Anda di halaman 1dari 4

Tentang PT.

Sampoerna

Ketika Putera Sampoerna mengumumkan menjual nyaris seluruh saham HM


Sampoernamiliknya kepada Philip Morris Indonesia pada 2005 silam, banyak orang
tercengang. Pasalnya, generasi ketiga keluarga Sampoerna itu menjual 97% kepemilikan di
perusahaansenilai Rp18,5 triliun. Kini, keluarga Sampoerna tak lagi mengurusi bisnis
asap.Lewat bendera Sampoerna Strategic, Putera menggunakan dana tersebut untuk
menggarapsektor properti, infrastruktur, dan agrobisnis.Akan tetapi, corporate culture yang
ditanamkankeluarga Sampoerna di HM Sampoerna masih terus bertahan hingga kini. Bahkan,
MartinKing, presdir PT HM Sampoerna Tbk., yang berasal dari Philip Morris, pernah berseloroh
tidak akan mengubah budaya perusahaan. “Budaya Sampoerna sudah kuat dan
berhasilmembuat perusahaan itu tumbuh besar. Jadi, buat apa diubah?”
cetusnya.Setidaknya, Sampoerna menggembleng karyawannya dengan budaya adaptif,
inovatif, dinamis, berani mencoba, friendly, dan pantang menyerah. Pernah, suatu
kali, hamper seluruh staf andal Sampoerna dibajak oleh kompetitor. Namun, berkat
sistem kerja, performa Sampoerna saat itu tidak menunjukkan penurunan yang signifikan.
Sementara itu,hadirnya Philip Morris juga membuat budaya kerja Sampoerna lebih
tertata, rapi, danteratur. Mulai dari sistem pengelolaan karyawan, peraturan perusahaan,
mekanisme kontroldan produksi, pemasaran dan penjualan, sampai how to do
business. Di bisnis rokok,gebrakan Putera Sampoerna terus diingat sepanjang masa
dengan inovasi A Mild, rokokrendah tar dan nikotin, di tengah ramainya pasar rokok kretek.
Sadar bahwa kompetisi takberhenti, Sampoerna meluncurkan U Mild, rokok rendah tar dan
nikotin kelas 2, di bawah AMild. Teranyar adalah kemunculan A Volution, rokok rendah tar dan
nikotin dengan bentukslim.Meski telah berusia senja, perusahaan makin matang. Per
akhir 2008, laba bersih perusahaan naik 7,4% menjadi Rp3,89 triliun jika dibandingkan
setahun sebelumnya yang Rp3,62 triliun. Menurut pihak manajemen, kenaikan laba
bersih ini didukung oleh peningkatan penjualan hingga 16% sepanjang 2007–2008, dari yang
semula Rp29,79 triliun menjadi Rp34,68 triliun. Sejatinya, sejarah dimulai ketika Liem
Seeng Tee mendirikanperusahaan rokok bernama Handel Maastchapij Liem pada 1913.
Kesempatan muncul padaawal 1916 ketika Liem Seeng Tee membeli berbagai jenis tembakau
dalam jumlah besardari seorang pedagang tembakau yang bangkrut. Sejak itu, Liem Seeng Tee
dan Tjiang Nio, istrinya, mencurahkan seluruh tenaganya untuk mengembangkan bisnis
tembakau. Seiring berjalannya waktu, nama perusahaan berubah menjadi Hanjaya
Mandala Sampoerna. Sampai kini, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. terus tumbuh dan
tumbuh. Pertanyaan1. Bagaimana dengan dinamika organisasi yang ada pada perusahaan
tersebut ?

2 / 12
1. Bagaimana Strategi perusahaan tersebut dalam menyelesaikan permasalahan di
dalam perusahaannya?
2. Menurut kelompok anda, apakah Image perusahaan yang berhasil di bangun oleh PT.
Sampoerna sudah cukup baik? Berikan alasannya!
3. Bagaimanakah bentuk tanggung jawab sosial PT. Sampoerna terhadap karyawannya?
Terutama pada masa Pandemi Covid-19 terjadi!
Dampak Pandemi, Pengusaha Hotel Kehilangan Pendapatan Rp50
Triliun di 2020

Merdeka.com - Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi
Sukamdani mencatat bahwa industri hotel berpotensi kehilangan pendapatan berkisar Rp 50
triliun karena pandemi Covid-19 dan kebijakan pembatasan dari pemerintah. Pandemi Covid-19
dan pembatasan tersebut membuat cash flow atau arus kas semakin tertekan sepanjang 2020.
"Kami perkirakan selama 2020 itu, kita kehilangan potensial pendapatan paling sedikit
setidaknya sekitar Rp50 triliun untuk sekitar hampir 800 ribuan kamar," ungkap Hariyadi dalam
konferensi pers virtual pada Senin (18/1).

Kondisi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa dan Bali yang terjadi
saat ini pun dinilai akan semakin menekan arus kas sektor usaha di berbagai bidang termasuk
hotel, restoran pusat perbelanjaan, dan ritel. Hingga akhirnya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
tidak bisa dihindari.

"Agar tidak ada lay off bagaimana? ini sangat bergantung dari cash flow, kalau tertekan terus ya
tidak bisa dihindari," tuturnya.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) tersebut juga mengatakan, selama 11
bulan terakhir sudah terjadi pengurangan tenaga kerja secara signifikan. Namun memang bukan
PHK murni, karena jika demikian maka pengusaha harus membayar uang pesangon yang
akhirnya memberatkan.

Pengurangan tenaga kerja yang selama ini banyak dilakukan salah satunya dengan tidak
memperpanjang kontrak karyawan. Apindo, katanya, memperkirakan selama satu tahun pandemi
Covid-19 kemungkinan akan ada 30 persen pemberhentian tenaga kerja formal.
"Apindo memperkirakan selama satu tahun, kemungkinan akan ada 30 persen tenaga kerja
formal yang hilang, tidak kembali lagi karena situasi ini," sambungnya.

Pertanyaan:

1. Adakah upaya Pemerintah untuk membantu meringankan kerugian yang di alami oleh
para pengusaha Hotel sehubungan dengan pandemic Covid 19?
2. Menurut kelompok Anda, apa yang sebaiknya di lakukan Pengusaha-pengusaha dalam
bidang perhotelan untuk terus bertahan meskipun sedang di landa pandemic covid 19?
3. Menurut kelompok anda, apakah kebijakan yang di ambil pihak perhotelan untuk
memberhentikan karyawan atau karyawan di rumahkan adalah hal yang terbaik atau hal
tersebut bertolak belakang dengan etika bisnis? Berikan penjelasan!

Anda mungkin juga menyukai