lalumenyebabkan tekanan pada pita suara menghasilkan getaran
pada pita suara manakala bunyi tidak bersuara akan keluar melalui dua kelopak pita
suara yang berkeadaan renggangdan udara melalui pita suara tersebut tanpa halangan
dan bunyi tidak bersuara dihasilkan.

 BUNYI BERSUARA DAN BUNYI TIDAK BERSUARA

Terdapat banyak huruf atau fonem dalam Bahasa Melayu jika


dibunyikanmerupakan bunyi bersuara. Ujian boleh dilakukan untuk menentukan
bunyi yangdilakukan bersuara atau tidak. Ujian tersebut ialah dengan meletakkan jari
pada halkum atau larinks. Jika terdapat atau dapat merasai getaran bunyi tersebut

13
dapat dianggap sebagai bunyi bersuara. Selain itu, perbedaan bunyi bersuara dan
bunyitidak bersuara ini dapat kita kesan dengan baik, jika semasa kita memasukkan
jaritangan ke dalam lubang telinga itu kita menyebutkan bunyi bersuara dan tidak
bersuara.

Manakala bunyi tidak bersuara pula berlaku apabila pita suara tersebut
beradadalam keadaan terbuka dan direnggangkan serta udara yang melalui tidak
tersekatoleh pita suara. Udara yang melalui akan berasa mudah kerana tidak ada
halanganiaitu tidak berlaku getaran terhadap pita suara, Jika pita suara atau glotis itu
kitatutup serapat-rapatnya dan pada masa yang sama kita menghalang arus
udaradaripada keluar, maka akan terhasillah bunyi yang dikenali sebagai bunyi glotal.

2.6 Proses terbentuknya bunyi bahasa

Proses produksi suara pada manusia dapat dibagi menjadi tiga buah proses
fisiologis, yaitu: pembentukan aliran udara dari paru-paru, perubahan aliran udara dari
paru-paru menjadi suara, baik voiced, maupun unvoiced yang dikenal dengan istilah
phonotion, dan artikulasi yaitu proses modulasi/ pengaturan suara menjadi bunyi yang
spesifik. Organ tubuh yang terlibat pada proses produksi suara adalah: paru-paru,
tenggorokan (trachea), laring (larynx), faring (pharynx), pita suara (vocal cord),
rongga mulut (oral cavity), rongga hidung (nasal cavity). lidah (tongue), dan bibir
(lips), seperti dapat dilihat pada gambar diatas! Organ tubuh ini dapat dikelompokkan
menjadi tiga bagian utama, yaitu: vocal tract (berawal di awal bukaan pita suara atau
glottis, dan berakhir di bibir), nasal tract (dari velum sampai nostril), dan source
generator (terdiri dari paru-paru, tenggorokan, dan larynx), Ukuran vocal tract
bervariasi untuk setiap individu, namun untuk laki-laki dewasa rata-rata panjangnya
sekitar 17 cm.

Luas dari vocal tract juga bervariasi antara D (ketika seluruhnya tertutup) hingga
sekitar 20 cm2: Ketika velum, organ yang memiliki fungsi sebagai pintu penghubung
antara vocal tract dengan nasal tract, terbuka, maka secara akustik nasal tract akan
bergandengan dengan vocal tract untuk menghasilkan suara nosal. Aliran udara yang
dihasilkan dorongan otot paru-paru bersifat konstan. Ketika pita suara dalam keadaan
berkontraksi, aliran udara yang lewat membuatnya bergetar, Aliran udara tersebut
dipotong potong oleh gerakan pita suara menjadi sinyal pulsa yang bersifat quasi-

14
periodik. Sinyal pulsa tersebut kemudian mengalami modulasi frekuensi ketika
melewati pharynx, rongga mulut ataupun pada rongga hidung. Sinyal suara yang
dihasilkan pada proses ini dinamakan sinyal voiced. Namun, apabila pita suara dalam
keadaan relaksasi, maka aliran udara akan berusaha melewati celah sempit pada
permulaan vocal tract sehingga alirannya menjadi turbulen, proses ini akan
menghasilkan sinyal unvoiced. Ketika sumber suara melalui vocal tract, kandungan
frekuensinya mengalami modulasi sehingga terjadi resonansi pada vocal tract yang
disebut formants. Apabila sinyal suara yang dihasilkan adalah sinyal voiced, terutama
vokal, maka pada selang waktu yang singkat bentuk vocal tract relative konstan
(berubah secara lambat) sehingga bentuk vocal tract dapat diperkirakan dari bentuk
spektral sinyal voiced.

