Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS PUTUSAN HAKIM

PENGADILAN AGAMA

Nomor 186/Pdt.G/2023/PA.Smg

Dosen Pengampu : Zakki Adlhiyati, S.H., M.H., L.L.M

Tugas ini disusun sebagai penilaian Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Hukum Acara
Peradilan Agama (C)

Disusun oleh :

Aulia Hermastuti Turastananing Sari (E0021077)

Nanda Rafi Himawan (E0021323)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2023
A. PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG NOMOR
186/Pdt.G/2023/PA.Smg
(terlampir)

B. DESKRIPSI KASUS
Berdasarkan Pasal 132 ayat (1) KHI, cerai gugat diartikan dengan gugatan perceraian
yang diajukan oleh istri atau kuasanya pada Pengadilan Agama, yang daerah
hukumnya mewilayahi tempat tinggal penggugat atau istri, kecuali istri meninggalkan
tempat kediaman tanpa izin suami.

C. IDENTITAS PARA PIHAK


1. Penggugat
- Nama : Oktarina Noor Hayati binti Sunarto
- Umur : 25 tahun
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Ibu rumah tangga
- Pendidikan : SD
- Alamat : Kota Semarang

2. Tergugat
- Nama : Moh. Saemuri bin Siman
- Umur : 33 tahun
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Petani dan buruh pabrik tahu
- Pendidikan : SD
- Alamat : Ngaringan, Kabupaten Grobogan

3. Saksi
a. Saksi I selaku ayah dari penggugat
- Nama : tidak disebutkan
- Umur : 61 tahun
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Dosen
- Alamat : Kecamatan Tembalang, Kota Semarang
b. Saksi II selaku tetangga dari penggugat
- Nama : tidak disebutkan
- Umur : 67 tahun
- Agama : Islam
- Pekerjaan : Pensiunan
- Alamat : Kecamatan Tembalang, Kota Semarang
D. DUDUK PERKARA
Bahwa, Penggugat dalam surat gugatannya tertanggal 10 Januari 2023 telah
mengajukan gugatan yang telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama
Semarang dengan Nomor 186/Pdt.G/2023/PA.Smg, tanggal 10 Januari 2023, dengan
dalil-dalil sebagai berikut :
- Penggugat dengan Tergugat telah melangsungkan pernikahan pada tanggal 11
Agustus 2015, yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama
Kecamatan Ngaringan
- Bahwa setelah pernikahan tersebut Penggugat dengan Tergugat tinggal bersama di
rumah Orang tua Tergugat selama 2 (dua) tahun kemudian pindah ke rumah sendiri
selama 3 (tiga) tahun
- Bahwa antara Penggugat dengan Tergugat sudah berhubungan layaknya suami istri
(bakda dukhul) dan dikaruniai 2 (dua) anak
- Semula rumah tangga Penggugat dengan Tergugat rukun dan harmonis, namun
sejak Oktober 2021 terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak
ada harapan akan hidup rukun lagi
- Bahwa penyebab perselisihan dan pertengkaran tersebut karena:
a. Tergugat tidak memberi nafkah lahir dan batin kepada Penggugat dan anak
b. Tergugat sering mempermasalahkan hal kecil
- Puncak perselisihan dan pertengkaran pada Oktober 2021 dimana Penggugat
meminta nafkah kepada Tergugat tetapi tergugat tidak memberikan
- Bahwa sejak Desember 2021 Pengugat dan Tergugat tidak tinggal lagi bersama
karena Penggugat pulang ke rumah orang tua dan Tergugat tidak pernah datang
menjemput Penggugat
- Bahwa pihak keluarga telah berusaha memberi nasehat, tetapi tidak berhasil karena
Penggugat tetap pada prinsip untuk bercerai karena Tergugat sudah tidak
mempunyai itikad baik
- Bahwa Penggugat sanggup membayar biaya perkara ini

E. PERTIMBANGAN HUKUM
- Menimbang bahwa majelis hakim telah berusaha mendamaikan pihak Penggugat
dengan memberikan nasehat untuk mengurungkan niatannya bercerai. Namun tidak
berhasil
- Menimbang bahwa tidak dapat dilaksanakan mediasi karena Tergugat beserta
pihak tidak pernah hadir di persidangan
- Menimbang berdasarkan ketentuan Pasal 125 ayat (1) yaitu putusan yang
dijatuhkan tanpa hadirnya Tergugat dapat dikabulkan sepanjangan bersarkan
hukum dan beralasan. Oleh karena itu, majelis Hakim membebani Penggugat untuk
membuktikan dalil-dalil gugatanya
- Menimbang bahwa yang menjadi dalil Penggugat dalam perceraian adalah sering
terjadinya perselisihan dan pertengkaran terus-menerus, dan tidak ada harapan
hidup rukun kembali.
- Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalilnya, penggugat mengajukan bukti
surat pernikahan tertulis berupa kutipan akta nikah yang dikeluarkan oleh Kantor
Urusan Agama Kecamatan Ngaringan bermaterai sehingga memenuhi syarat formil
dan materiil dan 2 orang saksi
- Menimbang, bahwa saksi I dan saksi II dari pihak Penggugat keduanya sudah
dewasa, berakal sehat, dan telah disumpah.
- Menimbang, bahwa majelis Hakim perlu mengemukakan pendapat Sayyib Sabiq
dalam kitab Fiqhus Sunnah, Juz II Halaman 290 dengan sebagai pendapat

Maka berdasarkan seluruh pertimbangan hukum diatas, Majelis Hakim mengabulkan


gugatan Penggugat yang ingin bercerai dengan Tergugat karena Penggugat telah
memberikan alasan yang cukup. Selain itu, seluruh biaya perkara dibebankan kepada
Penggugat.

