Peraturan Perusahaan
Peraturan Perusahaan
Pola hubungan antara Pengusaha dengan Tenaga Kerja sebagai suatu kesatuan, perlu
diwujudkan dan ditegaskan dalam peraturan-peraturan. Peraturan-Peraturan tersebut tentunya
harus sesuai dengan pola hubungan industrial yang berlaku dan diakui oleh Pemerintah.
Untuk mewujudkan hal tersebut dan sebagaimana yang telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku, maka disusunlah Peraturan Perusahaan ini. Dimana
Peraturan Perusahaan ini diperuntukan untuk PT ………….
Peraturan Perusahaan ini diharapkan dapat menjadi petunjuk operasional, baik bagi pihak
perusahaan maupun pihak karyawan dalam menjalankan fungsinya masing-masing dengan
memperhatikan segala hak dan kewajiban dari kedua belah pihak. Peraturan Perusahaan ini
juga dimaksudkan untuk menjadi pegangan dalam penyelesaian musyawarah persoalan-
persoalan yang sekiranya timbul dalam proses hubungan kerja di antara ke dua belah pihak
dan diharapkan dapat menjadi sarana untuk memajukan perusahaan dan kesejahteraan
karyawannya.
Direktur Utama
1
DAFTAR ISI
Halaman
Pendahuluan 2
Daftar Isi 2-4
I UMUM
1 Istilah-istilah 5-6
II TATA TERTIB
2 Tata Tertib Kerja dan Disiplin Kerja, 7
Sanksi-sanksi 7-8
VI PENGUPAHAN
14 Upah 16
15 Penyesuaian Upah 16-17
16 Upah Selama Sakit 17
17 Upah Selama Skorsing 17
VII TUNJANGAN-TUNJANGAN
18 Tunjangan Makan 18
19 Tunjangan Hari Raya Keagamaan 18
20 Kesejahteraan Karyawan 18
2
dan Fasilitas
VIII KESEJAHTERAAN KARYAWAN
24 Pemberian Rekomendasi Kredit 20
XI KESELAMATAN KERJA
33 Perlengkapan Keselamatan kerja 24
34 Larangan Guna Mencegah Terjadinya 24-25
Kecelakaan Kerja
XII PENUTUP
35 Masa Berlakunya Peraturan Perusahaan 25
3
BAB I
UMUM
PASAL 1
ISTILAH – ISTILAH
4
Pemerintah dan penilaian absensi libur semacam
ini diperlakukan sebagai hadir.
12. Hari Kerja Ialah hari yang memuat jam kerja ditentukan
oleh pengusaha.
13. Waktu Kerja Lembur Adalah Waktu Kerja yang melebihi 7 (tujuh)
jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)
minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu atau 8 (delapan) jam sehari, dan 40
(empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5
(lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau
waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan
atau pada hari libur resmi yang ditetapkan
Pemerintah.
14. Kerja Shift Adalah Waktu Kerja yang diatur oleh
Perusahaan secara bergantian sesuai dengan
kondisi pekerjaan yang dilakukan oleh
karyawan.
15. Karyawan Shift Adalah Karyawan yang melakukan
pekerjaannya sesuai dengan waktu yang
ditentukan oleh Perusahaan berdasarkan tempat
dan kondisi pekerjaan.
16. Promosi Ialah kenaikan pangkat/jabatan yang lebih tinggi
berdasarkan restrukturisasi perusahaan diikuti
dengan penyesuaian tunjangan dan fasilitas
sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan.
17. Demosi Ialah penurunan pangkat/jabatan yang lebih
rendah berdasarkan restrukturisasi perusahaan
diikuti dengan penyesuaian tunjangan dan
fasilitas sesuai dengan kebijaksanaan
perusahaan.
18. Mutasi Adalah perpindahan karyawan dari jabatan
sebelumnya ke jabatan lainnya yang setingkat
berdasarkan restrukturisasi perusahaan diikuti
dengan penyesuaian tunjangan dan fasilitas
sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan.
19. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Ialah perjanjian kerja antara pekerja/buru
(PKWT) dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan
kerja dalam waktu tertentu atau untuk pekerjaan
tertentu.
20. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Adalah perjanjian kerja antara pekerja/buruh
Tertentu (PKWTT) dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan
kerja yang bersifat tetap.
5
BAB II
TATA TERTIB
PASAL 2
TATA TERTIB KERJA DAN DISIPLIN KERJA
TATA TERTIB KERJA
1. Karyawan wajib menggunakan kartu pengenal karyawan selama jam kerja didalam
lingkungan kerja (jika ada).
2. Selama jam kerja, karyawan wajib mengerjakan tugas yang telah diberikan pengusaha
kepadanya melalui atasan ataupun kepala bagiannya dan bersikap sopan terhadap
pimpinan dan kerabat kerjanya.
3. Selama jam kerja karyawan wajib untuk mengenakan pakaian yang pantas dan sopan
atau seragam yang telah diberikan (jika ada).