Aliran udara yang melewati pita suara dapat dibedakan menjadi phonation,
bisikan, frication, kompresi, vibrasi ataupun kombinasi diantaranya. Phonated
excitation terjadi bila aliran udara dimodulasi oleh pita suara.

Whispered excitation dihasilkan oleh aliran udara yang bergerak cepat masuk ke
dalam lorong bukaan segitiga kecil antara arytenoids cartilage di belakang pita suara
yang hampir tertutup. Frication excitation dihasilkan oleh desakan di vocal tract.
Compression excitation dihasilkan akibat pelepasan udara melalui vocal tract yang
tertutup dengan tekanan tinggi. Vibration excitation disebabkan oleh udara yang
dipaksa memasuki rusang selain pita suara, khususnya lidah. Suara yang dihasilkan
oleh Phonoted excitation disebut voiced.

Suara yang dihasilkan oleh Phonated excitation ditambah frication disebut mixed
voiced, sedangkan yang dihasilkan oleh selain itu disebut unvoiced. Karakteristik
suara tiap individu bersifat unik karena terdapat perbedaan dalam hal panjang maupun
bentuk vocal tract.

2.7 Arus udara

Arus udara yang menjadi sumber energi utama pembentukan bunyi bahasa
hasil kerja alat atau organ tubuh yang di kendalikan oleh otot-otot tertentu atas
perintah saraf saraf otot.dengan demikian,arus udara ini tidak muncul dengan
sendirinya,tetapi di ciptakan atas perintah saraf-saraf otak tertentu,apakah arus udara
menuju keluar dari paruh-paruh (arus udara agresif) atau arus udara ke dalam atau
menuju paruh-paruh (arus udara ingresif).

15
2.8 Kasus suara serak

Jika suara menjadi serak bisa diakibatkan oleh beberapa hal seperti

 Pembengkakan pita suara


Sebab pembengkakan pita suara paling umum adalah kelanjutan dari gangguan
radang tenggorokan yang bisa karena virus. Infeksinya tidak hanya melibatkan area
amandel atau faring bagian atas, tapi sudah ke bagian maring — di mana ada struktur
pita suara.
 Pekerjaan yang sering membutuhkan suara
Profesi seperti guru atau penyanyi — yang sering menggunakan suara terkadang
bisa tumbuh nodul pita suara. Nodul merupakan sebuah benjolan halus yang
menempel pada dinding pita suara yang timbul akibat gesekan suara yang berlebihan.
 Asam lambung
Lokasi saluran pencernaan dan saluran pernapasan saling berdekatan. Maka dari
itu, pada orang yang mengidap asam lambung tinggi terkadang ada arus baik ke
daerah laring. Apabila terjadi paparan asam lambung secara terus-terusan dan tidak
diobati, maka proses radang juga bisa melibatkan aera sekitar pita suara.

2.9 Tumor pita suara

Kalau seseorang mengalami suara serak selama berbulan-bulan — tidak


membaik atau malah semakin berat, perlu diingat bahwa bisa saja ada kemungkinan
benjolan atau tumor yang muncul di daerah pita suara.

Tumor pita suara sendiri ada yang jinak dan ganas. Bila disertai penurunan
berat badan yang drastis, selera makan menurun, dan nafas berat atau sesak, segara
lakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter.

Benjolan pita suara bisa muncul akibat iritasi saat pita suara digunakan secara
berlebihan. Benjolan ini bisa menyebabkan suara berubah menjadi serak atau bahkan

16
hilang. Namun, Anda tidak perlu khawatir, sebab benjolan di pita suara tidak hanya
dapat diatasi, tetapi juga dicegah.

Pita suara merupakan jaringan elastis di kotak suara (laring) yang terletak di
pangkal tenggorokan. Ketika seseorang berbicara, udara dari paru-paru keluar
melewati pita suara dan menimbulkan getaran. Getaran inilah yang menghasilkan
suara.

