Anda di halaman 1dari 11

TINJAUAN KRITIS TERHADAP RELASI YANG TERCIPTA DALAM PRAKTEK

NAKETI ATONI PAH METO DI GMIT IMANUEL OENALI

Oleh,

AGNES MEILITA MAONI

712021026

Tugas Akhir Semester

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester Mata Kuliah Metode Penelitian Teologi dan
Sosial A

PROGRAM STUDI ILMU TEOLOGI

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................i

I. PENDAHULUAN..................................................................................................................1

Latar Belakang........................................................................................................................1

Rumusan Masalah..................................................................................................................5

Tujuan Penelitian....................................................................................................................5

Signifikan Penelitian..............................................................................................................6

Manfaat Penelitian..................................................................................................................6

Metode Penelitian...................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................9

i
I. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pulau Timor disebut juga pah meto sehingga penduduk aslinya menyebut diri mereka
atoni pah meto.Atoni Pah meto bercirikan melenasia,bertubuh pendek,berkulit coklat
kehitaman dan berambut keriting. Mereka mendiami beberapa kabupaten di pulau Timor
salah satunya kabupaten Timor Tengah Selatan dan melaksanakansistem kemasyarakatan
berbentuk swapraja atau kerajaan-kerajaan lokal. Banam adalah sebutan untuk swapraja suku
Mollo,Onam swapraja suku Amanuban dan Oenam adalah swapraja suku Amanatun. Pola
hidup,tingkah laku,dan kehidupan religius atoni pah meto diwujudkan dalam berbagai tradisi
dan ritual yang berkaitan dengan hubungan antara atoni pah meto dengan pencipta,sesama
dan alam.1

Dalam menjalani kehidupan religius,atoni pah meto mengenal yang ilahi dengan
sebutan Uis Neno. Suku Atoni meyakini bahwa Uis Neno hadir dalam tiga wujud yaitu:
Uisneno Mnanu,Uisneno Pala dan leluhur atau be’i dan na’i. Uisneno Mnanu adalah Raja
langit yang tinggi pencipta langit dan bumi,pemberi kehidupan dan juga kesejukan.
Keberadaan Uisneno Mnanu tidak dapat dijangkau oleh manusia sehingga untuk
mengkomunikasikan kehendak-Nya kepada manusia,Uisneno Mnanu beremanasi dalam diri
Uisneno Pala atau Raja langit yang rendah. Wujud lain dari Uisneno Pala ialah arwah dari
para leluhur suku Atoni sehingga,mereka mengabdikan hidupnya pada tiga diri ilahi yakni
Uisneno Mnanu,Uisneno Pala dan arwah para leluhur.2

Suku Atoni percaya bahwa roh para leluhur bersemayam di batu dan kayu dikenal
dengan sebutan fatubian atau haubian. Roh itu terikat secara khusus ia diyakini mempunyai
otoritas atas suatu fenomena yang terjadi sehingga menimbulkan perasaan respek spiritual. 3
Perasaan respek spiritual inilah yang membuat atoni pah metomemaknai Uisneno dalam
setiap kehidupan dan diwujudkan dalam kerja dan karya mereka. Karya-karya yang
diciptakan oleh atoni pah meto dalam bentuk materi ataupun non materi adalah sebuah
panggilan teologis yang menegaskan akan penyembahan dan pengucapan syukur kepada
Tuhan. Ritus-ritus budaya dimaknai sebagai ibadah yang hadir dalam berbagai bentuk praktik

1
K Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia,(Jakarta:Djambatan,1971),198.
2
Dr.Ebenhaizer I.Nuban Timo, Allah Menahan Diri Tetapi Pantang Berdiam Diri: Suatu Upaya Berdogmatika
Kontekstual di Indonesia, (Jakarta:BPK Gunung Mulia,2015), 92-93.
3
Emile Durkheim, The Elementary Froms The Religious Life:Bentuk-Bentuk Agama Yang paling Dasar
(Yogjakarta:IRCiSoD,2011),402.

1
kebudayaan seperti tarian bonet,motif tenunan pada kain adat,kalat,oko mama dan masih
banyak lainnya.4 Penulis tertarik untuk meniliti salah satu praktik budaya yaitu naketi.

Kehidupan saat ini tidak pernah terlepas dari kegiatan berelasi antara satu dengan
yang lainnya serta saling mempengaruhi baik relasi antar pribadi maupun kelompok. Setiap
individu yang hidup ditengah-tengah masyarakat tentu tidak bisa terlepas dari relasi antar
sesama atau dengan orang lain. Rukuyanto berpandangan bahwa kehidupan bermasyarakat
merupakan hal mutlak yang tidak dapat dihindari.5 Dengan demikian relasi dalam suatu
lingkungan sosial memiliki dampak dan pengaruh yang sangat besar.

Kehidupan berelasi ini juga nampak dalam kehidupan Atoni Pah Meto, khususnya di
GMIT Imanuel Oenali. Dalam pandangan Atoni Pah Meto relasi yang baik akan
menghasilkan kualitas kehidupan yang baik pula ditengah-tengah masyarakat. Bahkan
mereka berupaya untuk memperbaiki relasi yang kurang baik dengan menggunakan tradisi
lokal, hal ini bermaksud agar relasi mereka tetap terpelihara dengan baik dengan sesama
Atoni Pah Meto. Alasannya ialah melalui relasi yang terjalin baik dengan sesama maka akan
menciptakan kehidupan yang baik pula.

Relasi terkadang tidak hanya dilihat sebagai suatu hal yang positif saja, relasi dalam
kehidupan sosial pun dapat menjadi penyebab permasalahan. Artinya apabila relasi tidak
dibangun dengan baik maka hubungan dengan masyarakat pun akan menjadi tidak baik. Oleh
sebab itu Sarte seorang filsuf melihat bahwa relasi antar manusia itu sangat negatif, sebab
manusia lain dipandang sebagai neraka atau dosa asalnya. 6Dengan pemahaman bahwa dirinya
lah subjek dan orang lain adalah objek, begitu sebaliknya. 7 Buber dan Marcel hadir dengan
pandangan berbeda yang lebih positif tentang relasi, dimana relasi merupakan kunci bagi
masyarakat hidup terbuka dengan orang lain, tidak hidup terisolasi.8

Berdasarkan pemahaman diatas, dapat dilihat bahwa relasi antar manusia dapat dilihat
dari dua sudut pandang yang berbeda. Tidak ada manusia yang dapat hidup seorang diri saja,
tentu dalam aktivitas kesehariannya membutuhkan orang lain. Hal demikian yang dipandang
oleh Atoni Pah Meto secara umum dan GMIT Imanuel Oenali secara khusus, dimana
kekerabatan dalam kehidupan merupakan hal terpenting. Kesadaran membangun relasi yang
4
Dr.Ebenhaizer I.Nuban Timo, “Sidik Jari Allah Dalam Budaya:Upaya Menjajaki Makna Allah dalam perangkat
Budaya Suku-Suku Di Nusa Tenggara Timur,” (Maumere:Ledalero,2005),27-29.
5
Bernardus A. Rukuyanto, “Emanuel Levinas: Relasi Etis Asimetris,” Majalah Driyakara, XVI no. 2 1992. 42
6
ibid
7
ibid
8
Paulus Wahana, “Hubungan Antar Manusia Menurut Martin Buber,” Jurnal Filsafat Universitas Gadjah Mada
(Yogyakarta, 1994) 32

2
baik dengan sesama sangat nampak dalam keseharian Atoni Pah Meto di GMIT Imanuel
Oenali.

Relasi memang sangat penting namun tidak dapat dipungkiri bahwa terkadang relasi
yang ada menjadi suatu permasalahan dan pergumulan bersama. Relasi yang terjalin tidak
selamanya baik, sering dijumpai relasi yang terjalin buruk antar individu maupun kelompok.
Oleh sebab itu relasi ini perlu diperbaiki. Dalam kehidupan tidak dapat terhindari dari
permasalahan, namun permasalahan tersebut haruslah diperbaiki dan diselesaikan dengan
baik, sebab apabila tidak diselesaikan maka akan muncul konflik antar masyarakat.

Atoni Pah Meto memandang relasi ini sebagai hal utama dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat. Meski demikian persoalan tidak dapat terelakkan dalam kehidupan
masyarakat Atoni Pah Meto. Misalnya, ketika seseorang menderita sakit penyakit maka Atoni
Pah Meto akan mencari tahu penyebabnya dengan cara memberikan pertanyaan yang
berkaitan dengan relasi orang yang bersangkutan dengan orang lain, Uisneno Mnanu,Uisneno
Pala dan leluhur atau be’i dan na’i.Atoni Pah Meto berpandangan bahwa setiap sakit
penyakit dan penderitaan yang dialami berkaitan dengan kesalahan yang dilakukan terhadap
unsur-unsur diatas sehingga menyebabkan kerusakan relasi antara Atoni Pah Meto. Relasi
yang telah rusak berlarut-larut dapat menyebabkan ketidakharmonisan dengan orang lain
hingga terjadi permusuhan.