4. Yang dimaksud dengan pakaian pantas dan sopan bagi pria adalah kemeja dengan kerah
dan celana panjang bahan.
5. Yang dimaksud dengan pakaian pantas dan sopan bagi wanita adalah baju/atasan dari
bahan dan rok maksimal 5 cm di atas lutut atau celana panjang bahan.
6. Karyawan wajib datang ke tempat kerja yang sudah ditentukan baginya, tepat pada
waktunya.
7. Karyawan wajib mengikuti jam kerja sesuai yang ditentukan.
8. Karyawan wajib mengisi daftar hadir/kartu hadir sendiri/absen jari setiap kali waktu
tiba dan waktu kerja usai.
9. Karyawan yang tidak hadir/absen wajib memberitahukan kepada atasannya pada hari
pertama ketidakhadirannya, dan bilamana sakit wajib melampirkan surat keterangan
dokter.
10. Dilarang melakukan absensi atas nama orang lain.
SANKSI – SANKSI
6
6. Surat peringatan akan gugur bilamana hingga digenapinya masa berlakunya surat
peringatan tersebut, yang bersangkutan tidak melakukan pelanggaran.
7. Apabila dalam masa yang masih berlaku dalam suatu surat peringatan, karyawan
melakukan pelanggaran terhadap peraturan perusahaan yang berlaku, maka baginya
akan diberikan sanksi disipliner satu tingkatan di atas peringatan yang telah diberikan
sebelumnya, setelah masa surat peringatan berakhir.
8. Jenis peringatan yang diberikan tergantung atas berat ringannya pelanggaran atau
kesalahan yang karyawan perbuat. Untuk kesalahan yang dianggap besar dapat
langsung diberikan surat.
peringatan terakhir atau pemutusan hubungan kerja tanpa adanya surat-surat peringatan
sebelumnya.
9. Penjelasan mengenai Surat Peringatan akan diberikan dalam bentuk prosedur yang
terpisah dengan tetap mengindahkan peraturan yang berlaku.
10. Keterlambatan lebih dari 40 (empat puluh) menit dalam sebulan atau 4 (empat) kali
dalam sebulan akan dikenakan sanksi berupa Surat Peringatan.
11. Ketidakhadiran tanpa disertai surat keterangan dokter akan dikenakan pemotongan hak
cuti dan pemotongan gaji bagi karyawan yang status karyawannya belum tetap.
12. Ketidakhadiran tanpa adanya pemberitahuan apapun kepada atasannya ataupun ke
bagian HRD setelah masuknya karyawan yang bersangkutan akan dikenakan sanksi
administratip berupa pemberian surat peringatan.
13. Karyawan tidak masuk kerja selama 5 hari kerja berturut-turut tanpa disertai
pemberitahuan yang sah dan telah dipanggil oleh pihak perusahaan dua kali secara patut
dan tertulis dapat diproses pemutusan Hubungan kerjanya sesuai dengan Undang-
Undang No. 13 tahun 2003, karena dikualifikasikan mengundurkan diri.
BAB III
ADMINISTRASI KARYAWAN
PASAL 3
PENERIMAAN DAN MASA KERJA KARYAWAN
7
sesuai pangkat dan jabatan. Untuk pangkat dan jabatan Supervisor ke bawah
ditandatangi oleh HRD. Untuk pangkat dan jabatan Assisten Manager ke atas
ditandatangani oleh Direktur.
8. Jika tidak ada pemberitahuan dari pihak atasan yang bersangkutan maka karyawan
dianggap telah menyelesaikan masa percobaan dengan baik.
9. Masa kerja seorang karyawan dihitung sejak hari pertama masa percobaan.
10. Masa Kerja Karyawan berdasarkan perjanjian kerja waktu tertentu dihitung sejak
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) pertama ditandatangani oleh kedua belah
pihak.
8
6 Menggunakan alat-alat atau a.1 – 2 kali; a. Teguran lisan;
perlengkapan kerja dengan tidak b. 3 – 4 kali; b.Teguran tertulis;
cakap yang menyebabkan kerusakan c. 4 – 5 kali; c. SP 1;
pada alat-alat atau perlengkapan kerja d. > 5 kali. d. SP 2.
tersebut dalam 1 (satu) bulan
kalender.
7 Menolak perintah kerja dari Atasan a. 1 – 2 kali; a. 1 – 2 kali;
Langsung yang layak dalam 1 (satu) b. 3 – 4 kali; b. 3 – 4 kali;
bulan kalender. c. 4 – 5 kali; c. 4 – 5 kali;
d. > 5 kali. d. > 5 kali.
8 Tidur dalam waktu kerja a.1 kali; a. 1 – 2 kali;
dilingkungan kantor dalam kurun b. 2 kali; b. 3 – 4 kali;
waktu periode penilaian kinerja c. 3 kali; c. 4 – 5 kali;
Karyawan. d. > 4 kali. d. > 5 kali.
