Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Budaya Daerah Terhadap Pengambilan Keputusan Strategik

pada Usaha Bisnis Game Komputer


(Analisis pada Perusahaan Agate Studio di Bandung pada Tahun 2014)

OLEH
HUMAIDI ASH SHIDDIEQY MS
1131001028

FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERISTAS BAKRIE
2014
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Era globalisasi telah menjamahi pelosok negeri di seluruh dunia.Tidak terkecuali daerah-
daerah kecil yang katanya masih tertinggal jauh oleh perkembangan zaman. Globalisasi telah
mencakup dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial, bahkan lingkugan politik sekalipun.
Namun menurut Andrew Ghilyer, Globalisasi (Globalization) lebih kepada ekspansi
perdagangan Internasioanl ke titik dimana pasar-pasar nasional telah diambil alih oleh blok
perdagangan regional (Amerika Latin, Eropa, dan Afrika) yang pada akhirnya menuju ke suatu
pasar global.
Globalisasi sering dikaitkan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi suatu bangsa,
memberikan dampak yang besar bagi hidup serta kehidupan masyarakat. Satu sisi yang sangat
mempengaruhi kehidupan manusia, terutama generasi muda adalah pada produk hiburan, yaitu
permainan (Games). Permainan ini dilengkapi oleh gadget atau peralatan teknologi yang biasa
disebut console game yang membantu mereka dalam memainkan permainan tersebut. Video
Game kerap kali menjadi tujuan utama anak-anak untuk menghabiskan waktu luang/istirahat
mereka. Namun, pada penelitian kali ini kita mencoba membahas dari sisi Industrial Video Game
di dunia saat ini.
Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam Industrial game saat ini sudah sangat
banyak. Game-game yang dibangun oleh berbagai kalangan masyarakat/budaya daerah menjadi
nilai tambahan bagi perusahaan itu sendiri. Seperti perusahaan Agate Studio, salah satu
developer game yang ada di Indonesia. Bergerak dibidang game online, perusahaan ini menerima
banyak antusias dari masyarakat Indonesia. Hal menarik yang dapat kita temukan adalah para
developer game ini berasal dari berbagai kalangan budaya/daerah yang berbeda. Permasalahan
yang sering mereka hadapi adalah pada saat pengambilan keputusan dalam peluncuran
item/produk baru pada game yang telah dikembangkan bersama. Banyak hal yang perlu
diperhatikan serta ditinjau ulang berdasarkan persepsi masing-masing anggota, yang mana lebih
terkait oleh nilai-nilai/value yang mereka bawa dari hasil budaya yang telah diterima sejak kecil.
Banyaknya permasalahan budaya serta pandangan value terhadap game membuat
perusahaan ini menjadi semakin menarik karena bisa mampu menghadirkan game-game yang
complicated atau rumit dan mengandung nilai-nilai positif dalam membangun pola pikir
masyarakat terutama generasi muda Indonesia.
Melihat permasalahan diatas, penulis merasa tertarik untuk membahas pengaruh perbedaan
budaya terhadap pengambilan keputusan pada perusahaan Agate Studio diatas. Ada sisi lain yang
dapat memberikan pengetahuan baru bagi kita, bahwa perbedaan budaya pun bisa memberikan
nilai plus(positif) bagi sebuah organisasi/perusahaan apabila bisa dialokasikan dengan baik dan
benar.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Pada penelitian ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
a) Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam perusahaan.
b) Bagaimanakah hubungan antara kebudayaan individu-individu yang berbeda.
c) Bagaimanakah hubungan kebudayaan terhadap pengambilan keputusan dalam sebuah
organisasi atau perusahaa.n

