Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

“Hukum Bacaan Ra”


Dosen pengampu : Rindang Susanto, M.Pd.I

Kelas : C
Kelompok : 10
Disusun Oleh :
Lilik Indah Sari 2311050062
Mella Aby Valeri 2311050070
Virlizha Ananda Putri 2311050108

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN


MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN
KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"Qirotul Qu'an Hukum Ra" ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana cara membaca
hukum ra bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1. Latar Belakang Masalah.......................................................................................1
2. Rumusan Masalah................................................................................................1
3. Tujuan...................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
1. Cara Baca Hukum Ra Dan Contohnya.................................................................2

BAB III PENUTUP..................................................................................................4


A. Kesimpulan..........................................................................................................4

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................5

iii
BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perbedaan bacaan al-Qur’an sudah ada sejak awal, masing-masing sahabat
memegang teguh qira’at yang diterima dari Rasulullah saw. Yang mungkin
berbeda dari yang lain. Di dalam menerima bacaan al-Qur’an ada yang secara
langsung dari Nabi saw, dan ada yang mengambil bacaan imam qira’at yang
dipercaya dan bersumber dari Nabi SAW juga.

Dalam keadaan demikian, maka timbullah perbedaan qira’at yang diterima


oleh tabi’in dan tabi tabi’in. Demikianlah keadaannya sampai ke tangan para
ulama yang mengkhususkan dirinya untuk mempelajari qira’at serta
menyebarluaskannya, yakni terdiri dari qira at sab’ah, qira’at ‘asyarah, qira’at
sab’ah ‘asyarah.

Sehubungan dengan ini. Abd al-Hadi al-Fadl menyatakan bahwa


sesungguhnya qira’at al-Qur’an bersumber dari Nabi saw.. para sahabat
meriwayatkan dari Nabi saw., dan para tabi’in meriwayatkan dari sahabat.
Selanjutnya kaum muslimin meriwayatkannya pula dari generasi ke generasi
berikutnya. Penyampaiannya seperti penyampaian al-Hadits. Dengan demikian,
jelaskah bahwa qira’at al-Qur’an adalah bersifat tawqifi, bukan bersifat ijtihadi.

2. Rumusan Masalah
L. Apakah yang dimaksud dengan hukum ra? ?
2. Bagaimana cara membaca hukum ra
3. Sebutkan contoh-contoh hukum ra?

3. Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai hukum ra’.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara membaca hukum ra’.
3. Agar mengetahui contoh dari hukum ra’.

BAB II PEMBAHASAN
1
1. Cara Baca Hukum Ra dan Contohnya

Hukum tentang tata cara membaca Ra’ ((ada tiga hukum, yaitu: Tafkhim,
dan Tarqiq.

1. Ra' Tafkhim

Tafkhim menurut bahasa adalah at-tasmin artinya tebal atau gemuk. Sedangkan
menurut istilah, tafkhim adalah mengucapkan huruf dengan tebal sampai
memenuhi mulut ketika mengucapkannya.

a. Apabila huruf Ra’ yang berharakat dlommah atau fathah, baik ketika
waqaf atau washal. Contoh: Al-Lahab ayat 4

‫َح َّم اَلة اْلَح َطِۚب َّو اْم َر َاُتٗه‬

b. Apabila ro’berharakat dhommah atau dhommah tanwin. Contoh:


Al-Qari’ah ayat 11

‫َناٌر َح اِمَيٌة‬
c. Apabila ro'sukun dan huruf sebelumnya berharakat fathah. Contoh:
Al-Mutaffifin ayat 9
‫ِكٰت ٌب َّم ْر ُقْو ٌم‬
d. Ro’ sukun karena diwaqafkan dan huruf sebelumnya berharakat fathah.
Contoh: Al-Qiyamah ayat 11
‫َكاَّل اَل َو َز ر‬
e. Ro' sukun karena diwaqafkan dan huruf sebelumnya berharakat
dhommah. Contoh: At-Takatsur ayat 1
‫َأْلَهٰى ُك ُم ٱلَّتَك اُثُر‬
f. Ro sukun karena diwaqafkan dan sebelumnya huruf mati selain ya'
yang sebelumnya ada fathah. Contoh: Al-Asr ayat 1

ۙ‫َو اْلَع ْص ِر‬


g. Ro’ sukun karena diwaqafkan dan sebelumnya huruf mati selain ya’
yang sebelumnya ada dhommah. Contoh: Al-Asr ayat 2

‫ِاَّن اِاْل ْنَس اَن َلِفْي ُخ ْس ٍر‬

2
Cara mengucapkan Ra’ tafkhim ini ialah dengan menghimpun ketebalan suara di
dalam mulut sehingga pada waktu pengucapannya mulut seolah-olah penuh
dengan suara Ra’. Proses pentafkhiman hanya terjadi pada ujung lidah dan tidak
sampai ke pangkal lidah, sehingga Ra’ tidak sampai berubah menjadi isti’la.

2. Ra Tarqiq
Tarqiq merupakan bentuk masdar dari raqqaqa yang berarti menipiskan. Sedang
yang dimaksud dengan bacaan tarqiq adalah membunyikan huruf-huruf tertentu
dengan suara atau bacaan tipis.
Pada pengertian itu tampak, bahwa tarqiq menghendaki adanya bacaan yang tipis
dengan cara mengucapkan hurur di bibir (mulut) agak mundur sedikit dan tmpak
agak meringis. Bacaan tarqiq kadang-kadang disebut sebagai isim maf ulnya,
yakni muraqqaqah
1) Apabila ro’ beharokat kasroh atau kasroh tanwin. Contoh: At-Tin ayat 2
‫َو ُطْو ِس ْيِنْيَۙن‬
‫ِر‬
2) Ro’ sukun dan sebelumnya huruf yang berharakat kasroh sesudah nya
bukan huruf isti’la. Contoh: Al-Fajr ayat 10
‫َو ِفْر َعْو َن ِذ ى اَاْلْو َتاِۖد‬
3) Ro’ sukun karena diwaqafkan dan huruf sebelumnya berharakat kasroh.
Contoh: At-Taariq ayat 8
‫ِإَّن ُهۥ َع َلٰى َر ْج ِعِهۦ َلَقاِد ٌر‬
4) Ro’ sukun karena diwaqafkan dan sebelumnya huruf mati selain ya’
yang sebelumnya ada kasroh. Contoh:

‫ِلِذ ي ِح ْج ٍر‬
5) Ro’ sukun karena diwaqofkan dan huruf sebelumnya ya’ sukun. Contoh:
‫ِب‬
‫َو َأْج ٌر َك يٌر‬

BAB III PENUTUP

3
A. Kesimpulan
Tajwid (bahasa Arab:, translit. Tajwid) secara harfiah bermakna melakukan
sesuatu dengan elok dan indah atau bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari
kata jawwada (a) dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti
mengeluarkan huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang
dimilikinya. Jadi ilmu tajwid adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara
membunyikan atau mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-
Qur’an maupun bukan. Pada makalah kali ini membahas tentang hokum bacaan
ra.

DAFTAR PUSTAKA

4
Abdullah Asy’ari, Pelajaran Tajwid (Qaidah Bagaimana Seharusnya Membaca Al
Quran untuk Pelajaran Pemula) (Surabaya: Apollo, 1987), hlm. 26-27.
Moh. Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, (Surabaya: Halim Jaya, 2007), hlm. 141.
Tajwid Pengarang KH. Imam Zarkasyi, Qa’idah bagaimana mestinya membaca Al
Qur’an untuk pelajaran permulaan. Diterbitkan oleh TRIMURTI PRESS
Gontor Ponorogo

Anda mungkin juga menyukai