9 Tidak menunjukan kesungguhan a.1 kali; a. 1 – 2 kali;
bekerja yang tercermin dari penilaian b. 2 kali; b. SP 1 dengan
kinerja di bawah standar meskipun c. 3 kali; mutasi;
sudah diberikan petunjuk kerja dan d. > 3 kali. c. SP 2;
pelatihan oleh atasannya. d. SP 3.
9
bulan kalender. c. 3 kali; tertulis;
d. 4 kali; c. SP 1;
e. 5 kali atau d. SP 2;
lebih. e. SP 3.
PASAL 4
PERJANJIAN KERJA DAN STATUS KARYAWAN
1. Setiap karyawan harus menandatangani suatu perjanjian kerja yang antara lain
menyatakan telah mengetahui dan menyetujui status karyawan, syarat kerja, ketentuan
kerja dan peraturan perusahaan dengan mengindahkan peraturan yang berlaku.
2. Bagi karyawan staff/non staff, setelah masa percobaan/kontrak selesai dan karyawan
yang bersangkutan memenuhi persyaratan-persyaratan kerja yang ditetapkan oleh
perusahaan, maka karyawan tersebut secara otomatis diangkat sebagai karyawan tetap
yang secara administratif mempunyai hak dan kewajiiban sebagaimana yang telah
ditetapkan.
3. Bagi karyawan non staff (Office Boy, Security, Sopir), status karyawan adalah Status
Pekerja dengan perjanjian waktu tertentu dengan menerapkan peraturan yang berlaku
bagi sebagaimana yang diatur dalam perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah Republik Indonesia.
4. Karyawan yang bekerja di PT. ……….tidak diperkenankan untuk bekerja di perusahaan
lain.
5. Karyawan yang melakukan pelanggaran terhadap ayat 4 di atas akan diproses PHK
menurut ketentuan UU No.13/2003 tentang Ketenagakerjaan.
PASAL 5
PERUBAHAN STATUS KERJA KARYAWAN
1. Dalam hal pengangkatan dan pengisian lowongan jabatan oleh karyawan dari dalam,
pada dasarnya pengusaha akan memperhatikan/mengutamakan prestasi, potensi,
pendidikan, dedikasi dan masa kerjanya.
2. Bilamana seorang karyawan akan dipromosikan/diangkat untuk suatu jabatan tertentu,
maka pengusaha akan mengadakan penilaian atas kemampuan karyawan pada jabatan
baru tersebut selama maksimum 6 (enam) bulan.
10
3. Apabila karyawan telah melewati masa tersebut di depan, maka bagi karyawan tersebut
akan dibuatkan suatu ketetapan berupa Surat Keputusan pada jabatan baru tersebut.
4. Dalam hal terjadi pemindahan/pengangkatan/mutasi sebagai akibat dari
re-organisasi/modernisasi perusahaan dan dianggap perlu bagi pengusaha untuk
mengadakan pemindahan dari bagian satu ke bagian lain, maka pemindahan tersebut
tidak boleh mengurangi gaji yang pernah diterima sebelumnya.
5. Oleh karena kepentingan perusahaan, pengusaha berhak mengadakan
mutasi/pemindahan dari satu Departemen ke Departemen lain dalam lingkungan
Perusahaan dengan memperhatikan ayat-ayat diatas.dan tidak mengurangi hak–hak
karyawan yang bersangkutan.
6. Bagi karyawan yang di Demosi ke bagian lain karena melakukan kesalahan atau
dianggap tidak mampu untuk memegang jabatannya lagi serta telah mendapatkan Surat
peringatan ke III, maka segala fasilitas dan tunjangan yang melekat pada jabatannya
disesuaikan dengan jabatan yang baru.
7. Pengusaha akan menanggung biaya yang diakibatkan karena perpindahan karyawan
atas perintah pengusaha. Adapun biaya yang akan ditanggung adalah :
a) Pengangkutan barang keperluan sehari-hari
b) Biaya perjalanan karyawan dan keluarganya
c) Biaya pendaftaran sekolah untuk anak-anak disekolah negeri setempat.
8. Besarnya biaya pindahan tersebut sesuai kebijakan dari Direksi dimana karyawan tsb
ditempatkan, dan bagi yang menolak pemindahan tersebut, pengusaha berhak
mengambil tindakan dengan memberi surat peringatan secara tertulis mulai dari SP 1
sampai dengan PHK dengan tetap mengindahkan peraturan yang berlaku.
9. Jika sampai jangka waktu yang ditetapkan setelah diperintahkan dan mendapatkan Surat
peringatan ke III belum juga dilaksanakan maka pengusaha akan mengambil tindakan
administratif antara lain pemutusan hubungan kerja/PHK berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
BAB IV
HARI KERJA, JAM KERJA, LEMBUR
PASAL 6
HARI KERJA
11
Pengaturan hari kerja ditetapkan oleh pengusaha berdasarkan atas
kebutuhan/kepentingan dari masing-masing departemen dengan tidak melanggar
ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
PASAL 7
JAM KERJA
1. Jam kerja tidak boleh melebih 8 (Delapan) jam sehari, belum termasuk satu jam
istirahat, dan total maksimal adalah 40 (empat puluh) jam seminggu.