Berbagai permasalahan yang timbul menyebabkan rusaknya relasi di dalam


masyarakat Atoni Pah Meto. Mereka percaya bahwa masalah yang timbul merupakan dampak
dari kerusakan relasi. Misalnya ketika seseorang mencuri, membunuh, berselisih dan lain
sebagainya maka hal itu dipercaya akan menimbulkan masalah dalam relasinya. Dampak
yang akan diterima dari perbuatannya yaitu bisa saja sakit, kesulitan mendapat lapangan
pekerjaan, kesulitan mendapat keturunan, masalah pendidikan anak, dan sebagainya. Ketika
Atoni Pah Meto dengan Uisneno memiliki hubungan yang tidak berjalan dengan baik
disebabkan karena Atoni Pah Meto melanggar norma agama yang ada maka ia akan
mengalami kejadian aneh, seperti kematian ternak secara mendadak, hasil panen yang buruk,
dan sebagainya.

3
Persoalan tentang relasi Atoni Pah Meto memiliki dampak yang langsung diterima
dalam kehidupannya, hal tersebut diyakini sebagai upah dari perbuatannya. Menurut Andreas
Tefa, setiap tindakan yang bertentangan dengan tradisi akan mendapat kutuk tersendiri. 9Oleh
sebab itu perlu dilakukan penyelidikan untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang
dilakukan. Upah dari tindakan kesalahan melahirkan kutuk, kepercayaan akan hal ini
ditentukan dalam kehidupan sehari-hari.10 Setiap kesalahan dan dosa yang telah dilakukan
hanya akan disucikan dalam ritual pengakuan dosa yang dilakukan oleh Atoni Pah Meto yaitu
ritual naketi.11

Proses penyelesaian masalah berupa ritual naketi yang dilakukan oleh Atoni Pah Meto
merupakan suatu keharusan agar terrhindar dari persoalan baru yang akan muncul dimulai
dengan melakukan pencarian akar persoalannya. Proses ini dinamai dengan naketi. Naketi
sendiri secara harafiah berasal dari akar kata naket yang memiliki arti bersama-sama atau
berdampingan untuk berintrospeksi, dengan menyelidiki dosa yang telah dilakukan pada
masa lalu.12 Dosa-dosa itu baik yang dilakukan oleh Atoni Pah Meto itu sendiri, orang tua,
bahkan leluhur yang telah meninggal yang berimbas pada masa kini. Ritual naketi ini
biasanya dilakukan secara bersama-sama dalam satu marga atau keluarga. Hal ini dipengaruhi
oleh kebersamaan sebagai satu kebiasaan yang dimiliki oleh Atoni Pah Meto.

Ritual naketi ini penting dilakukan agar dapat menyelidiki dan menyelesaikan
persoalan yang dihadapi. Relasi yang buruk mempengaruhi sebagian permasalahan yang
dialami, baik itu dengan sesama, leluhur, dan juga Tuhan. Hal ini senada dengan pendapat
yang disampaikan oleh narasumber, yakni bapak Yusuf Tino, bahwa :

“Naketi dilakukan ketika kita mempunyai masalah relasi dengan orang lain yang
sudah terlupakan, misalnya tindakan membunuh, atau mengambil harta benda orang lain
dengan paksa yang telah dilakukan oleh orang tua bahkan leluhur kita, yang menyebabkan
korban pada saat itu merasa sakit hati. Oleh sebab itu kita disuruh untuk membayar denda

9
Andreas Tefa Sawu, “Dibawah Naungan Gunung Mutis,” (Ende-Flores: Nusa Indah, 2004) 44
10
ibid
11
Naketi adalah tradisi penyelidikan apabila seseorang mengalami permasalahan dalam kehidupannya.
Menurut keyakinan orang Timor atau Atoni Pah Meto setiap kesulitan yang dialami disebabkan oleh kesalahan
yang terjadi. Dengan demikian ritual naketi yang dilakukan akan membantu untuk mengetahui kesalahan apa
saja yang diperbuat serta dilakukan pengakuan dosa.
12
Samuel Sabat, “Dosa Tradisi dan Penyakit serta Kebiasaan Naketi (Menyelidiki) Sebagai Upaya
Penyembuhan,” Pluralis: Jurnal-Ilmu Sosial, (Kupang: Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik-
UNDANA), 36

4
atau meminta maaf kepada mereka (hal ini merupakan proses pemulihan relasi). Dengan
demikian langkah pemulihan yang diambil ialah dengan melakukan ritual naketi ini”13

Proses naketi ini biasanya dapat menyelesaikan relasi yang dihadapi, bahkan relasi
yang buruk dengan sesama Atoni Pah Meto sehingga menjadikan relasi yang lebih baik lagi.
Proses ritual ini dimulai dari keinginan dan kesadaran diri sendiri untuk menyelesaikan
persoalan relasi yang dihadapi.

