Disusun oleh:
Kelompok 1
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
KATA PENGANTAR
Puji syukur seraya kami ucapkan kepada Tuhan atas rahmat dan berkat-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini guna melengkapi tugas yang dibebankan oleh dosen .
Di samping itu, kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian makalah ini.
Makalah ini berisi materi tentang “Asal Mula Terjadinya Negara”. Di mana disini akan dijabarkan
tentang teori-teori yang merujuk pada terbentuknya suatu negara, berikut contoh-contoh tentang
uraian yang berkaitan.
Tujuan pembuatan makalah ini seperti sudah kami sebutkan di atas adalah untuk menyelesaika
tugas ilmu negara. Di samping itu juga dapat bermanfaat untuk para pembaca guna mendapatkan
wawasan dan pengetahuan tentang asal mula terbentuknya negara.
Dari hati yang terdalam kami mengutarakan permintaan maaf atas kekurangan makalah ini, karena
kami tahu makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
berharap kritikan, saran, dan masukan yang membangun dari pembaca guna penyempurnaannya
ke depan.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih dan semoga makalah ini bermanfaat sesuai dengan
fungsinya. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
Bab I: PENDAHULUAN
A. latar belakang....................................................................................................................................1
B. Rumusan masalah...........................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................................1
Bab II : PEMBAHASAN
A. kesimpulan......................................................................................................................................10
B. saran...................................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara adalah suatu wilayah yang memiliki batas, penduduk, dan pemerintahan yang
berdaulat di dalamnya. Suatu negara terbentuk bukan karena tidak ada alasan atau penyebabnya.
Semua negara di muka bumi ini memiliki sejarah tersendiri tentang asal mula terbentuknya. Oleh
karenanya kita harus mengetahui asal mula terbentuknya suatu negara. Dalam makalah ini akan
dibahas mengenai hal itu.
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas yang dibebankan oleh dosen pembimbing mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Dan juga bertujuan memberikan sedikit bahan bacaan untuk
melengkapi pengetahuan kita tentang topik yang telah diutarakan sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
3. Proses atau pendekatan sekunder tentang asal mula terjadinya negara; dan
C. Tujuan
3. Memaparkan proses/ pendekatan tentang asal mula terjadinya suatu negara; dan
BAB II
PEMBAHASAN
Di muka bumi ini terdapat ratusan negara yang berdiri. Negara-negara tersebut berdiri
karena ada asal usulnya. terjadinya negara terbagi menjadi dua proses/ pendekatan , yaitu proses
primer dan proses sekunder. Berikut ini akan dipaparkan pendekatan tentang terjadinya negara,
yaitu sebagai berikut:
Terjadinya negara secara primer adalah bertahap yaitu dimulai dari adanya masyarakat
hukum yang paling sederhana, kemudian berevolusi ketingkat yang lebih maju dan tidak
dihubungkan dengan negara yang telah ada sebelumnya.
Menurut G. Jellinek, terjadinya negara secara primer melalui 4 tahapan (fase) yaitu :
Kehidupan diawali dari sebuah keluarga, kemudian menjadi kelompok masyarakat hukum
tertentu atau disebut suku yang akhirnya berkembang menjadi lebih besar dan dipimpin oleh
kepala suku yang merupakan primus interpares.
2. Fase Kerajaan
Pada fase ini kepala suku sebagai primus interpares kemudian menjadi raja dengan cakupan
wilayah yang lebih luas akibat fakta alamiah maupun karena penaklukan - penaklukan wilayah lain.
Awalnya negara nasional diperintah oleh raja yang absolut dengan pemerintahan yang
tersentralisasi semua rakyat dipaksa mematuhi kehendak dan diperintah raja. Hanya ada satu
identitas kebangsaan, maka fase ini disebut fase nasional.
Setelah rakyat memiliki kesadaran kebangsaan, kemudian tidak ingin diperintah oleh raja
yang absolut. Rakyat ingin mengendalikan pemerintahan dan memilih pemimpinnya sendiri yang
dianggap dapat mewujudkan aspirasi mereka yang lebih dikenal dengan "kedaulatan rakyat" maka
lahirlah negara demokrasi.