2. Jam kerja yang berlaku di perusahaan ditetapkan berdasarkan urgensi/kepentingan dari
tiap departemen dengan tidak melanggar ketentuan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.
3. Setiap karyawan yang ditentukan untuk bekerja pada dinas shift, wajib mentaati dengan
penuh tanggung jawab dan pelaksanaannya dengan mengindahkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
PASAL 8
KERJA LEMBUR
1. Kerja lembur yaitu kerja yang dilakukan selebihnya dari 8 (Delapan) jam sehari
ataupun waktu lebih dari pada waktu kerja biasa atau pada hari istirahat
mingguan/berkala hari-hari libur resmi.
2. Kerja lembur adalah pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan diluar jam keja yang
telah ditetapkan, lamanya minimal 60 (enam puluh) menit setelah jam kerja resmi atau
pada hari libur resmi.
3. Perhitungan kerja lembur beserta tarif lembur disesuaikan dengan peraturan pemerintah
yang berlaku.
4. Umumnya karyawan melakukan kerja lembur atas dasar kesadaran, dan atas perintah
atasan kecuali :
a) Dalam hal darurat, dan jika ada pekerjaan yang bila tidak diselesaikan akan
menimbulkan kerugian bagi Pengusaha atau dapat menganggu kelancaran
operasional perusahaan.
b) Dalam karyawan shift harus terus menerus bekerja karena penggantinya tidak
datang.
c) Dalam hal pekerjaan yang harus diselesaikan segera.
5. Tidak ada upah lembur bagi karyawan dengan jabatan/tingkat Supervisor ke atas,
karena sebagai kompensasi telah diberikan tunjangan sesuai dengan pekerjaan dan
jabatannya masing-masing. (Berpedoman pada ketentuan Surat Edaran Dirjen Binawas
No.SE.02/M/BW/1987) Kepmenakertrans No. 102/Men/VI/2004.
6. Bagi karyawan yang melaksananakan kerja lembur harus dibuatkan “Surat Perintah
Kerja Lembur” yang disetujui oleh atasan tertinggi dalam suatu Departemen. Apabila
karyawan bekerja tanpa “Surat Perintah Kerja Lembur”, maka upah lemburnya tidak
akan dibayar oleh Perusahaan.
7. Karyawan yang melakukan lembur wajib melakukan absensi dan atau mengisi daftar
hadir pada saat datang di tempat kerja dan pulang kerja. Apabila karyawan tidak
mengisi daftar hadir, disamping akan di anggap sebagai mangkir, upah lemburnya tidak
akan dihitung atau dibayar oleh perusahaan dan akan berakibat dikenakan sanksi Surat
12
Peringatan terhadap karyawan tersebut sesuai yang diatur dalam Peraturan Perusahaan
ini.
BAB V
CUTI DAN HARI LIBUR
PASAL 9
CUTI TAHUNAN
1. Setelah bekerja selama 1 (satu) tahun terus menerus, terhitung sejak tanggal diterima
bekerja menjadi karyawan perusahaan dan tahun-tahun kerja berikutnya, karyawan
berhak atas cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja dengan upah penuh.
2. Setiap hari libur resmi yang jatuh di dalam masa cuti tahunan tersebut tidak termasuk
hari cuti yang dimaksud di atas.
3. Karyawan yang akan menggunakan hak cutinya harus mengajukan permohonan cuti
tahunan 2 (dua) minggu sebelumnya untuk mendapatkan persetujuan atasan yang
bersangkutan setelah terlebih dahulu berkonsultasi dengan bagian HRD untuk
mengetahui sisa cutinya.
4. Bila dalam waktu 6 (enam) bulan setelah tanggal lahirnya hak cuti, karyawan tidak
mengambil cutinya, maka hak cuti tahunannya dinyatakan gugur.
5. Selama menjalankan cuti karyawan tidak mendapatkan uang makan dan uang
transport/allowance (jika ada).
6. Hak cuti karyawan tidak dapat diganti dengan uang (diuangkan).
PASAL 10
ISTIRAHAT HAID, ISTIRAHAT MELAHIRKAN DAN
ISTIRAHAT GUGUR KANDUNGAN DENGAN UPAH PENUH
13
1. Karyawati yang masa haid merasakan sakit pada Haidnya tidak wajib bekerja pada hari
pertama dan kedua dengan memberitahukan kepada atasan langsung dan dengan surat
keterangan dokter.
2. Karyawati yang melaksanakan istirahat tersebut diwajibkan memberitahukan secara
tertulis kepada bagian HRD yang disetujui oleh atasannya masing-masing.
3. Karyawati yang akan melahirkan anak sesuai dengan surat keterangan dokter/bidan,
berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum melahirkan dan
1,5 (satu setengah) bulan setelah melahirkan dengan mendapatkan upah.
4. Karyawati yang mengalami gugur kandungan sesuai dengan keterangan dokter, berhak
memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan
dokter kandungan/bidan dengan mendapatkan upah.
PASAL 11
HARI LIBUR RESMI DAN ISTIRAHAT MINGGUAN
1. Hari libur resmi adalah hari-hari yang ditetapkan Pemerintah, dimana semua karyawan
mendapat istirahat dengan tetap mendapat upah.
2. Karyawan yang karena perintah Kepala Bagiannya harus tetap bekerja, akan mendapat
upah lembur sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Setiap karyawan berhak atas istirahat mingguan minimal 1 (satu) hari dalam seminggu
pada hari minggu bagi yang bekerja 7 jam/hari dan 6 hari/minggu dan ataupun pada hari
lain yang ditetapkan oleh pengusaha.
4. Karyawan shift yang bertugas pada hari sabtu atau minggu tetapi bukan merupakan hari
liburnya, tidak diberikan uang lembur.
PASAL 12
ABSEN DENGAN UPAH PENUH
Seorang karyawan dapat diberikan izin meninggalkan pekerjaannya dengan mendapat upah
penuh, asalkan karyawan tersebut dapat menunjukan surat keterangan yang sah, dalam hal
yang disebut di bawah ini :
14
kecuali dalam keadaan yang sangat mendesak. Izin-izin tersebut dalam ayat 1 di atas harus
diurus sebelumnya (Kecuali yang bersifat mendadak), dan tidak diperkenankannya untuk
mengambil pada hari sesudah kejadian.
PASAL 13
ABSEN TANPA MENDAPAT UPAH
1. Karyawan yang tidak masuk kerja tanpa izin dari perusahaan, dianggap mangkir dan
tidak mendapat upah.
2. Karyawan yang sakit harus mengajukan bukti surat keterangan Dokter Umum atau
Dokter Rumah Sakit, bila surat keterangan sakit tidak ada maka dianggap mangkir
dan tidak mendapatkan upah.
3. Bila Karyawan tidak masuk kerja tanpa izin selama 5 (lima) Hari kerja berturut–turut
tanpa keterangan tertulis dan dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil
pihak perusahaan sebanyak 2 kali secara patut dan tertulis, maka karyawan tersebut
dapat diproses Pemutusan Hubungan kerjanya dikarenakan dikualifikasikan
mengundurkan diri sesuai peraturan perusahaan yang berlaku.
BAB VI
PENGUPAHAN
PASAL 14
UPAH
1. Yang dimaksud dengan upah adalah setiap pembayaran dalam bentuk uang atau
barang yang dinilai dengan uang kepada karyawan atas pekerjaannya.
2. Penetapan Upah pada dasarnya ditetapkan menurut :
a) Jabatan yang di pegang
b) Jenis dan sifat pekerjaan
c) Keahlian/Kecakapan, prestasi dan konduite
d) Pengalaman kerja, masa kerja
3. Pembayaran upah dilakukan satu kali dalam satu bulan pada akhir bulan atau hari
kerja terakhir pada bulan berjalan untuk karyawan bulanan (akhir bulan pembayaran).
4. Upah terendah tidak kurang dari upah minimum. Kecuali jabatan sales ada kebijakan
sendiri.
5. Pajak Penghasilan atas upah besarnya sesuai dengan Peraturan Pemerintah, menjadi
tanggungan karyawan.
6. Upah lembur diperhitungkan sesuai dengan ketentuan Peraturan ketenagakerjaan yang
berlaku.
PASAL 15
15
PENYESUAIAN UPAH
PASAL 16
UPAH SELAMA SAKIT
1. Karyawan yang tidak masuk karena sakit dengan keterangan resmi dari dokter
mendapat upah.
2. Karyawan yang menderita sakit pada waktu jam–jam kerja di hari kerja terpaksa
pulang/meninggalkan pekerjaan atas izin resmi dari atasannya, akan menerima upah
penuh untuk hari itu tanpa memerlukan surat keterangan dokter.
3. Sesuai dengan Undang–Undang No. 13 tahun 2003, karyawan yang dinyatakan oleh
dokter perusahaan (jika ada) atau dokter diluar perusahaan dan karyawan tersebut
menjalani sakit panjang selama 12 (dua belas) bulan berturut–turut akan menerima
upah terhitung mulai saat karyawan yang tersebut dinyatakan sakit panjang sebagai
berikut:
a) 4 (Empat) bulan pertama upah dibayarkan 100% dari upah sebulan
b) 4 (Empat) bulan Kedua upah dibayarkan 75% dari upah sebulan.
c) 4 (Empat) bulan ketiga upah dibayarkan 50% dari upah sebulan
d) Bulan selanjutnya 25% dari upah sebulan
4. Selewatnya 12 (dua belas) bulan berturut–turut seperti pada ayat 3 Pengusaha dapat
mengambil kebijaksanaan untuk mengadakan Pemutusan Hubungan Kerja dengan
memberikan hak-haknya yang besarnya sesuai dengan Undang-undang No.13 tahun
2003.
PASAL 17
UPAH SELAMA SKORSING
1. Dalam hal Karyawan selama proses sampai dengan penetapan Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK), maka kedua belah pihak (Karyawan dan Pengusaha) harus
melaksanakan kewajiban masing-masing sesuai dengan kebiasaan serta peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
2. Apabila pengusaha keberatan untuk mempekerjakan karyawan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatas, Maka Pengusaha dapat melakukan skorsing, tetapi
16
harus membayar upah sesuai dengan ketentuan pasal 155 ayat (3) dalam Undang-
Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003.
3. Pengusaha berhak melarang karyawan yang menjalani masa skorsing untuk memasuki
lingkungan Perusahaan.
BAB VII
TUNJANGAN - TUNJANGAN
PASAL 18
TUNJANGAN MAKAN
Perusahaan tidak memberikan tunjangan makan dan transport bagi karyawan karena sudah
termasuk di dalam komponen gaji.
PASAL 19
TUNJANGAN HARI RAYA KEAGAMAAN
PASAL 20
KESEJAHTERAAN KARYAWAN
(BPJS)
17
Bagi karyawan yang telah menjalani masa percobaan dengan baik atau selama masa
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) perusahaan akan menyertakan tunjangan kesehatan
yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) sesuai
dengan peraturan yang ada di BPJS.
PASAL 21
TUNJANGAN PERJALANAN DINAS
1. Bagi karyawan yang melakukan perjalanan dinas keluar kota, dengan ketentuan minimal
120 km jarak tempuh perginya baru dianggap perjalanan dinas dan atas perintah
pengusaha, maka diberikan tunjangan dinas sesuai dengan keputusan Perusahaan.
2. Perjalanan dinas adalah perjalanan yang dilakukan oleh karyawan dalam rangka tugas.
3. Karyawan yang hendak mengajukan perjalanan dinas harus mengajukan proposal
pengajuan perjalanan dinas beserta anggarannya yang telah disetujui oleh pihak direksi,
kecuali telah diberikan izin khusus dari pihak Direksi.
4. Kecuali Direksi, seluruh karyawan harus menyertakan laporan hasil perjalanan.
5. Setelah perjalanan dinas dilakukan, karyawan wajib membuat laporan perjalanan dinas
yang disertai nota pembayaran dari semua pengeluaran.
6. Segala bentuk pengeluaran harus disertai nota pembayaran yang berlaku, kecuali untuk
beberapa item pengeluaran yang bisa tidak menggunakan nota pembayaran tersebut.
7. Perjalanan dinas yang memakan waktu tidak lebih dari satu minggu, tidak menggunakan
fasilitas laundry.
8. Segala bentuk pembelanjaan yang berhubungan dengan biaya entertain selama perjalanan
dinas dilakukan dan diatur secara terpisah.
9. Jika dipandang tidak relevan, perusahaan tidak akan mengganti item pembelanjaan yang
dimaksud dalam perjalanan tersebut diatas.
PASAL 22
KETENTUAN PENGAMBILAN TUNJANGAN
Semua tunjangan tersebut diatas akan ditransfer jika proses penyelesaiannya sudah selesai
ditandatangani oleh Direksi.
PASAL 23
PENINJAUAN KEMBALI TERHADAP TUNJANGAN DAN FASILITAS
18
Apabila di kemudian hari terdapat beberapa keadaan yang sudah tidak sesuai lagi, maka
pemberian tunjangan dan fasilitas akan ditinjau kembali oleh pengusaha untuk disesuaikan
dengan kenyataan yang ada.
BAB VIII
KESEJAHTERAAN KARYAWAN
PASAL 24
PEMBERIAN REKOMENDASI KREDIT PEMILIKAN RUMAH
BAB IX
PENYELESAIAN PERSELISIHAN DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN
KERJA
PASAL 25
PROSEDUR PENGADUAN KELUH KESAH
19
7. Jika proses tersebut di atas tidak dapat terselesaikan oleh kedua belah pihak (pihak
perusahaan dan pihak karyawan ), maka penyelesaian dilakukan dengan tripartit yang
mellibatkan kantor Dinas Tenaga Kerja Setempat atau sesuai peraturan perundang –
undangan yang berlaku.
8. Tidak menutup kemungkinan dilakukan kesepakatan oleh kedua belah pihak selama
proses yang tersebut di ayat di atas.