F. AMAR PUTUSAN
- Menyatakan Tergugat yang telah dipanggil secara resmi dan patut untuk
menghadap ke persidangan, tidak hadir;
- Mengabulkan gugatan Penggugat dengan verstek;
- Menjatuhkan talak satu ba'in sughra Tergugat kepada Penggugat;
- Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara yang hingga kini
sejumlah Rp. 605.000,00 (enam ratus lima ribu rupiah)

G. ANALISIS
a. Interpretasi Hakim
Dalam ilmu hukum dan konstitusi, interpretasi atau penafsiran adalah metode
penemuan hukum (rechtsvinding) yang memberi penjelasan mengenai teks
Undang-undang agar ruang lingkup kaedah tersebut diterapkan kepada
peristiwanya. Dapat juga diartikan dalam hal peraturannya ada tetapi tidak jelas
untuk dapat diterapkan pada peristiwanya. Penemuan hukum merupakan kegiatan
utama dari seorang Hakim dalam melaksanakan Undang-undang apabila terjadi
peristiwa konkrit. Dalam menjalankan tugasnya yaitu memeriksa, mengadili dan
memutus suatu perkara, seorang Hakim haruslah menggunakan hukum tertulis
sebagai dasar putusannya. Akan tetapi apabila dalam hukum tertulis tidak
ditemukan atau dirasa tidak cukup, maka Hakim dapat melakukan penafsiran
hukum kemudian hasil penafsiran tersebut dapat dijadikan sebagai dasar untuk
mengambil keputusan. Metode interpretasi atau penafsiran antara lain :
- Metode interpretasi gramatikal
- Metode interpretasi historis
- Metode interpretasi sistematis
- Metode interpretasi teleologis sosiologis
- Metode interpretasi authentik
- Metode interpretasi ekstentif
- Metode interpretasi restriktif
- Metode interpretasi analogi

Putusan yang kami analisis merupakan putusan mengenai perkara cerai gugat
yang pokok permasalahannya tentang pemberian nafkah dan perselisihan.
Menurut kami, dalam perkara ini Hakim melakukan interpretasi atau penafsiran
dengan metode sistematis.

Metode interpretasi sistematis yaitu penafsiran dengan cara menghubungkan


pasal yang satu dengan pasal yang lain dalam suatu per Undang-undangan yang
bersangkutan, atau dengan Undang-undang lain. Dalam perkara ini hakim
menghubungkan beberapa pasal berikut :

- Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan Pasal 116
huruf (f) Kompilasi Hukum Islam yaitu antara suami dan isteri terus-menerus
terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun
lagi dalam rumah tangga.
- PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan
- Pasal 39 ayat (1 dan 2) undang-undang nomor 1 tahun 1974
1) Perceraian hanya dapat dilakukan didepan Sidang Pengadilan setelah
Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan
kedua belah pihak.
2) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami
isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri.

Bahwa dalam perkara ini antara penggugat dan tergugat terus menerus terjadi
perselisihan dan pertengkaran sejak Oktober 2021. Pihak keluarga telah berusaha
memberi nasehat dan berusaha mendamaikan antara penggugat dan tergugat
tetapi tidak berhasil karena penggugat tetap pada prinsipnya yaitu ingin bercerai
dengan tergugat. Majelis hakim juga sudah berusaha mendamaikan dengan
memberikan nasehat kepada penggugat agar mengurungkan niatnya bercerai
dengan tergugat namun tidak berhasil juga. Oleh karena mediasi tidak dapat
dilaksanakan maka tidak ada harapan akan hidup rukun kembali dalam rumah
tangga.

b. Tujuan Hakim
Sebelum menjatuhkan putusan dalam suatu perkara hakim wajib
memperhatikan tiga hal yang sangat esensial, yaitu keadilan, kepastian, dan
kebermanfaatan. Dalam perkara ini yang menjadi tujun hakim adalah
kebermanfaatan dimana hakim tidak saja menerapkan hukum secara tekstual, akan
tetapi putusan tersebut dapat dieksekusi secara nyata sehingga memberikan
kebermanfaatan bagi kepentingan pihak-pihak yang berperkara dan kemanfaatan
bagi masyarakat pada umumnya. Dasar pemikirannya bahwa hukum adalah untuk
masyarakat oleh karena itu tujuan hidup harus berguna untuk manusia.
Dalam cerai gugat diatas, hal hal yang dapat dilihat sebagai bentuk
kebermanfaatan dari putusan seorang hakim ialah:
- Hakim mengabulkan gugatan Penggugat setelah melihat dan dihargainya
seluruh alasan Penggugat beserta pembuktian alat bukti di sepanjang
persidangan.
- Hakim telah mencoba untuk melakukan mediasi diantara kedua belah
pihak namun belum mencapai kerukunan kembali diantara dua pihak. Hal
tersebut telah mendorong niatan bahwa benar diantara Penggugat dan
Tergugat tidak dapat kembali hidup rukun di dalam rumah tangganya.
- Hakim menyetujui penimbangan pendapat Sayyib Sabiq dalam kitab
Fiqhus Sunnah, Juz II Halaman 290 dengan sebagai pendapat yang
berisikan arti: bahwa istri boleh menuntut talak kepada hakim apabila dia
mengaku selalu mendapat perlakuan yang menyakitkan dari suaminya
sehingga hal tersebut dapat menghalangi keberlangsungan hubungan
suami istri antara mereka berdua”

Hal tersebut meyakinkan kembali pihak masyarakat bahwa adanya dalil yang
kuat atas putusan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai