Anda di halaman 1dari 12

HUKUM RA’

Dosen Pengampu: Fadlan Khoiri, S.Th.I., M.Ag

Mata Kuliah: Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an

Disusun Oleh:

Kiki Nurjannah (0306163184)


Sugiyati Ramadani
Sa’adah Harahap
Yusma Yarni Pohan

Kelompok V
PGMI-5/Semester VII (Tujuh)

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT, Dzat Yang


Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah mencurahkan nikmat-Nya
secara utuh, sempurna, dan melimpah. Di antara nikmat yang telah diberikan-Nya
adalah nikmat Islam, iman, kesehatan, dan waktu luang sehingga penulis dapat
menyelesaikan dengan baik tugas makalah yang berjudul “Hukum Ra’”. Shalawat
dan salam semoga tercurah dan terlimpahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya, teriring
dengan doa semoga kita termasuk ke dalam golongan yang akan mendapatkan
syafaatnya di hari akhir kelak. Aamiin.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Pembelajaran Baca Tulis Al-Quran, Bapak Fadlan Khoiri, S.Th.I., M.Ag., serta
kepada segenap pihak yang telah memberikan bantuan serta arahan selama
penyusunan makalah ini.
Akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan waktu yang
telah ditentukan. Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkankan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi kebaikan isi makalah ini.

Medan, 28 September 2019

Kelompok V

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
1. Ra’ yang di Baca Tafhim ....................................................... 2
2. Ra’ yang di Baca Tarqiq ........................................................ 3
3. Ra’ yang di Baca Jawazul Wajhain ........................................ 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 7
B. Saran ....................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Quran sebagai wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
Saw. merupakan pedoman hidup bagi umat Islam dan membacanya termasuk
ibadah. Dalam membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, kita dituntut untuk
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar juga. Oleh karena itu, kita harus
mengetahui ilmu tajwid (ilmu cara membaca Al-Qur’an).
Ilmu tajwid adalah sebuah ilmu tentang kaidah-kaidah serta cara-cara
membaca Al-Quran dengan sebaik-baiknya. Belajar ilmu tajwid hukumnya fardhu
kifayah, sedangkan membaca Al-Quran yang baik dengan ilmu tajwid hukumnya
ialah fardhu “Ain. Oleh karena itu, kita harus mengetahui berbagai macam ilmu
tajwid termasuk diantaranya ialah hukum ra’.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hukum ra’ yang dibaca tafhim?
2. Bagaimana hukum ra’ yang dibaca tarqiq?
3. Bagaimana hukum ra’ yang dibaca jawazul wajhain?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hukum ra’ yang dibaca tafhim.
2. Untuk mengetahui hukum ra’ yang dibaca tarqiq.
3. Untuk mengetahui hukum ra’ yang dibaca jawazul wajhain.

1
BAB II
PEMBAHASAN

Hukum tentang tata cara membaca huruf ra’ (‫)ر‬, ada tiga hukum, yaitu:
Tafkhim, Tarqiq, dan Jawazul Wajhain.

1. Tafkhim ( ‫م‬ ‫َّف‬


ِْ‫ْخِي‬ ‫َلت‬
‫)ا‬
Tafkhim menurut bahasa adalah At-Tasmin ( ُْ
‫ن‬ ‫ِي‬ ‫َلت‬
‫َّسْم‬ ‫)ا‬, artinya
tebal atau gemuk. Sedangkan menurut istilah, tafkhim ialah:

‫َل‬
َُ‫ِئ‬ ‫ًاُمم‬
‫ْت‬ ‫ْظ‬ ‫َل‬
‫ِي‬ ‫ْفُِغ‬
‫َر‬ ْ ‫ْقُب‬
‫ِالح‬ ‫َلن‬
‫ُّط‬ ‫ا‬
‫داه‬
ُ ََ
‫ِص‬ ‫َم‬
‫ُِب‬ ْ
‫الف‬
“Mengucapkan huruf dengan tebal sampai memenuhi mulut ketika
mengucapkannya.”
Beberapa syarat huruf ra’ (‫ )ر‬dibaca tafkhim, antara lain:
a. Apabila huruf Ra’ berharakat Dhommah atau Fathah, baik ketika Waqof
maupun Washol. Contoh:

ُ-‫ًا‬
‫ْر‬‫ِي‬ ‫ُو‬-‫َا‬
‫َسَع‬ ُِ
‫ن‬ ُٰ
‫ت‬ ‫َاُا‬ُ‫ب‬
‫ن‬ ََّ
ُ ُ
‫ر‬
‫ٰىُسرر‬
ُ َُ
‫ل‬ ‫ُع‬-‫ْا‬ ‫ْب‬
‫ِرو‬ ‫تص‬َ‫ََل‬
b. Apabila huruf Ro’ dalam keadaan mati (Asli) dan huruf sebelumnya
berharakat Fathah atau dommah. Contoh :

َ ْ
ُ-‫ان‬
ُ ‫ْلقر‬ َُ
‫ذاا‬ ٰ ‫ُيشَآء‬
‫ُه‬-ُ َّ ْ َُ‫ْزق‬
‫من‬ ‫ير‬َ
‫َان‬
ُ ‫ْق‬‫ْلفر‬
‫َا‬‫و‬

2
c. Apabila Ro’ mati karena karena Waqof dan huruf sebelumnya berharakat
fathah atau dhommah. Contoh :

َُ‫َش‬
‫ر‬
ِ ‫لب‬ْ‫ل‬
ُ ‫ُّذر‬
ُِ-ُ ‫َالن‬ ‫َر‬
ُُ-ُ
‫و‬ َُ
‫م‬ ُ ْ
‫لق‬ َُ
‫ا‬ ُ
‫و‬

d. Apabila Ro’ mati karena dibaca waqof dan huruf sebelumnya berharakat
fathah atau dhommah. Kemudian diantara Ro’ mati dan huruf yang
berharakat tersebut ada huruf mati. Contoh:

ُْ
‫ر‬
ِ ‫ْلع‬
‫َص‬ ‫َا‬ ُْ
‫ُو‬-ِ
‫ر‬ ‫ْلف‬
‫َج‬ ‫َا‬ ‫ْر‬
‫ُو‬-ُ ‫ْدسُخض‬
‫سن‬
e. Apabila Ro’ mati karena dibaca waqof dan huruf sebelumnya berharakat
fathah atau dhommah. Kemudian diantara ro’ mati dan huruf yang
berharakat tersebut ada huruf mad; alif atau waw. Contoh:

ُ-ُ
‫هار‬ ‫َْلق‬
ََّ ُْ
‫ُا‬-ِ
‫ر‬ ‫ُّو‬
‫َالط‬
‫ُو‬-ُ َ‫ن‬
‫هار‬ َْ‫ََل‬
‫ا‬
ُْ
‫ر‬ ‫ْشو‬
‫من‬َ
f. Apabila ro’ mati dalam kalimat dan didahului oleh huruf yang berharakat
kasroh dan sesudahnya menghadapi huruf isti’la yang berharakat selain
kasroh. Contoh:

ُ َ
ُ-ِ‫اس‬ ‫ْط‬
‫ِر‬ ‫َة‬
‫ُق‬-ُ ‫ْق‬
‫ِر‬‫ُف‬-‫دا‬ً‫َا‬
‫ْص‬‫ِر‬
‫م‬
‫َاد‬
ِ
ُ ‫ْص‬‫ِر‬ ِْ
‫الم‬ ‫َلب‬
Cara mengucapkan ro’ tafkhim ini ialah dengan menghimpun ketebalan
suara di dalam mulut sehingga pada waktu pengucapannya, mulut seolah-olah
penuh dengan suara ro’. Proses pentafkhiman hanya terjadi pada ujung lidah dan
tidak sampai ke pangkal lidah, sehingga ro’ tidak sampai berubah menjadi isti’la. 1

1
Moh. Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, Surabaya: Halim Jaya, h.141-142.

3
2. Tarqiq ) ُْ
‫ق‬ ُِ
‫ي‬ ُْ
‫ق‬ ‫ر‬ ُ َ
َُّ
‫لت‬ ُُ (
‫ا‬
Tarqiq menurut bahasa ialah at-tanhif, artinya kurus ataau tipis. Sedangkan
menurut bahasa Tarqiq adalah mengucapkan huruf dengan ringan/tipis sehingga
tidak sampai memenuhi mulut ketika mengucapkannya.

Pengertian Tarqiq dalam kaitannya dengan huruf ra’ adalah : Huruf ra’ yang
berharakat kasrah atau apabila sebelum ra’ terdapat huruf lin yaitu ya’ atau
apabila huruf ra’ yang bersukun dengan huruf sebelumnya berharakat kasrah ashli
tidak menghadapi huruf Isti’la.

Berdasarkan pengertian diatas, ada beberapa kondisi yang menyebabkan ra’


dibaca tarqiq, yaitu :

1. Huruf ra’ yang berharakat kasrah atau tanwin kasrah. Contohnya yaitu :
Contoh Dibaca Q.S

‫ًا‬
ُْ
‫ق‬ ُِ
‫ز‬ُ
‫ر‬ Rizqa’ 2:25

‫ْر‬
ُ ‫ُْخ‬
‫َي‬ ‫ِن‬
‫م‬ Min khairin 73;20

ُْ‫َش‬
‫ر‬ ‫ع‬ ‘asyrin 89:2

‫ًا‬
‫يض‬ِْ
‫مر‬َ maridla 2:184

2. Huruf ra’ berharakat di waqafkan. Sebelum ra’ tersebut ada huruf lin,
yaitu huruf ya’ yang bersukun. Kemudian sebelum huruf ya’ bersukun ada
huruf berharakat fathah atau kasrah. Cara membacanya ialah dengan
dipanjangkan terlebih dahulu enam harakat sebelum masuk kepada huruf
ra’ yang di waqaf kan tadi. Contohnya :

4
Contoh Dibaca Q.S

ُْ‫َو‬‫َْلف‬
‫ا‬ Al-fauzul kabir 85:11

‫ْر‬
ُ ‫ِي‬ ‫ْلك‬
‫َب‬ ‫زا‬
‫ير‬
ُ ِْ
‫َر‬ َْ
‫هاُح‬‫ِي‬‫ف‬ Fiha harir 22:23

َُ‫ِك‬‫َد‬‫ِي‬
‫ب‬ Bi yadikal khair 3:26

‫ْر‬
ُ ‫ْلخَي‬‫ا‬
ُْ
‫ر‬
ِ ‫َّي‬ َ‫ا‬
‫ِلىُالط‬ Ilath thair 16:79

3. Huruf ra’ yang bersukun dengan huruf sebelumnya berharakat kasrah


ashli dan huruf sesudahnya bukan isti’la. Contoh :

Contoh Dibaca Q.S

ْ
ُ‫ْه‬
‫م‬ ‫ِر‬ ‫َب‬
‫َش‬ ‫ف‬ Fa basy-syirhum 3:21

ُ‫ب‬
‫ة‬ َْ
‫ِر‬‫م‬ miryah 11:17

ُْ
‫ن‬ ‫َو‬‫ُْع‬‫ِر‬‫ف‬ Fir’aun 20:60

‫ًا‬‫َق‬
‫ْف‬‫ِر‬‫م‬ mirfaqa 18:16

3. Jawazul Wajhain ( ‫)جوازالوجهين‬

5
Jawazul Wajhain secara bahasa artinya boleh dua bentuk. Maksudnya,
huruf ra' boleh dibaca Tafhim (tebal) atau Tarqiq (tipis). Jawazul Wajhain terjadi
jika ra' bersukun didahului oleh huruf yang berharakat kasrah ashil dan setelahnya

ada huruf Isti'la )‫ )خُصُضُطُظُق‬berharakat kasrah (tanwin kasrah).2


Dengan demikian syarat huruf ra' yang boleh dibaca Tafkhim atau Tarqiq,
yaitu :

1. Ra sukun sebelumnya berharakat kasrah dan sesudahnya huruf Isti’ la

yang berharakat kasrah. Contohnya : ‫ْق‬


ُِ
‫ر‬ ُُُّ
‫ف‬ ُُ
‫ل‬ َُ‫فكا‬
‫ن ُك‬
ُ
lafaz ini dibaca Tafkhim karena ra’ sukun betemu dengan huruf Isti’la,
dan dibaca Tarqiq karena huruf Isti’la (qof) berharakat kasrah.
2. Ra sukun karena wakaf, sebelumnya huruf Isti’ la sukun yang didahului