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab yang mempengaruhi
individu/kelompok dalam mengambil keputusan secara rasional dan strategik serta peran budaya
terhadap pengambilan keputusan sebuah organisasi atau perusahaan.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap bisa menjadi motivasi bagi mahasiswa untuk
melakukan pembuktian lapangan terhadap materi kuliah yang telah diterima melalui kampus
serta memberikan manfaat ilmu bagi masyarakat banyak, khususnya bagi kaum pelajar yang
bergerak di bidang edukasi.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Pengambilan Keputusan Organisasi (Organizational Decision Making Theories)
Pengambilan keputusan dalam organisasi terkait mengenai proses pengambilan keputusan
yang terjadi pada semua tingkatan dan dalam semua unit dalam organisasi. ada dua macam
proses pengambilan keputusan1 dalam pengertian ini, dapat kita lihat bahwa sebuah organsasi
menjadi suatu fokus kegiatan dalam proses pengambilan keputusan.
 Pengambilan keputusan pada Organisasi Hierarki.
Di dalam struktur hierarki, manajer tertinggi berfungsi menjadi pusat dari
pengambilan keputusan strategis yang menyangkut dengan keputusan pelembagaan,
manajer tingkat tengah mengepalai pengambilan keputusan.
 Pengambilan keputusan pada Organisasi Fungsional.
Pengambilan keputusan dalam struktur fungsional dikelola oleh tiap-tiap bidang
dengan departemen yang memimpinnya. Sementara itu, model struktur per divisi masing-
masing memegang dan menjalankan kepentingannya.
Berikut ini akan dibahas mengenai analisis proses pengambilan keputusan yang
didominasi oleh teori Mary Jo Hatch.

a. Bounded Rationality (Pembatasan Rasionalitas)


Herbert Simon mengidentifikasi dan mempertanyakan asumsi model rasional. Model
rasional memiliki asumsi bahwa para pengambil keputusan memiliki pengetahuan alternatif dan
konsekuensi pelaksanaan alternatif dan juga hal ini mengasumsikan bahwa ada preferensi yang
konsisten diantara para pengambil keputusan dan aturan-aturan keputusan yang dapat dikenal
dan diterima oleh semua orang yang memiliki kaitan.

b. Proses Pengambilan Keputusan Rasional


Ketika terdapat kesepakatan mengenai tujuan dan kesepakatan bagaimana cara
pencapaian tujuan atau mengenai penanganan masalah, kemudian ketidakpastian dan
keambiguan berada pada kondisi minimum dan benar untuk menggunakan model rasional. Hal
ini tidak berarti seorang manajer akan berhenti menggunakan proses pengambilan keputusan ini.
Bahkan ketika adanya peningkatan ketidakpastian dan ambiguitas, manajer dimungkinkan untuk
menemukan bahwa penggunaan metode model rasional mempunyai insentif yang lebuh besar
untuk dapat memberikan rasa aman secara simbolis dari proses keputusan yang kurang.

c. Proses Pengambilan Keputusan Trial-and-Error


Pada proses pengambilan keputusan trial-and-error, keputusan yang besarnya cukup
berpengaruh biasanya berhati-hati dalam mengatur kondisi yang kerap kali tidak statis. Pembuat
keputusan yang tidak setuju dengan tujuan kegiatan seringkali menemukan informasi untuk
membandingkan diantara sedikitnya alternatif, dan kebanyakan hanya tambahan untuk keputusan
terakhir.

d. Model Koalisi

1
Suatu proses pengambilan keputusan terjadi pada semua tingkatan dan dalam semua unit organisasi,
lihat Mary Jo Hatch, Organization Theory: modern, Symbolik, Design and Post Modern Perspektif (New
York : Oxford University Press, 10997), hlm. 270.
Biasanya pembentukan suatu koalisi2 didasarkan pada perundingan yang berlangsung
dibalik layar yang berusaha untuk memberikan pertimbangan kepada semua kepentingan dalam
posisi bersama di dalam koalisi. Dengan kondisi tersebut, para pembuat keputusan menjadi tidak
fokus pada pencarian informasi pemecahan masalah, akan tetapi lebih menekankan menampung
minat alternatif.

e. Model Tong Sampah


Dalam kondisi kesepakatan mengenai pencapaian tujuan dan pen-sarana-an untuk
mencapai hal tersebut menemui jalan buntu, model tong sampah dapat menjadi gambaran terbaik
bagi organisasi dalam proses pengambilan keputusan yang terjadi seperti dalam organisasi.
Model ini sesuai untuk situasi yang hanya mempunyai lingkungan atau teknologi yang kurang
mencukupi, atau saat dimana aktor utama bergerak keluar masuk dari proses keputusan karena
kegiatan lain bersaing dalam waktu dan perhatian yang sama. Model ini diberi nama “tong
sampah” untuk menekan ketidakteraturan dalam pengambilan keputusan. Meskipun tidak
terdapat organisasi yang beroperasi dalam modus ini sepanjang waktu, namun setiap organisai
akan menemui situasi seperti ini dari waktu-kewaktu.

f. Irasionalitas dalam Pembuatan Keputusan Organisasi


Nils Brunsson berpendapat bahwa keputusan rasional tidak selalu memberikan dasar
yang baik untuk tindakan yang tepat dan sukses, dan bukannya panggilan untuk bertindak
rasionalis. Brunsson berpendapat bahwa tindakan organisasi yang efektif tergantung pada
pelaksanaan keputusan. Pelaksanaan mensyaratkan bahwa tindakan harus memiliki harapan
positif agar dapat mengalami motivasi untuk mengambil tindakan dan komitmen untuk
melibatkan diri dalam melihat melalui kesimpulan yang sukses.

