SOAL
7. Pengambilan keputusan secara berkelompok itu ada bahaya dari groupthink,Para ahli
pengambilan keputusan telah mengembangkan 3 teknik yakni Brainstorming
1
8. Seorang produsen menghadapi 2 pilihan tindakan yaitu memasang iklan atau tidak
dalam usaha meningkatkan hasil penjualan produknya. Dia menghadapi tiga kejadian
tak pasti sehubungan dengan situasi pasar yang dapat mempengaruhi penjualan, yaitu
pasar maju, stabil, dan lesu dengan masing-masing probabilitas (0,40), (0,30), dan
(0,30). Kalau dia memilih memasang iklan, keadaan pasar maju, dia bisa meraih
keuntungan 80 juta, pasar stabil 50 juta, dan pasar lesu rugi 25 juta. Kalau dia memilih
tidak memasang iklan, dalam keadaaan ekonomi maju dia meraih keuntungan 50 juta,
pasar stabil 30 juta, dan pasar lesu rugi 40 juta.
Berdasarkan contoh kasus diatas, buatlah :
a) Matriks payoff dengan menggunakan kriteria harapan pay off terbesar,
keputusan/tindakan apa yang harus dipilih?
b) Pohon keputusan nya
10. Seorang petani akan menanam Singkong dan Ubi dengan lahan yang dibutuhkan tidak
lebih dari 60 petak. Petani tersebut membutuhkan pupuk sebanyak 40 kg per petak
untuk memupuk singkong dan 80 kg perpetak untuk memupuk Ubi. Jumlah pupuk
yang tersedia adalah 2.800 kg. Jika keuntungan dari lahan Singkong Rp 6.000.000,00
per petak dan lahan ubi Rp 8.000.000,00 per petak dalam sekali tanam, keuntungan
maksimum petani tersebut adalah?
SELAMAT MENGERJAKAN!
1.Untuk meningkatkan intuisi dalam pengambilan keputusan, Anda dapat melatih kesadaran diri,
mempraktikkan meditasi, dan membiasakan diri dengan refleksi diri. Intuisi dapat digunakan dalam
situasi yang membutuhkan kecepatan, kompleksitas, atau ketidakpastian, seperti situasi kreatif atau
saat Anda harus mengandalkan "perasaan" untuk membuat keputusan.
Namun, intuisi tidak selalu benar. Ini dapat dipengaruhi oleh pengalaman, pengetahuan, dan bias
personal. Penting untuk menilai konteks dan informasi tambahan sebelum mengandalkan intuisi
sepenuhnya dalam pengambilan keputusan.
Intuisi dan firasat seringkali dianggap serupa, tetapi firasat biasanya lebih terkait dengan perasaan
yang tidak jelas atau berbasis pada pengalaman subyektif. Meskipun keduanya melibatkan
pemahaman tanpa pemikiran analitis yang menyeluruh, istilah ini bisa digunakan secara bergantian
tergantung pada konteksnya.
2. Pernyataan tersebut mengacu pada pemahaman bahwa organisasi, seperti mesin pembuat
keputusan, tidak hanya diarahkan untuk mencapai tujuan bisnis atau operasional, tetapi juga
diharapkan untuk membuat keputusan yang memperhatikan aspek etika. Artinya, organisasi
diharapkan tidak hanya fokus pada efisiensi dan keuntungan semata, tetapi juga mempertimbangkan
nilai-nilai moral, keadilan, dan tanggung jawab sosial dalam setiap keputusan yang diambil.
Dalam konteks ini, mengimplementasikan nuansa etika berarti mempertimbangkan dampak keputusan
terhadap berbagai pihak, termasuk karyawan, pelanggan, masyarakat, dan lingkungan. Organisasi
yang mengintegrasikan etika dalam pengambilan keputusan mereka diharapkan dapat membangun
reputasi yang baik, mempertahankan kepercayaan pemangku kepentingan, dan berkontribusi positif
pada masyarakat.
3. Mengurangi peluang munculnya fenomena pengabaian atas sinyal kegagalan sangat penting bagi
organisasi karena dapat membahayakan kesehatan dan kinerja keseluruhan. Upaya untuk mengatasi
perilaku pengabaian dalam pengambilan keputusan melibatkan beberapa strategi:
Budaya Organisasi:
Membangun budaya organisasi yang mendorong komunikasi terbuka, pertanyaan, dan pelaporan
kesalahan. Suasana di mana orang merasa nyaman mengungkapkan kekhawatiran atau memberikan
sinyal kegagalan dapat membantu mencegah pengabaian.
Pelatihan dan Kesadaran:
Memberikan pelatihan kepada anggota organisasi tentang pentingnya mendeteksi dan menanggapi
sinyal kegagalan. Kesadaran akan risiko yang terkait dengan pengabaian dapat meningkatkan
responsibilitas individu.
Melakukan analisis menyeluruh setelah keputusan diambil, terutama jika ada tanda-tanda kegagalan.
Ini membantu organisasi belajar dari pengalaman dan mencegah pengabaian terulang di masa depan.