Penggunaan pita suara secara berlebihan bisa menyebabkan iritasi di bagian


tersebut. Jika terjadi terus-menerus dalam waktu yang lama, iritasi pada pita suara
akan membentuk suatu benjolan yang mengeras. Selain membuat suara serak, rendah,
atau hilang, benjolan pita suara juga dapat menimbulkan nyeri di tenggorokan dan
batuk.

2.10 Cara mengatasi benjolan pita suara

Jika mengalami keluhan tersebut, Anda disarankan untuk berkonsultasi


dengan dokter THT. Dokter akan menanyakan riwayat keluhan dan penyakit yang
pernah Anda derita, serta melakukan pemeriksaan pada tenggorokan dan pita suara.
Pemeriksaan pita suara ini bisa dilakukan dengan prosedur laringoskopi.

Setelah dipastikan adanya benjolan pita suara, dokter dapat menyarankan


beberapa langkah penanganan berikut ini:

1. Mengistirahatkan suara

Guna meringankan gejala akibat adanya benjolan pita suara, Anda biasanya
disarankan untuk tidak berbicara atau berbisik, kecuali jika benar-benar
diperlukan. Bila memungkinkan, usahakan untuk tidak menggunakan suara sama
sekali selama beberapa hari.

2. Menjalani terapi suara

Selain berguna untuk mengatasi suara hilang, terapi suara merupakan metode
utama dalam pengobatan benjolan pita suara. Dengan metode ini, benjolan
biasanya akan menghilang dalam waktu 6–12 minggu. Terapi suara dilakukan
oleh terapis wicara, yaitu seorang tenaga profesional yang terlatih memberikan
latihan khusus untuk menangani gangguan bicara.

3. Menggunakan obat-obatan

17
Studi menunjukkan bahwa suntikan obat kortikosteroid dapat mengobati
benjolan pita suara dan mengembalikan suara penderita. Akan tetapi, pemberian
obat-obatan tidak selalu diperlukan pada kasus benjolan pita suara.

Terkadang, iritasi dan benjolan pada pita suara dapat disebabkan oleh penyakit
asam lambung, sinusitis, alergi, atau gangguan kelenjar tiroid. Bila demikian,
penyakit-penyakit tersebut perlu diobati.

4. Menjalani operasi

Pembedahan merupakan langkah terakhir yang bisa dilakukan bila terapi suara
dan langkah pengobatan lainnya tidak memberikan hasil yang memuaskan atau
jika ukuran benjolan cukup besar

2.11 Cara Mencegah Benjolan Pita Suara

Meski telah diobati, benjolan pita suara dapat muncul kembali, jika pita suara
masih terus mengalami iritasi. Untuk mencegahnya kambuh, lakukanlah beberapa
cara sederhana berikut ini:

 Hindari asap rokok

Asap rokok perlu dihindari untuk mencegah kekambuhan benjolan pita suara.
Hal ini karena senyawa dalam asap rokok diketahui dapat menyebabkan iritasi
pada pita suara.

 Perbanyak konsumsi air putih

Banyak minum air putih bisa menjaga pita suara tetap lembap dan
mengurangi iritasi. Selain itu, hindarilah minuman yang mengandung alkohol,
soda, dan kafein seperti kopi atau teh.

 Kurangi stres

Hindari stres dengan cara melakukan meditasi, yoga, atau latihan pernapasan.
Ini karena ketika seseorang berada dalam kondisi stres, otot-otot leher dan
tenggorokan cenderung tegang sehingga dapat mengganggu kerja pita suara.

 Lakukan pemanasan suara

18
Pemanasan suara penting dilakukan sebelum bernyanyi atau berbicara lama.
Anda bisa minta bantuan terapis wicara atau vocal coach untuk berlatih
melakukan pemanasan sebelum menggunakan pita suara dalam waktu lama.

 Hindari berbicara dengan suara keras

Ikuti petunjuk dari terapis wicara tentang teknik berbicara yang tepat. Dari
berbagai faktor yang mungkin menyebabkan timbulnya benjolan pita suara,
penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pita suara secara berlebihan
merupakan faktor utama. Bila perlu bicara dengan suara keras, gunakanlah
microphone.

Latihan teknik berbicara atau bernyanyi dengan benar merupakan kunci utama
untuk mengatasi dan mencegah munculnya benjolan pita suara. Jika benjolan pita
suara telah sembuh dan Anda telah melakukan langkah pencegahan di atas tetapi
perubahan suara terjadi lagi setelah beberapa hari, sebaiknya periksakan diri ke
dokter.

2.12 Jenis dan Titik Artikulasi

Bunyi yang dihasilkan saat berbicara ditentukan oleh cara kita berartikulasi.
Tentunya, hal tersebut tidak terlepaskan juga dari peran artikulator aktif (bibir bawah,
ujung lidah, dan daun lidah) serta artikulator pasif (gigi atas, ceruk gigi, dan langit-
langit keras). Berdasarkan Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik
(2005), terdapat tujuh jenis cara berartikulasi yang ditentukan oleh hambatannya
masing-masing. Berikut ini penjelasannya.

1) Letupan

Bunyi letupan diartikulasikan oleh artikulator aktif yang menghambat seluruh


aliran udara dan melepaskannya dengan letupan sehingga menghasilkan bunyi [p],
[b], [t], [d], [k], [g], dan [?]. Yang terakhir ini disebut sebagai bunyi glotal atau
bunyi hamzah, yakni bunyi yang dihasilkan dari celah pita suara. Contoh bunyi
glotal dapat kita temukan pada kata taat yang ketika dilafalkan terdengar [ta‘at].

2) Geseran

Pada jenis artikulasi ini, sebagian aliran udara mengalami penghambatan.


Artikulator aktif dan pasif membentuk celah sempit sehingga udara dapat tetap

19
mengalir dan memproduksi bunyi [s], [z], dan [ʃ]. Bunyi [ʃ] direpresentasikan
dalam kata syarat [ʃarat].

3) Paduan

Berkat kombinasi antara artikulasi letupan dan artikulasi geseran, bunyi


paduan dapat terwujud, yakni bunyi [c] dan [j].

4) Sengau
Artikulasi nasal memungkinkan artikulator untuk menghambat aliran udara
pada rongga mulut dan melepaskannya melalui rongga hidung. Bunyi sengau
mencakup bunyi [m], [n], [ɳ], dan [ñ]. Bunyi [ɳ] memaknai <ng> yang kita
temukan pada banyak kata dalam bahasa Indonesia, contohnya adalah nganga
[ɳaɳa]. Sementara itu, bunyi [ñ] merepresentasikan <ny> yang kita temukan pada
kata nyanyi .
5) Getaran

Artikulator aktif yang bersentuhan dengan artikulator pasif secara beruntun


dapat menciptakan bunyi getaran, seperti bunyi [r].

6) Sampingan

Bunyi sampingan tercipta karena aliran udara terhambat di tengah dan


dikeluarkan melalui pinggir lidah. Bunyi yang terhasilkan adalah bunyi [l].

7) Hampiran

Artikulasi hampiran mempersempit aliran udara di rongga mulut tanpa


menghasilkan geseran. Artikulator aktif kemudian bergerak ke arah artikulator
pasif dan menjauh kembali ketika udara mengalir ke luar. Bunyi yang dihasilkan
dari artikulasi ini adalah bunyi [w] dan [j].

Di atas adalah jenis artikulasi yang memungkinkan kita untuk menghasilkan


bunyi-bunyi bahasa. Selain itu, bebunyian tersebut turut pula dipengaruhi oleh tempat
berlangsungnya artikulasi sebagai berikut.

 Bilabial: artikulasi yang dilakukan oleh bibir bawah dan bibir atas sehingga
menghasilkan bunyi [b], [p], [m], dan [w].
 Labiodental: artikulasi yang dilakukan oleh bibir bawah dan gigi atas sehingga
menghasilkan bunyi [f] dan [v].

20
 Apikodental: artikulasi yang dilakukan oleh ujung lidah dan gigi atas. Contoh
bunyi yang dihasilkan ialah [t] dan [d].
 Apikoalveolar: artikulasi yang dilakukan oleh ujung lidah dan ceruk gigi atas
sehingga menghasilkan bunyi [d] dan [r].
 Laminopalatal: artikulasi yang dilakukan oleh daun lidah dan langit-langit keras.
Contoh bunyi yang dihasilkan ialah [ñ].
 Laminoalveolar: artikulasi yang dilakukan oleh daun lidah dan ceruk gigi atas
sehingga menghasilkan bunyi [n].
 Dorsovelar: artikulasi yang dilakukan oleh pangkal lidah dan langit-langit lunak
sehingga menghasilkan bunyi [k], [g], dan [ɳ].
 Glotal: artikulasi yang ditentukan oleh celah pada pita suara. Contoh bunyi yang
dihasilkan adalah [?] pada kata taat [ta?at].

Kita bisa lihat bahwa tempat artikulasi di atas menghasilkan bunyi konsonan saja.
Tidak ada bunyi vokal yang tercipta pada pertemuan artikulator-artikulator di atas
karena bunyi vokal tidak mendapatkan hambatan apa pun dari alat ucap.
Pemroduksian bunyi vokal hanya bergantung pada posisi lidah dan bentuk mulut.
Posisi lidah yang tinggi, misalnya, dapat membantu kita untuk memproduksi bunyi
[i], sedangkan posisi lidah yang rendah dapat membantu kita dalam menghasilkan
bunyi [a].

2.13 Vokal

Menurut Tjandra (2004), vokal didefinisikan sebagai bunyi yang dihasilkan


melalui tahapan pra ucapan tanpa hambatan dan merupakan suara yang dihasilkan
oleh pita suara yang dibawa oleh udara dan kemudian beresonansi di ruang mulut atau
ruang hidung sebagai vokal nasal. Warna suara vokal ditentukan oleh volume nung
resonansi di rongga mulut dan bentuk mulut yang diatur secara sadar. Menurut Saito
(2013), vokal didefinisikan sebagai unit suara yang beresonansi di ruang mulut yang
tidak memiliki hambatan. Dari dua definisi vokal ini kita bisa mengetahui ciri- ciri
khusus bunyi vokal, yaitu bunyi tersebut dihasilkan tanpa melalui hambatan pra-
ucapan. Vokal dihasilkan melalui tiga cara artikulasi menurut Tjandra (2004):
Pengangkatan lidah beserta bagiannya yang relatif berfungsi dalam pembentukan
ruang resonansi dengan volume tertentu - Pembukaan mulut yang besar atau kecil,
dengan cara menurunkan rahang bawah sehingga turut menentukan volume ning

21
resonansi Pengaturan bibir menjadi pipih atau membundar, dimana pengaturan bibir
ini juga ikut memengaruhi warna suara vokal Masih menurut Tjandra (2004), vokal
dapat dibagi menjadi 8 jenis dari cara artikulasi di atas, masing-masing 3 jenis melalui
bagian lidah dan rahang yang digerakkan dan posisi rahang, serta 2 jenis dari bentuk
bibir yaitu: Vokal depan, vokal tengah, dan vokal belakang tergantung posisi lidah di
ruang mulut ketika bunyi vokal beresonansi di rongga mulut. Vokal depan terbentuk
ketika bagian depan lidah diarahkan menuju langit- langit mulut, vokal tengah
diciptakan melalui bagian tengah lidah yang diangkat menuju langit-langit mulut, dan
vokal belakang tercipta ketika bagian belakang lidah yang diangkat menuju langit-
langit mulut. Vokal tinggi, sedang, dan rendah tergantung posisi rahang. Vokal tinggi
dihasilkan ketika rahang bawah dibuka hanya sedikit, vokal sedang terbentuk ketika
rahang bawah dibuka lebih lebur dari vokal tinggi. namun tidak selebar vokal sedang,
dan vokal rendah tercipta ketika rahang bawah dibuka selebar-lebarnya menempati
posis paling bawah Vokal tak bundar dan membundar tergantung dari bentuk bibir
ketika bunyi vokal diciptakan. Vokal bundar tercipta ketika bibir dikerucutkan,
sementara vokal tak bundar dihasilkan ketika bibir ditarik menyamping sehingga
memipih.

