Anda di halaman 1dari 2

Tugas.

3
Dibuka: Senin, 13 November 2023, 00:00
Jatuh tempo: Senin, 27 November 2023, 15:00
Lakukan: Buat pengajuan
1. Penyalahgunaan kekuasaan oleh pegawai pajak diatur pada Pasal 36 A ayat (4)
UUKUP, jelaskan mengenai penjelasan pasal tersebut serta sebutkan unur-unsur delik
pajak yang termuat dalam Pasal 36 A ayat (4) UUKUP.
2. KUH Pidana dapat dipergunakan dalam masalah perbankan, untuk melihat ketentuan-
ketentuan mana yang diperkirakan dapat digunakan dalam kasus Tindak Pidana
Perbankan, maka sebutkan beberapa pasal-pasal dalam KUH Pidana yang dapat
digunakan
Jawaban Tugas 3
Nomor 1
Pasal 36A (4) Pegawai pajak yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri secara melawan
hukum dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang untuk memberikan
sesuatu, untuk membayar atau menerima pembayaran, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi
dirinya sendiri, diancam dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan
perubahannya.
Dalam konteks hukum pajak, tindak pidana pajak diartikan suatu peristiwa atau tindakan
melanggar hukum atau undang-undang pajak yang dilakukan oleh seseorang, yang tindakannya
tersebut dapat di pertanggungjawabkan dan oleh undang-undang pajak telah di nyatakan
sebagai suatu perbuatan pidana yang dapat di hukum. Adanya tindak pidana perpajakan ini
dapat dilihat dalam Ketentuan Pidana UU No. 28 Tahun 2007 (Pasal 36A sampai dengan Pasal
44B) Tentang Perubahan Ketiga Atas UU Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan yang selanjutnya disebut UU KUP.
Secara khusus, kejahatan di bidang perpajakan masuk ke dalam ruang lingkup hukum yang
bersifat khusus. Perlu dipahami bahwa delik korupsi tidak dapat disamakan dengan
delik/tindak pidana di bidang perpajakan. Secara yuridis tindak pidana di bidang perpajakan
yang terkait dengan tindak pidana korupsi dan dapat dikenai dengan ketentuan UU TIPIKOR
adalah pelanggaran terhadap Pasal 36A ayat (2) dengan unsur secara sengaja bertindak diluar
kewenangannya, dimana dilakukan oleh “Pegawai Pajak” dan ayat (4) perbuatan melawan
hukum dengan menyalahgunakan kewenangan yang ada padanya dengan tujuan
menguntungkan diri sendiri, dilakukan oleh “Pegawai Pajak”. Pembatasan penerapan undang-
undang terhadap pelaku tindak pidana di bidang perpajakan berlaku asas lex specialis
sistematis yang dimana hukum pajak sebagai lex specialis sistematis dan memiliki karakter
sebagai premium remedium. Sedangkan ketentuan Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi
sebagai ultimatum remidium.
Nomor 2
Tindak pidana perbankan atau tindak pidana di bidang perbankan merupakan salah satu bentuk
dari tindak pidana di bidang ekonomi. Tindak pidana dibidang ekonomi ini biasanya disebut
juga kejahatan kerah putih (white collar crime). Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya,
tindak pidana ekonomi merupakan suatu tindak pidana yang mempunyai motif ekonomi yang
dilakukan oleh orang-orang tertentu dan dapat merugikan masyarakat dan/atau negara. Tindak
pidana perbankan dilakukan dengan menggunakan bank sebagai sarana dan sasarannya.
Tindak pidana perbankan sendiri telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Undang-
undang Perbankan menetapkan tiga belas macam tindak pidana yang diatur mulai dari Pasal
46 sampai dengan Pasal 50A. Ketiga belas tindak pidana itu dapat digolongkan ke dalam empat
macam, yaitu:
1. Tindak pidana yang berkaitan dengan perizinan,
2. Tindak pidana yang berkaitan dengan rahasia bank,
3. Tindak pidana yang berkaitan dengan pengawasan dan pembinaan, dan
4. Tindak pidana yang berkaitan dengan usaha bank Selain keempat macam tindak pidana di
bidang perbankan yang telah disebutkan diatas, sebenarnya terdapat tindak pidana lain yang
berkaitan sangat erat dengan kegiatan perbankan yaitu tindak pidana pasar modal dan
tindak pidana pencucian uang.

Anda mungkin juga menyukai