PASAL 26
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
1. Perusahaan dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja dengan alasan mendesak yang
dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku bagi karyawan yang melakukan perbuatan-
perbuatan di bawah ini sbb :
a. Penipuan, Pencurian dan Pengelapan barang milik perusahaan, atau uang milik
pengusaha/milik teman pengusaha dan milik teman sekerja.
b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan
Perusahaan.
c. Meminum minuman keras yang memabokan, madat, memakai obat bius atau
menyalah gunakan obat-obat terlarang, atau obat-obatan perangsang lainnya di
tempat kerja yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan.
d. Melakukan perbuatan asusila atau melakukan perjudian di tempat kerja.
e. Melakukan tindak kejahatan misalnya menyerang mengintimidasi atau menipu
pengusaha atau teman sekerja dan memperdagangkan barang terlarang baik dalam
lingkungan perusahaan maupun diluar lingkungan perusahaan.
f. Menganiaya mengancam secara phisik atau mental, menghina secara kasar
pengusaha atau keluarga pengusaha atau teman sekerja.
g. Membujuk pengusaha atau teman sekerja untuk melakukan sesuatu perbuatan yang
bertentangan dengan hukum serta peraturan perundangan yang berlaku.
h. Dengan ceroboh atau sengaja merusak atau membiarkan dalam keadaan bahaya
barang milik pengusaha.
i. Dengan ceroboh atau sengaja merugikan atau membiarkan diri teman sekerjanya
dalam keadaan bahaya.
j. Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan atau mencemarkan nama baik
pengusaha dan atau keluarga pengusaha yang seharusnya dirahasiakan kecuali untuk
kepentingan Negara.
k. Menyalahgunakan wewenang yang diberikan perusahaan yang mengakibatkan
kerugian bagi Perusahaan.
l. Melakukan tindakan lain dalam lingkungan perusahaan yang diancam pidana 5
(lima) tahun atau lebih.
2. Berpedoman pada Undang-Undang No. 13 tahun 2003, terhadap karyawan yang
melakukan pelanggaran-pelanggaran seperti tersebut di bawah ini . Perusahaan akan
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja setelah melalui penerbitan surat peringatan I, II
dan III, tetapi tetap tidak mengindahkan :
a. Menolak perintah yang layak dari atasnya , termasuk hal promosi /mutasi dan
sering absen.
20
b. Tidak Masuk kerja tanpa alasan yang sah dan tanpa pemberitahuan kepada atasan
ataupun pimpinan perusahaan selama 5 (lima) hari kerja tidak perlu berturut-turut
dalam sebulan, Sebab hal tersebut telah mengganggu dan menghambat kelancaran
jalannya perusahaan.
c. Dengan sengaja atau karena lalai mengakibatkan dirinya dalam keadaan demikian
sehingga ia tidak dapat menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya .
d. Tidak cakap, tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan pekerjaan walaupun
sudah dicoba di bidang tugas yang ada.
3. Dalam hal-hal mengenai pelanggaran Tata tertib diatas, Perusahaan mempunyai hak
untuk melakukan pemberhentian sementara (schorsing) sebelum dilakukannya
pemutusan Hubungan Kerja, selama dalam schorsing upah dibayar sebesar sebagaimana
biasa diterima.
4. Dalam hal hubungan kerja berakhir karena karyawan meninggal dunia, maka sesuai
dengan ketentuan UU No.13 tahun 2003, pengusaha wajib memberikan uang pesangon
sebesar 2 (dua) kali pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu)
kali pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai pasal 156 ayat (4) kepada ahli
warisnya.
5. Apabila karyawan telah memasuki usia pensiun normal 55 tahun atau karena
pertimbangan/kebijakan perusahaan yang menetapkan karyawan pensiun dipercepat,
maka pengusaha wajib memberikan kepada karyawan uang pesangon sebesar 2 (dua)
kali pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali pasal 156 ayat
(3) dan uang penggantian hak sesuai pasal 156 ayat (4).
6. Pembayaran pajak penghasilan/ PPH 21 sebagai kompensasi PHK ini menjadi
tanggungan karyawan.
7. Pemutusan hubungan kerja dengan karyawan dilakukan dengan memperhatikan masa
peralihan dan serta terima jabatan.
PASAL 27
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA ATAS KEHENDAK
KARYAWAN SENDIRI
1. Dengan memperhatikan masalah peralihan pekerja dan lain-lain, bagi karyawan yang
ingin mengundurkan diri dari Perusahaan, harus memberitahukan terlebih dahulu secara
tertulis kepada atasan langsung dengan tembusan kepada Departemen HRD, paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri.
2. Karyawan yang mengajukan pengunduran diri, diwajibkan melakukan pekerjaan
sebagaimana biasa sampai hari terakhir sesuai dengan isi surat pemberitahuannya.
3. Apabila karyawan yang mengundurkan diri telah menempuh prosedur diatas, Pengusaha
berkewajiban memberikan Surat Keterangan Bekerja kepada karyawan yang
bersangkutan.
21
4. Pengusaha tidak berkewajiban memberi uang pesangon bagi karyawan yang
mengundurkan diri.