Ada perubahan sebelum dan sesudah dilakukannya ritual naketi. Setelah dilakukan
dialog dan penelusuran maka relasi yang sebelumnya rusak akan dipulihkan kembali menjadi
lebih baik, dengan kata lain terjadinya rekonsiliasi dalam proses itu. Proses pencarian akar
masalah yang dilakukan oleh Atoni Pah Meto secara umum dan GMIT Imanuel Oenali secara
khusus menunjukkan bahwa setiap orang tetap melakukan ritual nakti ini dalam kehidupan
mereka. Oleh karena itu, penulis ingin melihat bagaimana proses naketi ini dapat dilakukan
dalam berbagai persoalan kehidupan masyarakat Atoni Pah Meto serta bagaimana relasi yang
terbentuk setelahnya terkhusus dalam lingkup GMIT Imanuel Oenali. Selain itu penulis juga
ingin melihat apakah relasi yang terbentuk setelah melakukan ritual naketi ini benar-benar
lahir dari keinginan hati pribadi atau ada faktor lain yang mendorong terjadinya proses
tersebut.

Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan yang ada pada latar belakang penelitian, maka masalah-
masalah yang dapat penulis rumuskan diantaranya ialah :

1. Bagaimana proses naketi yang dilakukan oleh Atoni Pah Meto terkhusus GMIT
Imanuel Oenali ?

2. Bagaimana relasi yang terjalin dalam proses naketi di GMIT Imanuel Oenali

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui praktek naketi yang terjadi di GMIT
Imanuel Oenali dalam upaya memperbaiki relasi yang rusak. Melalui penelitian ini,
diharapkan agar dapat menjadi gambaran baru tentang pemulihan relasi melalui ritual naketi
di GMIT Imanuel Oenali.

13
Wawancara dengan bapak Yusuf Tino, sebagai salah satu tua adat di GMIT Imanuel Oenali

5
Signifikan Penelitian
Dalam upaya mencapai tujuan penelitian yang telah penulis rancang, maka ruang lingkup
penelitian yang dilakukan ialah seputar GMIT Imanuel Oenali, sebab hampir 90% warga
jemaat di GMIT Imanuel Oenali merupakan suku Atoni Pah Meto, hal ini dibuktikan dengan
kebaktian di GMIT Imanuel Oenali yang masih menggunakan liturgi kebaktian berbahasa
Dawan dan kehadiran jemaat paling banyak merupakan suku Atoni Pah Meto. Selain itu
ritual naketi ini sering dilakukan oleh jemaat GMIT Imanuel Oenali dalam kehidupan
kesehariannya.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan nilai akademis dalam
pengembangan Ilmu bagi Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana serta dapat
menambah pengetahuan bagi penulis dan juga pembaca mengenai salah satu budaya lokal di
Timor Tengah Selatan, yaitu ritual naketi. Selain itu penelitian ini juga diharapkan memberi
kontribusi pemahaman kepada masyarakat Timor khususnya suku Amanuban di Oenali dan
juga gereja dalam hal ini GMIT mengenai pemahaman penerapan ritual naketi yang berkaitan
dengan pemulihan relasi Atoni Pah Meto

6
Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan
deskriptif analisis. Penelitian kualitatif sebagaimana yang diungkapkan oleh L.J.
Maleong adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,presepsi,motivasi,tindakan
secara hilostik dan dengan deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,pada suatu
konteks khusus yang alamiah.14 Metode penelitian kualitatif memiliki ciri atau
karakter sebagaimana yang diungkapkan oleh Bogdan dan Biklen yaitu: (1) Dilakukan
pada kondisi yang alamiah; (2) penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang
terkumpul berupa kata atau gambar; (3) mekankan pada proses; (4) penelitian
kualitatif menganalisis data secara induktif; dan (5) penelitian kualitatif menekankan
pada pengungkapan makna.15
Penelitian ini akan berlokasi di Oenali desa Mnelalete kecamatan Amanuban
Barat kabupaten Timor Tengah Selatan dan yang menjadi narasumber adalah bapak
Yusuf Tino, seorang tua adat dari wilayah yang telah disebutkan. Untuk mencapai
tujuan penelitian akan dilakukan dengan pendekatan deskriptif analisis. Menurut
Sugiyono penelitian desktriptif kualitatif berlandaskan pada filsafat
postpositivisme,karena digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek ilmiah sehingga
peneliti bertindak sebagai instrumen kunci.16 Metode kualitatif deskriptif yang akan
digunakan oleh peneliti membantunya untuk mendapatkan data secara akurat karena
dalam proses penelitiaan,peneliti sebagai instrumen kunci akan berhubungan langsung
dengan subyek penelitian.
Penggunaan metode sampling purposive untuk menetapkan sampel akan
memudahkan peneliti karena peneliti akan berhubungan langsung dengan Atoni Pah
Metodengan ciri-ciri yang telah disebutkan pada bagian pendahuluan. Menurut
Sugiyono sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu,didasarkan pada ciri-ciri atau kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan
tujuan penelitian.17 Teknik pengumpulan data yang akan digunakan ialah observasi
dan wawancara. Menurut Karl Popper observasi adalah teknik pengumpulan data atau
proses pengambilan data dengan media pengamatan. Jenis observasi yang akan

14
Ismail Nurdin dan Sri Hartati, “Metodologi Penelitian Sosial”, (Surabaya: Media Sahabat Cendikia,2009), 75.
15
Albi Anggito dan Jhon Setiawan, “ Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Sukabumi:Jejak,2018), 10.
16
Ibid 8.
17
Dr.Mamik, “Metodologi Kualitatif”, (Sidoarjo:Zifatama Publisher,2015),53.

7
dilakukan oleh peneliti yaitu observasi parsitipatif(participant observation)peneliti
berperan sebagai pengamat(participant as observer)peneliti akan menjalankan fungsi
formal sebagai pengamat dalam kelompok untuk mengamati proses ketika para a
tonis sedang mengungkapkan natoni dalam suatu ritual.18 Wawancara adalah suatu
kegiatan,proses interaksi,percakapan tatap muka(face to face)antara pewawancara
dengan subyek informasi,dimana pewawancara bertanya langsung tentang suatu objek
yang sedang diteliti. Wawancara yang akan digunakan oleh peneliti ialah wawancara
terencana-terstuktur,pewawancara akan menyusun secara terperinci dan sistematis
rencana pertemuan dan pedoman pertanyaan,kemudian mencatat jawaban yang
diberikan oleh informan secara terstuktur.19

18
A.Muri Yusuf, “Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan Penelitian Gabungan”, (Jakarta:Kencana,2014),
389.
19
Ibid,372.

8
DAFTAR PUSTAKA
Anggito, Albi, and Johan Setiawan. Metodologi penelitian kualitatif. CV Jejak (Jejak
Publisher), 2018

Durkheim, Emile. The Elementary forms of the religious life: Sejarah bentuk-bentuk Agama
yang Paling Dasar. IRCiSoD, 2011

Ismail Nurdin dan Sri Hartati, “Metodologi Penelitian Sosial”. Surabaya: Media Sahabat
Cendikia,2009

Koentjaraningrat, K. "Manusia dan kebudayaan di Indonesia.[Humans and culture in


Indonesia]." Jakarta: Djambatan, 2010.

Mamik, Mamik. "Metodologi Kualitatif." Zifatama PUBLISHER, 2014.

Penyembuhan,” Pluralis: Jurnal-Ilmu Sosial. Kupang: Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu


Sosial dan Ilmu Politik-UNDANA, 2003

Rukuyanto, Bernardus A. “Emanuel Levinas: Relasi Etis Asimetris” Majalah Driyakara,


XVI no. 2 1992.

Sabat, Samuel. “Dosa Tradisi dan Penyakit serta Kebiasaan Naketi (Menyelidiki) Sebagai
Upaya Penyembuhan,” Pluralis: Jurnal-Ilmu Sosial, Kupang: Jurusan Sosiologi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik-UNDANA, 2003.

Sawu, Andreas Tefa. Di bawah naungan Gunung Mutis: pandangan-pandangan religius


orang Dawan di Timor Barat. Nusa Indah, 2004.

Timo, Eben Nuban.Allah Menahan Diri Tetapi Pantang Berdiam Diri: Suatu Upaya
Berdogmatika Kontekstual di Indonesia, (Jakarta:BPK Gunung Mulia,2015), 92-93.

_______________ Sidik jari Allah dalam budaya: upaya menjajaki makna Allah dalam
perangkat budaya suku-suku di Nusa Tenggara Timur. Penerbit Ledalero, 2005.

Wahana, Paulus. "Hubungan Antar Manusia Menurut Martin Bubber." Jurnal Filsafat 1.1
(1994): 32-40.

Yusuf, A. Muri. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif & penelitian gabungan. Prenada
Media, 2016.

Anda mungkin juga menyukai