dengan huruf berharakat kasrah. Contohnya : ُْ


ُ،ِ
‫ر‬ ُِ
‫ط‬ ُ‫ْل‬
‫ق‬ َُُ
‫ا‬ ُْ
‫ن‬ َُ
‫ي‬ ُ
‫ع‬
َ
ُْ
‫ر‬ ُِ
‫ص‬ ُ‫ْا‬
‫م‬ ُُ
‫و‬ ‫ُل‬
‫دخ‬ُ َ‫َا‬
ْ‫لُا‬
ُ َُ
‫ق‬ ُ Untuk lafas َ
‫و‬ ُْ
‫ر‬ ُِ
‫ص‬ ُ ketika washal
‫م‬
maka ra’ dibaca tafkhim (tebal) sedangkan lafadz ُْ
‫ر‬
ِ ُِ
‫ط‬ ُ‫ال‬
‫ق‬ dibaca

Tarqiq (tipis) karena berharakat kasrah.3

2 Ust. Acep Lim Abdurohim, Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, Jawa Barat: CV Penerbit Diponerogo,
h. 123
3 MHD. Musthafa kamal, Ilmu Tajwid Tahsin Tilawah Al-Quran, Medan : Ma’ had Abu Ubaidah
bin Al Jarrah Medan, h. 38

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hukum tentang tata cara membaca huruf ra’ (‫)ر‬, ada tiga hukum, yaitu:
Tafkhim, Tarqiq, dan Jawazul Wajhain.

1. Tafkhim ( ‫م‬ ‫َّف‬


ِْ‫ْخِي‬ ‫َلت‬
‫)ا‬
Beberapa syarat huruf ra’ (‫ )ر‬dibaca tafkhim, antara lain:
a) Apabila huruf Ra’ berharakat Dhommah atau Fathah, baik ketika Waqof
maupun Washol
b) Apabila huruf Ro’ dalam keadaan mati (Asli) dan huruf sebelumnya
berharakat Fathah atau dommah.
c) Apabila Ro’ mati karena karena Waqof dan huruf sebelumnya berharakat
fathah atau dhommah.

7
d) Apabila Ro’ mati karena dibaca waqof dan huruf sebelumnya berharakat
fathah atau dhommah. Kemudian diantara Ro’ mati dan huruf yang
berharakat tersebut ada huruf mati
e) Apabila Ro’ mati karena dibaca waqof dan huruf sebelumnya berharakat
fathah atau dhommah. Kemudian diantara ro’ mati dan huruf yang
berharakat tersebut ada huruf mad; alif atau waw.
f) Apabila ro’ mati dalam kalimat dan didahului oleh huruf yang berharakat
kasroh dan sesudahnya menghadapi huruf isti’la yang berharakat selain
kasroh

2. Ra’ Tarqiq
a. Huruf ra’ yang berharakat kasrah atau tanwin kasrah.
b. Huruf ra’ berharakat di waqafkan. Sebelum ra’ tersebut ada huruf lin,
yaitu huruf ya’ yang bersukun. Kemudian sebelum huruf ya’ bersukun ada
huruf berharakat fathah atau kasrah
c. Huruf ra’ yang bersukun dengan huruf sebelumnya berharakat kasrah
ashli dan huruf sesudahnya bukan isti’la
3. Jawazul Wajhain
a. Ra sukun sebelumnya berharakat kasrah dan sesudahnya huruf Isti’ la
yang berharakat kasrah.
b. Ra sukun karena wakaf, sebelumnya huruf Isti’ la sukun yang didahului
dengan huruf berharakat kasrah

B. Saran
Kami berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang
membangun dari hasil maklah kami yang tentulah terdapat kekurangan disana-sini.
Kami menyadari bahwa makalah ini mashi terdapat beberapa kesalahan, maka
kami berharap saran dari para pembaca agar kedepannya terjadi perbaikan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Lim Abdurohim, Acep. Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. Jawa Barat: CV Penerbit
Diponerogo.
MHD. Musthafa kamal. Ilmu Tajwid Tahsin Tilawah Al-Quran. Medan : Ma’had
Abu Ubaidah bin Al Jarrah Medan.
Moh. Wahyudi. 2008. Ilmu Tajwid Plus. Surabaya: Halim Jaya.

Anda mungkin juga menyukai