Di samping itu, untuk mempelajari asal mula terbentuknya suatu negara dapat menggunakan
teori-teori yang diajukan oleh tokoh-tokoh sesuai buah pikiran masing-masing, antara lain sebagai
berikut:
Negara merupakan ikatan manusia yang insaf akan arti dan panggilan kodrat. Negara berasal
dari suatu perjanjian yang disebut “pactum” dengan tujuan untuk mengadakan ketertiban dan
menghilangkan kemelaratan. Grotius merupakan orang yang pertama kali memakai hukum kodrat
yang berasal dari rasio terhadap hal-hal kenegaraan. Dan ia menganggap bahwa perjanjian
masyarakat sebagai suatu kenyataan sejarah yang sungguh-sungguh pernah terjadi.
b) Thomas Hobbes
Menurut Hobbes kehidupan manusia terpisah dalam dua zaman, yaitu keadaan sebelum adanya
negara atau keadaan alamiah (stats natural, state of nature) dan keadaan setelah adanya negara.
Pada keadaan sebelum adanya negara, suasana alam bebas dalam status naturalis merupakan
keadaan penuh kekacauan, tanpa hukum, tanpa pemerintah, tanpa ikatan sosial, dan kehidupan
manusia tak ubahnya seperti binatang buas di hutan belantara (Homo homini lupus) sehingga
menyebabkan terjadinya perkelahian atau perang semua lawan semua (Bellum omnium contra
omnes atau The war of all aginst all). Keadaan tersebut diakibatkan adanya pelaksanaan natural
rights, (yaitu hak dan kekuasaan yang dimiliki setiap manusia untuk berbuat apa saja untuk
mempertahankan kehidupannya) yang tanpa batas.
Dalam keadaan penuh kekacauan, lahirlah natural law dari rasio manusia untuk mengakhiri
pelaksanaan natural rights secara liar dengan jalan mengadakan perjanjain. Menurut Thomas
Hobbes, perjanjian masyarakat hanya ada satu yaitu “Pactum Subjectionis”, dalam perjanjian ini
terjadi penyerahan natural rights (hak kodrat) kepada suatu badan yang dibentuk (yaitu body
politik) yang akan membimbing manusia untuk mencapai kebahagiaan umum yang disebut dengan
negara.
c) John Locke
Melalui bukunya yang berjudul “Two treaties on civil Government”, ia menyatakan keadaan
alamiah atau suasana alam bebas bukan merupakan keadaan penuh kekacauan karena sudah ada
hukum kodrat yang bersumber pada rasio manusia yang mengajarkan bahwa setiap orang tidak
boleh merugikan kepentingan orang lain. Untuk menghindari anarkhi maka manusia mengadakan
perjanjian membentuk negara dengan tujuan menjamin suasana hukum individu secara
alam. Perjanjian masyarakat ada 2 yaitu :
1. Pactum Unionis : Perjanjian antar individu yang melahirkan negara.
2. Pactum Subjectionis : Perjanjain anatara individu dengan penguasa yang diangkat dalam
pactum unionis, yang isinya penyerahan hak–hak alamiah.
Dalam pactum sujectionis tidak semua hak–hak alamiah yang dimiliki manusia diserahkan kepada
penguasa tetapi ada beberapa hak pokok (asasi) yang meliputi hak hidup, hak kemerdekaan/
kebebasan, hak milik yang tetap melekat pada diri manusia dan hak tersebut tidak dapat
diserahkan kepada siapapun termasuk penguasa. Dan hak-hak tersebut harus dilindungi dan
dijamin oleh penguasa/ pemerintah dalam konstitusi (UUD). Melalui teorinya John Locke dianggap
sebagai peletak dasar teori hak asasi manusia.
Melalui bukunya yang berjudul “Du Contract Social”, Jean Jacques Rousseau menyatakan
menurut kodratnya manusia sejak lahir sama dan merdeka, tetapi agar kepentingannya terjamin
maka tiap-tiap orang dengan sukarela menyerahkan hak dan kekuasaannya itu kepada organisasi
(disebut negara) yang dibentuk bersama-sama dengan orang lain.
Kepada negara tersebut diserahkan kemerdekaan alamiah dan di bawah organisasi negara,
manusia mendapatkan kembali haknya dalam bentuk hak warga negara (civil rights). Negara yang
dibentuk berdasarkan perjanjian masyarakat harus dapat menjamin kebebasan dan persamaan
serta menyelenggarakan ketertiban masyarakat. Yang berdaulat dalam negara adalah rakyat,
sedangkan pemerintah hanya merupakan wakilnya saja, sehingga apapila pemerintah tidak dapat
melaksanakan urusannya sesuai dengan kehendak rakyat, maka rakyat dapat mengganti
pemerintah tersebut dengan pemerintah yang baru karena pemerintah yang berdaulat dibentuk
berdasarkan kehendak rakyat. Melalui teorinya tersebut, J.J. Rousseau menghendaki bentuk negara
yang berkedaulatan rakyat (negara demokrasi). Itulah sebabnya ia dianggap sebagai Bapak
kedaulatan rakyat (demokrasi).
Dasar pemikiran teori ini adalah suatu kepercayaan bahwa segala sesuatu yang ada atau
terjadi di alam semesta ini adalah semuanya kehendak Tuhan, demikian pula negara terjadi karena
kehendak Tuhan. Sisa-sisa perlambang teori theokratis nampak dalam kalimat yang tercantum di
berbagai Undang-Undang Dasar negara, seperti : “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa” atau
“By the grace of God”.
b. Santo Agustinus
Kedudukan gereja yang dipimpin Sri Paus lebih tinggi dari kedudukan Negara yang di pimpin
oleh raja, karena paus merupakan wakil dari tuhan. Agustinus membagi ada dua macam Negara
yaitu :
c. Thomas Aquinas
Negara merupakan lembaga alamiah yang lahir karena kebutuhan sosial manusia, sebagai lembaga
yang bertujuan menjamin ketertiban dan kehidupan masyarakat serta penyelenggara kepentingan
umum, negara merupakan penjelmaan yang tidak sempurna. Kedudukan raja dan Sri Paus sama
tinggi, keduanya merupakan wakil Tuhan yang masing-masing mempunyai tugas berlainan yaitu
raja mempunyai tugas dibidang keduniawian yaitu mengusahakan agar rakyatnya hidup bahagia
dan sejahtera di dalam negara, sedangkan Paus mempunyai tugas dibidang kerohanian yaitu
membimbing rakyatnya agar kelak dapat hidup bahagia di akhirat.
Gambaran bahwa negara terbentuk karena kekuasaan dapat disimak dalam berbagai pendapat
yang dikemukan oleh para ahli sebagai berikut :
1. Kalikles : Dalam suasana alam bebas bila ada orang–orang yang lebih baik telah memperoleh
kekuasaan yang lebih besar dari yang kurang baik, maka disitulah keadilan, demikian pula pada
negara bahwa yang kuat memerintah (menguasai) yang lemah.
4. Harold J. Laski : Setiap pergaulan hidup memerlukan organisasi pemaksa untuk menjamin
kelanjutan hubungan produksi yang tetap.
5. Leon Duguit : Yang dapat memaksakan kehendak kepada pihak lain ialah mereka–mereka yang
paling kuat yang memiliki keistimewaan phisik, otak (kecerdasan), ekonomi dan agama.
6. G. Jellinek : Negara adalah kesatuan yang dilengkapi dengan kekuasaan memerintah bagi
orang-orang yang ada di dalamnya yaitu kemampuan memaksakan kemauan sendiri terhadap
orang-orang lain tanpa tawar menawar.
Menurut teori ini negara muncul terbentuk dari salah satu akibat penaklukan kaum lemah
oleh kaum kuat. Teori ini berbasis dalam dasar pikiran psikologis dimana sifat manusia itu agresip.
Sifat ini membawa manusia meronta terus-menerus untuk meraih kekuasaan; dan dari sifat ini pula
mendorong kaum kuat untuk menjajah kaum lemah. Sifat dasar agresip inilah membawa naluri
manusia bangkit dan membentuk institusi negara, oleh karena itu kekuatan kekuatan adalah
dasarnya negara. Jean bodin, D. hume, Oppenheimer dan Jenks merupakan ahli Filsafat dimasa
modern dimana mereka memegang dan menyokong teori ini.
Intisari dari teori ini adalah’’ perang untuk menjadi raja ‘’ ditahun 1080 Pope Gregory VII
menulis: barangsiapa yang tidak mengetahui bahwa raja- raja atau pemimpin- pemimpin mereka
yang membawa mereka dari permulaan, dimana para pemimpin tersebut buta dari mengenal
tuhan, dan berpura- pura, buta yang disebabkan oleh ketamakan dan kesombongan yang tak
tertahankan, bisa dianggap menjaga harga diri, kekerasan , kepercayaan yang jelek, pembunuhan,
dan dekat dengan segala bentuk kejahatan, menjadi penghasut bersama para pemimpinnya menuju
jalan iblis.
Pada abad 18. D. Hume mengungkapkan pandangan yang serupa, dia mengatakan, apakah
mungkin kekuasaan pertama seseorang terhadap orang banyak selama perang dinegara tersebut
masih berlaku, dimana keunggulan keberanian dan mengetahui kejeniusan dirinya sendiri sebagian
besar nampak. Tatkala konser kebulatan hati sebagian besar merupakan syarat dan dimana
kekacauan harta benda merusak dengan pantas sebagian besar perasaan, secara terus- menerus
menjadi kebiasaan dimana kebiadaban diantara manusia membiasakan masyarakat kepada
ketundukan.
Disisi lain ide Leacock tentang teori ini: pengertian menurut histori bahwa pemerintahan
muncul dari agresip manusia, dimana permulaan negara ditemukan dalam perebutan dan
perbudakan dari manusia sendiri, dalam perebutan hati dan penaklukan kaum lemah dimana
dilakukan layaknya kampanye, pencarian yang diperoleh tidak jauh dari dominasi dirinya dalam
kekuatan fisik. Dari inilah pertumbuhan manusia yang agresip menuju kerajaan dan dari kerajaan
sampai kepada kekaisaran merupakan suatu proses yang lama.
4. Teori Hukum Alam
Menurut teori ini, terbentuknya negara dan hukum dengan memandang manusia sebelum
ada masyarakat hidup sendiri-sendiri. Para penganut teori hukum alam terdiri :
a. Plato
1. Adanya keinginan manusia untuk memenuhi kebutuhan yang beraneka ragam menyebabkan
mereka harus bekerjasama.
2. Mengingat manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya harus bekerjasama dengan orang
lain, maka mengharuskan manusia dalam menghasilkan sesuatu harus lebih untuk dipertukarkan.
3. Karena seringnya mereka saling tukar menukar hasil dan sekaligus bergabung, maka
terbentuklah desa.
4. Antara desa yang satu dengan desa yang lain terjadi pula hubungan kerjasama, maka
terbentuklah suatu masyarakat negara.
b. Aristoteles
Menurut Aristoteles, keberadaan manusia menurut kodratnya adalah sebagai mahluk individu dan
mahluk sosial. Oleh karena itu manusia harus bersosial dan hidup secara ketrgantungan dan
bekerjasama membentuk suatu organisasi yang disebut negara.
Terjadinya negara secara sekunder adalah membahas terjadinya negara baru yang
dihubungkan dengan negara lain yang telah ada sebelumnya, berkaitan dengan hal tersebut maka
pengakuan negara lain dalam teori sekunder merupakan unsur penting berdirinya suatu negara
baru. Untuk mengetahui terjadinya negara baru dapat menggunakan pendekatan faktual yaitu
suatu pendekatan yang didasarkan pada kenyataan dan pengalaman sejarah yang benar-benar
terjadi.