5. Dalam hal karyawan tidak masuk kerja dalam waktu sedikit-dikitnya 5 (lima) hari kerja
berturut-turut tanpa keterangan secara tertulis dengan bukti yang sah dan telah dipanggil
2 kali secara patut dan tertulis, sehingga di PHK karena dikualifikasikan mengundurkan
diri (pasal 168 UU No.13/2003 tentang Ketenagakerjaan), berhak mendapatkan uang
pengganti hak dan uang pisah sebesar 50% dari pasal 30 ayat (2) pada Peraturan
Perusahaan ini.
PASAL 28
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA KARENA KONDISI
OPERASIONAL PERUSAHAAN
PASAL 29
PENGGANTIAN CUTI DALAM HAL PEMUTUSAN HUBUNGAN
KERJA
1. Pengusaha akan membayar sisa cuti tahunan yang belum diambil kecuali cutinya telah
gugur karena tidak diambil sesuai dalam pasal 9 & 10 BAB V.
3. Dalam hal Pemutusan Hubungan Kerja oleh Pengusaha, seorang karyawan berhak atas
cuti tahunan apabila telah bekerja minimal 1 (satu) tahun terhitung dari saat ia berhak
atas cuti tahun yang terakhir.
4 Pembayaran pajak penghasilan / PPH 21 sebagai kompensasi PHK ini menjadi
tangungan karyawan.
PASAL 30
KARYAWAN YANG TELAH BERHENTI BEKERJA
22
1. Karyawan yang telah diberhentikan dari Perusahaan atau telah mengundurkan diri atas
kemauan sendiri tidak dapat diterima kembali untuk bekerja kecuali atas persetujuan
Direksi.
2. Karyawan yang mengundurkan diri secara baik-baik dan sesuai dengan prosedur yang
ada, maka Perusahaan akan memberikan uang pisah dengan ketentuan sebagai berikut :
Masa kerja 3 tahun atau lebih, tetapi kurang 6 tahun 1 bulan upah
Masa kerja 6 tahun atau lebih, tetapi kurang 9 tahun 1,5 bulan upah
Masa kerja 9 tahun atau lebih 2 bulan upah
BAB X
PENDIDIKAN DAN LATIHAN
PASAL 31
PENDIDIKAN DAN LATIHAN DIDALAM PERUSAHAAN (INHOUSE
TRAINING)
1. Pengusaha berusaha meningkatkan pengetahuan khusus, pengetahuan umum,
kecakapan/ketrampilan, sikap mental, cara berpikir dan disiplin yang tinggi para
karyawan dengan mengadakan pendidikan dan latihan.
2. Pendidikan dan latihan senantiasa disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dan tingkat
kedudukan para karyawan.
3. Para karyawan diharuskan mengikuti dan mematuhi seluruh program pendidikan dan
latihan yang telah digariskan oleh Pengusaha guna meningkatkan ketrampilan dan
efisiensi kerja, dan semua biaya pendidikan dan latihan termasuk perlengkapan yang
diwajibkan ditanggung oleh pengusaha.
PASAL 32
PENDIDIKAN DAN LATIHAN DILUAR PERUSAHAAN
1. Apabila pendidikan dan latihan didalam perusahaan tidak memungkinkan, maka dengan
persetujuan Pengusaha, pendidikan dan latihan dapat dilakukan/diteruskan di luar
Perusahaan.
2. Dana apabila pendidikan dan latihan diadakan baik diluar kota maupun di luar negeri
yang telah disetujui oleh pengusaha, maka semua biaya temasuk biaya transportasi pergi
pulang, penginapan, makan selama berada di luar kota maupun di luar negeri ditanggung
oleh Pengusaha, yang besarnya disesuaikan dengan Pedoman Perjalanan Dinas.
BAB XI
KESELAMATAN KERJA
PASAL 33
PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA
23
Perlengkapan keselamatan kerja seperti alat pemadam kebakaran sepenuhnya disediakan
oleh Pengusaha.
PASAL 34
LARANGAN GUNA MENCEGAH TERJADINYA KECELAKAAN
KERJA
c. Menjalankan mesin, mematikan mesin, melakukan reparasi mesin yang bukan tugasnya
tanpa izin dari atasan yang berwenang.
d. Karyawan yang lalai sehingga dapat mengakibatkan bahaya kerugian terhadap
perusahaan dan karyawan lain dapat dikenakan sanksi mulai SP 1 s/d SP 3 dan PHK dan
pelaksanaannya berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB XII
PENUTUP
PASAL 35
MASA BERLAKUNYA PERATURAN PERUSAHAAN
1. Masa berlakunya Peraturan Perusahaan ini adalah 2 (dua) tahun sejak disahkan oleh
Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia.
2. Peraturan Perusahaan ini merupakan satu rangkaian dengan peraturan-peraturan lain
yang ditetapkan ke dalam peraturan perundangan – undangan yang berlaku.
3. Peraturan perusahaan ini dibagikan/disosialisasikan kepada karyawan untuk
diketahui dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.
4. Apabila terdapat syarat-syarat kerja dalam peraturan perusahaan ini
kurang/bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka
batal demi hukum dan yang berlaku adalah perturan perundang-undangan yang
berlaku.
Direktur Utama
24