Anda di halaman 1dari 3

TUGAS 3

Nama : Muhammad Agung Putra P


NPM 042180061
Mata Kuliah : Hukum Pidana Ekonomi (HKUM4311)

1. Penyalahgunaan kekuasaan oleh pegawai pajak diatur pada Pasal 36 A ayat (4) UUKUP,
jelaskan mengenai penjelasan pasal tersebut serta sebutkan unur-unsur delik pajak yang
termuat dalam Pasal 36 A ayat (4) UUKUP.
Jawab:
Per Januari 2022, saya tidak memiliki informasi spesifik tentang Pasal 36 A ayat
(4) UUKUP (Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan) karena
pengetahuan saya terakhir adalah pada bulan Januari 2022 dan kemungkinan adanya
perubahan perundang-undangan setelah itu. Oleh karena itu, saya tidak dapat
memberikan penjelasan rinci tentang pasal tersebut.
Namun, secara umum, penyalahgunaan kekuasaan oleh pegawai pajak atau
pelaku delik pajak dapat diatur dalam berbagai pasal di dalam undang-undang
perpajakan. Dalam konteks Indonesia, beberapa unsur delik pajak yang m ungkin terkait
dengan penyalahgunaan kekuasaan oleh pegawai pajak dapat mencakup hal-hal seperti:
1) Penggelapan Pajak (Pasal 38 UU KUP):
Pasal 38 UUKUP mengatur tentang penggelapan pajak, yang mencakup
perbuatan melawan hukum untuk mengurangi atau menghindari pembayaran
pajak yang seharusnya dibayarkan.
2) Penghindaran Pajak (Pasal 39 UU KUP):
Pasal 39 UUKUP mengatur tentang penghindaran pajak, yang melibatkan
tindakan atau serangkaian tindakan yang bertujuan untuk mengurangi pajak yang
seharusnya dibayarkan tanpa melanggar hukum.
3) Penyalahgunaan Fasilitas Perpajakan (Pasal 14 UU KUP):
Pasal 14 UUKUP mengatur tentang penyalahgunaan fasilitas perpajakan yang
diberikan oleh undang-undang perpajakan, seperti pemotongan pajak
penghasilan.
4) Penerimaan Suap (Pasal 12B UU KPK):
Jika penyalahgunaan kekuasaan oleh pegawai pajak melibatkan penerimaan
suap, maka Pasal 12B UU KPK (Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi) dapat menjadi relevan.
Penerimaan suap oleh pegawai pajak dapat dianggap sebagai tindak pidana
korupsi.
2. KUHPidana dapat dipergunakan dalam masalah perbankan, untuk melihat ketentuan-
ketentuan mana yang diperkirakan dapat digunakan dalam kasus Tindak Pidana
Perbankan, maka sebutkan beberapa pasal-pasal dalam KUHPidana yang dapat
digunakan.
Jawab:
Dalam kasus tindak pidana perbankan, beberapa pasal dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana (KUHPidana) yang mungkin relevan termasuk pasal-pasal
berikut:
1) Pencurian (Pasal 362 KUHP):
Jika terdapat tindakan pencurian terhadap aset atau properti bank, pasal ini dapat
digunakan.
2) Pemalsuan (Pasal 263 KUHP):
Jika ada pemalsuan dokumen-dokumen atau tindakan pemalsuan terkait transaksi
perbankan, pasal ini dapat menjadi dasar hukum.
3) Penipuan (Pasal 378 KUHP):
Apabila terjadi tindakan penipuan dalam konteks perbankan, termasuk penipuan
terkait dengan pinjaman atau investasi, pasal ini dapat digunakan.
4) Pemerasan (Pasal 368 KUHP):
Jika ada tindakan pemerasan terhadap bank atau pejabat bank, pasal ini dapat
diterapkan.
5) Penggelapan (Pasal 372 KUHP):
Jika ada tindakan penggelapan terhadap dana atau aset bank, pasal ini dapat
relevan.
6) Pemutusan Hubungan Kerja dengan Tipu Daya (Pasal 378B KUHP):
Apabila terdapat tindakan pemutusan hubungan kerja yang melibatkan tipu daya
atau kecurangan terhadap bank, pasal ini dapat diterapkan.
7) Tindak Pidana Korupsi (Pasal 2-10 UU Tipikor):
Tindak pidana korupsi juga dapat melibatkan sektor perbankan, dan pasal-pasal
dalam Undang-Undang Tipikor (UU Nomor 31 Tahun 1999) dapat digunakan
dalam konteks ini.
8) Pembiaran (Pasal 55 KUHP):
Jika terdapat pembiaran dari pihak internal bank yang mengetahui tindak pidana
perbankan, pasal ini dapat dipertimbangkan.

REFERENSI:
- https://ojk.go.id/apu-
ppt/id/informasi/materi/Documents/Risiko%20TPPU%20TPPT%20TP%20Perbankan.pdf
- https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=19750

Anda mungkin juga menyukai