Menurut Papadakis, karakteristik proses pengambilan keputusan strategik dalam suatu


perusahaan dapat dilihat dari beberapa dimensi, diantaranya comprehensive/rasionalitas, tingkat
aktivitas pelaporan keuangan , aturan formalitas, hirarki sentralisasi atau desentralisasi, dimensi
politik, dan lain-lain (Paadakis, Lioukas, dan Chambers, 1998).
Proses pengambilan keputusan strategik yang sangat komprehensif dilakukan dengan cara
membentuk satu kelompok khusus yang terdiri dari beberapa anggota untuk membahas secara
intensif permasalahan yang akan diputuskan, melakukan analisa yang mendalam, membuat
jadwal rutin untuk membahas pengambilan keputusan (Fredickson dan Michell, 1984).
Kebalikannya, proses pengambilan keputusan strategik yang sangat tidak komprehensif
dilakukan dengan cara sederhana yaitu hanya berdasarkan pengalaman, ide atau feeling dari sati
atau dua orang yang mengambil keputusan.
Tim manajemen strategik yang ideal terdiri atas para pengambil keputusan dari tingkat
keputusan dalam perusahaan.Karena keputusan strategik mempunyai dampak besar atas suatu
perusahaan dan menuntut komitmen besar atas sumber daya perusahaan, maka para manajer
puncak harus memberikan persetujuan akhir bagi tindakan strategik.Beberapa efek keperilakuan
dari manajemen strategik akan meningkatkan kesejahteraan perusahaan, jika beberapa aspek
keterlibatan seluruh elemen terpenuhi (Pierce dan Robinson, 1997) :

2
Suatu usaha pembentukan kekuatan yang didasarkan pada beberapa perundingan di belakang layar
yang berusaha untuk memberikan pertimbangan kepada semua kepentingan dalam posisi bersama di
pembentukan kekuatan tersebut, dikutip dari Ibid., hlm. 277 oleh Mary Jo Hatch , Organization Theory:
modern, Symbolik, Design and Post Modern Perspektif (New York : Oxford University Press, 1997)
a). Kegiatan perumusan ( formulasi) strategik memperkuat kemampuan perusahaan mencegah
masalah. Manajer yang mendorong bawahannya untuk menaruh perhatian pada perencanaan
dibantu dalam melaksanakan tanggungjawab pemantauan dan peramalan oleh bawahan yang
menyadari perencanaan strategik.
b). Keputusan strategik yang didasarkan kelompok akan dihasilkan dari alternatif terbaik yang
ada. Proses manajemen strategik menghasilkan keputusan yang lebih baik karena interaksi
kelompok menghasilkan strategi yang lebih beragam dan karena peramalan yang didasarkan paa
bermacam-macam spesialisasi anggota kelompok meningkatkan kemampuan menyaring pilihan.
c). Keterlibatan karyawan dalam perumusan strategi meningkatkan pemahaman mereka akan
adanya hubungan produktivitas-imbalan pada setiap rencana strategik, dan dengan demikian
mempertinggi motivasi mereka.
d). Kesenjangan dan tumpang tindih kegiatan diantara individu dan kelompok berkurang, karena
partisipasi dalam perumusan strategi memperjelas adanya perbedaan peran masing-masing.
e). Penolakkan terhadap perubahan berkurang. Meskipun para peserta dalam perumusan strategi
mungkin tidak lebih senang dengan keputusan mereka sendiri ketimbang jika keputusan diambil
secara otoriter, kesadaran mereka yang lebih besar akan parameter-parameter yang membatasi
pilihan membuat mereka lebih mau menerima keputusan itu.