1. Penaklukan/Pendudukan(Occupasi)
Suatu daerah belum ada yang menguasai kemudian diduduki oleh suatu bangsa. Contoh: Liberia
diduduki budak-budak Negro yang dimerdekakan tahun1847.
Suatu daerah yang semula termasuk daerah negara tertentu melepaskan diri dan
menyatakan kemerdekaannya. Contoh : Belgia melepaskan diri dari Belanda tahun 1839, Indonesia
tahun 1945, Pakistan tahun 1947 (semula wilayah Hindustan), Banglades tahun 1971 (semula
wilayah Pakistan), Papua Nugini tahun1975 (semula wilayah Australia), 3 negara Baltik (Latvia,
Estonia, Lituania) melepaskan diri dari Uni Soviet tahun 1991, dsb.
Suatu negara pecah dan lenyap, kemudian diatas wilayah itu muncul negara baru.
Contoh :
e. Uni Soviet pecah/lenyap tahun 1992 kemudian muncul Rusia, Georgia, Kazakistan dsb.
f. Yugoslavia pecah tahun 1992 kemudian muncul Kroasia, Bosnia, Serbia (Yugoslavia Baru).
4. Penarikan ( Accesie )
Mulanya suatu wilayah terbentuk akibat naiknya lumpur sungai atau timbul dari dasar laut
(delta). Wilayah tersebut kemudian dihuni oleh sekelompok orang hingga akhirnya membentuk
negara. Contoh: Negara Mesir terbentuk dari delta sungai Nil.
5. Penyerahan ( Cessie )
Terjadi ketika suatu wilayah diserahkan pada negara lain atas dasar perjanjian tertentu.
Contoh: Wilayah Sleewijk diserahkan oleh Austria pada Prussia ( Jerman ).
Suatu negara berdiri di suatu wilayah yang dikuasai ( dicaplok ) oleh bangsa lain tanpa reaksi
berarti. Contoh: negara Israel ketika dibentuk tahun 1948 banyak mencaplok daerah Palestina,
Suriah, Yordania dan Mesir.
7. Pemisahan ( Separatise )
Suatu wilayah yang memisahkan diri dari negara yang semula menguasainya kemudian
menyatakan kemerdekaan. Contoh: Belgia memisahkan diri dari Belanda dan menyatakan
merdeka.
8. Peleburan ( Fusi )
Terjadi ketika negara - negara kecil yang mendiami suatu wilayah mengadakan perjanjian
untuk melebur menjadi satu negara baru. Contoh: terbentuknya federasi kerajaan Jerman tahun
1871.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Terjadinya negara terbagi menjadi dua proses/ pendekatan , yaitu proses primer dan proses
sekunder.
2. Terjadinya negara secara primer adalah bertahap yaitu dimulai dari adanya masyarakat
hukum yang paling sederhana, kemudian berevolusi ketingkat yang lebih maju dan tidak
dihubungkan dengan negara yang telah ada sebelumnya.
3. Menurut G. Jellinek, terjadinya negara secara primer melalui 4 tahapan (fase) yaitu :
b. Fase Kerajaan
4. Proses primer juga dapat dipelajari dengan teori seperti berikut ini:
5. Terjadinya negara secara sekunder adalah membahas terjadinya negara baru yang dihubungkan
dengan negara lain yang telah ada sebelumnya, berkaitan dengan hal tersebut maka pengakuan
negara lain dalam teori sekunder merupakan unsur penting berdirinya suatu negara baru.
a. Penaklukan/Pendudukan(Occupasi)
d. Penarikan ( Accesie )
e. Penyerahan ( Cessie )
f. Pencaplokan / Penguasaan ( Anexatie )
g. Pemisahan ( Separatise )
h. Peleburan ( Fusi )
B. Saran
Kita harus mengetahui asal usul negara kita agar kita bisa mengetahui dan menghargai
sejarah berdirinya negara kita.
DAFTAR PUSTAKA
Ubaedillah A. dan Abdul Rozak.2008.Pendidikan Kewargaan. Jakarta: ICCE UIN Jakarta