2.14 Konsonan

Konsonan didefinisikan oleh Tjandra (2004) sebagai bunyi yang dihasilkan ketika alat
ucap dalam rongga mulut dan sekitamya membentuk suatu halangan sehingga arus udara
yang mengalir dari paru-paru terhambat oleh halangan tersebut. baru kemudian mengalir
keluar. Ada dua jenis hambatan pra-ucapan, yaitu hambatan penuh dan hambatan
sebagian. Hambatan penuh tercipta ketika alat ucap di mulut dan sekitarnya membentuk
halangan sempurna sehingga udara sama sekali tidak bisa keluar. Udara tersebut
kemudian dikompresikan dan diletupkan sehingga menerobos hambatan penuh ini. Pada
hambatan sebagian, hambatan yang terbentuk oleh alat ucap tidak benar-benar menutup
sepenuhnya, sehingga udara dari paru-paru berdesakan keluar dari celah yang ada.
Konsonan dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan dari hambatan yang dipakai
untuk menghasilkan konsonan yang bersangkutan -Hambutan penuh menghasilkan
konsonan letup dan konsonan nasal Hambatan sebagian menghasilkan konsonan frikatif,
afrikat dan likaida Selain itu berdasarkan organ yang berperan dalam pembentukan
hambatan di atas konsonan masih bisa dibagi lagi menjadi beberapa jenis Konsonan
bilabial dihasilkan oleh hamburan yang tercipta ketika bibir atax dan bibir bawah

22
dikatupkan rapat. Konsonan labio-dental dihasilkan oleh hambatan yang tercipta ketika
bibir bawah ditempelkan ke gigi atas Konsonan dental dihasilkan oleh hambatan ketika
lidah ditempelkan ke gigi atas Konsonan alveolar dihasilkan oleh hambatan yang
diciptakan oleh lidah depan dan alveolar lengkung pigi atas Konsonan palatal tercipta
dari hambatan yang dihasilkan lidah tengah dan langit-langit mulut Konsonan velar
dihasilkan dari hambatan yang tercipta dari lidah belakang dan velum/langit-langit lunak
Konsonan uvalar dihasilkan dari hambatan antara lidah belakang dan anak lidah/uvulum
Konsonan glottal dihasilkan dari hambatan di pita suara. - Konsonan likuida dihasilkan
dari hambatan dari ujung lidah dan lidah depan yang ditempelkan ke alveolar Konsonan
likuida masih bisa dibagi lagi menjadi 3 jenis tergantung dari gerakan lidah depan di
alveolar: -Konsonan lateral tercipta ketika lidah ditempelkan ke alveolar dan tidak
digerakkan, namun menyisakan celah di kedua sisi lidah sehingga udara keluar dari
kedua celah samping tersebut Konsonan tril getur dihasilkan ketika lidah ditempelkan ke
alveolar sama seperti lateral, namun kemudian digetarkan/digerakkan berkali-kali
sehingga menimbulkan bunyi getar Konsonan flap proses awalnya juga serupa dengan
lateral dan tril, namun perbedaannya dari yang lain adalah lidah hanya digetarkan sekali
seperti bunyi kepakan sayap flap Menurut cara artikulasinya konsonan dibagi menjadi:
Konsonan letupan: Disebut juga konsonan plosive'stop. Dihasilkan melalui tahapan
prascapan beshambatan penuh. Ketika hambatan penuh tersebut terjadi, arus udara
bertenaga mengalir dari paru-paru untuk memecahkan hambatan tersebut. Ketika
hambatan tersebut dipecahkan, maka keluarlah suara menyerupai letupan. Bunyi letupan
tersebutlah yang disebut sebagai plosive. Konsonan gesekan/frikatif Dihasilkan dari
tahapan praucapan berhambatan sebagian. Ketika terjadi hambatan sebagian tersebut,
aliran udara dari paru-paru yang mengalir lewat hambatan tersebut saling berdesakan
sehingga terciptalah hunyi menyerupai gesekan - Konsonan setengah letupan dan
setengah gesekan/afrikat: Berhambatan sebagian. dan bersifat agak kuat, sehingga arus
udara yang mengalir dari paru-paru saling berdesakan untuk memecahkan hambatan
tersbeut. Hasilnya adalah bunyi letupan kecil yan bercampur gesekan Konsonan
sengau/nasal: Dihasilkan dari tahapan praucapan berhambatan penuh yang mengalami
resonansi di bagian hidung. Ketika terjadi hambatan penuh di rongga mulut, anak lidah
menurun sehingga arus udara masuk ke rongga mulut dan rongga hidung. Udara yang di
rongga hidung beresonansi sementara udara di rongga mulut memecahkan hambatan
pada saat yang sama. Konsonan desis samping/lateral: Dihasilkan dengan cara ujung
lidah ditempelkan pada lengkung kaki gigi tanpa digetarkan. Arus udara yang keluar dari