2.2 PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI


Menurut Robbins (2003: 305) budaya organisasi merupakan sistem makna bersama yang
dianut oleh anggota-anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi lain. Sistem
makna bersama ini, bila diamati dengan lebih seksama, merupakan seperangkat karakteristik
utama yang dihargai oleh suatu organisasi. Budaya organisasi berkaitan dengan bagaimana
karyawan mempersepsikan karakteristik dari suatu budaya organisasi, bukan dengan apakah para
karyawan menyukai budaya atau tidak
Menurut Geertz menggunakan gambaran laba-laba dengan satu tujuan. Bahwa budaya
seperti sebuah jaring yang dipintal laba-laba. Setiap jaring berbeda dengan lainnya. Budaya juga
seperti ini, bahwa semua budaya berbeda dan memiliki keunikan masing-masing
Pacanowsky dan Trujillo Menerapkan prinsip jaring laba-laba pada organisasi. Baik
karyawan ataupun manajer memintal jaring mereka sendiri. Mereka memegang peranan penting
dalam organisasi, dan karenanya sangat penting untuk mempelajari perilaku mereka sehubungan
dengan perilaku mereka di dalam organisasi. Konteks lingkungan organisasi harus selalu diingat
sebagai analisis budaya organisasi yang dikejar.
Budaya melibatkan anggota sebuah organisasi dalam realitas yang dibangun secara
sosial. Anggota organisasi berbagi realitas ini dalam indera ganda persamaan dan perbedaan.
Unsur-unsur di atas dimana berbagi budaya didasarkan pada termasuk artefak, simbol, norma,
nilai, keyakinan, dan asumsi, dan fisik, perilaku, dan simbol-simbol linguistik. Unsur-unsur
budaya ini saling terkait dalam makna jaringan yang terjalin, seperangkat inti anggapan dan
sebuah pandangan, dapat diakses oleh semua anggota budaya.
Pandangan membantu anggota dalam mengelola kegiatan dan dalam memaknai
pengalaman organisasi. Hubungan konstruksi sosial ini, yang anggota budayanya secara rutin
mengarahkan pengalaman dan aktivitas, adalah apa yang disebut sebagai budaya organisasi.

2.3 Games (Permainan)


Game merupakan suatu sistem yang memiliki aturan-aturan tertentu dimana pemain akan
terlibat di dalam suatu permasalahan sehingga dapat menghasilkan suatu hasil yang dapat diukur
yaitu menang atau kalah (Salen & Zimmerman, 2003). Game merupakan sesuatu hal yang
dimainkan dengan suatu aturan tertentu yang biasa digunakan untuk tujuan kesenangan dan dapat
juga digunakan untuk tujuan pendidikan. Game umumnya melibatkan stimulasi mental, fisik,
atau keduanya. Banyak game yang dapat membantu mengembangkan keterampilan praktis yang
berfungsi sebagai latihan, atau melakukan peran pendidikan, simulational, atau psikologis.
Menurut Greg Costikyan, Game adalah sebentuk karya seni di mana peserta, yang disebut
Pemain, membuat keputusan untuk mengelola sumberdaya yang dimilikinya melalui benda di
dalam game demi mencapai tujuan. Sedangkan Online adalah terhubung, terkoneksi, aktif dan
siap untuk operasi, dapat berkomunikasi dengan atau dikontrol oleh komputer. Online ini juga
bisa diartikan sebagai suatu keadaan di mana sebuah device (komputer) terhubung dengan device
lain, biasanya melalu modem.
Menurut Poetoe (2012), Game Online adalah game yang bersifat dunia maya dan
biasanya dimainkan di dalam PC/laptop serta menggunakan media internet sehingga user dari
berbeda tempatpun bisa bermain bersama dalam satu waktu dan permainan yang sama. Game
online saat ini sangat menjamur di masyarakat apalagi di kalangan remaja dan anak-anak.
Pengaruh globalisasi ini sangat cepat menyerang anak-anak yang sedang berada pada masa
bermain, yang menjadi masalah pada pembahasan ini adalah bukan tentang game online nya
namun yang menjadi masalah adalah ketergantungan pada aktivitasnge-games ini bagi sebagian
anak, games online memiliki sifat adiktif atau candu sehingga waktu anak banyak dihabiskan
untuk bermain game-online. Menurut Hapsari (2010) Fenomena game online ini muncul sejak
tahun 2000-an, namun sepertinya pada tahun inilah merupakan puncak dari fenomena game
online tersebut. Ada banyak jenis permainan yang ditawarkan di game online, contohnya adalah
AyoDance, Dot.A, Ragnarok, Yulgang, Street Dance, Counter Strike, Point Blank, dan masih
banyak yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai