Anda di halaman 1dari 2

Sulit menghindarkan pandangan segala jenis mata dari gadis ini.

Gadis dengan kulit putih


bersih, ramah, dan cantik pastinya. Tapi mereka hanya melihat apa yang dapat dilihat dengan mata.
Gadis ini, gadis berambut panjang, gadis yang rajin merawat dirinya dan selalu ingin tampil cantik ini
memiliki luka. Dia terluka.

vvv

“Aku pernah pergi dari rumah gara-gara masalah ini” gadis ini kembali mengumbar lukanya,
berharap akan memudar dengan cara diceritakannya padaku. Mungkin.

“Ayah sudah melakukan hal itu sejak aku masih kecil, kelas 2 SD mungkin. Atau bahkan
mungkin jauh sebelum itu.” Gadis ini tidak pernah mau menangis di depanku, seberat apapun
masalahnya. Diam. Itulah jalan yang dia pilih untuk meredam sedikit sakitnya.

“Ibu sampai pergi keluar negeri karena kelakuan ayah yang terlalu sibuk dengan pelacurnya
itu” mungkin aku akan membunuh ayahku sendiri jika aku jadi gadis ini. Aku tidak bisa
membayangkan betapa sakit ketika ibu yang kucintai dengan dalam dikhianati.

‘Kyaaaa!!!’ Suara games yang gadis ini mainkan yang berarti kekalahan baginya. Dia hampir
meledak karena dia tidak mampu menyelesaikan satu level yang tertinggal. Gamers sejati.

“Adikku pernah menngunting foto-fotoku bersama kedua orangtuaku, kau tau? Itu sangat
menyakitkan.” Adik dari gadis ini adalah salah satu sumber kekuatannya. Ketika ibunya pergi untuk
kedua kalinya dari rumah keluar negeri, adiknya masih kecil. Terlalu kecil untuk mengerti mengapa
ibunya pergi, mengapa ayahnya tiap hari pergi, dan pulang ketika lewat tengah malam. Kenapa
kakaknya menjadi anak urakan dan berani membentak ayahnya. Tapi semakin lama dia merasa iri,
melihat kakaknya memiliki puluhan foto bersama ayah dan ibunya, sementara dia hanya memiliki
tiga kembar. Ya. Selama 10 tahun kehidupannya ini, dia hanya tiga kali berfoto bersama ayah dan
ibunya. Iri. Cemburu.

“Aku ini selalu saja kena tipu.” Ibu gadis ini tidak pergi begitu saja tanpa tanggung jawab, ibu
gadis ini selalu memberikan uang untuk gadis ini dan adiknya. Namun ayahnya terkadang justru
menggunakan uang itu untuk kepentingannya sendiri.

“Aku juga ingin adikku seperti aku dulu, aku itu ingin adikku juga bisa merasakan apa yang
anak-anak lain seusianya rasakan” Gadis ini tidak pernah menangis didepan adiknya, belum pernah.
Selain berperan sebagai kakak dia juga harus berperan sebagai ibu. Gadis ini pernah menjual
kalungnya sendiri untuk membelikan adiknya gelang yang adiknya inginkan. Setiap kali gadis ini

Gadis ini. Bukan gadis miskin seperti dalam cerita cinderella. Bukan anak yang terbuang
karena mengetahui kedok ayahnya yang berselingkuh. Bukan gadis broken home yang menyalurkan
stressnya dengan hal-hal nista. Gadis ini kuat.

“Aku masih menyayangi ayahku yang gila itu”

vvv

Gadis ini memiliki cinta.


“Aku memilih Indinesia daripada Australia” katanya lalu tertawa.

Terlihat klise, setitik cinta yang masih tersisa untuk seorang mantan kekasih. Tapi hal ini
sangat mengganggu ketika cinta yang saat ini kau pilih adalah sebuah cinta yang serius kau jalani,
namun disisi lain sisa cinta itu merongrong meminta pertanggung jawaban atas segala kecemburuan
yang selalu muncul saat mantan kekasihmu mengumbar kemesraan dengan cinta baru.

“Dia masih sering mengatakan kangen, rindu, apalah itu namanya padaku... sikapnya
membuatku bertambah bingung.”

Anda mungkin juga menyukai