Keterlibatan Pemangku Kepentingan:
Melibatkan pemangku kepentingan yang beragam dalam proses pengambilan keputusan. Perspektif
yang berbeda dapat membantu mengidentifikasi potensi sinyal kegagalan yang mungkin diabaikan
oleh satu kelompok. Dengan mengadopsi pendekatan ini, organisasi dapat meminimalkan peluang
terjadinya pengabaian atas sinyal kegagalan dan meningkatkan kapasitasnya untuk belajar dari
pengalaman.
Menilai lokasi berdasarkan titik impas di mana pendapatan sama dengan biaya. Hal ini membantu
menentukan waktu yang dibutuhkan agar investasi menjadi menguntungkan.
Menggunakan pendekatan hierarkis untuk menilai dan membandingkan alternatif lokasi berdasarkan
kriteria tertentu.
Manajer seringkali lebih cenderung menggunakan kombinasi dari beberapa metode ini, tergantung
pada konteks dan kompleksitas keputusan. Metode yang paling sering digunakan oleh manajer
seringkali tergantung pada karakteristik industri, skala investasi, dan preferensi manajer itu sendiri.
Misalnya, Metode Factor Rating dapat sering digunakan karena memberikan kerangka kerja yang
komprehensif dengan mempertimbangkan beberapa faktor, memberikan manajer visibilitas yang baik
terhadap berbagai aspek yang penting dalam menentukan lokasi.
5. Pendekatan yang lebih holistik menunjukkan bahwa perusahaan seharusnya tidak hanya beroperasi
demi pemiliknya, tetapi juga bertanggung jawab terhadap kesejahteraan karyawan, pelanggan, dan
masyarakat sekitarnya. Konsep ini dikenal sebagai tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) atau
corporate social responsibility.
Integrasi Nilai Bersama: Membangun nilai bersama antara pemilik perusahaan, karyawan, pelanggan,
dan masyarakat untuk memastikan keberlanjutan dan keuntungan jangka panjang bagi semua pihak.
Pelibatan Pemangku Kepentingan: Melibatkan semua pihak terkait dalam proses pengambilan
keputusan untuk memastikan berbagai kepentingan diakomodasi.
Siapa yang Bertanggung Jawab:
Perusahaan: Bertanggung jawab untuk mengintegrasikan CSR dalam kebijakan dan praktik
operasionalnya, memastikan dampak positif pada lingkungan sosial dan lingkungan.
Pemerintah: Menetapkan kerangka kerja hukum dan regulasi untuk mendorong praktik bisnis yang
bertanggung jawab. Pengawasan dan insentif pemerintah dapat membentuk perilaku perusahaan.
Penting untuk mencapai keseimbangan yang tepat di antara keuntungan pemilik dan kepentingan
sosial dengan membangun model bisnis berkelanjutan. Organisasi yang mendukung kesejahteraan
karyawan dan berkontribusi pada masyarakat dapat meningkatkan reputasi, memperoleh kepercayaan
pelanggan, dan membangun hubungan yang kuat dengan pemerintah.Dalam pandangan yang lebih
luas, tanggung jawab sosial bisnis dianggap sebagai tanggung jawab bersama antara pemerintah,
perusahaan, dan masyarakat untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
Pemahaman Risiko: Pohon Keputusan membantu mengidentifikasi dan mengukur risiko yang terkait
dengan setiap alternatif, memberikan kesempatan untuk mengelola risiko dengan lebih baik.
Resiko:
Ketidakpastian: Meskipun probabilitas dapat diestimasi, ada ketidakpastian inherent dalam perkiraan
kejadian masa depan. Kondisi atau faktor yang tidak terduga dapat mempengaruhi hasil aktual.
Kompleksitas: Pohon Keputusan dapat menjadi kompleks jika ada banyak alternatif atau banyak
cabang probabilitas. Hal ini dapat membuat proses analisis menjadi sulit dan membutuhkan upaya
yang signifikan.
Keterbatasan Informasi: Kesalahan dalam estimasi probabilitas atau kurangnya informasi yang
memadai dapat mengarah pada ketidakakuratan dalam penilaian risiko.
Ketergantungan pada Input Manusia: Pohon Keputusan memerlukan input dari pengambil keputusan,
dan hasilnya dapat dipengaruhi oleh subjektivitas atau bias individual.
Jadi Pohon Keputusan adalah alat yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan, tetapi
keberhasilannya tergantung pada keakuratan estimasi probabilitas dan pemahaman yang baik tentang
kondisi masa depan. Penting untuk diingat bahwa setiap metode pengambilan keputusan memiliki
keterbatasan, dan pengguna harus berhati-hati dalam mengevaluasi dan mengelola risiko yang terkait
dengan hasil akhir.
7. penjelasan singkat tentang tiga teknik pengambilan keputusan secara berkelompok yang
disebutkan:
1. Brainstorming Technique:
Definisi: Brainstorming adalah suatu teknik di mana anggota kelompok secara spontan memberikan
gagasan atau ide tanpa penilaian awal.
Proses: Anggota kelompok diberikan kebebasan untuk secara bebas menyumbangkan ide, dan semua
ide dicatat tanpa penolakan atau kritik.
Tujuan: Meningkatkan kreativitas dan mengumpulkan beragam perspektif untuk membantu dalam
pembuatan keputusan