23
paru-paru berdesakan di kedua sisi ujung lidah sehingga menjadi bunyi desis sumping.
Konsonan getaran/tril: Dihasilkan dengan cara ujung lidah ditempelkan pada lengkung
kaki gigi, kemudian digelarkan berkali-kali ke lengkung kaki gigi sehingga tercipta bunyi
getar ujung lidah. Konsonan kepakan flap: Dihasilkan dengan cara yang sama seperti
konsonan tril, tetapi penggetaran ujung lidah hanya dilakukan sekali sehingga
menyerupai kepakan sayap satu kali. Terakhir, konsonan bisa dibagi menjadi konsonan
bersuara jika pita suara pengucap bergetar pada saat pengucapan, sementara konsonan
disebut tak bersara bila pita suara pengucap tidak bergetar.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Alat ucap adalah organ tubuh manusia yang berfungsi dalam pengujaran bunyi
bahasa, seperti paruh-paruh, laring, faring, rongga hidung, rongga mulut, bibir, gigi,
lidah, alfeolum, talatun, velum. Pita suara adalah salah satu organ yang memproduksi
hasil suara melalui pergerakan dari otot pita suara sehingga terjadi interaksi
antarorgan lain.
Bagian-bagian pita suara antara lain yaitu: Paru-paru (lungs), Pangkal
tenggorokan (larynx), Rongga anak tekak (pharynx), Pita-pita suara (vocal cords),
Krikoid (cricoid), Tiroid (thyroid) atau lekum Aritenoid (arythenoids), Dinding
rongga keronkongan (wall of pharynx), yang pengertiannya bisa dilihat di Bab II.
Pita suara memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu: mengeluarkan suara,
mencegah tersedak dan mengatur aliran udara. Konsonan merupakan bunyi yang
dihasilkan ketika alat ucap dalam rongga mulut dan sekitarya membentuk suatu
halangan sehingga arus udara yang mengalir dari paru-paru terhambat oleh halangan
tersebut. baru kemudian mengalir keluar. Ada dua jenis hambatan pra-ucapan, yaitu
hambatan penuh dan hambatan sebagian. Hambatan penuh tercipta ketika alat ucap di
mulut membentuk halangan sempurna sehingga udara sama sekali tidak bisa keluar
sedangkan hambatan sebagian terbentuk oleh alat ucap tidak benar-benar menutup
sepenuhnya.

24
Vokal merupakan bunyi yang dihasilkan melalui tahapan pra ucapan tanpa
hambatan dan merupakan suara yang dihasilkan oleh pita suara yang dibawa oleh
udara dan kemudian beresonansi di ruang mulut atau ruang hidung sebagai vokal
nasal.

B. Saran
Makalah ini di harapkan dapat menambah wawasan pengetahuan terkait alat
ucap dan pita suara. khususnya yang berminat untuk mengetahui lebih jauh kajian
fonologi. Hendaknya pada penelitian selanjutnya dapat memperdalam lagi mengenai
kajian fonologi terutama dalam aspek mengembangkan ruang lingkup alat ucap dan
pita suara. Penelitian selanjutnya di harapkan untuk mengkaji lebih banyak sumber
maupun refrensi yang terkait dengan sarana prasarana pendidikan maupun efektifitas
proses pembelajaran agar hasil penelitanya dapat lebih baik lagi.

25
DAFTAR PUSTAKA

Muslich, Mansur. 2014. Fonologi Bahasa Indonesia Tinjuan Deskriptif Sistem Bunyi
Bahasa Indonesia. (Jakarta: Bumi Aksara,2014)

Chaer, Abdul. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. (Jakarta:Rineka Cipta)

Mahmud, Imam Abdul. Suwandi. Suwandi. K. Hertiana Bethaningtyas Dyah. 2015.


―Aplikasi Reduksi Noise Dalam Perbaikan Kualitas Suara Untuk Deteksi Gangguan
Pita Suara Pada Jaringan Nirkabel Menggunakan Alogaritma Fastiea‖. eProceedings
of Engineering.
Marsono. 2008. Fonetik. (Yogyakarta:Gadjah Mada University Press).

26
27

Anda mungkin juga menyukai